Surat Al-Ahqaf ayat 29-35

Rate this item
(0 votes)
Surat Al-Ahqaf ayat 29-35

 

Surat Al-Ahqaf ayat 29-35

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآَنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (29)

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (46: 29)

Di pembahasan sebelumnya, ayat kita ditujukan kepada musyrik Mekah yang menolak beriman dengan mencari-cari alasan dan karena sikap keras kepala. Ayat kita kali ini melanjutkan pembahasan sebelumnya dan mengatakan, “Meski kalian menolak beriman, namun sekelompok jin yang kalian percayai dan menganggap mereka memiliki peran dalam kehidupan kalian, ketika mendengat ayat-ayat al-Quran, mereka beriman kepada Nabi Muhammad Saw dan mengajak yang lain untuk masuk agama Islam.”

Keberadaan makhluk bernama jin, merupakan isu yang disebutkan al-Quran secara jelas. Salah satu surah al-Quran juga bernama jin yang menyebutkan kepercayaan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa, al-Quran, maad serta keberadaan dua kelompok di antara mereka, mukmin dan kafir.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Jin juga makhluk seperti manusia, memiliki akal, emosi dan kewajiban serta memiliki hak untuk memilih.

2. Beriman saja belum cukup, juga diperlukan untuk mengajak dan menunjukkan orang lain ke jalan kebenaran.

قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30) يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآَمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31) وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32)

Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. (46: 30)

Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. (46: 31)

Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata". (46: 32)

Menurut ayat ini, ketika jin mukmin kembali ke kaumnya, mereka dibimbing sebagai berikut: Tuhan yang sama yang mengutus Musa dengan kitab itu, sekarang telah mengutus nabi lain dengan kitab lain yang disebut al-Qur'an. Hari ini kita mendengar ayat-ayat kitab ini dan menemukannya seperti kitab Musa, yang menyeru manusia ke jalan kebenaran.

Siapa saja yang beriman kepada Nabi ini yang menyeru manusia untuk percaya kepada Tuhan, maka ia akan dijauhkan dari dosa dan perbuatan buruk, serta selamat dari azab ilahi. Tapi mereka yang menolak beriman dan keras kepala harus menyadari bahwa mereka tidak mampu melawan kehendak Tuhan dan selamat dari kemarahan-Nya, karena kecuali Tuhan tidak ada yang membantu manusia di hadapan azab yang keras.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Jin juga mengetahui sejarah para nabi terdahulu dan mengenal isi kitab samawi. Sebagian mereka beriman dan sebagiannya kafir.

2. Jalan kebenaran adalah jalan yang lurus. Jalan yang mencegah manusia dari sikap berlebihan (ifrat dan tafrit) serta dari jalan menyimpang. Dan membimbing manusia berdasarkan keadilan.

3. Para nabi menyeru manusia kepada Tuhan, bukan kepada dirinya sendiri. Mereka menjelaskan hukum dan syariat ilahi, bukan keinginan mereka sendiri.

4. Kafir dan mengingkari Tuhan pada akhirnya membawa manusia ke jalan buntu, jalan yang manusia sendiri tidak dapat lari darinya dan juga orang lain tidak mampu menyelamatkannya.

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (33) وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (34)

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (46: 33)

Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka, (dikatakan kepada mereka): "Bukankah (azab) ini benar?" Mereka menjawab: "Ya benar, demi Tuhan kami". Allah berfirman "Maka rasakanlah azab ini disebabkan kamu selalu ingkar". (46:34)

Ayat-ayat akhir Surah al-Ahqaf ini kembali menyebutkan masalah ma'ad dan kepada orang musyrik mengatakan, “Benar Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan Ia tidak lelah atau lemah dari penciptaan, mampu menghidupkan kembali orang mati. Tak diragukan lagi, pencipta alam semesta yang luas ini dengan beragam makhluknya, sebuah tanda kekuatan tak terbatas Tuhan untuk melakukan apa pun. Bagaimana mungkin Tuhan seperti ini tidak mampu menghidupkan dan menciptakan kembali manusia ? Hal ini sebuah argumentasi yang jelas bagi Ma'ad (Hari Kebangkitan).

Faktanya masalah bukan di kekuatan Tuhan jika kalian tidak mempercayai Ma'ad, tapi masalah sebenarnya adalah kalian sendiri yang ingin bertindak sesuai dengan hawa nafsu, tapi ingin selamat dari akibatnya. Padahal di Hari Kiamat, ketika kalian menyaksikan api yang menakutkan berkobar, kalian tidak memiliki jalan kecuali mengaku dan mengakui kebenarannya, tapi apa mafaatnya saat itu dan tidak ada jalan kembali bagi kalian.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kekuatan Tuhan tidak ada batasnya. Kekuatan Tuhan di penciptaan dunia ini merupakan argumen jelas bagi kemungkinan penciptaan kembali manusia di Hari Kiamat.

2. Orang-orang kafir di Hari Kiamat akan mengakui kebenaran. Mereka mengakui rububiyah Tuhan, kebenaran Hari Kiamat dan sistem azab dan pahala, tapi pengakuan ini tidak lagi bermanfaat bagi mereka.

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ (35)

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (46: 35)

Ayat terakhir Surah al-Ahqaf ini kepada Rasulullah Saw mengatakan, “Bersabarlah menghadapi siksaan, gangguan dan sikap keras kepala orang musyrik, dan jangan tergesa-gesa soal meminta azab bagi mereka. Karena Tuhan akan memberi balasan perbuatan buruk mereka nanti di Hari Kiamat. Laksanakan kewajibanmu menyampaikan seruan ilahi, tapi hasilnya bukan tanggung jawabmu. Apakah mereka beriman atau tidak, perhitungan mereka ada di sisi Allah.

Ayat ini juga menyinggung usia singkat dunia. Kehidupan dunia ini begitu singkat dibandingkan dengan kehidupan abadi akhirat sehingga orang merasa seolah-olah tidak berhenti di dunia ini kecuali satu jam dalam sehari. Di sinilah mereka mengalami penyesalan yang mendalam mengapa mereka tidak memilih jalan yang benar, tetapi apa manfaatnya penyesalan ini karena tidak ada jalan untuk memperbaiki kesalahan mereka tersebut.

Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Para nabi berkewajiban menyampaikan ajakan Tuhan, dan mereka tidak berhak untuk memaksa manusia untuk beriman atau memberi hukuman kepada orang kafir.

2. Berlapang dada dan bersabar kepada para penentang adalah karakteristik para nabi besar ilahi; Para pengikutnya juga harus memiliki sikap seperti ini.

3. Salah satu sunah ilahi adalah memberi tenggat waktu dan kesempatan kepada orang kafir dan pendosa di dunia.

4. Umur dunia di banding dengan akhirat sangat pendek seperti satu jam dalam sehari.

Read 847 times