Dewan Keamanan PBB meratifikasi usulan Ban Ki-moon, Sekjen PBB terkait masalah Suriah. Agshin Mehdiyev, Duta Azerbaijan untuk PBB yang menjadi ketua periodik DK-PBB mengatakan, "Berdasarkan kesepakatan anggota dewan pada sidang Kamis malam, sebuah tim bersama dari PBB dan OPCW, lembaga pemantau senjata nuklir telah dibentuk dan menjadi penanggung jawab penghancurkan gudang-gudang senjata kimia Suriah."
Tim bersama ini akan berkedudukan di Cyprus dan anggota pakar kimianya akan ditambah hingga mencapai 100 orang. Para pakar Rusia akan memainkan peran aktif dalam tim ini. Moskow bermaksud menambah jumlah pakarnya untuk memantau serius proses penghancuran senjata kimia Suriah."
Tampaknya kesempatan Kamis malam DK-PBB hasil dari lobi yang dilakukan oleh Sergei Ryabkov, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia dengan para pejabat AS dan PBB pada 8 Oktober lalu. Penghancuran senjata kimia dan instalasinya di Suriah merupakan mekanisme yang dipilih oleh menteri luar negeri Rusia dan AS dalam pertemuan bulan September di Jenewa gua mencegah semakin luasnya krisis kemanusiaan di Suriah. Kesepatakn ini disepakti dalam resolusi DK-PBB bernomor 2118.
Barat, khususnya Amerika berusaha menjadikan masalah penggunaan senjata kimia di Suriah sebagai alasan untuk melakukan intervensi militer di negara ini. Rusia berkali-kali menyatakan intervensi militer AS di Timur Tengah bertentangan dengan kepentingan dan keamanan negaranya. Untuk itu, Rusia menyampaikan ide penghancuran gudang-gudang senjata kimia Suriah guna menepis segala alasan Barat melakukan campur tangan militer di Timur Tengah. Sejatinya, Rusia dengan usulan ini berusaha membangun citra positifnya di masyarakat internasional, sekaligus menghalangi AS menciptakan Timur Tengah Baru.
Sekalipun pelaksanaan rencana ini akan mengurangi kemampuan pertahanan Suriah dalam menghadapi Zionis Israel, tapi dengan sendirinya mampu mencegah serangan militer negara-negara asing ke negara ini. Itulah mengapa pemerintah Suriah menyambut usulan ini. Damaskus dengan segera menandatangani dokumen perjanjian larangan penggunaan senjata kimia dan memberikan daftar tempat-tempat senjata kimia ditempatkan kepada lembaga OPCW.
Pemerintah Suriah telah memulai penghancuran senjata kimianya sejak awal bulan Oktober. Pada pakar internasional diterjunkan ke negara ini untuk membantu pemusnahan senjata kimia. Mereka menyebut kerjasama pemerintah Suriah sangat konstruktif dan menilai langkah awal Damaskus sangat baik. Walid Moallem, Menteri Luar Negeri Suriah mengatakan bahwa pemerintah negara ini menyimpan senjata kimia di 17 titik dan tiga darinya berada di kawasan konflik.
Sekalipun perincian usulan Ban Ki-moon belum dipublikasikan, tapi dikatakan bahwa sebagian darinya adalah pengumuman gencatan senjata dari kedua pihak yang bertikai di Suriah. Dengan demikian, rencana Sekjen PBB ini pada dasarnya hasil dari tekanan internasional untuk menciptakan gencatan senjata di Suriah dan dengan sendirinya melemahkan alasan Barat untuk mengintervensi negara ini.
Masalah pemusnahan senjata kimia Suriah akan berlanjut hingga bulan Juni tahun depan. Itu artinya, negara ini akan aman selama beberapa bulan dari ancaman intervensi militer asing. Pernyataan para pejabat Rusia juga menunjukkan mereka sedang berusaha mengulur waktu bagi pemerintah Suriah. Dengan dasar ini juga Alexander Lukashevich, Jurubicara Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan keraguannya terkait proses pemusnahan senjata kimia Suriah dengan jadual yang telah ditetapkan. Ia mengatakan, "Sesuai dengan kondisi yang ada, masih merupakan khayalan bila ada yang beranggapan dapat menyelesaikan proyek ini hingga awal musim panas 2014."