Ayat ke 34
Artinya:
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (7: 34)
Satu hal penting yang sering dilupakan oleh manusia pada umumnya adalah kematian dan akhir kehidupan dunia. Kematian dan kemusnahan bukan hanya bagi orang-perorang, akan tetapi berdasarkan ayat ini dan ayat-ayat lain al-Quran al-Karim, manusia dalam bentuk umat dan kaum serta peradabannya juga ikut musnah dan binasa. Betapa banyak peradaban besar dan luas yang muncul di sepanjang sejarah mengalami kemusnahan dan kebinasaan akibat kezaliman dan kehidupan duniawi yang serba bergelimang kenikmatan. Pada umumnya, para pemegang kekuasaan dan pemilik kekayaan mengira bahwa mereka akan selalu jaya dan kekuataan mereka tak akan punah. Akan tetapi ayat ini mengatakan, bahwa jika Allah menghendaki, maka mereka akan binasa tepat pada waktunya, tidak maju dan tidak mundur sedetik pun.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berbagai kesempatan dan fasilitas yang dimiliki, bersifat sementara dan akan habis suatu saat. Hendaknya kita manfaatkan semua itu sebanyak dan sebaik mungkin.
2. Para penjahat dan orang-orang yang zalim tidak merasa bahwa kesempatan yang mereka miliki adalah tanda kemurahan Allah. Batas waktunya yang telah ditentukan akan tiba dan mereka harus mempertanggungjawabkannya.
Ayat ke 35-36
Artinya:
Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (7: 35)
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (7: 36)
Sebelumnya, telah dijelaskan sebagian pesan dan anjuran Allah Swt kepada generasi umat manusia dan anak-anak Adam as. Sedangkan Ayat-Ayat di atas menyinggung tentang perbedaan umat manusia dalam menerima atau menolak hidayah Allah Swt dan mengatakan, Allah Swt selalu mengutus para nabi yang dipilih dari kalangan manusia sendiri dan mereka menyeru masyarakat kepada kebaikan dan ketakwaan. Akan tetapi manusia terpecah menjadi dua golongan dalam menanggapi seruan tersebut;
Golongan pertama adalah orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebajikan yang memperoleh kesejahteraan dan kebaikan di dunia dan akhirat. Karena mengikat transaksi dengan Allah, mereka pun tidak akan mengalami kerugian dan penyesalan. Karena transaksi dengan Allah tidak akan membawa penyesalan dan kerugian apa pun. Mereka bahkan tidak pernah merasa takut dan khawatir. Karena seseorang yang bersandar kepada Allah Swt, maka ia tidak akan pernah takut kepada berbagai kekuatan manusia apapun, dan tidak pula takut kepada api neraka di Hari Kiamat.
Golongan kedua adalah mereka yang oleh karena sikap keras kepala dan menolak seruan para nabi Allah, bahkan mereka menyebut para utusan sebagai pembohong. Mereka menolak seruan para nabi ini dengan harapan dapat hidup di dunia dengan bebas dan leluasa. Sesungguhnya orang-orang ini lebih memilih kebebasan hidup duniawi dari pada kebahagiaannya, sementara di akherat pun mereka akan terjerumus ke dalam neraka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Takwa menuntut upaya pembenahan masyarakat dan para individunya, bukan pengasingan diri dan menjadi pertapa yang menjauhi kehidupan bermasyarakat.
2. Ketenangan yang hakiki berada di dalam kebersihan dan kebaikan, yang akan menjauhkan manusia dari kesedihan dan ketakutan.
Ayat ke 37
Artinya:
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: "Di mana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah?" Orang-orang musyrik itu menjawab: "Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami," dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (7: 37)
Ayat ini menjelaskan kondisi orang-orang kafir pada hari Qiyamat, dengan mengatakan, bahwa bertentangan dengan yang dikatakan oleh orang-orang kafir bahwa para Nabi adalah pembohong, mereka sendirilah yang pembohong. Karena mereka sebenarnya telah memahami hakikat, namun mereka medustakannya. Memang orang-orang semacam ini tidak dijauhkan dari anugerah Allah di dunia, dan Allah Swt tidak mengurangi rejeki mereka di dunia. Akan tetapi pada saat kematian, ketika malaikat maut mencabut nyawa mereka, saat itulah mereka menyadari kesesatan dan penyimpangan mereka.Pada waktu itu mereka mengatakan, "Kami telah mengingkari berbagai nikmat Allah, dan mendustakan ayat-ayat ilahi."
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kufur dan mengingkari kebenaran merupakan perbuatan aniaya terbesar terhadap diri sendiri.
2. Setiap orang memiliki bagian dan rezeki tertentu di dunia ini yang telah ditetapkan kadarnya oleh Allah Swt.
3. Hakim pertama pada Hari Kiamat adalah hati nurani manusia itu sendiri yang akan memberikan kesaksian terhadap manusia itu sendiri.
Ayat ke 38
Artinya:
Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka". Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui". (7: 38)
Ayat ini menyinggung percakapan di antara para penghuni neraka, khususnya dengan para pembesar yang telah menyebabkan mereka masuk ke dalam neraka jahanam. Ayat ini mengatakan bahwa setelah menjalani penghitungan amal, kelompok demi kelompok mereka dimasukkan ke dalam neraka. Setiap kelompok mengkutuk dan melaknat kelompok yang lain. Mereka terbagi-bagi kepada kelompok-kelompok dari manusia dan kelompk-kelompok dari bangsa jin. Di saat-saat seperti itulah mereka yang dulu mengikuti para pemimpin sesat, berkata kepada para pemimpin mereka, "Kalianlah yang menyebabkan kami tersesat, karena itu kalian berhak mendapatkan siksaan berlipat ganda. Siksaan karena kesesatan kalian sendiri, dan siksaan karena kalian telah menyesatkan kami."
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Surga adalah tempat yang penuh dengan kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan. Sedangkan neraka adalah tempat yang penuh dengan kutukan, laknat dan siksaan. Para penghuni sorga adalah orang-orang yang memiliki persahabatan yang kekal dan abadi. Sedangkan watak para penghuni neraka adalah bersahabat jika berhadap-hadapan, tetapi saling mengutuk di belakang.
2. Bangsa jin, sebagaimana manusia, juga menerima taklif dan kewajiban mentaati ajaran agama. Para pendosa dari kedua bangsa ini akan mendapatkan akibat dan balasan yang sama, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang sama.
3. Para pendosa dan penjahat, pada Hari Kiamat, berusaha menimpakan dosa dan perbuatan jahat mereka kepada orang lain, atau setidaknya mereka ingin mendapatkan teman dalam kejahatan dan dosa mereka.