Surat Al-Ahqaf ayat 6-10
وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ (6)
Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (46: 6)
Di pembahasan sebelumnya telah dibicarakan mengenai penyembahan berhala oleh kaum musyrik di mana al-Quran saat menjelaskan kesia-siannya menyatakan: Jika kalian menyerunya sampai Hari Kiamat untuk menyelesaikan masalah kalian atau berhasil dalam berbagai hal, mereka tidak akan mendengarkan Anda dan tidak dapat melakukan apa pun untuk Anda.
Ayat ini menyatakan, lebih dari itu, sesembahan ini di Hari Kiamat akan berbicara melawan dan menentang kalian. Sementara sesembahan yang memiliki akal dan emosi seperti sejumlah malaikat dan manusia yang kalian sembah, secara resmi bangkit memusuhi kalian. Misalnya Nabi Isa as dan malaikat berlepas diri dari penyembahan kalian. Sementara yang tidak berakal seperti berhala, Allah akan membuatnya mampu berbicara dan mereka mengungkapkan kebenciannya terhadap para penyembahnya.
Dari satu ayat tadi terdapat satu poin pelajaran yang dapat dipetik:
1.Setiap sesembahan selain Tuhan di dunia, pada Hari Kiamat akan memusuhi manusia dan mengadukannya ketimbang memberi syafaat.
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آَيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (7) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلَا تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللَّهِ شَيْئًا هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ كَفَى بِهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (8)
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini adalah sihir yang nyata". (46: 7)
Bahkan mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Quran)". Katakanlah: "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Quran itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (46: 8)
Ayat ini mengisyaratkan sejumlah perkataan dan proporsi yang tak benar kaum musyrik Mekah yang alamatkan kepada Nabi Muhammad Saw. Ayat ini menyatakan, Mereka terkadang menyebut Nabi seorang penyihir dan al-Qur'an adalah sihir Nabi Muhammad Saw yang menyihir masyarakat. Mereka dari satu sisi tidak mampu mengingkari daya tarik unik al-Qur'an dan pengaruh mendalamnya di setiap hati, dan dari sisi lain, mereka menolak tunduk pada kebenaran dan keagungannya. Oleh karena itu, untuk menyesatkan opini publik, mereka menyebutnya sihir. Sebenarnya ini sebuah pengakuan tersirat mereka atas pengaruh luar biasa al-Quran di setiap hati manusia. Sementara alasan sebenarnya ketertarikan masyarakat terhadap al-Quran dan pengaruh mendalam kitab samawi ini di hati manusia adalah kebenaran setiap ayatnya.
Terkadang mereka mengatakan, apa yang dikatakan pria ini (Muhammad) adalah ucapannya yang dinisbatkan kepada Tuhan dan ia mengaku dirinya sebagai utusan Tuhan. Nabi Muhammad saat menjawab tuduhan mereka mengatakan, jika seperti yang kalian tuduhkan bahwa aku bukan seorang nabi dan berbohong serta menisbatkan ucapan tersebut kepada Tuhan, maka perlu bagi Tuhan untuk membuka kedokku sehingga masyarakat tidak tersesat. Jika tidak, maka tidak ada yang dapat melawan kehendak Tuhan dan menentang-Nya untuk membelaku.
Kalian yang harus takut hukuman Tuhan karena melawan utusan-Nya dan mencegah manusia dari jalan kebenaran, meski kalian menyadari bahwa aku benar dan tidak butuh kepada kalian untuk membuktikan kebenaranku. Karena Tuhan menjadi saksi atas klaimku ini. Ia juga menyaksikan upayaku menyampaikan pesan-Nya. Di sisi lain, Ia juga menyaksikan kebohongan dan sabotase kalian. Ini sudah cukup bagiku. Sementara Allah Swt demi menunjukkan jalan kembali bagi mereka sehingga orang musyrik mengakhiri penentangannya dan beriman, berkata: Tuhan Maha Pengampun dan Penyayang. Ia mengampuni orang-orang yang bertaubat dan memberi mereka rahmat yang luas.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tanda-tanda risalah Rasulullah sangat jelas, namun masalah sejumlah orang adalah sikap keras kepala dan penentangan mereka yang mencegahnya beriman.
2. Bahkan para penentang mengakui kekuatan luar biasa ayat-ayat al-Quran menarik hati, tapi mereka menyebutnya sebagai sihir.
3. Kita harus berhati-hati jangan sampai menisbatkan keyakinan pribadi atas nama agama, karena menimbulkan hukuman keras.
4. Pintu taubat terbuka bagi seluruh manusia, bahkan bagi orang kafir dan Tuhan Maha Penyayang menerima taubat mereka.
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ (9)
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". (46: 9)
Di ayat ini Rasulullah diperintahkan menjawab alasan orang kafir dan mengatakan, "Aku tidak berbeda dengan para nabi lainnya dan seperti para nabi lainnya, aku adalah manusia seperti kalian. Aku bukan nabi pertama yang menyeru manusia kepada tauhid. Sebelum aku ada banyak nabi yang seluruhnya dari manusia, memakai pakaian dan memakan makanan. Perpedaan antara diriku dan kalian adalah aku menerima wahyu dari Tuhan dan diperintahkan untuk memperingatkan kalian akan perbuatan buruk dan akibatnya."
Ilmu ghaib yang aku miliki bukan dari diriku sendiri, dan aku mengetahui hal-hal ghaib karena Tuhan mengajariku. Aku tidak tahu apa yang akan Tuhan lakukan padaku, sama seperti aku tidak tahu apa yang akan Dia lakukan pada kalian? Oleh karena itu, jangan mengharapkan dariku hal-hal yang tidak pada tempatnya supaya aku meramalkan masa depanku atau kalian.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tujuan dan program para nabi sepanjang sejarah adalah sama. Mereka saling membenarkan dan melanjutkan jalan yang lain.
2. Para pemimpin masyarakat harus berbicara jujur kepada warga dan tidak mengklaim sesuatu di luar kemampuannya dan mengumbar janji kepada warga.
3. Para nabi telah berbuat baik dan penuh kasih kepada orang-orang dan selalu memperingatkan mereka agar tidak melakukan hal-hal yang akan merusak dunia dan akhirat mereka.
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ فَآَمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (10)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Quran itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al Quran lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (46: 10)
Seperti disebutkan dalam kitab tafsir, Abdullah bin Salam adalah salah satu ulama terkemuka Yahudi di Hijaz. Ia beriman kepada Nabi Muhammad Saw dan menyatakan ia (Muhammad) adalah nabi yang dijanjikan kedatangannya di Kitab Taurat dan Injil.
Namun mayoritas pemuka Yahudi menolaknya dan menudingnya. Mereka menolak kenabian Muhammad Saw. Tak diragukan lagi akarnya adalah sikap sombong dan congkak mereka.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yagn dapat dipetik:
1. Dalam dialog dengan para penentang, alih-alih berprasangka terhadap pendapatnya dan mengungkapkannya secara meyakinkan dan dogmatis, katakan: Coba kalian periksa, jika kami benar, maka terimalah; Tentu saja, jika Anda memahami kebenaran dan tidak menerimanya, akhir yang buruk menanti Anda.
2. Akar kekafiran adalah sikap congkak dan sombong dihadapan kebenaran, bukan kebodohan atau kelalaian.
3. Menentang kebenaran wahyu dan al-Quran sebuah kezaliman besar terhadap kemanusiaan.