Mengejar Berkah Ramadhan (3)

Rate this item
(0 votes)
Mengejar Berkah Ramadhan (3)

Bulan Ramadhan adalah momentum untuk memperbanyak amal-ibadah dan seorang hamba harus mencari kemuliannya dalam bersimpuh dan bersujud di hadapan Sang Pencipta.

Ramadhan adalah bulan untuk memperbanyak doa dan munajat, karena pintu rahmat terbuka lebar dan doa dikabulkan di bulan ini. Hati kita perlu dibersihkan dengan mengangkat kedua tangan dan mengucapkan kalimat, "Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami."

"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…'" (QS: Ghafir ayat 60)

Doa adalah manifestasi penghambaan kepada Allah Swt dan untuk memperkuat substansi penghambaan dalam diri manusia. Misi para nabi dari Adam as sampai nabi akhir zaman adalah menghidupkan ruh ibadah dan penghambaan dalam diri manusia.

Manusia selalu akrab dengan doa dan munajat di sepanjang hidupnya. Sejarah mencatat bahwa mereka senantiasa bercengkrama dan berkeluh-kesah dengan Tuhannya lewat doa. Kegiatan seperti ini tidak hanya dilakukan oleh umat Islam.

Dengan berdoa, makhluk yang lemah ini membangun interaksi dengan Dzat yang maha kuasa dan mengharapkan pertolongannya dalam menghadapi segala persoalan. Dia menemukan Tuhan sebagai satu-satunya Dzat yang mampu memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalahnya. Dengan demikian, tekadnya semakin bulat untuk mencapai tujuan-tujuannya.

Semakin besar kebutuhan yang dirasakan seorang hamba, maka akan semakin kuat dorongan untuk memperkuat interaksi dengan Allah Swt. Dari segi psikologis, ini adalah sesuatu yang pasti dan tidak dapat disangkal. Individu yang mengerti akan kebutuhannya dan mengetahui ada Dzat yang akan memenuhi kebutuhan itu, maka ia akan memohon dengan sepenuh jiwa agar memperoleh perhatian dan rahmat-Nya.

Dalam hal ini Allah Swt berfirman, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS: Al-Baqarah ayat 186)

Tehran International Book Fair 2019. (dok)
Seorang pemikir kontemporer, Muhammad Iqbal Lahore menulis, "Doa baik secara individu maupun sosial, merupakan manifestasi dari kerinduan batin manusia untuk menerima jawaban dalam keheningan."

Tidak sedikit orang yang mengingkari Tuhan, tetapi untuk mengobati derita batinnya mereka menyampaikan kebutuhan jiwanya dalam bait-bait doa. Meskipun ia tidak bisa dianggap doa yang sebenarnya, namun ini merupakan bukti dari kebutuhan manusia akan doa dan munajat.

Seorang ilmuan dan dokter bedah asal Perancis, Alexis Carrel dalam bukunya "Prayer" menjelaskan tentang peran doa dan ibadah sebagai sarana terapi penyakit. "Ada banyak efek terapi dari doa (ibadah) yang menyita perhatian masyarakat di sepanjang masa, sehingga ada banyak pembicaraan tentang kesembuhan yang diperoleh dengan berdoa dan bertawassul kepada Allah dan para aulia-Nya."

Dalam bukunya yang lain "Man, the Unknown," dokter Carrel menulis, "Doa dan munajat memiliki pengaruh unik terhadap anggota badan kita. Kondisi ini pada awalnya tidak begitu menyita perhatian, namun ketika proses itu berlanjut, maka tidak ada kenikmatan yang sebanding dengannya. Manusia pasrah di hadapan Tuhan ketika mereka larut dalam doa. Mereka memohon rahmat dan kasih sayang Tuhan."

Jika kita ingin memberikan definisi yang lebih komplit tentang doa, maka harus kita katakan bahwa doa adalah manifestasi dari kecintaan kepada Allah untuk meraih kesempurnaan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Doa berarti melangkah ke arah Sang Pencipta dan bergerak menuju kesempurnaan.

Dalam pandangan para aulia Ilahi, doa adalah ibadah itu sendiri dan karena besarnya perhatian kepada Allah Swt di dalam doa, mungkin ia lebih utama dari banyak perbuatan lain. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Saw bersabda, "Doa itu adalah otaknya ibadah."

Dorongan ke arah penghambaan kepada Tuhan bersumber dari fitrah manusia. Jadi, motivasi penghambaan secara potensial telah tertanam dalam diri semua orang, namun sebagian orang tidak menghidupkan hal itu dan menolak tunduk di hadapan keagungan Tuhan, dan sebagian juga tidak mempedulikannya.

Imam Ali as menganggap motivasi utama untuk ibadah dan penghambaan adalah pengetahuan dan kearifan. Beliau berkata, "Buah dari pengetahuan adalah ibadah."


Ibadah akan mendatangkan kerendahan hati dan tawadhu.' Rasa ini muncul dalam diri manusia ketika ia mengenali dan merasakan kebesaran dan keagungan Tuhan. Oleh karena itu, orang yang telah mengenal dirinya dan Tuhannya akan memilih jalan ketaatan dan penghambaan.

Rasulullah Saw dalam sebuah petuah kepada Imam Ali as, bersabda, "Dua rakaat shalat seorang yang berilmu adalah lebih baik daripada 70 rakaat shalatnya orang bodoh." Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah setiap orang bergantung pada tingkat pengetahuan dan makrifat pelakunya.

Perlu dicatat bahwa salah satu tantangan dalam meniti jalan kesempurnaan adalah perasaan serba cukup dan tidak butuh kepada Tuhan. Perasaan seperti ini akan merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan pada akhirnya, menghapus kesempatan untuk memperoleh hidayah Ilahi. Perasaan seperti ini disebut congkak dan pembangkangan terhadap perintah Allah Swt.

Individu yang merasa dirinya tidak butuh, akan bersikap congkak dan semena-mena, namun orang-orang yang menyaksikan dirinya tak berdaya di hadapan Tuhan, akan berusaha keras untuk mendekatkan diri kepada-Nya.  

"Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji." (QS: Fatir ayat 15)

Ramadan adalah bulan dibukanya pintu-pintu rahmat Allah, doa-doa akan dikabulkan di bulan ini, dan Ramadhan adalah bulan untuk bercengkrama dengan Tuhan dan bulan untuk memohon dan menerima pengkabulan.

Selama Ramadhan, masyarakat biasanya terbangun sebelum adzan subuh untuk menyantap sahur dan alangkah baiknya jika sebagian dari waktu itu, digunakan untuk shalat tahajud. Imam Hasan Askari as berkata, "Bergerak menuju Allah Swt adalah sebuah perjalanan yang tidak akan tercapai kecuali dengan terjaga di malam hari."

Semua keutamaan berkumpul di satu tempat yaitu waktu sahur dan sepertiga malam di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, waktu sahur ini perlu dimanfaatkan secara optimal karena doa dan ibadah di bulan puasa pasti akan diterima.

Rasulullah Saw bersabda, "Allah memberikan seruan dari sepertiga malam sampai terbit fajar, adakah yang berdoa sehingga Aku kabulkan doanya? Adakah pemohon ampunan sehingga Aku ampuni dia? Adakah orang yang berharap sehingga Aku penuhi harapannya? Adakah orang yang memiliki keinginan sehingga aku penuhi keinginannya?" 

Read 1003 times