Ayat ke 74-77
 
┘ü┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ Ï╣┘ÄϺ┘ä┘É┘è┘Ä┘ç┘ÄϺ Ï│┘ÄϺ┘ü┘É┘ä┘Ä┘ç┘ÄϺ ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘à┘ÆÏÀ┘ÄÏ▒┘Æ┘å┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ Ï¡┘Éϼ┘ÄϺÏ▒┘ÄÏ®┘ï ┘à┘É┘å┘Æ Ï│┘Éϼ┘æ┘É┘è┘ä┘ì (74) ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘ì ┘ä┘É┘ä┘Æ┘à┘ÅϬ┘Ä┘ê┘ÄÏ│┘æ┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä (75) ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç┘ÄϺ ┘ä┘ÄÏ¿┘ÉÏ│┘ÄÏ¿┘É┘è┘ä┘ì ┘à┘Å┘é┘É┘è┘à┘ì (76) ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘ï ┘ä┘É┘ä┘Æ┘à┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘É┘è┘å┘Ä (77)
 
Artinya:
Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. (15: 74)
 
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. (15: 75)
 
Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). (15: 76)
 
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (15: 77)
 
Dalam kesempatan yang lalu telah kita sebutkan bahwa kaum Nabi Luth as terkena azab Ilahi berupa suara keras yang mengguntur ketika matahari terbit. Kaum Nabi Luth as kaget dan pingsan. Setelah suara gelegar tiba-tiba terjadi gempa bumi dahsyat yang membalikkan kota itu. Rumah-rumah terbalik menimpa penghuninya yang lagi tertidur. Dalam kondisi yang demikian turun hujan batu menghancurkan kota untuk membinasakan siapa saja yang masih selamat setelah suara menggelegar dan gempa bumi dahsyat.
 
Lanjutan ayat ini menyebut kota rusak kaum Nabi Luth as masih ada dan setiap konvoi yang melewati tempat itu dapat menyaksikannya. Tentu hanya orang-orang cerdas yang mengambil pelajaran setelah menyaksikan bekas-bekas kota ini. Karena semua ini menunjukkan kebesaran dan kekuatan Allah serta terbuktinya janji-janji Allah di dunia, sekaligus memperkuat keimanan masyarakat.
 
Dari empat ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Tangan Allah senantiasa terbuka. Allah yang menurunkan hujan rahmat dari langit mampu menurunkan hujan batu yang menimpa kaum yang jahat dan membinasakannya.
2. Peninggalan dari umat-umat terdahulu hendaknya menjadi pelajaran bagi generasi akan datang.
 
Ayat ke 78-79
 
┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘Æ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ïú┘ÄÏÁ┘ÆÏ¡┘ÄϺϿ┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘è┘Æ┘â┘ÄÏ®┘É ┘ä┘ÄÏ©┘ÄϺ┘ä┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä (78) ┘ü┘ÄϺ┘å┘ÆϬ┘Ä┘é┘Ä┘à┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘ÄϺ ┘ä┘ÄÏ¿┘ÉÏÑ┘É┘à┘ÄϺ┘à┘ì ┘à┘ÅÏ¿┘É┘è┘å┘ì (79)
 
Artinya:
Dan sesungguhnya adalah penduduk Aikah itu benar-benar kaum yang zalim. (15: 78)
 
Maka Kami membinasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua kota itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang. (15: 79)
 
Setelah membicarakan kaum Nabi Luth as, ayat 78-79 membahas tentang kaum Nabi Syu'aib as. Mereka hidup di daerah bernama Aikah yang sejuk dan subur. Kata Aikah sendiri berarti hutan. Perlu dibedakan antara daerah Aikah dan Madyan. Karena Nabi Syu'aib as diutus ke dua daerah ini.
 
Sekalipun ayat-ayat di atas tidak mengisyaratkan dosa-dosa penduduk kota Aikah, namun penyebutan kezaliman punya makna luas dan mencakup setiap dosa dan maksiat. Sejatinya dosa pada tingkat pertamanya kembali pada kezaliman dan dilakukan manusia kepada dirinya sendiri dan setelah itu kezaliman terhadap ajaran yang dibawa oleh para utusan Allah. Bila disebutkan bahwa kerusakan yang menimpa kaum Nabi Luth as masih ada, ayat-ayat ini juga menyebut kehancuran kota Aikah juga masih ada bekas-bekasnya dan dapat disaksikan oleh manusia setelahnya.
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Akibat dari kezaliman adalah kehancuran. Boleh jadi kezaliman individual tidak mengakibatkan azab dunia, tapi ketika kezaliman telah menguasai sejumlah kalangan masyarakat, azab ilahi bakal turun.
2. Menjaga dan melindungi peninggalan sejarah, baik itu orang-orang baik maupun tidak harus dilakukan untuk menjadi pelajaran orang-orang sesudahnya.
 
Ayat ke 80-84
 
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘â┘ÄÏ░┘æ┘ÄÏ¿┘Ä Ïú┘ÄÏÁ┘ÆÏ¡┘ÄϺϿ┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Éϼ┘ÆÏ▒┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘É┘è┘å┘Ä (80) ┘ê┘ÄÏó┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ Ïó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘É┘å┘ÄϺ ┘ü┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘Å┘êϺ Ï╣┘Ä┘å┘Æ┘ç┘ÄϺ ┘à┘ÅÏ╣┘ÆÏ▒┘ÉÏÂ┘É┘è┘å┘Ä (81) ┘ê┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘Å┘êϺ ┘è┘Ä┘å┘ÆÏ¡┘ÉϬ┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æϼ┘ÉÏ¿┘ÄϺ┘ä┘É Ï¿┘Å┘è┘Å┘êϬ┘ïϺ Ïó┘Ä┘à┘É┘å┘É┘è┘å┘Ä (82) ┘ü┘ÄÏú┘ÄÏ«┘ÄÏ░┘ÄϬ┘Æ┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘äÏÁ┘æ┘Ä┘è┘ÆÏ¡┘ÄÏ®┘Å ┘à┘ÅÏÁ┘ÆÏ¿┘ÉÏ¡┘É┘è┘å┘Ä (83) ┘ü┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ║┘Æ┘å┘Ä┘ë Ï╣┘Ä┘å┘Æ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Å┘êϺ ┘è┘Ä┘â┘ÆÏ│┘ÉÏ¿┘Å┘ê┘å┘Ä (84)
 
Artinya:
Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul. (15: 80)
 
Dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya. (15: 81)
 
Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman. (15: 82)
 
Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi. (15: 83)
 
Maka tak dapat menolong mereka, apa yang telah mereka usahakan. (15: 84)
 
Setelah membahas tentang kaum Nabi Luth dan Syu'aib as, ayat-ayat surat al-Hijr selanjutnya menceritakan kisah kaum Tsamud. Kaum ini membuat rumah-rumah mereka di dalam gunung. Itulah mengapa mereka disebut kaum Hijr. Ayat-ayat ini menyebut kaum Hijr punya kebiasaan mendustakan para nabi dan berpaling dari tanda-tanda dan mukjizat Ilahi. Mereka tidak pernah mengikuti ajakan seorang nabi pun. Nabi Saleh as diutus Allah ke kaum Hijr. Beliau menasehati mereka, namun tidak pernah diterima.
 
Kaum Hijr atau Tsamud sama seperti kaum Nabi Luth dan Syu'aib as terkena azab duniawi. Mereka binasa setelah muncul suara menggelegar dari langit. Sungguh menarik menyimak kisah kaum Tsamud yang membuat rumah mereka di dalam gunung, ternyata tidak mampu menyelematkan mereka dari azab Ilahi.
 
Dari empat ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Sikap permusuhan dan keras kepala bersumber dari kekafiran dan penentangan terhadap para nabi. Karena ucapan para nabi jelas, sederhana dan mudah dipahami.
2. Tidak ada yang mampu menghalangi kehendak Ilahi. Oleh karenanya kita jangan menyandarkan diri pada kekuasaan, kekayaan dan segala fasilitas yang ada di dunia. Semua ini tidak mampu menyelamatkan kita dari azab ilahi.