Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 94-96

Rate this item
(2 votes)

Ayat ke 94-95

Artinya:

Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. (7: 94)

 

Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya. (7: 95)

 

Sebelumnya telah disampaikan tentang pembahasan ayat-ayat al-Quran berkenaan dengan peristiwa sejarah para nabi seperti Nabi Hud, Saleh dan Syu'aib as. Surat al-A'raf ayat ke-94 dan 95 ini menyinggung salah satu Sunnatullah. Yaitu, di samping mengutus para nabi untuk menyeru umat manusia ke jalan Allah,

Dia juga menurunkan berbagai kesulitan agar umat manusia selalu mengingat tentang kematian dan alam akhirat. Selain itu, dengan adanya pengalaman masa lalu yang pahit, manusia dapat memperbaiki masa depannya.

 

Terkadang manusia tersadarkan dari semua kesalahan dan kelalaiannya ketika dia mengalami musibah yang menimpa fisik mereka. Seperti sakit dan kematian atau musibah yang menimpa harta benda mereka, misalnya kedatangan musim paceklik dan masa-masa sulit. Semua musibah tersebut akan mengikis habis kecintaan manusia kepada dunia, sehingga ia akan menjalani kehidupan dengan lebih baik. Sesungguhnya masa-masa sulit tersebut sangat singkat dan Allah akan kembali mendatangkan nikmat-Nya. Namun sayangnya, banyak manusia yang begitu memperoleh kekayaan dan kejayaan kembali lupa daratan. Mereka lupa untuk selalu mengingat Allah Swt dan mengatakan bahwa berbagai peristiwa pahit dan sulit tersebut adalah karena proses alam semata. Hal inilah yang menimbulkan kemurkaan Allah.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sesungguhnya berbagai kesulitan dan problem dapat menjadi sebuah faktor penggugah kesadaran yang konstruktif, agar manusia terbebas dari penyakit lalai atas kekuasaan Allah Swt. Dari sudut pandang ini, berbagai kejelekan dan penyakit tidak selalu merupakan murka Allah, tetapi adakalanya merupakan anugerah dan kasih sayang Allah dalam bentuk musibah demi kebaikan manusia.

2. Bagi sebagian orang yang tidak memiliki iman dan kesadaran, kesejahteraan dan kebahagiaan malah membuatnya menjadi manusia yang arogan dan lalai dari ajaran agama. Dalam situasi seperti ini, kebahagiaan dan kesejahteraan malah menjadi tanda adanya peringatan dari Allah.

 

Ayat ke 96

 

Artinya:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (7: 96)

 

Ayat yang baru dibacakan tadi menyatakan bahwa Allah Swt dalam menurunkan kesulitan dan musibah untuk manusia bukanlah bertujuan untuk menyiksa, melainkan agar manusia menjadi beriman dan bertakwa. Ketika manusia telah menjalankan berbagai kewajiban mereka dengan benar, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, ataupun sosial kemasyarakatan, Allah Swt tidak pernah menutup pintu berkah-Nya baik di langit maupun di bumi. Namun apa yang hendak dikata, sebagian manusia justru dengan memperoleh berbagai nikmat malah mendustakan Allah dan itulah sebabnya mereka memperoleh kemurkaan Allah Swt.

 

Di sini, barangkali timbul pertanyaan, mengapa dewasa ini kita mendapati kehidupan orang-orang Kafir, terutama di negara-negara Barat, lebih sejahtera daripada kaum Muslimin? Sementara itu, kita menyaksikan pula betapa banyak kaum Muslimin dunia yang hidup miskin dan tertindas. Bukankah ayat tadi menjelaskan bahwa iman dan takwa merupakan syarat utama turunnya nikmat Allah? Bila kita dengan cermat menganalisa kondisi dunia dewasa ini, kita dengan mudah menemukan jawabannya.

 

Pertama, sebagian besar kaum Muslimin dan negara-negara Islam di dunia hanya menjadikan Islam sebagai nama saja. Mereka sebagian besar hanya menjalankan ritual-ritual Islam serta tidak menjalankan ajaran dan pemikiran agama Ilahi ini secara benar. Itulah sebabnya, nikmat yang dijanjikan Allah bagi kaum Muslimin belum juga datang.

 

Kedua, negara-negara kafir pun sesungguhnya menderita berbagai problema besar. Meskipun secara material mereka kaya serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, namun mereka dirundung berbagai kesulitan besar dalam bidang kebudayaan dan sosial. Masalah sosial utama yang dihadapi Barat saat ini adalah keruntuhan nilai-nilai sejati rumah tangga, sehingga lenyaplah perasaan kasih-sayang di antara anggota keluarga. Akibatnya, kebobrokan moral meraja-lela di berbagai sektor kehidupan. Data statistik banyak menunjukkan bertapa banyak kasus bunuh diri dan penyakit jiwa yang terjadi di negara-negara kaum kafir. Padahal, secara material mereka hidup berlebihan dan sejahtera.

 

Al-Quran al-Karim pada ayat-ayatnya yang lain menyinggung jenis nikmat-nikmat yang tidak langgeng dan tidak berkah ini. Dalam surat al-An'am ayat ke-44 Allah berfirman, "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka." Ketika kaum Mukminin memperoleh nikmat, Allah akan menyertainya dengan berkah, sehingga nikmat itu akan memberikan kebahagiaan lahir batin.

 

Sebaliknya, Allah tidak menurunkan berkah itu bagi orang-orang Kafir, sehingga nikmat material yang mereka miliki, seperti kekayaan, kekuasaan, atau ketinggian ilmu tidak membawa mereka kepada kebahagiaan yang hakiki. Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa pada akhir zaman, Imam Mahdi af sang juru selamat dunia akan muncul dan kemudian turunlah berkah dari langit dan bumi untuk umat manusia, sehingga segala bentuk kezaliman dan penindasan di muka bumi akan sirna dan digantikan oleh keadilan dan kesejahteraan.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita tidak boleh menyenangi segala bentuk nikmat, namun harus selalu mengharapkan nikmat yang diiringi berkah, sehingga kita tidak perlu iri hati terhadap suatu nikmat yang berada di tangan orang-orang Kafir. Nikmat di tangan orang mukmin adalah pertanda anugerah Allah sedangkan nikmat yang berada di tangan orang kafir adalah pertanda kemurkaan Allah.

2. Agar Allah menurunkan berkahnya di tengah sebuah masyarakat, mayoritas anggota masyarakat itu haruslah beriman dan bertakwa, bukan hanya satu atau dua orang saja.

3. Pembinaan jiwa dan kebudayaan masyarakat penting untuk dilakukan agar sejalan dengan nilai-nilai Ilahi. Hal ini akan berdampak baik pada kemajuan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, sekaligus mencegah timbulnya kerusakan dan kemunduran ekonomi.

Read 3878 times