Ayat ke 61
 
┘ê┘ÄÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ͻ┘Ä┘à┘Å┘êÏ»┘Ä Ïú┘ÄÏ«┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ ÏÁ┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ¡┘ïϺ ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘è┘ÄϺ ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É ÏºÏ╣┘ÆÏ¿┘ÅÏ»┘Å┘êϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ç┘ì Ï║┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘Å┘ç┘Å ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ┤┘ÄÏú┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘ê┘ÄϺÏ│┘ÆϬ┘ÄÏ╣┘Æ┘à┘ÄÏ▒┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è┘ç┘ÄϺ ┘ü┘ÄϺÏ│┘ÆϬ┘ÄÏ║┘Æ┘ü┘ÉÏ▒┘Å┘ê┘ç┘ŠϽ┘Å┘à┘æ┘Ä Ï¬┘Å┘êÏ¿┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘è ┘é┘ÄÏ▒┘É┘èÏ¿┘î ┘à┘Åϼ┘É┘èÏ¿┘î (61)
 
Artinya:
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)". (11: 61)
 
Dalam pertemuan yang lalu, kita telah membahas riwayat kehidupan Nabi Nuh dan kaum Ad. Sekarang, kita akan mengkaji nasib kaum Tsamud beserta Nabi utusan Allah yaitu Nabi Shaleh as. Setelah Nabi Nuh dan Nabi Hud, Shaleh as diutus oleh Allah sebagai nabi. Sebagaimana seruan dan dakwah yang telah dilakukan oleh para nabi sebelum beliau, Nabi Shaleh juga menyeru kepada tauhid serta menjauhkan diri dari syirik dan penyembah berhala. Akan tetapi, ajaran para nabi tidaklah terbatas para urusan akhirat saja, melainkan juga terkait dengan urusan duniawi. Orang-orang mukmin diseru agar memikirkan alam akhirat dan duniawi secara seimbang. Mereka harus berupaya untuk memakmurkan bumi ini dan mengubahnya menjadi lingkungan yang sehat dan aman untuk kehidupan umat manusia.
 
Karena itulah, Nabi Saleh berkata kepada kaumnya, "Allah Swt menyerahkan pemakmuran bumi ini di tangan manusia, karena itu kalian harus membuat kemakmuran di muka bumi ini." Setelah itu Nabi Saleh as mengatakan: Kenapa kalian mencari harta dari jalan yang tidak halal? Kalian semestinya berupaya melalui bercocok tanam atau berternak hewan. Bertaubatlah kalian kepada Tuhan dari perbuatan dan sikap buruk ini, karena sesungguhnya Allah Maha Menerima Taubat hamba-hamba-Nya."
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Hubungan para Nabi dengan masyarakat merupakan hubungan persaudaraan, dan bukan hubungan antara atasan dan bawahan.
2. Pembangunan dan pemakmuran bumi merupakan perintah Allah kepada manusia.
 
Ayat ke 62
 
┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ ┘è┘ÄϺ ÏÁ┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ¡┘Å ┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘â┘Å┘å┘ÆϬ┘Ä ┘ü┘É┘è┘å┘ÄϺ ┘à┘ÄÏ▒┘Æϼ┘Å┘ê┘æ┘ïϺ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘Ä ┘ç┘ÄÏ░┘ÄϺ Ïú┘ÄϬ┘Ä┘å┘Æ┘ç┘ÄϺ┘å┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘å┘ÄÏ╣┘ÆÏ¿┘ÅÏ»┘Ä ┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ╣┘ÆÏ¿┘ÅÏ»┘Å Ïó┘ÄÏ¿┘ÄϺÏñ┘Å┘å┘ÄϺ ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘å┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ü┘É┘è Ï┤┘Ä┘â┘æ┘ì ┘à┘É┘à┘æ┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘ÅÏ▒┘É┘èÏ¿┘ì (62)
 
Artinya:
Kaum Tsamud berkata: "Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami". (11: 62)
 
Dalam menjawab seruan tauhid dari Nabi Saleh as, kaum Tsamud menyatakan pembangkangan karena mereka masih berpegang teguh kepada ajaran sesat para pendahulu mereka. Tanpa memikirkan seruan Nabi Saleh dengan akal yang jernih dan logis, kaum Tsamud malah berkata, "Hai Saleh, engkau adalah orang yang kami hormati dan kami percayai, namun perkataanmu ini membuat kami merasa ragu kepadamu."
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.  Para mubaligh atau pendakwah gama harus mengetahui bahwa masyarakat tidak mudah diajak meninggalkan keyakinan para pendahulu mereka dan karena itu, mereka tidak boleh mengharapkan adanya perbaikan yang terjadi secara cepat.
2. Keragu-raguan bisa membawa kepada dua hal. Keraguan bisa mendorong seseorang melakukan penelitian yang akan mendatangkan keyakinan yang benar. Sebaliknya, keraguan juga bisa membawa manusia kepada kesesatan.
 
Ayat ke 63
 
┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘è┘ÄϺ ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É Ïú┘ÄÏ▒┘ÄÏú┘Ä┘è┘ÆϬ┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘å┘ÆϬ┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï¿┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘ÄÏ®┘ì ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘è ┘ê┘ÄÏó┘ÄϬ┘ÄϺ┘å┘É┘è ┘à┘É┘å┘Æ┘ç┘Å Ï▒┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘ÄÏ®┘ï ┘ü┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘Ä┘å┘ÆÏÁ┘ÅÏ▒┘Å┘å┘É┘è ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘Æ Ï╣┘ÄÏÁ┘Ä┘è┘ÆϬ┘Å┘ç┘Å ┘ü┘Ä┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ▓┘É┘èÏ»┘Å┘ê┘å┘Ä┘å┘É┘è Ï║┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘Ä Ï¬┘ÄÏ«┘ÆÏ│┘É┘èÏ▒┘ì (63)
 
Artinya:
Shaleh berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian. (11: 63)
 
Dalam menghadapi jawaban kaum Tsamud yang tidak logis dan tidak masuk akal itu, Nabi Saleh mengatakan: "Wahai kaumku, rahmat ilahi tercurah kepadaku dan aku telah dipilih Allah untuk menyampaikan seruan agama dan dakwah kepada kalian semua. Jika aku tidak melaksanakan tugasku ini, kalian pun tidak akan bisa membantuku. Karena itu, tidak ada alasan bagiku untuk meninggalkan pekerjaanku ini hanya untuk mencari simpati dan keridaan dari kalian." Dalam ayat sebelumnya, kaum Tsamud memuji Nabi Saleh dengan menyebutnya sebagai orang yang dihormati dan dipercayai dengan tujuan agar Nabi Saleh menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi Saleh as menjawab bahwa dakwah adalah tugas dari Allah dan hanya keridaan Allah-lah yang menjadi tujuannya, bukan keridaan atau simpati dari sesama manusia.
 
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Agama-agama suci samawi disampaikan kepada masyarakat dengan dalil yang jelas, kokoh, dan argumentatif. Masyarakat diseru kepada agama Allah melalui dalil yang kokoh ini, bukan melalui ancaman atau pemaksaan.
2. Semua manusia memiliki kedudukan sama di hadapan hukum Allah. Bahkan para nabi pun bila melakukan penyimpangan atau tidak melakukan tugasnya dengan baik, pasti akan mendapat murka dari Allah.
3. Kita jangan keluar dari jalan Allah hanya demi mencari simpati masyarakat, karena masyarakat tidak memiliki daya apapun di hadapan kekuatan Allah.