Hisam Badran, anggota biro politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas, mengatakan gerakan itu tidak akan berdiam diri dari segala bentuk pendudukan, dan akan mengoptimalkan perlawanan untuk mencegah aneksasi Tepi Barat kepada Israel.
Menurut situs web Quds Press, ketika mengumumkan bahwa Tepi Barat dalam bahaya nyata, ia menambahkan: “Tidak ada waktu atau bahkan apa pun untuk dinegosiasikan, saatnya telah tiba untuk mewujudkan persatuan nasional berdasarkan pada program perjuangan yang disepakati oleh segenap elemen Palestina.”
Badran melanjutkan bahwa AS untuk mewujudkan aneksasi Tepi Barat, mereka memulai untuk bernegosiasi dengan Palestina, dan menyamakan aksi AS ini dengan sirkus di mana Amerika Serikat telah menunjukkan wajah aslinya dengan koordinasi penuh pada kabinet rezim Zionis.
Dia melanjutkan pembahasan mengenai tahanan Palestina yang ada di penjara Israel, dengan mengatakan bahwa semua opsi Hamas untuk membebaskan tahanan sudah ada di atas meja, dan gerakannya siap untuk melakukan pengorbanan untuk tujuan itu.
Mengenai perjanjian pertukaran tahanan, Badran mengatakan bahwa Hamas berusaha untuk mencapai aksi nyata jauh dari ekspos pemberitaan di media, dan bahwa apa yang kurang diberitakan di media mengenai hal ini maka akan lebih menghasilkan hasil yang optimal.
Anggota terkemuka Hamas kemudian menekankan penolakan penuh terhadap normalisasi hubungan dengan rezim Zionis, menyebutnya sebagai belati yang akan menusuk di belakang rakyat Palestina.
Pekan lalu, Abu Ahmad Fouad, wakil sekretaris jenderal Front Rakyat, menekankan perlunya tindakan bersenjata lanjutan di wilayah Palestina, khususnya di Tepi Barat.
Dia mengatakan kepada situs web Palestina Al-Rasalah: “Tidak mungkin untuk menghentikan perjuangan bersenjata di Tepi Barat … aksi bersenjata adalah hak warga dari negara yang terjajah dan tertindas.
Kementerian luar negeri Otoritas Palestina juga telah mengumumkan dan menghubungi pihak-pihak internasional untuk mencegah aneksasi teritorial Tepi Barat lebih lanjut.