Tekanan Muawiyah terhadap masyarakat dan Imam Hasan as sedemikian rupa sehingga para pecinta Ahlul Bait Rasulullah Saw mengalami penderitaan dan siksaan. Dari sisi lain tidak ada sahabat yang setia dan pemberani yang mendukung Imam Hasan as sehingga kemudian Imam Hasan as berkata, "Demi Allah! Seandainya saja aku memiliki sahabat yang setia dan sepemikiran denganku sebanyak jumlah jari-jari tangan saja, maka aku tidak akan ragu-ragu berperang melawan Muawiyah. Namun..."
Dalam kondisi sulit itu tidak ada jalan lain bagi Imam Hasan as kecuali untuk sementara harus menerima syarat-syarat yang diajukan oleh Muawiyah. Oleh karena itu, setelah berpikir panjang terkait masalah ini, Imam Hasan as memutuskan untuk menerima pengajuan Muawiyah.
Hal-hal yang diperlukan sudah siap. Rencananya, perjanjian damai antara Imam Hasan as dan Muawiyah akan ditandatangani. Di hadapan penyerahan pemerintahan kepada Muawiyah, Imam Hasan memberikan beberapa syarat agar Muawiyah menepatinya. Antara lain:
- Mengamalkan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah Saw.
- Tidak berhak menentukan pengganti untuk dirinya.
- Masyarakat, di mana saja mereka berada di bumi Allah; di Syam atau Irak, Yaman atau Hijaz harus dijamin keamanannya, dan mereka berhak melindungi para sahabat Imam Ali as di rumah-rumah mereka.
- Tidak mengganggu para pecinta Ahlul Bait Rasulullah Saw dan tidak mewujudkan kesulitan bagi Hasan bin Ali as, saudaranya Husein dan siapapun dari Ahlul Bait [keluarga] Rasulullah Saw baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan dan secara umum, para pecinta Ahlul Bait Rasulullah Saw harus dijamin keamanannya secara penuh.
Imam Hasan as dan Muawiyah, keduanya menandatangani perjanjian itu. Namun tidak lama kemudian Muawiyah melupakan janjinya dan kembali kembali memulai kezaliman dan penyiksaan terhadap para pecinta Ahlul Bait Rasulullah Saw.
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Hasan as.