Peristiwa serangan udara yang dilakukan militer AS terhadap Letjen Qasem Soleimani di sekitar bandara Baghdad, dan aksi balasan Iran dengan menembakkan rudal ke pangkalan militer AS di Irak hingga kini masih menjadi perhatian masyarakat dunia, termasuk di Tanah Air.
Banyak aspek dari peristiwa ini yang menyedot perhatian banyak kalangan, terutama para pengamat Timur Tengah. Zuhairi Misrawi, salah satu cendikiawan Nahdlatul Ulama yang juga pengamat Timur Tengah, melihat insiden ini memiliki dimensi yang penting yang berdampak besar bagi kawasan Asia Barat, bahkan dunia.
Jebolan departemen akidah-filsafat, Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo ini mengungkapkan, tindakan militer AS meneror Qasem Soleimani atas instruksi langsung Donald Trump diyakini oleh sebagian masyarakat AS sendiri akan menyebabkan ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah.
Direktur The Middle East Institute, Jakarta ini memandang tindakan AS tersebut melanggar hak asasi manusia dan hukum internasional karena melakukan serangan yang sangat brutal dan sadis.
"Kita tahu bahwa haji Qasem Soleimani datang ke Irak atas undangan resmi dari perdana menteri Irak. Oleh karena itu, dalih apapun yang dikatakan oleh presiden Donald Trump sama sekali tidak bisa dibenarkan. Kita melihat kecaman dunia termasuk dari dalam negeri AS sendiri bahwa tindakan yang dilakukan oleh Presiden Trump sangat tidak berdasar, melanggar hak asasi manusia, dan hukum internasional," ujar Zuhairi menjelaskan kepada jurnalis Parstoday.
Gelombang simpati begitu besar kepada martir Qasem Solaemani sebagai sosok terdepan dalam penumpasan teroris Daesh (ISIS) di Irak dan Suriah. Letjen Qasem Solaemani menjadi simbol penumpasan terorisme, sehingga kematiannya menimbulkan kesedihan besar tidak hanya di Iran, tapi juga berbagai negara dunia.
"Kita lihat betapa warga Iran sangat bersimpati ikut mendoakan Qasem Soleimani. Bahkan tidak hanya di Iran saja, tapi juga di Irak, Yaman, Lebanon, di beberapa negara Asia menunjukkan simpatinya yang luar biasa," papar analis Timur Tengah ini.
"Kami sendiri di Indonesia mengutuk dan mengecam tindak tersebut. Ini memang salah satu bentuk penjajahan Amerika terhadap kedaulatan negara, terutama dalam hal ini adalah Iran yang tentu sangat kehilangan sosok yang tulus dan berdedikasi tinggi terhadap negaranya dan dikenal sebagai sosok yang terdepan melawan ISIS dan Alqaeda," tegas Zuhairi.
Selengkapnya simak wawancara jurnalis Pastoday Indonesia dengan Zuhairi Misrawi berikut ini:
1. Bagaimana pandangan Anda mengenai aksi AS melancarkan serangan drone yang menyebabkan kesyahidan Qasem Soleimani ?
Menurut saya tindakan AS melanggar hak asasi manusia dan hukum internasional karena melakukan serangan yang sangat brutal dan sadis. Kita tahu bahwa haji Qasem Soleimani datang ke Irak atas undangan resmi dari perdana menteri Irak. Oleh karena itu, dalih apapun yang dikatakan oleh presiden Donald Trump sama sekali tidak bisa dibenarkan. Kita melihat kecaman dunia termasuk dari dalam negeri AS sendiri bahwa tindakan yang dilakukan oleh Presiden Trump sangat tidak berdasar, melanggar hak asasi manusia, dan hukum internasional.
Kami sendiri di Indonesia mengutuk dan mengecam tindak tersebut. Ini memang salah satu bentuk penjajahan Amerika terhadap kedaulatan negara, terutama dalam hal ini adalah Iran yang tentu sangat kehilangan sosok yang tulus dan berdedikasi tinggi terhadap negaranya dan dikenal sebagai sosok yang terdepan melawan ISIS dan Alqaeda.
2. Apakah ini termasuk terorisme internasional sebagaimana disebut Chomsky?
Ya, kita tahu bahwa ini sudah termasuk tindakan teror sebenarnya yang dilakukan Presiden Trump. Karena itu, kita mendengar bahwa ada upaya-upaya yang dilakukan untuk membawa kasus ini ke mahkamah internasional. Ini bisa menjadi satu kejahatan perang yang sama sekali tidak bisa ditolelir. Oleh karena itu, saya setuju dengan pandangan parlemen Iran yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan presiden Trump adalah teror, dan tentara AS harus kita katakan sebagai teroris dengan melakukan pembunuhan terhadap Haji Qasem Solaemani.
3. Ada beberapa kalangan yang menyatakan bahwa aksi yang dilakukan Trump ini untuk menghindari pemakzulannya yang dilakukan DPR AS, bagaimana tanggapan pak Zuhairi?
Kita tahu bahwa memang posisi Presiden Trump di dalam negeri sedang terjepit, karena ada impeachment, penyalahgunaan kekuasaan Presiden Trump. Kita tahu bahwa dia ingin memulihkan posisinya dengan mengambil simpati melakukan tindakan-tindakan kasar terhadap Jenderal Qasem Solaemani. Kita tahu respon sebagian besar warga AS yang memandang tindakan ini menyebabkan Timur Tengah limbung, tidak stabil. Bahkan beberapa pihak menyatakan ini menunjukkan bahwa Presiden Trump tidak mempunyai satu peta politik luar negeri.
Bagaimanapun, kita tahu setelah wafatnya Qasem Solaemani ini wibawa AS semakin merosot, karena apa yang dilakukan Presiden AS sendiri.
4. Kembali ke masalah Iran, apa tanggapan Anda mengenai antusiasme masyarakat Iran dalam prosesi duka mengiringi jenazah martir Soleimani?
Ada dua. Pertama, pada ranah wibawa dan kedaulatan dari Iran. Kita tahu bahwa langkah AS membunuh Qasem Soleimani itu artinya bermakna bahwa seperti yang dikatakan oleh Rahbar bahwa Amerika sedang melampaui garis merah yang sebenarnya tidak boleh disentuh oleh AS. Ketika AS membunuh Qasem Soleimani tentunya Amerika sedang menyerang wibawa dari Iran itu sendiri. Jadi itu konteknya.
Kita lihat bahwa betapa warga Iran sangat bersimpati ikut mendoakan Qasem Soleimani, bahkan tidak hanya di Iran saja, tapi juga di Irak, Yaman, Lebanon, di beberapa negara Asia menunjukkan simpatinya yang luar biasa.
Kedua, terhadap sosok Qasem Soleimani sendiri ini maknanya bahwa Revolusi Islam Iran menemukan momentumnya kembali ketika seluruh warga Iran bersatu padu memberikan dukungan terhadap kepemimpinan Rahbar. Ini tentu berkah yang luar biasa.
Seperti dikatakan dalam al-Quran bahwa dalam kesyahidan selalu akan memunculkan kebangkitan dan kehidupan baru, sebagaimana terjadi di Iran. Jadi Qasem Soleimani dalam hidupnya membuat kebanggaan untuk Iran dan ketika matinya atau martirnya juga mempersatukan warga Iran, dan menunjukkan kepada dunia bahwa Iran terdepan bersatu melawan keangkuhan AS.
Warga Iran mengiringi jenazah Letjen Qasem Soleimani sebelum dimakamkan
Jadi kita tahu setelah serangan balasan Iran ke pangkalan AS di Irak, AS secara moral mengalami ketakutan atau kekalahan, karena ternyata Iran begitu kokoh, Iran begitu kuat tidak bisa diremehkan dan disepelekan oleh AS. Qasem Soleimani menjadi pemantik kebangkitan Iran melawan keangkuhan AS dan sekutunya di Timur Tengah.
5. Ada hal yang menarik dari komentar pak Zuhairi yang saya baca di berbagai media mengenai balasan Iran menembakkan rudal ke pangkalan militer AS di Irak tepat pada saat pemakaman Syahid Qasem Soleimani. Anda menyebutnya sebagai "Simbol khas Persia". Mungkin bisa dijelaskan mengenai istilah yang Anda pakai ini?
Orang-orang Iran dan peradaban Persia secara umum menggunakan simbol-simbol yang menyentuh hati, menyentuh perasaan. Ketika rudal-rudal ini ditembakkan ke pangkalan militer AS di Irak yang terjadi bersamaan dengan pemakaman Haji Qasem Soleimani itu maknanya luar biasa bahwa Iran tidak akan pernah takut melawan Amerika Serikat.
Iran akan bangkit, dengan kematian Qasem Soleimani akan lahir jutaan Qasem Soleimani yang siap membela negaranya. Maka kita lihat permainan simbolik dari Iran ini begitu menggetarkan, membangun satu heroisme baru. Kita lihat maknanya ditangkap betul oleh Trump bahwa ada puluhan juta rakyat Iran yang bersimpati dengan Qasem Soleimani. Ada puluhan juta rakyat Iran yang mendukung apa saja keputusan yang akan diambil Rahbar.
Makna-makna simbolik ini dipahami sangat mendalam oleh media-media Barat yang melihat apa yang dilakukan oleh Iran mengirimkan rudalnya di pangkalan militer AS di Irak pada saat prosesi pemakaman Qasem Soleimani. Hal Ini menegaskan bahwa Iran tidak main-main dan akan melakukan pembalasan, dan akan terus berdiri berdiri tegak untuk melawan AS.
Kita lihat proses penghormatan jenazah Qasem Soleimani dari Karbala, kemudian ke Najaf, kemudian Ahvaz, lalu Mashhad, Tehran, Qom dan Kerman, itukan disiarkan langsung oleh media-media internasional. Iran sekarang jadi idola dunia, terutama dunia Islam. Kalau kita lihat juga di Indonesia, berita tentang Iran itu menjadi viral, youtubenya jutaan. Itu berbeda dengan berita-berita lain di Timur Tengah lainnya. Karena, makna-makna simbolik yang dimainkan Iran ini membangkitkan nasionalisme dan heroisme baru.
Ketika simbol ini digunakan untuk melakukan perlawanan, maka itu tidak hanya menyasar pangkalan militer AS di Irak saja, tetapi juga menyasar hati nurani Presiden Trump sendiri. Maka dalam jumpa pers yang disampaikan Trump setelah balasan rudal Iran, betul-betul kelihatan mengapa Presiden Trump gelagapan, tidak mempunyai moral untuk melakukan tindakan-tindakan balasan terhadap Iran.
6. Pertanyaan selanjutnya mengenai pernyataan dari Ayatullah Khamenei hari Jumat, termasuk yang menarik tentang sebagian dari khutbahnya yang disampaikan dalam Bahasa Arab, apalagi Anda lulusan universitas Kairo, apa pesan yang ingin beliau sampaikan ?
Pesan Rahbar kepada dunia Arab menarik dan menggugah kesadaran kolektif dunia Arab bahwa Amerika yang cenderung memecah-belah Timur Tengah selama ini disebabkan karena negara-negara Arab tidak bersatu, dan tidak memiliki kesadaran kolektif untuk melihat dan memahami peran destruktif Amerika Serikat.
Rahbar meminta dunia Arab sadar bahaya kehadiran AS yang terlalu dalam di kawasan Timur Tengah dan sebenarnya merugikan dunia Arab. Maka strategi atau visi dari Iran mengatakan bahwa Timur Tengah dan dunia Arab akan mengalami kemajuan dan kejayaan kalau mampu mengusir kehadiran dari tentara-tentara dan dominasi politik, bahkan ekonomi AS.
Nah, ini tentu akan menjadi wacana yang terus menggelinding tidak hanya di kalangan elit raja-raja atau pemimpin dunia Arab, tetapi juga masyarakat Arab,karena bagaimanapun pidato yang disampaikan Rahbar yang langsung disiarkan oleh stasiun-stasium televisi berbahasa Arab.
Hal ini akan menjadi satu wacana, satu visi; visi Iran untuk mengakhiri kehadiran pasukan AS di Timur Tengah itu juga harus disambut oleh negara-negara Arab. Sebab, bagaimanapun kesewenang-wenangan AS di Timur tengah sama sekali tidak bisa dibenarkan. Bagaimanapun setiap negara memiliki kedaulatan dan harus menghormati kedaulatan negara lain. Maka dalam prinsip diplomasi ada prinsip "Mutual Respect and mutual interest", saling menghormati, dan saling menguntungkan.
Kalau kita lihat AS tidak menghormati dan tidak menguntungkan dunia Arab. Nah saya kira, Rahbar menyampaikan satu pesan yang penting bagi dunia Arab dan mudah-mudahan para pemimpin dunia Arab punya kesadaran baru untuk memahami bahaya kehadiran AS di Timur Tengah.