Ayat ke 15
Artinya:
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (5: 15)
Pada ayat-ayat sebelumnya secara tegas ditujukan kepada ulama kaum Yahudi dan Kristen dan mempertanyakan mengapa mereka menyelewengkan dan menyembunyikan ayat-ayat Kitab Suci. Apakah perbuatan itu berarti mereka telah melupakan perjanjian dengan Allah Swt? Sementara ayat ini, sekalipun masih ditujukan kepada mereka, tapi lebih menekankan bahwa bila mereka mengenal ayat-ayat Allah, maka hendaknya mereka juga beriman kepada Rasulullah Saw yang menjadi utusan-Nya. Karena beliau merupakan cahaya dan penerang, sedangkan Kitab Suci yang dibawanya merupakan petunjuk kepada kebenaran. Isinya merupakan hakikat yang sama dengan isi Kitab Samawi terdahulu yang mereka sembunyikan dan tidak ingin diketahui oleh masyarakat luas.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Islam adalah agama dunia dan abadi. Sementara agama-agama terdahulu harus mengikuti al-Quran sebagai Kitab Samawi yang abadi.
2. Ajaran Allah adalah cahaya dan dunia tanpa ajaran Allah berada dalam kegelapan.
Ayat ke 16
Artinya:
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuk. (5: 16)
Ayat sebelumnya menyebut al-Quran sebagai Kitab Pencerah. Sementara ayat ini mengatakan bahwa penerimaan hidayah memiliki syarat-syarat. Salah satu syarat terpentingnya cenderung kepada kebenaran dan senantiasa menginginkannya. Barangsiapa yang menerima petunjuk al-Quran, maka orang tersebut tidak akan mengejar harta, kedudukan dan keinginan hawa nafsu. Ia senantiasa hanya mengikuti kebenaran dan mencari keridhaan Allah Swt.
Apabila syarat-syarat seperti ini telah terpenuhi, maka saat itu Tuhan telah mengeluarkan orang tersebut dari kegelapan, kesesatan dan dosa. Seterusnya ia mendapatkan petunjuk untuk menuju suasana cahaya cemerlang, iman dan amal saleh. Sudah barang tentu petunjuk ini akan menghantarkan manusia, ke dalam suasana yang aman dan tenteram, sehat jiwa raga bahkan keluarga, dan akan menjadi pengingat baginya terhadap segala bentuk bahaya dan malapetaka. Sedang pada Hari Kiamat ia juga akan menjadi pembimbing manusia kepada keselamatan, dan masuk ke dalam surga Allah yang penuh dengan ketenteraman.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Untuk mencapai keselamatan dan ketenteraman, seseorang harus berada di atas jalan Allah dan al-Quran adalah petunjuk bagi semua orang untuk sampai ke jalan tersebut.
2. Hanya manusia yang senantiasa berada dalam naungan agama Samawi yang dapat menghantarkan kerukunan dalam hidup, ketenteraman dan kesejahteraan.
3. Pekerjaan yang menghantarkan manusia kepada Tuhan adalah berbeda-beda. Amal saleh setiap orang juga berbeda, tapi apabila tujuannya untuk memperoleh keridhaan Allah, maka semuanya akan berujung pada satu jalan dan jalan itu adalah Shiratul Mustaqin.
Ayat ke 17
Artinya:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (5: 17)
Setelah ayat sebelumnya yang menyeru seluruh Ahli Kitab untuk masuk dan mengikuti agama Islam, maka ayat ini menegaskan, mengapa orang-orang Kristen menganggap Nabi Isa as sebagai Tuhan, serta menjadikannya sebagai sekutu Tuhan yang Esa dalam urusan alam semesta ini? Tidakkah selain itu al-Masih juga telah dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Maryam? Lalu bagaimana dia bisa dikatakan sebagai Tuhan? Tidakkah selain itu Maryam yang merupakan ibu al-Masih juga telah dilahirkan sebagaimana manusia lainnya? Lalu bagaimana mungkin dia dianggap sebagai Tuhan dan disembah sebagaimana halnya Tuhan? Apakah Allah tidak berkuasa? Padahal, apabila Dia berkeinginan untuk membinasakan Nabi Isa as juga Sayidah Maryam as, maka hal itu tentu sangat mudah dilakukan. Lalu mereka ini sebagai Tuhan macam apa sehingga bisa dihancurkan sedemikian rupa?
Pada dasarnya, keyakinan semacam ini bila diselidiki secara cermat dan detil merupakan sejenis kekufuran kepada Allah Swt. Karena itu ditetapkannya seorang manusia dalam batas sebagai Tuhan. Hal yang demikian pada dasarnya justru merendahkan kedudukan Tuhan itu sendiri, bahkan lebih rendah dari seorang manusia. Di akhir ayat ini mengatakan, kriteria sebagai Tuhan adalah Maha Mengetahui, Maha Kuasa dan pemilik pemerintahan yang mutlak. Sedangkan Nabi Isa as dan ibunya tidak memiliki kriteria tersebut, maka dari itu Tuhan Sang Pencipta adalah pemilik seluruh jagat raya ini, penguasa terhadap segala sesuatu, serta Dia lah satu-satunya yang pantas menjadi Tuhan.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Satu dari program Islam adalah melenyapkan melenyapkan segala bentuk keyakinan yang menyeleweng dan khurafat dari agama Samawi terdahulu.
2. Sekalipun telah mencapai kedudukan yang tinggi, para nabi Allah tetap seorang manusia yang tidak pernah keluar dari kodrat kemanusiaannya. Bersikap berlebihan terhadap para nabi tidak sesuai dengan semangat ketauhidan.
3. Apabila Nabi Isa as sebagai Tuhan, lalu bagaimana para penentangnya bisa menyalib dan membunuh Beliau? Apa bisa Tuhan diperdaya oleh makhluk-Nya?