Surat Ad-Dukhan 37-50
أَهُمْ خَيْرٌ أَمْ قَوْمُ تُبَّعٍ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ أَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (37)
Apakah mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba' dan orang-orang yang sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa. (44: 37)
Ayat ini kepada orang-orang musyrik Mekah yang berlaku sombong dan mengingkari Nabi Muhammad Saw berkata, “Apakah kalian yang lebih kuat atau orang-orang yang hidup di Yaman, di selatan pulau Al Arab ? Mereka dianugerahi tanah-tanah yang subur dan penuh berkah, serta kekuasaan yang besar, tapi karena melakukan kezaliman, kerusakan, dan pembangkangan, maka mereka dibinasakan. Oleh karena itu takutlah bahwa kelak kalian juga akan bernasib sama dengan tetangga-tetangga kalian itu.”
Dari satu ayat tadi ada dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu media yang digunakan Al Quran untuk memberikan bimbingan dan nasihat kepada umat manusia adalah penjelasan tentang kaum-kaum terdahulu sehingga menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya.
2. Sebagian perbuatan buruk langsung mendapat hukuman dan azab dari Allah Swt di dunia ini. Salah satu di antaranya adalah maraknya penindasan, kejahatan dan kerusakan moral di tengah masyarakat.
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (38) مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (39)
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. (44: 38)
Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (44: 39)
Pada ayat-ayat sebelumnya disampaikan pembahasan tentang Hari Akhir atau Ma'ad, dan di dua ayat di atas disinggung tentang alasan Hari Kiamat. Ayat di atas menjelaskan, “Apakah langit dan bumi serta alam semesta yang luas ini diciptakan sia-sia, tanpa tujuan dan berakhir seiring dengan kematian, serta berujung dengan ketiadaan ?”
Jika demikian adanya, maka itu akan seperti permainan anak-anak yang membuat bangunan dari berbagai mainan, lalu diruntuhkannya kembali dengan satu pukulan, karena ia tidak punya tujuan lain selain bermain dan bersenang-senang.
Orang-orang kafir dan mereka yang menentang Ma'ad, menganggap kematian sebagai akhir kehidupan manusia, dengan kata lain dalam pandangan mereka penciptaan manusia dengan seluruh potensi, kapasitas serta kemampuan yang dimilikinya, hanya untuk di dunia yang singkat ini, dan setelah mati semuanya akan berakhir.
Jelas menurut pandangan semacam ini, penciptaan manusia berarti sia-sia belaka. Akan tetapi berbeda dengan pandangan para penentang Maad, dalam pandangan Al Quran, kematian adalah jembatan dan koridor untuk memasuki dunia yang lebih besar dan abadi. Dunia yang kita tinggali saat ini, jika dibandingkan dengan dunia tersebut, sangat kecil dan tidak ada apa-apanya. Tidak bisa dipercaya bahwa Allah Swt yang Maha Kuasa dan Bijaksana, menciptakan sistem agung ini tanpa tujuan dan hanya untuk masa yang singkat. Hal ini sama sekali tidak sejalan dengan hikmah dan kebijaksanaan Ilahi.
Pada dua ayat di atas disinggung tentang hakikat penciptaan langit dan bumi. Hakikat sistem agung ini mengharuskan adanya tujuan rasional, dan itu tidak akan mungkin tanpa adanya dunia yang lain.
Dari dua ayat tadi ada tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jika kehidupan manusia berakhir dengan kematian, maka semesta agung yang diciptakan bagi umat manusia akan hampa dan sia-sia.
2. Jika semesta diciptakan dengan satu tujuan, maka kita umat manusia harus memahaminya dengan benar, dan menyelaraskan diri kita dengannya.
3. Salah satu alasan pengingkaran terhadap Maad adalah ketidaktahuan akan tujuan penciptaan, dan banyak manusia yang tidak memahami dengan benar tujuan tersebut.
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ مِيقَاتُهُمْ أَجْمَعِينَ (40) يَوْمَ لَا يُغْنِي مَوْلًى عَنْ مَوْلًى شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (41) إِلَّا مَنْ رَحِمَ اللَّهُ إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (42)
Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya, (44: 40)
yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan, (44: 41)
kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (44: 42)
Salah satu bukti bahwa alam semesta diciptakan tidak sia-sia dan mempunyai tujuan adalah adanya Hari Kiamat. Di dua ayat di atas dijelaskan beberapa karakteristik Hari Kiamat.
Ayat di atas menjelaskan, Hari Kiamat adalah hari keterperpisahan, hari yang memisahkan manusia dari semua kecuali amal perbuatannya. Tidak seperti dunia, yang saat berada di dalamnya, di antara teman dapat saling membantu menyelesaikan permasalahan sehingga mampu mengatasi kesulitan, di akhirat kelak hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan akan terputus.
Di Hari Kiamat tidak ada teman yang dapat membantu, tidak juga keluarga yang dapat menolong yang lain. Semua jalan tertutup, dan kecuali rahmat dan kemurahan Allah Swt, tidak ada seorang pun yang bisa membantu kita. Allah Swt akan memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang yang menjaga kesucian diri, dan mereka akan menikmati lautan kemuliaan-Nya.
Dari tiga ayat tadi ada tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hari Kiamat adalah hari keterpisahan seorang manusia dari yang lainnya, dan seluruh sahabat, famili dan keluarga akan terpisah. Maka dari itu kita tidak boleh berharap mendapat bantuan dari mereka di Hari Kiamat.
2. Kehadiran manusia di Hari Kiamat adalah perkara yang pasti. Di hari itu, semua orang dikumpulkan di satu tempat, pada saat yang sama, setiap orang di tengah kerumunan itu, sendirian dan tanpa perlindungan.
3. Manusia di Hari Kiamat hanya berurusan dengan Allah Swt, Dia akan memperlakukan orang-orang kafir dengan kekuatan dan keperkasaan-Nya, sementara terhadap orang-orang beriman dengan rahmat dan kemurahan.
إِنَّ شَجَرَةَ الزَّقُّومِ (43) طَعَامُ الْأَثِيمِ (44) كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ (45) كَغَلْيِ الْحَمِيمِ (46) خُذُوهُ فَاعْتِلُوهُ إِلَى سَوَاءِ الْجَحِيمِ (47) ثُمَّ صُبُّوا فَوْقَ رَأْسِهِ مِنْ عَذَابِ الْحَمِيمِ (48) ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ (49) إِنَّ هَذَا مَا كُنْتُمْ بِهِ تَمْتَرُونَ (50)
Sesungguhnya pohon zaqqum itu, (44: 43)
makanan orang yang banyak berdosa. (44: 44)
(Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, (44: 45)
seperti mendidihnya air yang amat panas. (44: 46)
Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka. (44: 47)
Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas. (44: 48)
Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. (44: 49)
Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu kamu meragu-ragukannya. (44: 50)
Ayat-ayat di atas memberikan gambaran mengerikan tentang hukuman terhadap para pelaku kejahatan di neraka, sehingga membuat tubuh manusia yang mendengarnya bergetar.
Gambaran sederharna tentang neraka adalah api sebagaimana api di dunia yang membakar. Sementara ayat-ayat di atas menyebutkan bahwa penduduk neraka yang berada di tengah api memiliki air dan makanan, mereka hidup di dalamnya dan menerima siksaan, mereka merasakan penderitaan dan azab. Air yang mendidih dan membakar, makanan yang pahit dan mendidih, yang tidak membawa manfaat apa pun selain siksaan, dan penduduk neraka tidak punya pilihan lain selain itu. Di dalam neraka jilatan api menyelimuti seluruh tubuh penduduknya, dan membakarnya.
Selain azab fisik yang mengerikan, ada juga siksaan psikologis yang keras untuk para pelaku kejahatan dan orang-orang yang berbuat dosa serta pembangkang. Dikatakan, “Rasakanlah olehmu, kamu adalah orang mengira diri lebih kuat dari yang lain dan lebih terhormat dari yang lain. Kamu mengikat orang-orang tak berdaya dengan rantai dan jerat, kamu menindas mereka, dan menganggap diri memiliki kekuatan tak terkalahkan, dan kehormatan yang luar biasa.”
Jelas bahwa tingkatan azab sesuai dengan tingkat kejahatan dan dosa seseorang. Orang-orang yang di dunia ini dengan mudah melakukan kejahatan dan penindasan, lalu mengira memiliki kedudukan tinggi sehingga menganggap tidak ada seorang pun yang bisa mencelakainya, akan dihukum lebih berat dari selainnya. Pada kenyataannya mereka akan merasakan akibat perbuatan-perbuatan yang dilakukannya. Dikatakan kepadanya, “Ini tidak lain adalah sesuatu yang selalu diragukan oleh kalian.”
Dari delapan ayat tadi ada dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dosa di Hari Kiamat akan muncul dalam bentuk api yang akan membakar manusia dari dalam dan luar dirinya. Oleh karena itu selama masih bisa hidup di dunia, kita berusaha menyelamatkan diri dari neraka dengan memohon ampunan Allah Swt dan menjauhi dosa.
2. Hukuman di Hari Kiamat selain hukuman fisik juga psikis. Penduduk neraka selain dibakar api, juga dihinakan.