Surat Al-Ahqaf ayat 15-18

Rate this item
(0 votes)
Surat Al-Ahqaf ayat 15-18

 

Surat Al-Ahqaf ayat 15-18

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15)

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (46: 15)

Salah satu karakteristik agama Islam adalah memperhatikan urusan keluarga. Oleh karena itu, banyak ayat al-Quran dan ajaran agama yang khusus membahas masalah ini. Rekomendasi pernikahan dan membentuk keluarga, hubungan kasih sayang dan penuh kecintaan serta toleransi istri dan suami di lingkungan keluarga, melahirkan anak dan mendidik dengan benar mereka, mekanisme praktis untuk menyelesaikan friksi keluarga secara damai, dan terkadang talak di kasus khusus, merupakan tema yang disebutkan berbagai ayat al-Quran.

Ayat ini dimulai dengan anjuran Tuhan kepada seluruh manusia baik mukmin atau non-muslim. Di ayat ini mengisyaratkan kesulitan dan penderitaan yang ditanggung orang tua, khususnya ibu dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya, sehingga mendorong manusia untuk tidak sombong dan menghormati kedua orang tuanya serta berterima kasih kepadanya.

Sangat disayangkan di dunia modern saat ini, di mana individualisme dan tuntutan individu ditekankan secara berlebihan, data pernikahan dan membentuk ikatan keluarga mulai menurun. Mereka yang menikah pun merasa cukup dengan anak yang sedikit. Berlanjutnya proses ini akan mendorong penurunan populasi di negara-negara maju serta menciptakan masyarakat tua. 

Di budaya agama, mereka yang mencapai usia 40 tahun, sejatinya berada di puncak kesempurnaan fisik dan akal. Biasanya orang seperti ini memiliki keluarga dan anak. Namun hal ini tidak boleh membuatnya melupakan kedua orang tuanya sendiri, tapi ia harus lebih giat berbuat baik kepada mereka.

Jelas bahwa berbuat baik lebih luas dari sekedar berinfak serta tidak hanya mencakup bantuan finansial. Karena bisa jadi kedua orang tua tidak memerlukan bantuan keuangan, tapi mereka haus kasih sayang dan perhatian anak-anak mereka. Atau karena usia tua, mereka membutuhkan perawatan atau pengobatan, dan berbuat baik mencakup hal-hal ini juga.

Meski demikian, perhatian terhadap kedua orang tua tidak boleh membuat seseorang melupakan anak dan istrinya. Oleh karena itu, lebih lanjut aya ini mengisyaratkan anak saleh dan generasi mendatang yang selain doa juga membutuhkan upaya berkesinambungan kedua orang tua untuk mendidik mereka.

Dari satu ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Salah satu hak ayah dan ibu terhadap anak-anaknya adalah mereka harus berbuat baik kepada keduanya selama mereka hidup. Perbuatan baik ini harus berkesinambungan, dan bukannya di saat-saat tertentu dan penting.

2. Di perbuatan baik kepada kedua orang tua, muslim bukan syarat dan Islam menilai ini sebuah rekomendasi kemanusiaan, bukan masalah iman.

3. Meski seorang anak harus berbuat baik kepada ayah dan ibunya, tapi dalam hal ini ibu menjadi prioritas anak karena penderitaannya selama mengandung, melahirkan dan menyusui. Oleh karena itu, anak harus lebih berbuat baik dan menyayangi ibunya.

4. Mengingatkan kesulitan dan penderitaan ibu akan efektif membangkitkan emosi dan emosi manusiawi anak.

5. Doa dan melayani kedua orang tua, di samping mendoakan anak-anak sendiri dan mendidik mereka, merupakan anjuran Tuhan kepada manusia.

أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (16)

Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (46: 16)

Di ayat sebelumnya, anjuran Allah Swt kepada manusia terkait kedua orang tua dan anak-anak. Ayat ini menjelaskan pahala bagi mereka yang melakukan perintah ini dan mengatakan, Allah Swt berjanji menempatkan manusia yang berbuat baik di surga, maka siapa yang lebih jujur dari Tuhan dalam membuat janji ?

Namun begitu syarat masuk ke surga adalah bersih dari karat-karat dosa. Oleh karena itu, Allah Swt mengampuni kesalahan orang yang berbuat baik dan menerima perbuatan baik mereka dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Ini adalah anugerah terbesar Tuhan kepada manusia yang berbuat baik dan melimpahkan pahala besar bagi mereka.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Nilai perbuatan terletak pada diterimanya amalan tersebut, bukan sekedar melakukannya. Pastinya sebuah amalan yang diterima Tuhan harus memiliki syarat dan dilakukan dengan bentuk terbaiknya.

2. Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan peluang bagi diterimanya perbuatan baik dan mendapat ampunan Tuhan.

3. Mereka yang berbuat baik kepada kedua orang tua, khususnya kepada ibu, sejatinya telah menyiapkan pintu masuk ke surga bagi dirinya sendiri.

وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آَمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (17) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (18)

Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". (46: 17)

Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. (46: 18)

Berbeda dengan anak-anak saleh yang menghargai pelayanan terhadap kedua orang tua, di beberapa keluarga, tumbuh anak-anak yang tidak kompeten dan tidak benar yang menyebabkan masalah dan ketidakbahagiaan bagi orang tua mereka dan menyakiti mereka dengan bahasa yang buruk. Mereka tidak hanya tidak menghormati hak-hak orang tua mereka, tetapi mereka juga tidak menerima pendidikan agama mereka. Menanggapi ajakan orang tua mereka untuk menyembah Tuhan, mereka mengolok-olok keyakinan agama mereka dan menyebut janji para nabi ilahi sebagai sebuah kebohongan.

Wajar jika akhir dari orang seperti ini yang tidak tahu berterima kasih dan memusuhi kebenaran adalah mereka ditempatkan sejajar dengan orang zalim dan berdosa dari kaum sebelumnya. Mereka mendapat murka Ilahi dan nasib buruk dan merugi menanti mereka. Tak hanya itu, mereka juga tidak dapat lari darinya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Sejumlah anak tidak kompeten dan tumbuh tidak benar, serta mereka menyimpang dari jalan kebenaran. Namun tugas orang tua terhadap mereka bukan menolak atau melaknatnya, tapi mendoakan mereka dan menyerunya ke jalan kebenaran.

2. Orang tua bertanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya dan berusaha untuk memberi pendidikan agama serta spiritual mereka, meski tidak ada hasil positif dari upaya mereka.

3. Mereka yang mengabaikan Tuhan dan hari akhir, akan tidak bertanggung jawab kepada kedua orang tuanya dan menginjak-injak hak mereka, bahkan bisa jadi melawan kedua orang tuanya.

Read 1105 times