وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ (11) وَالَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ (12)
Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). (43: 11)
Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. (43: 12)
Ayat sebelumnya menyinggung tanda-tanda Tauhid di alam semesta, dan di ayat ini dijelaskan bahwa hidupnya bumi, tumbuhan, dan manusia tergantung pada hujan, jika di suatu tempat tidak turun hujan, maka kekeringan akan membuat manusia kelaparan, dan kehausan.
Pertanyaannya adalah, apakah cahaya matahari yang menyinari laut, dan samudra, serta menguapnya air laut, dilakukan oleh manusia, dan apakah manusia ikut terlibat dalam proses turunnya hujan ? begitu juga apakah awan, dan tiupan angin yang menggerakan awan ke arah tanah-tanah yang tandus, adalah pekerjaan manusia ?
Tanah-tanah kering, dan tandus yang menyembunyikan benih-benih tumbuhan di dalam dirinya, seiring dengan turunnya hujan mulai bergerak, dan berbagai jenis tumbuhan mulai tumbuh. Pertumbuhan tanaman, mekarnya beraneka warna bunga, dan lahan pertanian subur, adalah karena turunnya hujan. Sebagaimana tanah-tanah tandus hidup lagi karena hujan, manusia juga akan dihidupkan lagi setelah mati. Turunnya hujan, dan menghidupkan tanah yang mati adalah bukti ilmu, dan kekuasaan Tuhan, dan tidak ada keraguan apapun tentang hari kiamat, dan dihidupkannya kembali semua yang mati. Kenyatannya, ini adalah contoh kebangkitan manusia yang dijelaskan Al Quran.
Selanjutnya ayat di atas membahas tentang hidup berpasangan. Semua makhluk hidup patuh pada hukum berpasangan, dan untuk melanjutkan generasi, mereka tergantung pada hidup berpasangan, tidak mungkin melanggarnya kecuali atas kehendak Tuhan.
Di ayat ini juga disinggung tentang tunggangan-tunggangan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk melalui jalan darat maupun laut, dan ini kenyataannya adalah kemurahan dan kasih sayang Tuhan kepada umat manusia.
Sejak dahulu kala manusia sudah menggunakan laut sebagai jalur pelayaran kapal-kapalnya untuk mengangkut barang, dan memindahkan manusia. Hal yang menarik adalah, kapal-kapal dengan kemegahan, dan bobotnya yang berat, mematuhi hukum fisika di air, sehingga tidak tenggelam. Tidak diragukan, aturan dan hukum ini tidak diciptakan kecuali oleh Tuhan.
Di masa kini, berbagai tunggangan khususnya alat transportasi cepat seperti mobil, kereta cepat, dan pesawat telah memperluas aktivitas manusia, dan telah mengubah kehidupannya. Semua ini adalah bentuk kemurahan Tuhan, karena semua alat transportasi cepat ini mematuhi hukum Tuhan dalam gerak.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sistem penciptaan mematuhi hukum yang jelas. Tuhan telah menetapkan hukum itu bagi setiap sesuatu.
2. Tuhan melakukan pekerjaan berdasarkan hukum sebab-akibat, sebagaimana hujan menjadi sebab hidupnya tanah, dan semua yang hidup di dalamnya.
3. Berbagai industri yang diciptakan manusia mengikuti hukum yang dibuat Tuhan di dunia. Manusia hanya menemukan hukum itu, dan memanfaatkannya.
لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ (13) وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ (14)
Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, (43: 13)
dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” (43: 14)
Dalam ayat ini dijelaskan, kapanpun manusia menunggangi tunggangannya, baik itu yang diproduksi mesin, dan buatan manusia semacam kapal, pesawat, mobil, dan kereta, ataupun tunggangan alami seperti kuda, unta, dan bagal, jangan lupa bahwa Tuhanlah yang menjinakkan tunggangan ini untuk manusia.
Tuhan juga menjinakkan sebagian binatang lain untuk manusia, meskipun mereka lebih kuat dari manusia, dan secara alami tidak mungkin bisa dijinakkan. Jika tidak ada kemurahan Tuhan, manusia tidak akan memiliki kemampuan untuk menjinakkan binatang-binatang ini. Oleh karena itu manusia harus bersyukur, dan berterimakasih kepada Tuhan.
Di akhir ayat, disinggung kembalinya manusia kepada Tuhan. Jangan sampai bersikap angkuh saat menunggangi tunggangannya, dan tenggelam dalam kenikmatan dunia. Manusia harus selalu mengingat Tuhan dalam setiap keadaan, karena kebanyakan dari mereka menjadikan kendaraan sebagai alat untuk mencari keunggulan diri, dan sombong kepada orang lain.
Kita harus selalu ingat bahwa menunggangi tunggangan yang memindahkan kita dari satu tempat ke tempat lain adalah pemindahan yang besar, yaitu dari dunia ke akhirat. Pasalnya, pada akhirnya kita akan kembali kepada Allah Swt.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam menikmati nikmat-nikmat materi, kita tidak boleh lupa pada Tuhan, dan selalu mensyukuri nikmat-Nya. Hal yang tepat jika kita menyempurnakan syukur kita atas nikmat-nikmat Ilahi dengan selalu bertasbih, dan mensucikan Allah Swt.
2. Di hadapan Tuhan kita tunjukkan kelemahan, dan ketidakmampuan kita. Ini merupakan contoh syukur, bukannya malah sombong, dan menganggap diri lebih baik dari orang lain.
3. Ketika melakukan perjalanan di dunia, kita senantiasa mengingat akhirat yang dimulai dengan kematian.
وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَكَفُورٌ مُبِينٌ (15)
Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (43: 15)
Setelah dijelaskan sebelumnya tentang contoh-contoh Tauhid dalam penciptaan, dan ketuhanan, ayat ini mengecam syirik yang dilakukan sebagian manusia, dan menuturkan, bagaimana mungkin sebagian orang musyrik mengira para malaikat adalah putra-putra Tuhan, dan anak-anak yang lain adalah bagian dari orang tuanya ?
Tuhan bukan materi sehingga bisa dibagi, atau memiliki kemungkinan terpisah serta keterpisahan bagian-bagiannya. Para malaikat juga layaknya makhluk yang lain, adalah ciptaan Tuhan. Mereka bekerja mengatur alam semesta, bukan bagian dari Tuhan atau anak-Nya.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sepanjang sejarah banyak khurafat tentang Tuhan, dan hubungan dengan makhluk-Nya, dan semuanya lahir dari ketidaktahuan manusia atau disingkirkannya ajaran para nabi.
2. Para malaikat adalah makhluk Tuhan, dan patuh pada perintah-Nya, bukan anak Tuhan yang berasal dari jenisnya.
3. Kepercayaan-kepercayaan menyimpang, khurafat, dan syirik menjauhkan kita dari Tuhan, dan menyimpangkan dari jalan kebenaran, dan membuat kita mengingkari nikmat-nikmat-Nya.