Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 23-25

Rate this item
(7 votes)

Ayat ke 23

Artinya:‎
Dan jika kalian merasa ragu pada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami ‎maka buatlah sebuah surah yang menyerupainya, dan ajaklah saksi-saksi kalian ‎selain Allah, jika kalian benar.‎

Untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, maka setiap Nabi harus menunjukkan ‎mukjizat yang tidak dapat dilakukan oleh oran lain. Mukjizat Rasul Allah Saw ‎adalah al-Quran. Karena manusia tidak mampu menciptakan sebuah kitab yang ‎menyerupainya dari segi keindahan gaya bahasanya maupun kehebatan isinya. ‎Berkali-kali Allah Swt mengajak para penentang Islam dan menantang mereka ‎dengan mengatakan bahwa jika kalian tidak mau menerima bahwa Kitab ini datang ‎dari sisi Allah Swt dan menganggapnya sebagai ciptaan manusia, maka buatlah ‎sebuah kitab yang menyerupainya.Bilakalian berhasil mendatangkan kitab ‎yang seperti itu,maka agama Islam akan musnah dengan sendirinya. ‎‎

Yang menarik dari masalah ini, al-Quran berkali-kali memberikan keringanan ‎kepada pihak musuh. Sekali al-Quran mengatakan, buatlah kitab yang ‎menyerupainya. Di tempat lain ia mengatakan, buatlah sepuluh surat yang ‎menyerupainya. Sedangkan di dalam ayat ini al-Quran mengatakan, minimal buatlah ‎sebuah surat yang menyerupainya salah satu diantara surat-surat al-Quran. Dari sisi ‎lain, al-Quran juga mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan ini dan ‎mengatakan, ajaklah pembantu-pembantu kalian dari segala penjuru dunia, dan ‎saling tolonglah kalian untuk melakukan itu, tetapi ketahuilah bahwa kalian tak akan ‎pernah mampu melakukannya. Meskipun semua Nabi memiliki mukjizat, namun ‎mukjizat Rasul Allah Saw yaitu al-Quran memiliki berbagai keistimewaan. ‎

Dalam kesempatan ini kami akan menguraikan secara singkat empat hal dari ‎keistimewaan al-Quran ini.

Pertama, Kekuatan al-Quran. Mukjizat para nabi lain tidak memiliki lidah untuk ‎menyatakan dirinya. Sehingga para nabi tersebut harus menyertai mukjizat mereka ‎dan menyatakan bahwa yang mereka perbuat itu adalah mukjizat. Sedangkan al-‎Quran tidak memerlukan seseorang untuk memperkenalkannya sebagai mukjizat. ‎Karena ia sendiri menyeru para penentangnya untuk bertanding sekaligus ‎mengalahkan mereka. Al-Quran selain merupakan undang-undang juga dokumen ‎undang-undang.

Kedua, Kekekalan al-Quran. Mukjizat-mukjizat selain al-Quran terjadi dan berlaku ‎pada zaman tertentu dan hanya masyarakat zaman itu saja yang melihat dan atau ‎mendengarnya. Sedangkan al-Quran tidak terbatas hanya untuk masa Rasul Allah Ssaw. Ia berlaku sepanjang sejarah sebagai mukjizat. Berlalunya zaman bukan hanya ‎tidak menggoyahkan al-Quran bahkan berbagai pengetahuan dan permasalahan ‎yang‏ ‏terkandung di dalamnya semakin terbuka dan terbukti kebenarannya.

Ketiga, Universalitas al-Quran. Sebagaimana al-Quran tidak terbatas pada zaman ‎tertentu, ia juga tidak terbatas pada tempat tertentu pula. Sasaran al-Quran tidak ‎terbatas pada zaman tertentu, ia juga tidak terbatas pada tempat tertentu pula. ‎Sasaran al-Quran bukan hanya orang-orang Arab di tanah Hijaz, tetapi seluruh ‎bangsa dari setiap kaum dan etnis di dunia ini diseru oleh al-Quran. Oleh karena itu, aAl-Quran sama sekali tak pernah menyeru orang-orang Arab saja: Yaa ayyuhal ‎Arab, umpamanya. Yang ada di dalam al-Quran justru seruan-seruan umum kepada ‎seluruh manusia, seperti Yaa ayyuhan naas, dan sebagainya.

Keempat, Non Materi. Biasanya nabi-nabi lain memiliki mukjizat yang bersifat materi ‎dan jasmani yang membuat kagum mata dan telinga setiap orang. Sedangkan al-‎Quran adalah ucapan dan kalimat-kalimat yang terdiri dari huruf-huruf alfabetbiasa. ‎Tetapi ia mampu merasuk ke lubuk hati dan jiwa manusia membuat akal semua ‎orang terpaksa mengagungkannya dan menguasai hati manusia.

Dari ayat tadi terdapat tujuh poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Keistimewaan terpenting yang membuat para Nabi memperoleh kelayakan ‎untuk menerima wahyu ialah mereka menghambakan diri hanya kepada Allah ‎dan berserah diri sepenuhnya hanya kepada-Nya. Oleh sebab itu, di dalam ‎banyak ayat al-Quran menyebut para Nabi sebagai "ibaadinaa" yang artinya: ‎hamba-hamba Kami. Di dalam ayat ini al-Quran mengatakan "Nazzalnaa alaa ‎abdinaa" artinya: Kami telah menurunkan (al-Quran) kepada hamba Kami.‎
‎2. Al-Quran adalah kitab pemberi argumentasi dan tidak membiarkan keraguan dan ‎was-was. Oleh karena itu,al-Quran mengatakan: Jika kalian merasa ragu, maka ‎datangkanlah sebuah surat yang menyerupainya.‎
‎3. Al-Quran adalah mukjizat ilahi yang bersifat kekal abadi yang terus menantang ‎setiap manusia di setiap zaman dan masa. ‎
‎4. Islam adalah agama yang kekal dan universal. Oleh karena itu, mukjizatnya, yaitu ‎al-Quran, juga bersifat kekal dan tidak terbatas pada masa dan generasi tertentu.‎
‎5. Kita tak boleh membiarkan segala bentuk keraguan dan kebimbangan ada di ‎dalam hati kita sehubungan dengan dasar-dasar agama. Jika muncul keraguan di ‎dalam hati kita, maka kita harus segera berusaha menghapusnya, sehingga tidak ‎akan mengguncang sendi-sendi agama kita.‎
‎6. Sebaik-baik hakim adalah hati dan akal kita sendiri. Ayat ini mengatakan,jika para ‎pembantu kalian memberikan kesaksian bahwa sesuatu yang kalian lakukan ‎‎(ciptakan) itu sama dengan al-Quran, maka kami akan menerima. Artinya,kami akan ‎menempatkan kalian sebagai juri penilai.‎
‎7. Kebenaran al-Quran sedemikian meyakinkan sehingga para penentang tidak ‎mampu mendatangkan sebuah surat yang menyamai al-Quran.‎‎ ‎ ‎ ‎ ‎

 

Ayat ke 24‎

Artinya:

Jika kalian tidak melakukannya dan kalian tidak akan mampu melakukannya, maka ‎berhati-hatilah kalian akan neraka yang berbahan bakar manusia dan batu, yang ‎disediakan bagi orang-orang yang kafir.‎

Setelah ayat sebelumnya menantang orang-orang kafir agar mendatangkan sebuah ‎surat yang menyamainya, ayat ini menegaskan bahwa kalian, orang-orang kafir, tak ‎akan mampu melakukannya. Kalian yang hidup pada zaman Rasul Allah Saw dan ‎mengenali dengan baik bahasa dan kalimat-kalimat al-Quran tak akan mampu, tidak ‎juga siapa pun manusia-manusia di masa mendatang, akan mampu melakukannya. ‎Karena Kalamullah, sama dengan Allah itu sendiri tak mungkin dibandingkan ‎dengan manusia dan ucapan manusia. ‎‎

Kemudian al-Quran mengancam musuh-musuh dengan api jahanam dan ‎menyebutkan, bahan bakar jahanam adalah tubuh para pembuat dosa dan ‎pengingkar. Yang dimaksud dengan batu-batu di dalam ayat ini ialah semacam batu ‎bara yang menyalakan api neraka, atau batu-batu yang dipakai untuk membuat ‎patung-patung batu yang disembah oleh musuh-musuh nabi Muhammad Saw.Sebagai ‎bukti kesesatan mereka, Allah akan menghadirkan patung-patung tersebut sebagai ‎bukti bagi kesesatan mereka, sehingga para penyembah berhala itu tak mampu ‎mengingkari kesesatan diri mereka. Sebagaimana di dalam ayat 98 surat al-Anbiya, al-Quran berkata,"Innakum wa maa ta'buduuna min duunillaahi hashobu ‎jahannam", artinya, "Kalian dan sembahan kalian akan menjadi bahan bakar ‎neraka".

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Berbicaralah dengan tegas kepada musuh-musuh agama kita berkenaan ‎dengan kebenaran agama Islam. Akan tetapi kita sendiri hendaklah memiliki ‎iman yang benar dan kokoh. Ayat ini berbicara kepada para penentang ‎dengan mengatakan,"lam taf'aluu wa lan taf'aluu; artinya, kalian tak mampu ‎melakukan dan tak akan pernah mampu melakukannya. ‎
‎2. Oleh karena kufur maka manusia sampai ke suatu tempat yang setingkat dengan ‎batu-batu dengan benda-benda mati lain.‎
‎3. Hati yang sudah keras membatu dan tak mungkin ditembus oleh ajaran-ajaran ‎kebenaran, di akhirat kelak akan dikumpulkan dengan bebatuan pula.‎
‎4. Kemukjizatan al-Quran tidak terbatas hanya pada masa nabi Muhammad Sawsaja. Ia adalah ‎mukjizat di segala zaman. Oleh sebab itu al-Quran mengatakan, "Lan taf'alu", yang ‎artinya: "kalian tak akan pernah mampu menciptakan sesuatu yang sama dengan al-‎Quran".‎
‎5. Api neraka sedemikian keras dan hebat membakar sehingga bebatuan bagaikan ‎kayu kering menyala mengobarkan api. ‎‎

 

Ayat ke 25‎

Artinya:

Dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, ‎bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai di dalamnya. ‎Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan: Inilah ‎yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang ‎serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di ‎dalamnya.‎

Jika ayat sebelumnya menceritakan orang-orang kafir yang diancam siksaan api ‎neraka, maka dalam ayat ini menjelaskan nasib orang-orang yang beriman sehingga ‎dengan memperbandingkan nasib dua kelompok tersebut hakikatnya akan lebih ‎jelas. Pada dasarnya iman tanpa dibarengi dengan amal saleh tidak akan berguna. ‎Iman maupun amal apabila berdiri sendiri tidak akan menjamin kebahagiaan ‎manusia. Iman ibarat akar pohon, dan amal saleh adalah buahnya. Buah yang ‎manis adalah bukti dan kesuburan pohon, dan pohon yang kuat menyebabkan ‎terawatnya buah yang baik.

‎‎

Orang-orang yang tidak beriman kadang-kadang melakukan amal baik, akan tetapi ‎karena iman tidak tertanam dan tidak berakar pada jiwanya maka amal baik tersebut ‎tidak akan pernah abadi. Tempat orang-orang beriman di hari kiamat adalah surga ‎yang kebun-kebunnya selalu hijau penuh dengan buah dan air yang mengalir di ‎bawah pohon-pohonnya. Meskipun buah-buahan surga bentuknya mirip dengan ‎buah-buahan dunia sehingga penduduk surga merasa tidak menyukainya, namun ‎dari rasa dan baunya sungguh jauh berbeda. ‎

Meskipun dalam al-Quran banyak ayat yang menceritakan tentang nikmat-nikmat ‎surga dalam bentuk materi, seperti kebun, istana dan istri, namun di balik itu banyak ‎ayat lain juga mengisaratkan tentang nikmat-nikmat surga dalam bentuk maknawi. ‎Seperti dalam surah at-Taubah ayat 72, setelah menyebutkan nikmat-nikmat surga ‎secara materi, juga mengatakan,"... Dan kerelaan Allah jauh lebih besar".Artinya, ‎kerelaan Allah jauh lebih besar dari lainnya. ‎

Dalam surah al-Bayyinah ayat 8 juga dikatakan,"... Allah rela kepada mereka dan ‎mereka juga rela kepada-Nya." Nampaknya hal-hal yang berkaitan dengan nikmat ‎surga yang dijelaskan dalam al-Quran, seperti tempat tinggal penduduk surga, pada ‎dasarnya hal itu bukan sebagai balasan sempurna bagi mereka. Akan tetapi ‎keberadaan mereka di tengah-tengah para nabi dan wali-wali Allah, orang-orang ‎suci dan orang-orang saleh adalah bagian dari keuntungan maknawi dan kelezatan ‎bagi penduduk surga.

Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:‎
‎1. Untuk menciptakan pendidikan yang benar, di samping ancaman juga ‎harus diiringi dorongan. Selain berisi ancaman neraka bagi orang-orang kafir, ‎ayat ini juga berisi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. ‎
‎2. Bukti adanya iman berada pada amal saleh. Oleh karena itu al-Quran selalu ‎menggandengkan dua hal tersebut dan berkata, "Orang-orang yang beriman dan ‎melakukan amal saleh".‎
‎3. Dalam bahasa al-Quran, amal saleh adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas ‎hanya untuk Allah. Oleh karena itu, amal saleh dijelaskan setelah iman kepada ‎Allah. ‎
‎4. Penderitaan yang dirasakan orang-orang beriman di dunia dalam menjaga halal ‎haram, di akhirat kelak mendapat balasan surga.‎
‎5. Semua nikmat dunia bisa hilang dan berakhir, oleh karena itu mereka gelisah dan ‎sedih akan kehilangan hal tersebut. Adapun nikmat akhirat bersifat abadi dan ‎selamanya oleh karena itu mereka tidak akan pernah sedih. Dalam sebuah ayat ‎dikatakan, "Mereka tinggal di surga selama-lamanya". Penduduk surga selalu dalam ‎keabadian. ‎
‎6. Istri yang ideal adalah istri yang bersih dari berbagai segi, baik dari segi ruh dan ‎hati, juga dari segi tubuh dan badan. Oleh karena itu, berkaitan dengan istri bagi ‎penduduk surga, ayat ini berkata, "istri-istri yang suci".‎ (IRIB Indonesia)

Read 11420 times