Bagian pertama
Saya senang dengan kehidupan saya di Mesir, dan ketika saya harus pulang ke Inggris saya bertanya mengapa saya berada di sini? Saya mula mengemukakan pertanyaan: Apa tujuan hidup ini? Mengapa kita harus wujud di muka bumi ini? Apa kah maksud semua perkara ini? Apakah maksud cinta? Untuk apa kehidupan ini? Apakah maksud semua ini?
Saya duduk dan bertafakur serta berkata, "Saya berada di sekolah ini untuk bekerja keras demi mendapat keputusan yang baik dalam ujian sekolah saya. Supaya saya bisa melanjutkan pelajaran ke universitas yang baik, supaya saya dapat menjadi sarjana yang baik, supaya saya mendapat pekerjaan yang baik untuk memperoleh uang yang banyak, supaya saya dapat menikah dan punya anak dan mengantar mereka ke sekolah swasta yang mahal seperti ini, dan mereka juga dapat bekerja keras dan mendapat sarjana serta memperoleh pekerjaan yang bagus supaya mereka bisa pula membiayai anak-anak mereka ke sekolah seperti ini." Benar?
Saya pikir itulah tujuan kehidupan, itulah mengapa saya di sini?
Saya tidak percaya bahwa tujuan kehidupan sekadar ini saja.
Mencari jawaban
Saya mula mencari. Bukan seperti "hari ini saya akan mencari kebenaran." Bukan seperti itu. Saya hanya mula berpikir, mencari dan melihat agama-agama lain, apa saja yang saya pikir mungkin bisa memberikan saya wawasan dan memahami apakah tujuan kita hidup di muka bumi ini.
Kini, ketika usia meningkat menjadi 19, ada perkara penting yang berlaku. Dalam 10 tahun saya menghabiskan cuti saya di Mesir, hanya satu orang yang benar-benar mengadakan perbincangan dengan saya berkaitan Islam. Sebenarnya begitu banyak persoalan tentang Katolik tetapi jika ada orang yang menanyakan saya sesuatu, saya akan mempertahankan Katolik dengan gigih. Saya menjadi pelindung bagi agama ini, walaupun saya sebenarnya tidak mempercayainya tetapi saya tetap menjadi pelindungnya. Ia merupakan sebuah paradoks yang aneh.
Saya juga mempunyai banyak pertanyaan tentang orang-orang Mesir, maksud saya sebenarnya apakah yang mereka ketahui? Saya seorang warga Inggris, kami pernah memerintah negara ini dulu.
"Seolah-olah Mike Tyson memukul wajah saya"
Saya melakukan perbincangan selama 40 minit, kemudian dia bertanya beberapa pertanyaan yang mudah dan itu terus tinggal dipikiran saya hingga hari ini. Dia berkata, "Anda percaya dengan Nabi Isa sebagai Tuhan?"
Saya berkata, "Ya".
Dia bertanya semula, "Dan anda percaya bahwa Nabi Isa mati di salib?"
Saya berkata, "Ya".
Dia berkata, "Anda percaya yang Tuhan mati?"
Ketika dia berkata demikian? Seolah-olah Mike Tyson memukul wajah saya dengan penumbuknya? Saya benar-benar heran karena baru saya sedar betapa tidak masuk akal, saya harus mengaku, betapa bodohnya saya ketika itu. Saya berkata, "Sudah tentu saya tidak percaya bahwa Tuhan mati. Anda tidak dapat membunuh Tuhan."
Saya sadar selama ini saya telah diajar sesuatu, dan saya telah diindoktrinasi dengan sesuatu, dan saya senantiasa merasa tidak nyaman dengannya. Hanya perlu seseorang untuk mengeluarkannya kepada saya dalam bentuk yang mudah. Jika anda percaya ini dan anda percaya padanya, maka sudah pasti anda mempercayainya dan saya seaar "Tidak, saya tidak mempercayainya, tetapi tahukah anda?"
Saya tidak mau mengaku perkara itu kepadanya, saya berkata, "Begitu menarik sekali, saya harus pulang ke rumah, ok, bye".
Saya tidak mau memikirkan tentangnya, saya pergi dan merokok, minum kopi dan menulis, melakukan sesuatu apa saja asalkan tidak memikirkan apa yang diberitahu orang itu. Sebenarnya ia memberikan kesan ke atas saya. Karena selepas itu seperti yang saya katakan bahwa terdapat sesuatu yang tidak saya senangi, itulah yang menjadi titik perubahan besar dalam kehidupan saya. Anda bisa mengatakan itu adalah sebuah pencerahan. Tidak ada siapa yang melakukan perjalanan spiritual mencari kebenaran, anda tidak terlintas untuk melihat Islam. Dan saya tidak. Saya melihat kepada semua sehingga saya sampai ke tahap dimana saya menjadi hippie.
Dalam usia 19 atau 20, saya menjadi seorang hippie dan pada tahap mencipta agama saya sendiri. Agama ini adalah merupakan bagian kecil dari semua agama yang pernah saya pelajari dan saya jadikan agama saya sendiri. Saya mulai menciptakan falsafah pada agama saya. Tetapi ia tidak mengambil masa yang panjang untuk saya menyadari bahwa inilah sampah terburuk yang pernah saya lewati. Dari semua perkara yang saya lalui, inilah yang terburuk.
Melupakan agama: Bagaimana untuk menghasilkan uang yang banyak?
Saya berkata sendiri untuk melupakan agama. Lupa agama, lupa pada spiritualitas, lupakan semua perkara ini, mungkin tidak ada makna dalam kehidupan, mungkin tidak ada yang lebih dari kehidupan selain menjadi kaya. Mungkin itulah problem saya yang sebenarnya, saya tidak punya uang yang banyak.
Untuk menunjukkan kepada anda apa yang terlintas dibenak saya berkaitan uang ialah saya perlu membuat diri saya gembira. Saya memikirkan kapal layar dan jet pribadi. Jadi anda bisa bayangkan bagaimana cara hidup saya.
Saya berpikir sendirian "Bagaimana menghasilkan uang yang banyak dengan usaha yang sedikit?" Karena siapa yang ingin bekerja keras? Siapa yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya bekerja? Apa yang anda inginkan ialah uang dan kemudian anda ingin menikmati uang tersebut. Oleh itu bekerja sedikit dan mendapat uang yang banyak, itulah yang kita perlukan. Itulah kenikmatan yang maxima. Saya berpikir sendirian "marilah kita melakukan kajian berkaitandengannya. Marilah kita pikirkan siapakah orang yang kaya di dunia ini dan bagaimana mereka mendapat uang yang banyak."
Saya mulai dengan Inggris. Ya, uang yang banyak tidak ada masalah tetapi terlalu banyak kerja, apakah revolusi industrial? Semuanya adalah pabrik setan, pabrik gelap dan segala macam barangan industri, lupakan saja.
Amerika dan impian Amerika? Apakah impian Amerika? Anda berada dalam parit dan anda berusaha keras dan anda menjadikan diri anda orang kaya. Anda harus bekerja keras.
Orang-orang Jepang juga kaya tetapi mereka juga bekerja keras, itulah mengapa hari ini orang mengatakan bahwa orang jepang adalah workaholicsatau gila kerja.
Kemudian terlintas dipikiran saya 'itu orang-orang Arab Saudi' mereka hanya duduk di atas onta mereka dan mengatakan 'Allahu Akbar' dan mereka memang kaya, itulah dia. Lihat mereka, memang menarik sekali. Tidak perlu bekerja, uang banyak. Mesti ada sesuatu yang ada pada mereka.
Membaca Quran
Biar saya pikirkan tentang perkara ini; apakah agama yang mereka anut, apakah buku suci mereka, ya Quran, benarkan saya melihat al-Quran, mesti ada sesuatu yang menarik di dalamnya, dan itulah yang memberikan motivasi kepada saya untuk pergi ke toko dan mengambil sebuah terjemahan Quran dan saya benar-benar percaya bahwa itulah caranya. Saya mencari Quran karena ingin tahu.
Saya menemuinya dengan pikiran terbuka. Saya bukan mencari kebenaran, saya tidak mencari sesuatu seperti itu. Saya hanya ingin tahu apakah yang terdapat dalam buku ini. Adakah sesuatu di dalamnya? Itu saja, jika tidak saya sudah pasti tidak akan melihatnya. Saya mengambilnya dan mula membacanya.
Saya seorang pembaca yang cepat dan saya ingat benar bahwa saya berada dalam kereta api. Saya sedang menuju ke Victoria dari tempat saya tinggal melewati Sungai Thames. Saya duduk ditepi jendela dan membaca terjemahan al Quran. Saya melihat keluar jendela. Saya melihat kembali dan berkata kepada diri saya "Jika saja saya pernah membaca buku dari Quran, inilah dia". Itulah yang saya katakan ketika itu. Saya sadar dan percaya bahwa Quran adalah dari Tuhan. Ia memang menjadi perangai saya, saya tidak sekadar membaca tetapi berusaha untuk mengamalkannya. Anda bisa membaca kapan saja seperti anda melihat kepada sebiji apel yang kelihatan cantik dan berbau wangi tetapi anda tidak akan dapat merasakannya. Anda harus merasakannya…