Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 83-86

Rate this item
(0 votes)

Ayat ke 83-84

Artinya:

Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (7: 83)

 

Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (7: 84)

 

Pada pelajaran pekan lalu telah dijelaskan bahwa kaum Luth tidak menerima dengan baik ajaran dan bimbingan Nabi Luth as, bahkan mereka berusaha mengusir utusan Allah ini bersama para para pengikutnya. Sebab Nabi Luth dan orang-orang Mukmin dianggap bersalah karena hidup tidak melakukan kejahatan dan tidak menodai diri dengan dosa. Ayat-ayat tadi menyebutkan, karena kaum Nabi Luth berbuat dosa besar, Allah menurunkan azab-Nya atas mereka. Hanya Nabi Luth as dan para pengikutnya sajalah yang diselamatkan oleh Allah Swt dari azab itu.

 

Yang menarik dalam kisah al-Quran ini adalah nasib istri Nabi Luth. Sekalipun dia tidak melakukan dosa seperti laki-laki di kaum itu, namun karena keengganannya mengikuti ajaran Nabi Luth dan dukungannya kepada kaum pendosa, dia harus menerima azab ilahi dan binasa karenanya.

 

Siksaan dan azab yang diturunkan kepada kaum Nabi Luth ini mirip dengan azab yang turun atas Abrahah dan pasukan gajahnya yang datang ke Mekah untuk menghancurkan Ka'bah. Surat Hud ayat 82 dan 83 mengenai siksaan terhadap kaum Nabi Luth ini menyatakan, "Dan Kami turunkan kepada mereka hujan kerikil yang terbakar". Sementara surat al-Fil menyebutkan azab dan siksaan atas pasukan gajah demikian, "Burung-burung itu melempari mereka dengan kerikil yang terbakar."

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam masalah siksa dan pahala ilahi, hubungan saudara dan keluarga tidak ada gunanya. Istri seorang nabi sekalipun akan mendapatkan siksaan dan azab, sementara para pengikut nabi diselamatkan oleh Allah Swt.

2. Wanita dan laki-laki sama-sama independen dan bebas dalam berbuat sesuatu serta menentukan pemikiran dan keyakinan. Istri Nabi Luth as telah memilih jalan orang-orang kafir durhaka dan mendapat siksa akibat pilihannya. Sedang istri Fir'aun memilih menjadi pengikut Nabi Musa as, sehingga mendapat balasan pahala dan surga.

3. Kemurkaan Allah tidak dikhususkan pada Hari Kiamat, tetapi kadang-kadang juga ditimpakan kepada para pendosa di dunia ini.

 

Ayat ke 85

 

Artinya:

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". (7: 85)

 

Setelah menjelaskan peristiwa kaumnya Nabi Luth as, ayat ini menyinggung peristiwa Nabi Syu'aib dan kaumnya. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt telah mengutus seorang Nabi bernama Syu'aib kepada kaum Madyan yang tinggal di berbagai kawasan yang memiliki banyak simpanan air dan udara yang nyaman. Di sana masyarakat ini menghadapi kejahatan yang luas yaitu pengurangan timbangan dalam berjual beli. Karena itu Nabi Syu'aib as yang hidup bersama mereka ditugaskan untuk mencegah kebiasaan buruk ini. Beliau memperingatkan kaumnya untuk menakar dan menimbang barang dagangan dengan benar dan teliti. Nabi Syuaib as mengatakan, "Mengurangi timbangan merupakan sejenis kejahatan di muka bumi dan perbuatan tersebut tidak bisa seiring dengan iman kepada Allah Swt."

 

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Orang yang tidak beriman kepada Allah mudah terseret untuk melakukan dosa dan kejahatan, seperti penyimpangan akhlak dan kejahatan ekonomi.

2. Agama-agama samawi dan para utusan Allah Swt tidak hanya terkonsentrasi dalam munajat dan menyembah Allah, tetapi juga memperhatikan segala problema masyarakat seperti masalah ekonomi dan lainnya, serta berjuang untuk mengikis segala bentuk penyelewengan yang ada di muka bumi.

3. Orang yang komitmen dengan imannya, senantiasa berusaha memperoleh rezeki dan bekerja yang benar, berbuat adil dan jujur dalam berjual-beli.

 

Ayat ke 86

 

Artinya:

Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (7: 86)

 

Kaum Nabi Syu'aib yang keras kepala dan hanyut dalam kejahatan, selalu mengancam orang-orang Mukminin dan menyiksa mereka dengan berbagai cara. Nabi Syu'aib as berpesan kepada kaum Madyan agar senantiasa menjaga akhlak dan norma-norma sosial. Beliau juga mengingatkan kaum Kafir Madyan untuk tidak menggunakan tipu daya, pembunuhan dan perampokan dalam menggoyahkan keimanan kaum Mukminin. Nabi Syuaib juga menyeru mereka untuk selalu mengingat nikmat-nikmat Allah Swt.

 

Menyelewengkan ajaran Tuhan dan upaya memalingkan orang-orang Mukmin dari kebenaran merupakan tindakan yang biasa dilakukan oleh kaum Madyan. Nabi Syu'aib as memperingatkan perbuatan-perbuatan tersebut dan mengatakan, "Ingatlah kalian semua akan segala nikmat Allah dan jangan melakukan kejahatan dan dosa. Kalian dahulu adalah kelompok kecil yang terancam punah dan hancur, tetapi Allah Swt menganugerahkan kepada kalian kesejahtaraan, keluasan, keturunan yang banyak dan kekuasaan. Karena itu bersyukurlah atas nikmat-nikmat Allah ini. Janganlah kalian melakukan penyimpangan, dan hendaknya kalian mengambil pelajaran dari nasib orang-orang terdahulu yang telah melakukan perbuatan dosa dan kejahatan"

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Musuh-musuh di jalan Allah ada di mana-mana. Mereka selalu memanfaatkan berbagai cara untuk menyimpangkan dan menyelewengkan kaum Mukminin.

2. Salah satu cara untuk mengajak masyarakat kepada kebenaran adalah dengan mengingatkan berbagai nikmat Allah dan mengajak untuk mengambil pelajaran dari nasib kaum-kaum terdahulu.

Read 2660 times