Ayat ke 90-91
Artinya:
Pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi". (7: 90)
Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. (7: 91)
Sebelumnya telah disampaikan bahwa penduduk kota Madyan bersama para pembesar dan kepala-kepala suku mereka, selalu berdiri menentang ajakan dan seruan Nabi Syu'aib as. Mereka tidak saja melecehkan dan mengabaikan seruan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, bahkan juga berencana untuk mengusir Nabi Syu'aib dan para pengikutnya. Surat al-A'raf ayat 90 dan 91 ini menyatakan bahwa para pembesar kota Madyan yang kafir selalu memperingatkan masyarakat yang mendengarkan nasehat dan seruan Nabi Syu'aib as, bahkan mereka akan mendapatkan malapetaka dan kerugian.
Sudah barang tentu, yang dimaksud dengan kerugian oleh orang-orang Kafir itu adalah kerugian harta dan duniawi. Pesan terpenting Nabi Syu'aib as kepada kaumnya adalah agar mereka menjauhkan dari sikap curang dengan mengurangi takaran dan timbangan dalam berdagang. Bila dilihat dari sudut pandang para pencinta dunia, mengurangi takaran dan timbangan merupakan suatu keuntungan dan sebaliknya, bersikap jujur akan menimbulkan kerugian. Namun, Nabi Syu'aib menyeru umatnya agar takut kepada Tuhan dan berbuat jujur sebagaimana yang diperintahkan Tuhan.
Ketika hujjah Allah Swt sudah disampaikan, namun kaum Madyan tetap saja keras kepala dan mengingkari nasehat serta seruan Nabi Syu'aib as, bahkan mendustakannya serta menyakitinya, akhirnya Allah menurunkan azab-Nya. Secara tidak diduga dan tiba-tiba pada malam hari terjadilah gempa bumi dahsyat yang mengguncang bumi Madyan. Kaum Madyan yang kafir itu tidak sempat untuk melarikan diri dan mereka tewas tertimpa rumah mereka yang hancur.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para penentang nabi-nabi utusan Allah kebanyakan dari kalangan bangsawan kaya raya dan arogan,yang acuh tak acuh terhadap urusan masyarakat.
2. Berbagai siksaan Allah biasanya diturunkan pada waktu malam, meskipun Allah Swt juga menurunkan anugerah dan berita gembira kepada para kekasih-Nya dan hamba-hamba yang shaleh pada malam hari.
Ayat ke 92
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi. (7: 92)
Ayat ini menjelaskan betapa dahsyatnya gempa yang diturunkan Allah Swt. Gempa itu telah mengubur penduduk kota Madyan di dalam puing-puing reruntuhan rumah-rumah mereka. Sampai-sampai orang yang datang kemudian menyangka bahwa kawasan ini tidak berpenghuni dan telah ditinggalkan oleh penduduknya selama bertahun-tahun. Al-Quran al-Karim selanjutnya mengatakan bahwa orang-orang Kafir itu mendapatkan balasan atas kecurangan mereka. Orang-orang Kafir itu suka mengurangi takaran dan timbangan dan akibatnya, perbuatan curang itu menjadi penyebab kehancuran dan kerugian mereka. Orang-orang yang kufur terhadap perintah Allah Swt akan menanggung kerugian yang berat, yaitu kerugian-kerugian yang ditanggungnya di dunia dengan melayangnya harta dan nyawa mereka, serta kerugian di akhirat dengan terlemparnya mereka ke dalam api neraka yang membakar.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita harus mengambil hikmah dan pelajaran dari akibat pahit yang ditanggung oleh orang-orang Kafir. Kita tidak bolehmengingkari kebenaran karena hal itu akan mengakibatkan kerugian bagi diri kita sendiri.
2. Kita harus senantiasa bertawakal kepada Allah dan memahami bahwa segala tipu daya kaum bathil senantiasa akan menemui kegagalan. Orang-orang yang berencana untuk mengusir Nabi Syu'aib dan para pengikutnya, justru akhirnya hancur binasa tertimpa reruntuhan rumah-rumah mereka sendiri.
Ayat ke 93
Artinya:
Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?" (7: 93)
Ayat ini menunjukkan kebenaran nasehat utusan Allah ini, sehingga kesyirikan kaumnya mendapatkan balasan siksa yang pedih. Dalam ayat ini, Nabi Syu'aib seolah-olah berbicara dengan orang-orang Kafir yang tewas dan hancur itu, "Wahai kalian semua! Apakah aku tidak cukup memberitahukan kalian akan turunnya azab dan siksaan Allah, apakah aku juga tidak cukup menasehati dan memberi teladan kepada kalian? Kenapa kalian acuh tak acuh dan tidak perduli dengan nasehat dan seruanku demi kebaikan kalian? Kalian malah pergi mematuhi orang-orang yang telah memperbudak kalian demi kepentingan pribadi mereka. Wahai kalian semua! Aku telah menyampaikan hujjah Allah secara sempurna kepada kalian, tetapi kalian tidak menyukainya dan tidak pula menerimanya. Karena itu, buat apa aku bersedih atas nasib buruk yang telah menimpa kalian?"
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam mendakwahkan ajaran Islam, kita harus memiliki komitmen dan niat yang baik. Selain itu, dakwah harus dilakukan dengan bahasa yang penuh persaudaraan dan persahabatan, bukan dengan sikap berkuasa dan sombong.
2. Kita harus melaksanakan tugas kewajiban kita dalam menyampaikan kebenaran sebaik mungkin dan tidak perlu cemas atau bersedih hati bila hasilnya tidak sesuai keinginan kita.
3. Memberi teladan dan nasehat ada batasnya. Sewaktu masyarakat sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk bisa menerima teladan dan seruan, maka harus ada tindakan yang lebih keras.
4. Kemurkaan Allah pasti akan diturunkan setelah hujjah disampaikan dengan sempurna. Selama kebenaran masih belum diterima dan dipahami oleh masyarakat, maka azab dan siksaan Allah tidak akan diturunkan.