Ayat ke 109-110
Artinya:
Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai. (7: 109)
Yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir'aun berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?" (7: 110)
Sebelumnya telah dipelajari bahwa Nabi Musa as telah diutus Allah Swt agar pergi menemui Fir'aun dan menyeru raja zalim itu supaya beriman kepada Allah Swt. Nabi Musa as juga diutus dengan misi menyelamatkan kaum Bani Israil dari cengkraman kezaliman Fir'aun. Dalam usahanya untuk membuktikan kebenaran ajaran tauhid yang dibawanya, Nabi Musa as menunjukkan mukjizat yang menyebabkan Fir'aun dan para pendukungnya tidak berdaya dan tidak mampu melawan. Pada kedua ayat yang baru kita baca tadi, para pembesar dan pendukung Fir'aun menyebut Nabi Musa sebagai penyihir, demi untuk mencegah kaumnya beriman kepada ajaran Nabi Musa.
Pada zaman itu, sihir dan sulap berkembang sangat luas dan masyarakat mengetahui bahwa sihir merupakan suatu pekerjaan berupa tipuan yang tidak ada hakikat atau kenyataannya. Karena itulah Fir'aun dan para pendukungnya menyebut mukjizat Nabi Musa tak lain adalah perbuatan sihir belaka. Selain itu, mereka juga menyebut bahwa tujuan Musa yang sesungguhnya adalah untuk meraih kekuasaan. Para pembesar dalam pemerintahan Fir'aun itu berkata kepada Fir'aun, "Sesungguhnya dia ingin melepaskanmu dari tampuk kekuasaan dan dia akan duduk menggantikanmu sebagai penguasa, sehingga dengan demikian dia dapat berkuasa atas Bani Israil. Kemudian, kita akan diusir dari negeri ini. Karena itu, pikirkanlah sesuatu jalan penyelesaian dari masalah ini."
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam menghadapi dalil dan logika cemerlang seorang nabi, orang-orang Kafir melemparkan tuduhan yang mengada-ada dan terus bersikap keras kepala dan acuh tak acuh.
2. Orang-orang Kafir selalu melemparkan berbagai tuduhan dan fitnah kepada para nabi dan orang-orang yang benar. Demi menghalangi tersebarnya kebenaran, orang-orang Kafir menuduh para nabi dan kaum Mukminin sebagai orang yang haus kekuasaan dan harta, padahal sesungguhnya orang-orang Kafir itulah yang demikian.
Ayat ke 111-112
Artinya:
Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir). (7: 111)
Supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai". (7: 112)
Setelah saling bertukar pikiran, para pejabat Istana Fir'aun akhirnya sampai memutuskan untuk tidak menghabisi Musa, tetapi mengambil jalan lain untuk menundukkan Musa, yaitu dengan memanggil para tukang sihir dari berbagai penjuru negeri.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam usaha untuk mengalahkan kebenaran, para penguasa yang arogan dan zalim akan melakukan berbagai perundingan, bahkan bila perlu dalam bentuk konferensi atau seminar-seminar bertaraf internasional.
2. Terkadang ilmu, keahlian, atau bahkan kesenian dimanfaatkan oleh orang-orang penentang kebenaran demi melawan seruan kebenaran.
Ayat ke 113-114
Artinya:
Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir'aun mengatakan: "(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?" (7: 113)
Fir'aun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)". (7: 114)
Setelah Fir'aun mengeluarkan perintah kepada semua tukang sihir yang hebat dari berbagai penjuru negeri Mesir untuk berkumpul di kerajaannya, para tukang sihir itupun mendatangi Firaun dan berkata, "Ini adalah pekerjaan besar. Jika kami menang melawan Musa, kami harus mendapatkan imbalan yang baik dan pantas." Fir'aun menjawab bahwa selain mendapatkan upah dan imbalan materil yang menggiurkan, para penyihir itu juga akan diberi kedudukan yang terhormat di dalam Istana Fir'aun.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebagaimana anggota masyarakat pada umumnya, para tukang sihir meminta imbalan atau upah atas pekerjaan yang mereka lakukan. Hal inilah yang membedakan antara nabi dengan manusia biasa. Para nabi dalam menyeru dan mengajak manusia ke jalan Allah yang lurus dan benar tidak meminta upah apapun dari masyarakat.
2. Dalam usaha untuk mengalahkan kebenaran, para penguasa yang zalim mengeluarkan modal dan investasi, diantaranya dengan membayar para pakar atau seniman untuk membantu mereka dalam menutup-nutupi kebenaran.
Ayat ke 115-116
Artinya:
Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?" (7: 115)
Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan). (7: 116)
Setelah para tukang sihir itu datang berkumpul, Raja Fir'aun juga memerintahkan rakyatnya untuk menyaksikan pertandingan besar di lapangan yang luas antara para penyihir melawan Nabi Musa as. Fir'aun meyakini bahwa tukang-tukang sihirnya yang ahli dan piawai akan dapat menundukkan Musa. Sementara itu, para tukang sihir itu pun merasa sangat percaya diri dan yakin bahwa mereka dengan mudah akan berhasil mengalahkan Nabi Musa, sehingga mereka berkata, "Engkaukah dahulu yang mulai menggelar kemampuanmu ataukah kami yang akan menampilkan atraksi-atraksi kami ?"
Nabi Musa as yang beriman teguh kepada kekuasaan Allah Swt, dengan tenang dan mantap menjawab, "Kalian keluarkan dahulu kemampuan yang kalian miliki!" Lalu para penyihir itu pun mengerahkan keahlian mereka dalam bidang sihir dan sulap. Mereka melemparkan tali-tali tambang yang kemudian berubah menjadi ular-ular sehingga menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat yang menjadi penonton.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Panca indra manusia dapat disimpangkan ke arah yang melenceng, sehingga manusia sering salah dalam menilai sesuatu. Sebagai contoh, ketika manusia melihat fatamorgana air, dia tidak melihat air yang sesungguhnya. Pekerjaan tukang sulap dan sihir hanya mencari dan memanfaatkan poin lemah dari panca indera manusia seperti ini.
2. Pekerjaan sihir dan sulap benar-benar ada dan bukan ilusi semata-mata sehingga memberi pengaruh negatif pada jiwa manusia. Karena itulah ajaran Islam mengharamkan pekerjaan ini.