Surah al-Haaqqa 1-12
سورة الحاقة
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَاقَّةُ (1) مَا الْحَاقَّةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ (3) كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ (4) فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ (5)
Hari kiamat, (69: 1)
apakah hari kiamat itu? (69: 2)
Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? (69: 3)
Kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat. (69: 4)
Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. (69: 5)
Surat al-Haqqa terdiri dari 52 ayat dan diturunkan di Mekah. Dalam surat ini disebutkan tiga nama dari nama hari kiamat. Selain itu, surat ini juga membahas nasib buruk di dunia kaum terdahulu, terjadinya hari kiamat, dan kondisi ahli surga dan neraka.
"Haqqa" adalah salah satu nama hari kiamat yang menekankan kepastian terjadinya hari tersebut, seperti 'Waqiah" yang juga menegaskan kepastian terjadinya hari kiamat. Namun pengulangan kata "Haqqa" di ayat selanjutnya menunjukkan kebesaran hari kiamat, bahkan rasul pun tidak memahami kebesarannya.
Karena sebagian orang beranggapan bahwa hukuman bagi pelaku kejahatan hanya di akhirat saja dan Allah telah meninggalkan para penindas dan orang-orang yang zalim sendirian di dunia ini, maka ayat-ayat berikut telah menyebutkan hukuman bagi dua kaum 'Aad dan Tsamud. Mengenai kaum Tsamud, ayat ini menyatakan, “Bangsa ini dihancurkan dengan azab yang kejam dan menghancurkan; Siksaan yang turun atas mereka dari bumi dan langit serta disertai gempa bumi yang hebat, kilat dan jeritan dari langit, merobohkan dan menghancurkan rumah-rumah dan penghuninya."
Kaum Tsamud adalah orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan di utara Jazirah Arab, dan Nabi Saleh as ditugaskan oleh Tuhan untuk membimbing mereka, namun mereka bukan saja tidak beriman, tetapi mereka berkata kepadanya: Jika kamu berkata benar, maka turunkanlah siksa yang telah kamu janjikan kepada kami.
Dari lima ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Kiamat adalah hari yang agung dan mengerikan.
2. Azab ilahi di dunia dan akhirat adalah kebenaran, dan pasti terjadi. Oleh karena itu, kita harus mentaati perintah Tuhan dan jangan membangkang.
3. Jangan kita lalai akan azab Tuhan di dunia, dan jangan menganggap bahwa seluruh azab akan terjadi di hari Kiamat.
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (6) سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ (7) فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ (8)
Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, (69: 6)
yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (69: 7)
Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka. (69: 8)
Ayat-ayat ini membahas tentang nasib kaum 'Aad. Suatu kaum yang tinggal di daerah beriklim nyaman di Jazirah Arab, kaum yang tinggi dan kuat dengan pertanian dan ladang yang subur dan makmur; Namun kaum ini mengingkari nabi mereka, Nabi Hud as dan mengambil jalan permusuhan dan berperang melawannya.
Dengan mengirimkan angin dingin dan merusak selama tujuh malam delapan hari, Tuhan memutarbalikkan gulungan kehidupan mereka, sedemikian rupa sehingga tidak ada seorang pun yang tersisa dari kaum pemberontak itu dan tubuh mereka terjatuh ke tanah seperti batang pohon palem yang panjang.
Dari tiga ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.
1.Fenomena alam seperti angin dan hujan yang dalam kondisi normal dianggap berkah Tuhan dan bermanfaat bagi umat manusia; Jika Tuhan menghendaki, hal itu akan menjadi sarana kehancuran umat manusia dan akan berubah menjadi banjir dan badai yang merusak.
2.Jangan kita sombong dengan kekuatan dan keperkasaan jasmani kita sehingga kalau kita bertubuh tegap seperti pohon palem, kita akan tersungkur ke tanah dihadapan murka Tuhan.
وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ (9) فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً (10) إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ (11) لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ (12)
Dan telah datang Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar. (69: 9)
Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (69: 10)
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu, ke dalam bahtera, (69: 11)
agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (69: 12)
Ayat-ayat ini mengacu pada nasib orang-orang berdosa dan membangkang seperti Firaun dan Namrud dan suku-suku seperti kaum Luth dan kaum Nuh, serta mengatakan: Perlakuan orang-orang atau suku-suku itu dengan para nabi ilahi sedemikian rupa sehingga Allah membuat mereka menderita hukuman berat.
Tentu saja, setiap kelompok pendosa dan pembangkan ini terjebak dalam semacam siksaan. Firaun dan pasukannya tenggelam di Sungai Nil, kaum Nuh binasa diterpa badai dan banjir besar, serta kaum Luth binasa akibat gempa bumi dan bebatuan dari langit.
Sementara itu, badai dan banjir pada masa Nabi Nuh begitu meluas sehingga hanya orang-orang yang beriman kepadanya, yang ikut naik kapal bersamanya dan selamat; Oleh karena itu, Tuhan kepada penduduk Jazirah Arab mengatakan: Kami membawamu dengan kapal itu ketika air mendidih dari bumi dan langit dan menenggelamkan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Pada bagian akhir ditegaskan bahwa penjelasan jenis-jenis azab adalah untuk mengingatkan kalian, orang-orang yang beriman, jika kalian memiliki hati yang bersedia mengambil pelajaran dan telinga yang mendengarkan serta belajar dari sejarah generasi sebelumnya, maka kalian akan diselamatkan.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Menentang perintah para utusan Tuhan, sama halnya dengan menentang perintah Tuhan serta mengakibatkan azab yang pedih.
2. Allah Swt mengutus para nabi berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan-Nya, dan berdasarkan kedilannya Ia tidak akan mengazab suatu kaum hingga Ia mengutus nabi-Nya serta menjelaskan kebenaran.
3. Mempelajari sejarah umat terdahulu dan mengambil pelajaran darinya untuk kehidupan saat ini akan menjadi faktor keselamatan dan kebahagiaan manusia.