Gedung Putih dilaporkan akan mengerahkan sekitar 10.000 tentara di jalan-jalan Washington DC dan kota lain di Amerika Serikat untuk memadamkan gerakan demonstrasi anti-rasisme dan solidaritas terhadap George Floyd yang kerap berujung rusuh selama beberapa hari terakhir.
Menurut CBS News, rencana itu diungkap oleh seorang pejabat senior pertahanan yang berbicara dalam secara anonim. Namun berdasarkan sumber ini, Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan Kepala Staf Gabungan Militer AS Mark Milley menolak usulan tersebut.
Esper sebelumnya telah mengerahkan sekitar 1.600 pasukan tugas aktif untuk berada di wilayah Washington DC dengan mandat merespons demo, hanya jika diperlukan. Tetapi, sekitar 5.000 pasukan Garda Nasional (pasukan militer cadangan negara bagian AS) yang sudah ada di sana tidak pernah membutuhkan bantuan dan pasukan militer aktif mulai pergi dari pos mereka pada Kamis 4 Juni 2020.
Berdasarkan sumber lain dari pejabat pertahanan AS, Milley menilai bahwa situasi belum di ujung tanduk untuk memanggil pasukan militer aktif, sehinga rencana itu tidak dapat dipenuhi.
Milley menambahkan bahwa tindakan pengerahan pasukan ke jalan pada saat kondisi belum di ambang batas krusial bisa berpotensi melanggar hukum.
Pengerahan pasukan ini berlangsung setelah Presiden Donald Trump mengancam akan mengerahkan unsur militer demi menegakkan ketertiban di AS. Alih-alih tenangkan Pendemo, Trump justru meneriakkan sumpahnya. Pada Senin, 1 Juni 2020, Trump bersumpah akan menggunakan pasukan militer AS untuk menghentikan para pendemo.
Kota-kota di Amerika dilanda rangkaian demonstrasi bertajuk anti-rasisme dan solidaritas kepada George Floyd, pria Afrika-Amerika yang tewas di tangan polisi kulit putih AS. Kematiannya membangkitkan sentimen rasisme yang telah mengakar di AS dan protes keras terhadap kebrutalan polisi terhadap warga kulit hitam.
George Floyd tewas pada 25 Mei 2020 setelah kehabisan napas usai lehernya ditekan oleh lutut seorang petugas kepolisian yang tengah menangkapnya.
Demonstrasi pertama kali pecah di Minneapolis sehari setelah kematian Floyd hingga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru AS, bahkan dunia. Semula protes berlangsung damai, namun meluas dan berakhir dengan kerusuhan.