Surat Al-Ahqaf ayat 24-28
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, (46: 24)
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (46: 25)
Di pembahasan sebelumnya terkait kaum Aad yang menolak seruan Nabi Hud as karena sikap keras kepala mereka, dan mereka mengatakan, kami tidak akan meninggalkan jalan kami. Dan kamu jika benar, maka turunkanlah azab yang kamu janjikan. Ketika hujjah telah sempurna terhadap kaum ini dan mereka sendiri yang meminta azab, maka Allah Swt mengirim angin kencang bersama awan. Ketika kaum 'Ad menyaksikan awan gelap di langit, mereka gembira dan menyangka hujan akan segera turun. Tapi bukan hujan yang turun, tetapi ada badai yang dingin, terik, dan menghancurkan yang menghancurkan orang-orang berdosa dan tidak meninggalkan apa-apa selain rumah mereka.
Berdasarkan ayat ke-7 Surah al-Haqqa, badai ini sangat kencang dan merusak berlangsung selama tujuh malam dan delapan hari secara beruntun, sehingga kehidupan kaum ini hancur dan tidak ada yang selamat.
Ini sebenarnya peringatan kepada seluruh pendosa dan orang kafir yang keras kepala, bahwa kalian jika mengikuti jalan ini maka nasib kalian tidak akan lebih barik dari kaum 'Ad.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Keras kepada dihadapan kebenaran akan mendapat siksaan yang pedih. Sejarah kaum terdahulu sebuah pelajaran bagi generasi berikutnya.
2. Fenomena alam berada di bawah kekuasaan Tuhan. Awan, angin, dan peristiwa alam lainnya dapat menjadi tanda rahmat dan belas kasihan Tuhan, dan juga tanda murka-Nya. Seperti terkadang angin menyebabkan pergerakan awan dan hujan dan terkadang menjadi sarana kehancuran.
3. Kematian pelaku dosa di dunia sebuah sunnah ilahi dan sisa-sisa penguasa dan kaum masa lalu adalah pelajaran yang bagus untuk dipelajari.
وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (26)
Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (46: 26)
Kaum 'Ad hidup di dekat Mekah di Jazirah Arab dan sisa-sisa rumah mereka di rute perjalanannya. Oleh karena itu, al-Quran kepada orang musyrik Mekah yang keras kepala dihadapan seruan Nabi Muhammad Saw mengatakan, kaum 'Ad dari sisi fisik dan finansial lebih kuat dari kalian, tapi kekuatan dan kekayaan ini tidak datang kepada mereka ketika azab ilahi turun dan juga tidak menyelamatkan mereka.
Apa yang harus menyelamatkan mereka adalah pengetahuan akan kebenaran dan menerimanya. Mereka seperti manusia lainnya memiliki mata, telinga dan akal, tapi tidak menggunakannya untuk mengenali kebenaran. Mereka menutup mata dan telinganya dari kebenaran serta menyangka mampu melawan Tuhan dengan kekuatan dan kekayaan serta fasilitas yagn dimiilkinya. Oleh karena itu, mereka mengejek dan mengabaikan peringatan Nabi Hud as terkait turunnya azab ilahi.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kekuatan dan kekayaan belum tentu menyelamatkan manusia, tapi pemanfaatan benar mata dan telinga serta akal untuk memahami kebenaran faktor kesematan dan kebahagiaan manusia.
2. Mengingkari kebenaran membuat kehancuran manusia dan juga menghancurkan investasi dan fasilitas materinya.
3. Mengejek tanda-tanda ilahi dan peringatan para nabi, akan menyebabkan murka ilahi di dunia.
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الْآَيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (27) فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آَلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28)
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat). (46: 27)
Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. (46: 28)
Melanjutkan ayat sebelumnya yang menjelaskan kehancuran kaum ‘Ad, ayat ini menyebutkan, “Bukan saja kaum ‘Ad, tapi kaum lain yang hidup di sekitar kalian penduduk Mekah, ketika melawan kebenaran, kami menghancurkan mereka, seperti kaum Tsamud di utara Jazirah Arab dan kaum Saba’ di selatan.”
Bagi setiap kaum ini Kami menurunkan ayat dan tanda-tanda sesuai dengan pemahaman mereka sehingga hujjah bagi mereka sempurna serta tidak ada alasan untuk kafir dan syirik. Namun mereka malah menyembah tuhan dan sesembahan palsu serta meyakini berhala-berhala ini dapat menyelamatkan dan membuat mereka selamat. Padaha ketika turun azab, tidak ada dari sesembahan ini yang mampu menolong mereka, bahkan tidak mampu menyelematkan diri mereka sendiri dari azab ilahi, oleh karena itu mereka musnah dan tidak tersisa bekasnya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu metode pendidikan al-Quran adalah menyeru masyarakat untuk mempelajari sejarah kaum terdahulu dan mengambil pelajaran dari nasib mereka.
2. Allah Swt telah menyediakan sarana petunjuk untuk manusia dan kembalinya mereka ke fitrah ilahi. Yang terpenting adalah keinginan manusia untuk kembali dari jalan sesat.
3. Pemikiran bid’ah, tahayul dan imajiner membuat manusia menganggap objek yang tidak memiliki karakteristik khusus dan kekuatan sebagai sarana untuk mendekatkan diri mereka kepada Tuhan.