Ayat ke 7
Artinya:
Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi hati(mu). (5: 7)
Allah Swt telah menjelaskan dalam ayat-ayat yang lalu sebagian dari hukum berbagai bahan makanan, masalah rumah tangga, hukum beribadah dan shalat. Kemudian ayat ini juga mengatakan, bahwa petunjuk Ilahi ini merupakan nikmat Allah yang terbesar bagi kalian kaum Mukminin. Lalu sadarilah kadar itu dengan mengingat nikmat tersebut. Dan tentu kita masih ingat bahwa dalam ayat ke-3 surat ini, telah dipaparkan peristiwa pengangkatan Imam Ali bin Abi Thalib as untuk jabatan Khalifah, yang merupakan penyempurnaan agama serta pelengkap nikmat Ilahi. Ayat ini juga menyeru kaum Mukminun agar bersyukur dan menghargai nikmat besar kepemimpinan Ilahi, sekaligus juga memberi peringatan kepada mereka, bahwa kalian yang berada di Ghadir Khum, yang menerima dan mendengarkan pidato Nabi Saw mengenai kepemimpinan Imam Ali bin Abi Thalib as harus berpegang teguh dan komit terhadap perjanjian Ilahi ini, dan jangan menentangnya.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nikmat Islam dan Kepemimpinan Ilahi lebih baik daripada seluruh nikmat materi manapun dan harus senantiasa diperhatikan serta diingat.
2. Allah Swt melalui jalan akal dan fitrah, serta bahasa lisan telah mengikat suatu perjanjian dengan seluruh kaum Muslimin, agar senantiasa komitmen melaksanakan perintah Allah dan setiap bentuk penyimpangan dalam hal ini dianggap merusak perjanjian.
Ayat ke 8
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (5: 8)
Ayat ini memiliki kemiripan dengan ayat 135 surat an-Nisa. Perbedaannya, dalam surat an-Nisa Allah Swt memesankan umat Islam menegakkan keadilan, sekalipun itu merugikan diri sendiri atau orang-orang terdekat. Sementara dalam ayat ini dikatakan bahwa sekalipun terhadap para musuh-musuh kalian juga harus bersikap adil dan janganlah kalian keluar dari garis hak dan keadilan. Dasar-dasar dendam dan permusuhan akan dapat menciptakan suatu pembalasan, sehingga hak-hak orang lain diabaikan. Dalam pergaulan kemasyarakatan baik terhadap kawan maupun lawan, maka senantiasa ingatlah kepada Tuhan dan bertindaklah adil meski terhadap diri kalian sendiri, lalu sadarilah bahwa Allah Swt mengetahui semua pekerjaan kalian, dan berdasarkan keadilan-lah Allah memberikan pahala dan siksa.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Keadilan kemasyarakatan hanya dapat diterima dalam naungan iman kepada Allah dan pelaksanaan perintah-perintah-Nya.
2. Keadilan bukan hanya sebuah nilai dan norma akhlak, tetapi ia merupakan sebuah perintah Ilahi dalam semua urusan kehidupan dalam rumah tangga, dalam masyarakat baik terhadap kawan maupun terhadap lawan.
3. Kelaziman Takwa ialah keterjauhan dari segala bentuk diskriminasi, dan tidak memberi peluang bagi timbulnya dendam dan permusuhan.
Ayat ke 9-10
Artinya:
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (5: 9)
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka. (5: 10)
Kedua ayat ini mirip dengan ayat-ayat al-Quran lainnya, dimana banyak disebutkan, mengenai balasan di akhirat, baik berupa siksa atau pahala dari Allah Swt. Balasan bisa dikarenakan kekufuran dan keimananan atau perbuatan buruk dan baik. Dalam masalah balasan ini, Allah Swt tidak membedakan kaum dan kelompok manapun, mereka yang beriman akan dimasukkan kedalam surga, sementara musuh-musuh-Nya dimasukkan kedalam neraka.
Pada ayat sebelumnya beberapa kali telah dipesankan agar menjaga keadilan dan takwa. Ayat-ayat ini juga mengatakan, selama dua masalah ini kalian jaga, maka kalian termasuk orang-orang Mukmin yang sebenarnya, dan akan dimasukkan kedalam surga. Dan jika tidak,maka kalian akan masuk ke dalam barisan orang-orang Kafir serta akan dimasukkan ke dalam neraka.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Surga dan neraka adalah janji Allah kepada orang-orang Mukmin dan Kafir. Sedangkan Allah Swt tidak akan pernah mengingkari janji-janji-Nya.
2. Perbuatan-perbuatan yang baik juga bisa menutupi dan mengapuskan kesalahan-kesalahan pada masa lalu, sekaligus merupakan jalan untuk memperoleh pahala dan balasan Allah Swt.
Ayat ke 11
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal. (5: 11)
Dalam sejarah Islam telah tercatat berbagai peristiwa, dimana musuh-musuh bermaksud dengan konspirasinya menciptakan bentrokan dan peperangan untuk menghapuskan nama Islam. Tetapi Allah Swt dengan kelembutan dan rahmat-Nya menjaga kaum Muslimin dan konspirasi musuh-musuh mengalami kegagalan. Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang Mukmin senantiasa harus mengingat pertolongan Allah ini dan harus menyadari bahwa jalan untuk bersyukur atas nikmat-nikmat ini. Sikap bersyukur harus ditunjukkan dengan bertakwa kepada Allah yang juga dapat menyebabkan berlanjutnya bantuan-bantuan gaib ini.
Orang-orang Mukmin harus mengetahui untuk semata-mata bersandar kepada kekuasaan Allah, dan bukan kepada kekuatan manusia. Bahkan hanya kepada Allah saja orang mukmin harus takut. Bila mereka hanya bersandar kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya, maka mereka akan tetap tegar dan kokoh menghadapi segala kekuasaan manusia yang temporal.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ingat kepada nikmat dan pertolongan Allah Swt dapat menjauhkan manusia dari sifat berbangga dan lupa diri, serta menambah kecintaan manusia kepada Allah.
2. Termasuk nikmat Allah yang terpenting ialah mencegah musuh dan membela kaum Muslimin ketika menghadapi musuh. Nikmat ini harus disyukuri melalui lisan dan perbuatan.