Daras Akhlak: Menolong Orang Lain

Rate this item
(0 votes)

Menolong Orang Lain

Rasulullah Saw bersabda, "Allah Swt menciptakan sebagian hamba-hamba-Nya yang bertugas memenuhi hajat manusia. Mereka ini memiliki dua sifat; suka berbuat baik dan menilai kedermawanan sebagai nilai kemanusiaan. Sesungguhnya Allah Swt mencintai akhlak mulia."[1]

Islam sangat memandang penting menolong orang lain dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh orang lain. Menurut Islam, perbuatan baik tidak terbatas pada melaksanakan shalat dan membaca al-Quran, tapi menolong orang lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan orang mukmin merupakan perbuatan baik yang paling bernilai.

Di masa Imam Kazhim as seorang pengikut Syiah yang tinggal di kota Rey, Iran memiliki utang kepada penguasa di kota itu dan ia tidak mampu untuk membayarkannya. Akhirnya ia berpikir untuk menemui Imam Kazhim as dan meminta bantuan beliau. Ia akhirnya pergi ke Madinah dan menceritakan masalah yang dihadapinya.

Imam Kazhim as kemudian menulis surat kepada penguasa Rey yang isinya, "Bismillahirrahmanirrahim. Ketahuilah bahwa di bawah Arasy Allah ada bayangan yang hanya bisa ditempati oleh tiga golongan manusia; seseorang yang berbuat baik kepada saudara seimannya, menyelesaikan masalah orang lain dan menggembirakan orang lain. Orang yang membawa surat ini juga saudaramu. Salam dan rahmat Allah untukmu."

Orang itu menerima surat dari Imam Kazhim as. Setelah melaksanakan kewajiban haji, ia kembali ke kotanya. Ia menemui penguasa Rey pada malam hari dan menceritakan semuanya yang terjadi. Malam itu penguasa Rey begitu gembira dan menerimanya dengan baik. Penguasa Rey memegangnya lehernya dan mulai mencium kepala dan mata orang itu. Dengan penuh rasa ingin tahu dan cinta ia membuka surat dari Imam Kazhim as. Setelah membacanya, ia meletakkan surat itu ke matanya dan sebagai penghormatan ia bangkit berdiri di hadapan tamunya. Ia kemudian membagi setengah hartanya dengan tamunya itu dan juga sebagian dari hartanya yang berupa barang dengan uang kontan. Setelah itu ia berkata, "Saudaraku, apakah engkau gembira?" Orang itu dengan wajah berseri-seri mengatakan, "Iya. Demi Allah, engkau telah membuatku gembira lebih dari yang saya harapkan."

Setelah itu catatan hutangnya dihapus dan dengan gembira penguasa Rey itu mengantarkan tamunya hingga keluar rumah.

Di waktu lain, orang itu kemudian pergi ke Mekah untuk mendoakan penguasa Rey itu sekaligus menceritakan apa yang terjadi kepada Imam Kazhim as. Ketika Imam Kazhim as mengetahui apa yang terjadi, beliau begitu gembira. Orang itu bertanya, "Apakah kejadian ini menggembirakanmu?"

Imam Kazhim as menjawab, "Demi Allah! Orang itu telah menggembirakan saya, Imam Ali dan kakekku Rasulullah Saw. Dan pada gilirannya ia telah membuat Allah Swt ridha akan perbuatannya."[2]

Dalam hadis ini, menggembirakan para Imam as dan Allah dapat terjadi ketika seseorang membantu dan melayani manusia yang lain. Setiap orang punya kewajiban untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi orang lain sesuai dengan kemampuannya.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ada dua orang yang berselisih. Seorang sahabat besar bernama Mufaddhal memiliki uang sebanyak 400 dirham dan dengan uang yang dimilikinya itu ia berhasil menyelesaikan perselisihan dua orang itu. Setelah perselisihan reda, ia kemudian berkata, "Uang yang kuberikan kepada kalian itu berasal dari Imam Shadiq as."

Dari hadis itu dapat dipahami bahwa Imam Shadiq as memiliki orang kepercayaan yang diberi uang dan diperingahkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.

Sumber: Makarem Shirazi, Naser, Goftare Masoumeen (1): Dars-e Akhlak Ayatollah Makarem Shirazi, Tadvin: Mohammad Abdollah Zadeh, 1388 Hs, Qom, Entesharate Emam Ali bin Abi Thalib as.

 

Read 2239 times