کمالوندی

کمالوندی

Sabtu, 25 September 2021 20:40

Fatimah, Teladan Sepanjang Sejarah

 

Kehidupan Sayidah Fatimah menjadi perhatian berbagai kalangan, terutama para ulama dan pemikir dunia, bukan hanya dari kalangan Muslim saja.

Penyair dan penulis terkemuka Kristen Lebanon, Suleiman Kettani menulis, "Fatimah Zahra memiliki kedudukan yang sangat tinggi melebihi apa yang dijelaskan dalam literatur sejarah dan berbagai riwayat. Beliau lebih agung dari sejarah yang menjelaskan kehidupannya. Untuk itu, cukup kiranya; beliau adalah putri Muhammad Saw, istri Ali, ibu dari Hassan dan Husein, serta wanita agung dunia."

Sayidah Fatimah as memiliki beberapa sebutan mulia, disamping banyak nama dan sebutan lain yang disematkan pada pribadi agung ini. Di antaranya ialah; Fatimah, Zahra, Muhaddatsah, Mardhiyah, Siddiqah Kubra, Raihanah, Bathul, Rasyidah, Haura Insiyah (bidadari berbentuk manusia), dan Thahirah.

Allamah al-Majlisi dalam kitab Bihar al-Anwar menukil sebuah riwayat dari Imam Jakfar Shadiq as, yang menyatakan bahwa "Ia dinamakan Fatimah, karena tidak terdapat keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tidak ada Ali as, maka sampai hari kiamat tidak akan ada seorang pun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya)". (Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 10)

Imam Ali as berkata, "Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ia dinamakan Fatimah, karena Allah Swt akan menyingkirkan api neraka darinya dan dari keturunannya. Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku." (Bihar al-Anwar, jilid 43, hal 18-19)

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Kehidupan Fatimah az-Zahra as meski terbilang singkat, namun kehidupan itu merupakan samudra dari kerja keras, kesabaran, pembelajaran, perjuangan dalam membela kenabian, imamah dan sistem Islam, dan pada akhirnya menjemput kesyahidan. Kehidupan Fatimah as yang penuh dengan perjuangan sungguh sangat luar biasa dan benar-benar tak ada tandingan."

Meskipun tidak berusia panjang, tapi kehidupan mulia Sayidah Fatimah hingga kini masih terus dikaji dan digali oleh berbagai kalangan. Terkait hal ini, aktivis muslimah Indonesia, Reni Susanti mengungkapkan pandangannya:

Wawancara 1:

Sayidah Fatimah as dilahirkan di sebuah masyarakat yang jauh dari nilai-nilai mulia, yang tidak menghormati perempuan. Para sejarawan menilai Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam sebagai sebuah masyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Di tengah masyarakat seperti itu, Fatimah as telah menjadi teladan dalam mendobrak tradisi-tradisi jahiliyah yang tidak memberi hak hidup kepada kaum perempuan.

Wanita mulia ini mendapat perhatian khusus dari ayahnya. Semua sikap dan perlakuan Rasulullah Saw kepada Fatimah as mencerminkan pandangan luhur Islam terhadap perempuan. Beliau selalu memanfaatkan kesempatan untuk mengenalkan kepribadian agung Fatimah as kepada para sahabatnya dan masyarakat Arab. Rasulullah Saw bersabda: "Fatimah adalah bagian dariku, siapa saja yang membuatnya marah, maka ia telah membuatku marah dan siapa saja yang membahagiakannya, maka ia telah membahagiakanku." 

Terkait kebesaran Sayidah Fatimah az-Zahra as, Rasulullah Saw bersabda, "Keimanan kepada Allah Swt melekat dalam hati dan jiwa mendalam az-Zahra as yang mampu menyingkirkan segalanya saat beribadah kepada Allah Swt. Fatimah adalah bagian dari hati dan jiwaku. Barangsiapa yang menyakitinya sama halnya ia menyakitiku dan membuat Allah Swt tidak rela."

Hadis di atas itu diucapkan oleh manusia terbaik di alam semesta dan pilihan Allah Swt, Muhammad Rasulullah Saw. Tak diragukan lagi, keagungan Sayidah Fatimah az-Zahra as menghantarkan ke derajat yang luar biasa di sisi Rasulullah Saw.

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, "Putriku yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah bidadari berwajah manusia. Setiap kali Fatimah beribadah di mihrab di hadapan Tuhannya, cahaya wujudnya menyinari malaikat. Layaknya bintang-gemintang yang bersinar menerangi bumi."

Keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki Sayidah Fatimah as bukan hanya disebabkan posisinya sebagai putri Rasulullah Saw. Apa yang membuat pribadinya menjadi begitu luhur dan dihormati, lantaran akhlak dan kepribadiannya yang sangat mulia. Di samping itu, kesempurnaan dan keutamaan yang dimiliki Sayidah Zahra as mengungkapkan sebuah hakikat bahwa masalah gender bukanlah faktor yang bisa menghambat seseorang untuk mencapai puncak kesempurnaan. Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi yang sama untuk meraih kesempurnaan.

Fatimah juga sangat peduli dengan isu-isu sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Islam pada masa itu, dan senantiasa mendukung kebenaran dan ditegakkannya keadilan. Terkait masalah ini, aktivis Muslimah Indonesia, Reni Susanti menjelaskan:

 

Tanpa Teladan, Kebaikan Akan Menjadi Perkara Yang Jarang Dan Aneh

Dalam pemerintahan yang fasad [rusak], kebaikan merupakan sesuatu yang aneh, sementara keburukan dan kefasadan merupakan sebuah kaidah. Dalam pemerintahan yang baik, keburukan adalah sesuatu yang aneh dan kebaikan adalah sebuah kaidah. Di masa rezim despotik [Shah Pahlevi], menjadi seorang perawat adalah sesuatu yang baik. Di kalangan para perawat ada wanita-wanita yang mukmin. Mereka yang ingin menjalani kariernya dengan kesucian dan mengenal kewajibannya serta mahir, namun budaya Barat yang menbanjiri masyarakat kita, tidak mengizinkan seorang wanita muslim sebagai perawat. Teladan wanita muslim adalah sebuah teladan spesial.

---

Ketika tidak ada teladan wanita muslim, maka untuk menjadi baik dan menjadi bermanfaat akan menjadi sesuatu yang aneh, saat mendapatkan sebuah kesempatan. (dalam pertemuan bersama para perawat, pada hari perawat, 15/10/1365)

Tidak Adanya Teladan; Faktor Masuknya Budaya Asing

Salah satu kekurangan yang ada di tengah-tengah masyarakat kita pada masa itu adalah tidak adanya kejelasan tentang teladan wanita muslim. Sehingga karena kekurangan inilah, budaya-budaya asing berhasil melakukan serangannya di tengah-tengah masyarakat kita. (dalam pertemuan badan pemerintahan, pada hari kelahiran Sayidah Fathimah Zahra as, 10/12/1364  

Kekosongan Pikiran Para Wanita; Sarana Menyebarnya Teladan Barat

Rancangan tentang kepribadian putri Rasulullah Saw sebagai teladan wanita saat ini, adalah penting bagi masyarakat kita. Karena selama setengah abad terakhir, kekosongan pikiran masyarakat khususnya di kalangan para wanita telah memberikan kesempatan yang tepat bagi orang-orang yang punya pikiran buruk untuk memaparkan teladan yang diinginkannya dalam bentuk pikiran dan kenyataan di tengah-tengah masyarakat dan mendorong wanita Iran seperti wanita-wanita lainnya di negara-negara Islam menuju pada teladan budaya industri Barat. Meski anasir pertama secara langsung yang menjalankan konspirasi busuk ini adalah Rezakhan [raja Reza Pahlevi] dan kaki tangannya; namun, merupakan suatu keluguan, bila kita tidak menyaksikan tangan tersembunyi politik yang menguasai dunia yang secara khusus memusuhi Islam yang menjadi faktor terbesar kebangkitan bangsa-bangsa Muslim, di balik pentas yang menyedihkan dan menawan ini. Sejak saat itu, selama puluhan tahun, semua instansi budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat Iran sebisa mungkin menjadi perangkat untuk memenuhi lingkungan sosial dengan segala sesuatu yang bisa mendorong wanita pada tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya. (dalam seminar peran wanita di tengah-tengah masyarakat, 10/12/1364)

Teladan Barat; Wanita Sebagai Alat Kelezatan Pria

Teladan Barat Eropa saat ini, muncul dan dilahirkan dari teladan kuno Romawi dan Yunani. Pada masa itu, wanita adalah sebuah alat bagi kelezatan pria dan semuanya terpengaruh oleh masalah ini. Sekarang juga mereka menginginkan hal ini; inilah pembicaraan asli orang-orang Barat. (dalam seminar peran wanita di tengah-tengah masyarakat, 10/12/1364)

Pengkhianatan Modernisasi Terhadap Kemanusiaan Dengan Memaparkan Teladan Yang Fasad [Rusak]

Mereka yang memaksakan teladan yang fasad dan busuk dengan topeng kemajuan dan peradaban kepada para wanita dunia atas nama mewujudkan perubahan sosial dan ekonomi, bukan saja berkhianat terhadap para wanita, tapi terhadap manusia dan kemanusiaan. Orang-orang busuk yang dengan bohong meneriakkan slogan kebebasan wanita, sebenarnya ingin menyeretnya ke dalam tawanan budaya konsumerisme dan mengkonsumsi budaya yang hina; sehingga dengan mudah bisa menjajah anak-anak dan orang-orang yang terdidik secara lemah oleh ibu-ibu semacam ini sebagai alat yang tak berkehendak. Masyarakat kita, yang suatu hari telah mengalami konspirasi ini karena berkuasanya antek-antek penjajah, alhamdulillah karena berkat revolusi dan darah para syuhada kini telah bankit dan berhasil menggagalkan tipu muslihat setan besar dan kecil satu persatu. (dalam pesan untuk seminar Kautsar Shiraz, 20/11/1366)

2. Fathimah Zahra as: Teladan Global Wanita dan Kehidupan Manusia

Kepribadian Fathimah as; Gambaran Terindah Dan Paling Menarik Tentang Wanita

Kini, telah muncul sebuah bendungan yang tinggi yang bisa menahan banjir budaya pengkhianatan dengan bangkitnya wanita muslim karena berkat Revolusi Islam dan dengan partisipasi aktif wanita Iran di semua kancah revolusi besar ini serta berkembangnya pikiran di kalangan wanita. Namun, untuk mengokohkan bendungan ini perlu memaparkan teladan wanita muslim. Kepribadian Fathimah Zahra as yang merupakan himpunan nilai seorang wanita muslim, bisa dijadikan sebagai gambaran yang terindah dan paling menarik tentang wanita di hadapan semua wanita, khususnya wanita muslim. (dalam seminar peran wanita di tengah-tengah masyarakat, 10/12/1364)

Teladan Gambaran Yang Paling Bagus Tentang Wajah Wanita Muslim Bagi Penduduk Dunia

Banyak ucapan tentang Fathimah Zahra as dan sebuah buku pun tidak mampu untuk menjelaskan semuanya. Namun sekarang kita perlu membahas tentang Fathimah Zahra as yang merupakan wanita teladan dan wanita besar Islam, lebih jauh. Karena sekarang adalah masanya berhadapan-hadapan antara budaya Islam dan budaya hina Barat di semua masalah termasuk masalah penting wanita di tengah-tengah masyarakat dan kehidupan.

Namun, bila kita melewati saja tangan-tangan yang punya tujuan kotor, masih banyak yang belum tahu bahwa bagaimana Islam telah memberikan posisi yang tinggi bagi seorang wanita. Untuk mengenalkan masalah ini kepada dunia dan menyemangati pada budaya Islam yang tinggi dan maju di bidang ini, contoh yang paling bagus adalah menggambarkan wajah para wanita Islam yang terdepan. Karena kepribadian dan kehidupan mereka dengan sendirinya menunjukkan pemikiran Islam tentang wanita dan di atas semua wanita di dunia yang terdepan sepanjang sejarah ini adalah Fathimah Zahra as putri Rasulullah Saw. Untuk itu, bila kita ingin bekerja dan membahas masalah ini, banyak pekerjaan yang diperlukan. (dalam khutbah salat Jumat, 4/11/1364)

Sayidah Fathimah Zahra as Teladan Wanita Yang Paling Tinggi dan Paling Sempurna

Di kalangan para wanita, dalam al-Quran telah dikenalkan kepada kita tentang contoh wanita dalam al-Quran, “...Dharaballahu matsalan Lilladzina Amanu Imra’ata Fir’auna...” Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman... (QS. Tahrim: 11) yakni seorang wanita dijadikan sebagai perumpamaan. Seorang wanita yang bergerak bertentangan dengan semua keinginan dan ketergantungannya, tepat bertentangan dengan keinginan hawa nafsunya. Lihatlah arah gerakan ini bagi wanita, bagi para wanita, bagi para wanita dan para pria, sekarang ditentukan bagi para wanita. Dalam mengambil contoh dan model, manusia terkadang sampai pada teladan yang paling bagus, paling tinggi. Ada teladan wanita yang harus dipelajari oleh semua wanita dan semua sosok wanita. Mengapa? Karena dia adalah contoh yang benar-benar sempurna dan dia adalah Fathimah Zahra as. (dalam pertemuan bersama para wanita negara, 21/12/1363) (Emi Nur Hayati)

Sumber: Naghs wa Resalat-e Zan II, Olgou-ye Zan Bargerefteh az bayanat-e Ayatullah al-Udzma Khamenei, Rahbare Moazzam-e Enghelab-e Eslami 

Sabtu, 25 September 2021 20:38

Ali Akbar, Teladan Para Pemuda Islam

 

Tanggal 11 Sya'ban tahun 33 Hijriah, Ali Akbar, putra tertua Imam Husein as, cucu Nabi Muhammad Saw, terlahir ke dunia di kota Madinah. Ali bin Husein adalah sosok yang paling mirip dengan Rasulullah dari kalangan Bani Hasyim, termasuk sifat, akhlak, adab, ucapan dan kebiasaannya.

Ia dibesarkan dan dididik oleh kakeknya, Imam Ali as dan ayahnya, Imam Husein as. Oleh karena itu, beliau mencapai derajat keilmuan dan makrifat yang tinggi. Hari kelahiran Ali Akbar di Iran dirayakan sebagai Hari Pemuda dan disambut dengan suka cita.

Dalam budaya Islam, pemuda merupakan aset yang bernilai dan memiliki kedudukan yang tinggi. Pemuda pantas mendapat penghormatan dan perhatian karena kesucian jiwa, ketulusan, dan keberanian. Berbagai riwayat Ahlul Bait as menyebut pemuda lebih dekat dengan alam malakut dari orang lain dan menurut sabda Rasulullah Saw, "Keutamaan pemuda yang tumbuh dalam ibadah atas orang tua yang beribadah di masa tuanya, sama seperti keutamaan para nabi atas masyarakat lain." 


Para sosiolog menilai pertumbuhan dan kemajuan sebuah masyarakat dari berbagai aspek budaya, sosial, dan ekonomi bergantung pada pemahaman mereka tentang generasi muda dan perhatian mereka terhadap kaum muda. Para sosiolog percaya bahwa jiwa yang lembut dan hati yang masih muda merupakan manifestasi dari semangat dan keceriaan. Jika semangat ini dibarengi dengan akhlak yang mulia dan ketaatan, maka kebahagiaan generasi muda akan hadir dan keselamatan masyarakat juga akan terjamin.

Generasi muda tentu saja ingin mencari sebuah teladan yang baik untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Jika masih ada kontradiksi antara ucapan dan perbuatan pada diri seseorang, maka kaum muda tidak akan percaya padanya dan tidak akan mengikuti pemikiran dan ide orang tersebut.

Dalam sejarah kebangkitan Islam, kita mengenal banyak tokoh dan suri tauladan yang layak dijadikan panutan. Sosok yang lebih bertakwa, lebih bersih, dan lebih sempurna tentu saja memiliki lentera hidayah yang lebih terang untuk generasi muda. Ali Akbar bin Husein as adalah salah satu panutan yang abadi untuk hari ini dan masa depan. Ia adalah pribadi pemberani dan pembela kebenaran, ia adalah pemuda yang mulia, cerdas dan pemaaf dan masih banyak sifat-sifat terpuji lain yang melekat padanya. Sifat-sifat mulianya sudah sangat populer di kalangan teman dan musuh dan bahkan jauh sebelum peristiwa Karbala terjadi.

Ali Akbar bin Husein as dengan kemuliaan akhlak dan perilakunya telah menjadi publik figur bagi kaum muda. Ia – sebagai keturunan Rasulullah Saw – selalu memperhatikan adab dan perilakunya dan menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut. Ia dikenal periang dan ramah ketika berkumpul bersama masyarakat dan teman-temannya, tapi menjadi pemikir dan larut dalam kesedihan saat seorang diri. Jika ia dipanggil oleh seseorang, ia akan membalikkan seluruh tubuhnya menghadap kepada yang memanggilnya. Ali Akbar punya ketertarikan besar untuk berkhalwat dengan Allah Swt dan menyibukkan dirinya dengan doa dan bercengkrama dengan Sang Pencipta.

Ali Akbar dikenal ringan tangan, lembut, dan ramah dalam kehidupan sehari-harinya. Ia berkumpul bersama kaum fakir-miskin ketika mereka dipandang sebelah mata oleh orang-orang kaya dan para pecinta dunia. Beliau makan bersama-sama orang miskin dan berbagi kenikmatan dengan mereka. Kematangan pikiran dan kekuatan jiwa membuatnya tidak pernah merasa takut terhadap penguasa.

Putra Imam Husein as ini adalah simbol akhlak mulia, rendah hati, keceriaan, dan penuh semangat, dan ia tidak pernah meninggalkan adab terutama di hadapan orang tuanya. Ia telah mengajarkan kaum muda rahasia keabadiaan yaitu berpihak pada kebenaran, berakhlak mulia, dan rendah hati.

Kesantunannya di hadapan sang ayah bukan semata-mata karena ikatan emosional, tapi ia memandang ayahnya sebagai imam dan panutannya. Imam Husein as juga mencintai anaknya bukan hanya selaku ayah, tapi ia adalah seorang pemuda yang mulia, suci, dan bertakwa dan oleh sebab itu, Imam Husein as memuliakannya.

Pada tanggal 1 Muharram 61 H, sekelompok penduduk Kufah telah memasang kemah di Qashr Bani Muqatil, tempat persinggahan Imam Husein as dalam perjalanan dari Mekah ke Karbala. Di sana, beliau tertidur sesaat dan ketika terbangun, ia lantas berujar, “Innalillahi wa inna ilahi raji’un, Wal hamdulillah Rabbil ‘alamin.” dan ia mengucapkan itu berulang-ulang. Pamandangan ini membuat Ali Akbar bergegas menuju ayahnya dan bertanya tentang penyebab ucapan tadi.

Imam Husein as menjawab, “Putraku! Sewaktu aku tertidur seketika aku bermimpi dan mendengarkan langkah kuda. Aku mendengar suara berkata, kaum ini sedang berlari, sementara kematian mengejarnya. Dari ucapan tersebut, aku menyadari bahwa kita sedang bergerak ke arah kematian." Ali Akbar berkata, “Ayahku! Bukankah kita berada di atas kebenaran?" Imam Husein As menjawab, “Iya anakku, aku bersumpah dengan Dzat di mana semua makhluk akan kembali ke sisi-Nya.”

Ali Akbar menimpali, “Wahai ayah! Jika kita tegar berada di atas kebenaran, maka aku tidak takut pada kematian.” Mendengar ketegasan putranya, Imam Husein as mendoakannya dengan berkata, “Semoga Allah Swt mengaruniakan atasmu kebaikan, betapa engkau anak yang baik untuk ayah."

Keberanian Ali Akbar dan kearifannya dalam beragama serta kematangan dalam berpolitik, termanifestasi selama perjalanan ke Karbala khususnya pada hari Asyura. Ia adalah pemuda pertama dari Bani Hasyim yang meminta izin dari Imam Husein as untuk maju ke medan perang. Imam pun memberi izin kepadanya dan ia langsung meluncur ke medan perang dan Imam Husein as pun mendoakan untuknya.

Di hadapan pasukan musuh, Ali Akbar memperkenalkan dirinya dengan ucapan, "Aku adalah Ali putra al-Husein, putera Ali. Demi Allah, aku bersumpah bahwa kami lebih dekat dengan Rasulullah Saw dari siapa pun. Aku akan membunuh kalian dengan pedang dan aku akan membela ayahku dengan pedang yang berasal dari generasi Hasyim.”

Ali Akbar melancarkan serangan pertamanya terhadap musuh secara bergantian dari sisi kanan, kiri bahkan maju ke tengah-tengah pasukan musuh. Tidak ada dari pihak musuh yang mampu melumpuhkan dan menahan serangannya. Disebutkan dari serangannya tersebut, Ali Akbar berhasil menjatuhkan 120 penunggang kuda dan tewas di tangannya. Dahaga yang luar biasa telah menguras tenaganya, dan membuatnya tidak lagi berdaya sehingga ia pun menjemput syahadah.

Ali Akbar adalah sebuah cabang dari pohon yang baik dan akar yang suci serta pewaris semua kebaikan keluarga Nabi Saw. Sifat dan perilakunya merupakan sebuah kebanggaan dan teladan untuk pemuda zaman sekarang, setiap orang yang merdeka akan terpanggil untuk meneladani Ali Akbar as. Para pembenci sekali pun mengakui kemuliaan pemuda ini.

Muawiyah bahkan mengakui keagungan Ali Akbar, pemuda ksatria yang paling mirip dengan Rasulullah Saw. Dalam sebuah perjamuan di istana bersama orang-orang dekatnya, Muawiyah bertanya, "Siapa orang yang paling layak sebagai pemimpin masyarakat?" "Anda wahai tuan," jawab mereka. Tapi Muawiyah berkata, "Bukan, orang yang paling layak untuk memimpin pemerintah adalah Ali bin Husein bin Ali, kakeknya adalah Rasulullah. Terhimpun dalam dirinya keberanian Bani Hasyim, kedermawanan Bani Umayyah, dan ketampanan Kabilah Tsaqifa."

 

Putri Rasulullah Saw dalam usianya yang singkat, telah memberikan pengaruh yang sangat besar dan dia adalah wanita terbesar dalam sejarah.

Seluruh wanita dalam sejarah tidak ada yang mencapai pada kedudukan putri Rasulullah. Seorang putri yang hanya berusia delapan belas tahun. Dengan demikian para remaja putri juga bisa menciptakan kebesaran. Para remaja putri harus menjadikan Sayidah Fathimah as sebagai teladan dan belajar darinya. (dalam pertemuan bersama murid sekolah-sekolah Syahid, 13/11/1365)

Puncak Nilai Kemanusiaan Wanita

Hari wanita harus menjadi hari dimana para wanita kita mengambil teladan dari kepribadian yang tinggi Fathimah as. Ketika kami mengumumkan hari kelahiran Fathimah Zahra as sebagai hari wanita, maknanya adalah nilai-nilai wanita dan tujuan tinggi kehidupan wanita adalah sebuah puncak yang di sana ada Fathimah Zahra as. Kami menilai wanita memiliki nilai, potensi, kecemerlangan dan keindahan yang jika potensi itu terwujud, maka sama seperti Fathimah Zahra as. Betapa bagusnya bola kehidupan beliau dari berbagai sisi menjadi perhatian di tengah-tengah para wanita muslim khususnya wanita Iran dan dipelajari serta dikaji. (dalam khutbah salat Jumat, 7/11/1367)

Fathimah Zahra as Dan Ahlul Bait Rasulullah Saw Para Teladan Dalam Jangkauan Dalam Jalan kehidupan

Beliau [Sayidah Fathimah Zahra as] ini adalah sebuah teladan; Inilah poinnya. Para imam maksum as tidak diragukan bahwa kedudukannya lebih tinggi dari para malaikat, tapi mereka tidak hidup, tidak berbicara, tidak berjalan di luar jangkuan kita; tidak. Dalam ucapan almarhum Thabathabai, seperti orang yang berdiri di puncak sebuah gunung, memanggil masyarakat dan berkata; ke sinilah, datanglah kepadaku, ke puncak, ke arah ketinggian. Mereka tidak seperti orang-orang hebat tipuan  dunia materi dan memiliki spiritual palsu yang berada di menara gading dan duduk di ruangan kaca, yang tidak bisa dijangkau; lantas mengatakan ke sinilah, kesinilah, tidak. Jalannya adalah; kita harus mencari para imam. Kehidupan mereka adalah teladan kita. Iya, “’Ala Wa Innakum La Taqdiruna ‘Ala Dzalika” (Nahjul Balaghah, surat 45). Kita tidak bisa bergerak seperti mereka; kita tidak punya kelayakan itu, kita tidak kekuatan itu, tapi kita bisa menetapkan jalan yang dilaluinya sebagai jalan hidup kita. Kita tetapkan sebagai arah. Kita bergerak di arah itu. (dalam pertemuan bersama para pembaca kidung Ahlul Bait Rasulullah Saw dalam rangka peringatan kelahiran Sayidah Fathimah Zahra as, 23/2/1391)

Menuju Ke Puncak Sayidah Fathimah Zahra as Untuk Bisa Melihat Sifat Ilahi Lebih Baik

Ibu-ibu Iran! Kalian bayangkan bahwa Sayidah Zainab dan Sayidah Fathimah Zahra sedang berada di atas puncak. Kalian sedang mendaki gunung ini menuju ke atas, dari lereng ini untuk sampai ke puncak itu. Ini adalah wanita Iran, semuanya harus mudah bagi kalian. Dengan segala kerepotan, kalian harus bersabar menghadapi lereng ini. Laluilah sehingga kalian sampai ke sana. Ketahuilah semangat kalian. Maka pada saat itu wajah bercahaya yang kita tetapkan sebagai teladan dan contoh yang ada di atas puncak itu, dia setiap saat akan lebih dekat kepada kita. Semakin kalian mendekat, kalian akan menyaksikan ciri khas yang lebih banyak dari wajah itu. (dalam pertemuan bersama para perawat divisi Basij, 30/11/1361)

Ketinggian Posisi Wanita Dengan Bergerak Di Jalan Fathimah as

Imam dalam sebuah penjelasannya berkata kepada para wanita: Bila kalian menerima bahwa hari kelahiran Fathimah Zahra as sebagai hari wanita, maka ini akan mewujudkan tanggung jawab dan kewajiban bagi kalian. Hari kalian, hari wanita, hari ibu, hari Fathimah Zahra as; apa maknanya? Ini adalah gerakan simbolik; hal ini adalah sebuah simbolik. Maknanya adalah seorang wanita harus bergerak di jalan ini. Keagungan dan kebesaran, ketinggian posisi dan derajat bagian para wanita ada di jalan ini; jalan yang di sana ada ketakwaan, ada keilmuan, ada pembicaraan, ada yang namanya resistensi di berbagai lapangan, ada yang namanya pendidikan anak, ada kehidupan rumah tangga, di sana ada semua hiasan dan keutamaan spiritual; para wanita harus bergerak di jalan ini. Untungnya, para wanita kita benar-benar demikian, tidak hanya dalam revolusi kita, bahkan sejak dulu memang demikian. (dalam pertemuan bersama para pembaca kidung Ahlul Bait Rasulullah Saw dalam rangka peringatan kelahiran Sayidah Fathimah Zahra as, 23/2/1391)

Teladan Yang Paling Indah, Paling Tinggi Dan Paling Suci

Memilih hari semacam ini sebagai hari wanita adalah bermakna memilih teladan yang paling indah, paling tinggi dan dan paling suci bagi para wanita muslim, bahkan bagi semua wanita di dunia. (dalam pesan untuk seminar Kautsar, di Shiraz, 20/11/1366)

Perlunya Menjelaskan Sisi Keberadaan Fathimah Zahra as Dan Zainab Kubra as Sebagai Teladan Yang Paling Bagus

Fathimah Zahra as adalah teladan nyata yang paling bagus bagi para wanita muslim. Para pemikir, pembicara keagamaan dan ilmuwan harus menggambarkan dan menjelaskan sisi keberadaan dan kepribadian wanita besar dalam penciptaan ini dengan penjelasan dan penanya secara lebih baik dan lebih banyak. Putri Sayidah Fathimah yakni Sayidah Zainab, juga sebuah teladan lainnya yang memerankan sisi baru seorang wanita hebat dalam keluarga Rasulullah Saw dengan cara yang paling bagus. Kepribadian beliau sebelum peristiwa Karbala dan di Madinah sangat menonjol dan terkenal serta hebat, dan dari sisi keilmuan, spiritual, akhlak, ketakwaan, kesucian, bisa dianut dan diikuti bagi para wanita muslim. (dalam pertemuan bersama para perawat, 12/7/1374)

Sayidah fathimah Zahra as Seorang Manusia Hebat Yang Memiliki Semua Kelebihan

Wanita besar ini yakni Sayidah Fathimah Zahra as merupakan teladan makrifat, pengetahuan, ibadah, zuhud, ibu rumah tangga, jihad, syahadah dan semuan kelebihan dan ciri khas seorang yang manusia yang hebar dan maksum [suci dari dosa]. Kita bangga sebagai pengikut beliau. Kita bangga telah menjadikan fathimah Zahra as sebagai teladan diri kita. Para wanita, para remaja putri dan generasi revolusioner sebisa mungkin harus berusaha untuk lebih mendekatkan dirinya kepada gambaran yang diberikan oleh Fathimah Zahra untuk kita tentang wanita muslim. (dalam khutbah salat Jumat, 12/11/1363)

Manusia Yang Sempurna Dan Kapasitas Malaikat Berwujud Manusia

Saya gembira karena melihat; alhamdulillah, arah pemikiran para wanita pilihan negara kita dalam dalam posisi yang insyaallah masa depannya memberikan harapan dan menggembirakan. Saya juga menyampaikan selamat atas kelahiran Fathimah Zahra as kepada kalian saudari yang mulia, kepada semua wanita negara kita, kepada semua wanita muslim dan semua muslim yang ada di dunia; dimana beliau adalah seorang teladan bagi para wanita sepanjang sejarah dan bagi semua generasi dan sebagai contoh wanita sempurna dan tampak kapasitas malaikat berwujud manusia dalam diri beliau. (dalam pertemuan bersama para anggota syura kebudayaan-sosial para wanita, 4/10/1370) (Emi Nur Hayati)

Sumber: Naghs wa Resalat-e Zan II, Olgou-ye Zan Bargerefteh az bayanat-e Ayatullah al-Udzma Khamenei, Rahbare Moazzam-e Enghelab-e Eslami

Sabtu, 25 September 2021 20:35

Zainab, Teladan Heroisme Perempuan

 

Lembaran sejarah mencatat manusia-manusia agung, termasuk perempuan yang memainkan peran penting di berbagai bidang dari sosial, politik hingga budaya yang mengubah sejarah dunia. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai para wanita penentu sejarah. Dari sekian nama, Sayidah Zainab Kubra salah satu yang mengemuka.

Hari ini tepat tanggal 15 Rajab, kita memperingati wafatnya Sayidah Zainab al-Kubra binti Ali bin Abi Thalib as. Jejak sejarah Islam menorehkan catatan yang ditulis dengan tinta emas mengenai peran besar wanita agung ini dalam membela keadilan, kebenaran dan ajaran Allah dengan penuh cinta dan kesabaran. Ketabahannya menghadapi berbagai musibah dan bencana sangat mengagumkan.

Putri  Ali bin Abi Thalib ini dilahirkan pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun kelima Hijriah di Madinah. Beliau diasuh dan dibesarkan oleh manusia agung sepanjang sejarah yaitu, Nabi Muhammad Saw, Imam Ali dan Sayidah Fatimah. Selain itu, beliau adalah saudari dari dua pemuda penghulu surga, Imam Hasan dan Imam Husein.

Sayidah Zainab merupakan salah satu wanita yang menjadi contoh bagi seluruh perempuan di berbagai bidang. Zainab tidak hanya berkaitan dengan masa lalu, tapi juga hari ini dan esok. Sebab, kemuliaan manusia, pengabdian, penghambaan, perjuangan untuk menegakkan keadilan, kemerdekaan dan kebenaran adalah nilai-nilai yang tidak terkait hanya untuk periode khusus atau masyarakat tertentu saja.

Manusia besar melampaui sejarah hidupnya. Zainab Kubra, termasuk wanita yang berada dalam naungan pancaran cahaya imamah. Sejak kecil, Zainab berada di pangkuan risalah dan imamah. Sayidah Zainab telah menghiasi diri dengan ketinggian akhlak, kesempurnaan spiritualitas dan keagungan perilaku.

Sayidah Zainab mewarisi ilmu dan marifat Rasulullah Saw. Martabat dan harga diri Sayidah Zainab as mirip dengan Sayidah Khadijah, dan kesucian serta kesederhanaan serta kesopanannya bak Sayidah Fatimah as. Kezuhudan, kefasihan dan retorika Zainab dalam berpidato mirip dengan Imam Ali as. Beliau juga memiliki kelembutan dan kesabaran seperti Imam Hasan, serta keberanian dan keteguhan hati sebagaimana Imam Husein.

Ketika Sayidah Zainab  mencapai usia perkawinan, beliau kemudian menikah dengan Abdullah bin Jakfar, saudara sepupunya. Abdullah dikenal sebagai orang kaya Arab. Namun Sayidah Zainab menjadi istri Abdullah bukan karena hartanya.

Sayidah Zainab dalam pernikahannya dengan Abdullah yang kaya raya, mensyaratkan untuk tetap bisa mendampingi Imam Husein di seluruh perjalanannya, termasuk saat terjadi peristiwa Asyura. Beliau menjadi pembela dan penyambung misi Imam Husein di Karbala. Tanpa peran Sayidah Zainab, misi Karbala sulit tersampaikan kepada umat saat itu. Bahkan kunci kemenangan gerakan Imam Husein as terletak pada Sayidah Zainab.

Sayidah Zainab mampu menyampaikan pesan-pesan gerakan Imam Husein dengan bahasa lugas dan jelas. Dengan berbagai statemennya, Sayidah Zainab mampu menciptakan revolusi di Kufah dan Syam. Kecerdasan dan kepiawaian Sayidah Zainab as merupakan faktor keberhasilan misi dan visinya dalam melanjutkan perjuangan Imam Husein.

Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa Sayidah Zainab mendapat makrifat dan ilmu langsung dari Allah Swt. Imam Ali Zainal Abidin dalam salah satu perkataannya kepada Sayidah Zainab, mengungkapkan, "Wahai saudari ayahku, engkau adalah seorang alim tanpa pernah belajar dari seorang guru. Engkau telah memiliki pemahaman hakikat."

Beliau adalah wanita besar dunia Islam, orator dan guru besar yang menjelaskan peristiwa penting Asyura kepada masyarakat. Zainab juga hadir dalam peristiwa Asyura, baik ketika tragedi itu terjadi dan setelahnya, serta pembelaan beliau terhadap kebenaran yang dibawa Imam Husein merupakan teladan sepanjang sejarah.

Suara perlawanan Sayidah Zainab melawan kezaliman dan menegakkan keadilan senantiasa tertancap di jantung sejarah. Ketika beliau menjadi perempuan yang ditawan oleh pasukan Yazid, bersama tawanan lainnya pasca terjadinya tragedi Karbala memasuki Istana Yazid, semua orang menanti putri Sayidina Ali ini meminta maaf kepada putra Muawiyah yang membantai Imam Husein. Tapi, Sayidah Zainab dengan keberanian dan keahlian retorikanya menunjukkan kesalahan Yazid di istananya sendiri.

Makam suci Sayidah Zainab
Sayidah Zainab tegar berdiri di hadapan orang-orang zalim Dinasti Umayah  dan menyampaikan kebenaran yang dibawa Imam Husein, hingga beliau dan pengikutnya syahid di padang Karbala. Pidato Sayidah Zainab bukan hanya mengguncang pilar-pilar kezaliman Dinasti Umayah, tapi lebih dari itu menghantam sistem rusak di sepanjang sejarah.

Dalam kondisi sulit dan kalah secara militer, ketika kepala para syuhada diarak di ujung tombak musuh, dan kondisi paling mengenaskan, Sayidah Zainab menyampaikan pidato yang ditujukan langsung kepada Yazid bin Muawiyah, yang saat itu mengklaim sebagai khalifah kaum Muslimin. Zainab berkata, "Tuhanku! Ambillah hak kami dari orang-orang lalim, dan kirimkanlah kemarahan-Mu kepada orang yang menumpahkan darah kami di bumi, dan membunuh para pendukung kami, ".

Yazid dan pengikutnya menyebarkan propaganda luas supaya langkah Imam Husein dianggap sebagai gerakan bughot dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam. Yazid menyebarkan fitnah bahwa Imam Husein as sedang mengejar kekuasaan dan materi dalam revolusinya sehingga ia dengan mudah menumpas para penentangnya. Namun Sayidah Zainab telah menjadi penghalang propaganda itu, dan bahkan juga mengungkap kejahatan dan kebusukan Yazid dan pengikutnya.

Dalam pidatonya yang berapi-api, Sayidah Zainab telah mengguncang pemikiran keliru masyarakat di masa itu. Warga Kufah yang hampir 20 tahun tidak mendengar pidato Imam Ali as, mereka terhentak dengan suara Zainab as yang nadanya seperti perkataan Ali as.

Perkataan seorang perempuan yang menjadi tawanan Yazid menguncang legitimasi pemerintah Bani Umayah. Zainab dengan kecerdasan, kefasihan dan keindahan bahasanya, mengingatkan kepada ayahnya, Ali bin Abi Thalib.

Putri Ali bin Abi Thalib berkata, "Musibah besar menyebabkanku terpaksa harus berbicara dengan orang sepertimu [Yazid] ! Aku melihatmu lebih kecil dari kedudukan lahirmu saat ini. Engkau hina ! Mengapa aku tidak memakimu, ketika aku terluka karena kehilangan orang-orang tercinta. Oh ! Aneh sekali manusia besar yang berada di jalan Tuhan tewas di tangan setan ! Tangan berdarahmu, telah berlumuran darah kami Ahlul Bait Rasulullah Saw, dan mulut kalian dipenuhi sesak oleh daging kami. Ya ! Sesungguhnya bukan tempatnya untuk malu ketika hidup di atas bumi ini dengan bersih dan suci. Srigala gurun liar menerjang mereka dan engkau [Yazid] dengan sombong menduduki singgasana ?"

Zainab menegaskan sebuah poin penting bahwa Ahlul Bait Rasulullah Saw tidak akan bisa dihapus dari sejarah. Putri Ali bin Abi Thalib ini berkata, "Yazid, jika ingin menipu dan makar, maka lakukanlah. Tapi ketahuilah engkau tidak akan bisa  menghapus [dalam sejarah] orang-orang mengingat kami. Engkau tidak memiliki kemampuan untuk memusnahkan kami, dan memadamkan orang-orang yang mengingat kami. Suatu hari kebenaran akan datang dengan meneriakkan "Laknat Tuhan bagi orang-orang zalim".

Kemudian, Sayidah Zainab mengakhiri pidatonya dengan bersyukur kepada Allah swt. Beliau berkata, "Kini, aku menyampaikan rasa syukur kepada Allah swt yang memulai kehidupan Ahlul Bait dengan syahadat dan ampunan, serta mengakhiri dengan syahadat dan ampunan serta rahmat ilahi. Tuhanku, tambahkanlah pahala bagi syuhada kami dan nasib kami berada di tangan-Mu." Dengan pidato ini, Sayidah Zainab menunjukkan bukan hanya kesyahidan saudaranya, Imam Husein bin Ali sebagai sebuah keindahan.Tapi lebih dari itu, putri Ali bin Abi Thalib ini menggambarkan ditawannya Ahlul Bait sebagai puncak keindahan.

Sayidah Zainab melampaui sejarah. Beliau menunjukkan nilai harga diri keberanian dan ketinggian jiwa kesatria sebagai pakaian kemuliaan. Dalam keadaan sebagai tawanan, putri Ali bin Abi Thalib ini meniupkan optimisme menghadapi kezaliman. Wanita agung ini memberikan pelajaran bagaimana menghadapi kelaliman kapada umat manusia sepanjang sejarah.

Seorang perempuan dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun mampu menampakkan cahayanya menerangi masyarakat di bidang politik dan sosial yang berada dalam kegelapan. Oleh karena itu, sejarah mencatat Sayidah Zainab sebagai manufestasi cinta terhadap kebenaran yang dibelanya hingga akhir hayat, sekaligas heroisme seorang perempuan yang ditampilkan dengan gemilang.

Sabtu, 25 September 2021 20:31

Khadijah, Teladan Perempuan Sepanjang Zaman

 

Sejarah mencatat nama-nama orang yang berperan besar dalam perubahan dunia, termasuk perempuan. Lembaran sejarah Islam dipenuhi dengan peran besar para perempuan teladan dan mulia dengan perjuangan dan pengorbanannya yang masih menjadi inspirasi hingga kini. Salah satu di antara para wanita teladan tersebut adalah Sayidah Khadijah al-Kubra, istri Rasulullah Saw.

Beliaulah perempuan pertama yang menerima Islam sebagai agama yang dibawa Rasulullah Saw. Perjuangan dan pengorbanan Sayidah Khadijah untuk membantu Nabi Muhammad Saw sangat besar, sehingga kepergiannya menghadap ilahi di tahun yang sama dengan wafatnya paman Rasulullah Saw, Abu Thalib.

Kehilangan dua orang yang sangat dicintai itu, membuat Rasulullah Saw tenggelam dalam duka yang sangat berat. Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan nama Aam-ul-Huzn atau tahun kesedihan.

Sayidah Khadijah yang dikenal di Indonesia dengan sebutan Siti Khadijah dilahirkan di kota Mekkah, 15 tahun sebelum tahun Gajah, dan wafat 10 Ramadhan tahun ke-10 dari kenabian.

Di Indonesia, nama beliau menjadi salah satu nama yang paling banyak digunakan untuk muslimah, yang menunjukkan penghormatan sekaligus kecintaan masyarakat Muslim negara ini terhadap istri Rasulullah Saw itu.

Image Caption
 

Kita simak bagaimana pandangan salah seorang Muslimah Indonesia mengenai Sayidah Khadijah. Seorang ibu sekaligus profesional muda Indonesia, Ibu Inong Hunain mengungkapkan pandangannya:

Wawancara 1

 

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sosok Siti Khadijah yang bisa dilihat dari berbagai sisi peran beliau, dengan berbagai keutamaannya masing-masing.

Ada pertanyaan mendasar yang mengemuka apakah kemuliaan dan keutamaan yang dimiliki Sayidah Khadijah karena status beliau sebagai Istri Nabi? Pertanyaan ini penting untuk dijawab karena berkaitan dengan kapasitas beliau sebagai tokoh wanita yang layak diteladani. Mengenai hal ini, simak tanggapan salah seorang penulis Indonesia, ibu Ahmad sebagai berikut:

Wawancara 2

Kedudukan tinggi yang diperoleh Sayidah Khadijah di sisi Allah swt, tentu saja berkat upaya keras melalui berbagai amal kebajikannya, terutama perjuangan dan pengorbanannya demi membela agama Islam. Dari kehidupan Sayidah Khadijah, apa yang bisa dipetik keteladanannya untuk kita. Ibu Ahmad menjelaskan masalah ini.

Wawancara 3

 

Hari kesepuluh Ramadhan bertepatan dengan peringatan wafatnya seorang wanita terbaik yang berperan penting mendampingi Rasulullah Saw dalam perjuangannya menyampaikan risalah ilahi.

Kepergian beliau tepat di tahun yang sama dengan meninggalnya paman Rasulullah Saw, Abu Thalib yang terjadi tiga tahun sebelum Hijrah dari Mekah ke Madinah. Kehilangan dua orang yang sangat dicintai itu, membuat Rasulullah Saw tenggelam dalam duka yang sangat berat. Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan nama Aamul Huzn atau Tahun Kesedihan.

Sayidah Khadijah dipanggil dengan nama Thahirah yang berarti suci. Kepribadian sucinya dan kedermawanannya membuat beliau dihormati masyarakat umum dan para tokoh di zamannya, sehingga dipanggil Sayidah an-Niswan yang berarti junjungan para wanita.

Ahli hadis al-Qommi menulis, "Sayidah Khadijah as memiliki posisi yang tinggi di sisi Allah, sehingga sebelum kelahirannya ada pesan kepada Isa al-Masih dari sisi Allah bahwa beliau disebut "Mubarakah" dan bersama Sayidah Maryam di surga. Karena dalam Injil ketika menggambarkan ciri khas disebutkan, keturunannya berasal dari seorang wanita agung "Mubarakah".

Pada hari pertama setelah Muhammad diutus sebagai Rasulullah dan sedang turun dari goa Hira, Sayidah Khadijah langsung menyambutnya dan menjadi wanita pertama yang memenuhi seruan risalah Nabi Muhammad Saw dan memeluk agama Islam. Ketika Rasulullah Saw menyampaikan Islam kepada istri tercinta beliau, Sayyidah Khadijah berkata: “Aku beriman, aku meyakini kenabianmu, aku menerima agama Islam dan aku berserah diri.” (Bihar al-Anwar jilid 18). Sejak awal, Sayyidah Khadijah mampu mengenali kebenaran, menerimanya dengan sepenuh hati serta menyuarakannya dengan lantang.

Ketika Rasulullah dituduh pendusta oleh kaum musyrik dan munafik serta menerima penghinaan dari mereka, Allah Swt meringankan kesedihan dan kekhawatiran utusan-Nya itu melalui Khadijah. Keimanan dan dukungan sang istri membuat Rasulullah Saw optimis dengan masa depan dakwahnya.

Doktor Bint al-Shati' berkata, "Apakah ada istri lain selain Khadijah dengan kapasitas seperti ini; menerima seruan suaminya ketika keluar dari Gua Hira' dengan iman yang kuat, lapang dada, kelembutan, dan kasih sayang, tanpa sedikit pun meragukan kejujurannya dan yakin Tuhan tidak akan meninggalkannya sendirian. Apakah ada wanita lain selain Khadijah yang mampu dengan penuh keikhlasan menutup mata dari kehidupan mewah, harta yang berlimpah, dan kemapaman, untuk mendampingi suaminya dalam kondisi kehidupan yang paling sulit dan membantunya dalam berbagai tantangan demi merealisasikan tujuan yang ia yakini kebenarannya. Tentu saja tidak! Hanya Sayidah Khadijah yang demikian."

Sayidah Khadijah as, adalah wanita bijaksana yang lahir di kota Mekkah, 68 tahun sebelum Hijrah. Dari sisi nasab, kehormatan, status sosial dan keluarga, beliau memiliki posisi yang istimewa di antara kaum perempuan Jazirah Arab dan Quraish. Dari sisi kesempurnaan, kepribadian dan kebijaksanaan, Sayyidah Khadijah as adalah yang paling utama di antara semua wanita di masa itu. Sejak usia belia, beliau adalah salah satu wanita tersohor di Hijaz dan Arab. Karena beliau adalah wanita pedagang pertama dan merupakan salah satu saudagar terkemuka di Hijaz.

Di samping berdagang, beliau juga sangat meningkatkan kepribadian dan nilai-nilai kemanusiaan dalam dirinya. Sayyidah Khadijah as, tidak mengejar keuntungan membabi-buta. Oleh karena itu, dalam berdagang beliau berusaha menjauhkan diri dari keuntungan tidak benar yang marak di masa itu seperti riba dan lain sebagainya.

Hal ini menjadi faktor pemikat kepercayaan dari banyak kelompok dan lapisan masyarakat serta meningkatkan keberhasilan dan keuntungan yang diperoleh Sayyidah Khadijah as, melalui perdagangan yang halal. Dalam sejarah disebutkan, “Ribuan onta berada di tangan pembantu dan pekerja Khadijah yang melintasi berbagai negeri seperti Mesir, Sham dan Habasyah untuk berdagang dan mengangkut barang dagangan.”

Selain dikenal sebagai seorang pengusaha besar dan sukses, Sayidah Khadijah  juga dikenal sebagai sosok spiritual, lembut, suci, dermawan, serta memiliki pemikiran tinggi dan pandangan jauh ke depan. Bahkan di era Jahiliyah, di mana kesucian tidak berarti sama sekali, Sayidah Khadijah juga dikenal dengan nama Thahirah, karena kesuciannya.

Berbagai keutamaan tersebut disandingkan dengan status keluarga dan kekayaannya yang melimpah, membuat banyak pembesar Mekkah yang melamar beliau. Namun, Sayidah Khadijah as adalah wanita dengan pandangan dan kesadaran yang tinggi, hanya mencari keutamaan akhlak dan spiritual. Oleh karena itu, beliau menolak semua lamaran tersebut.

Akan tetapi ketika beliau mengenal seorang sosok terkenal menjaga amanat dan berhati bersih seperti Muhammad, Sayidah Khadijah sendiri yang melangkah maju dan mengajukan permintaan pernikahan. Dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad Saw, Sayidah Khadijah berkata, “Wahai Muhammad! Aku mendapati dirimu sebagai sosok mulia, penjaga amanat dan seorang manusia di puncak kemurnian, kejujuran, kesucian dan kebenaran, di mana kau menjaga dirimu tetap suci dan tidak ada sedikit pun noda di pangkuanmu. Kau berakhlak baik, terpercaya dan jujur, kau tidak takut untuk berkata jujur dan kau tidak melepaskan nilai-nilai kemanusiaanmu di hadapan apapun. Karakter dan  kepribadian muliamu ini telah sedemikian mempesonaku sehingga sekarang aku ingin mengemukakan permintaan pernikahan dan juga perkenalan denganmu. Jika kau menyetujui permintaanku, aku siap untuk melaksanakan acara pernikahan kapan pun waktu yang tepat.” 

Selama hidup bersama Nabi Muhammad Saw, Sayidah Khadijah telah memberikan pengorbanan besar kepada beliau dan Islam. Dukungan finansial, mental dan emosional kepada Rasulullah Saw, keyakinan dan pembenaran atas kenabian beliau di saat orang-orang mendustakannya, serta pertolongan beliau kepada Nabi Saw dalam menghadapi orang-orang musrik adalah bagian dari pengorbanan besar beliau kepada Rasulullah Saw dan Islam.

Ketika Nabi Muhammad Saw menjalankan tugas beliau sebagai utusan Allah Saw untuk memberikan hidayah kepada umat manusia, orang-orang musyrik mengganggu dan memusuhi beliau. Di saat-saat seperti itu, istri yang mengerti dan penuh kasih sayang seperti Khadijah adalah penenang hati terbaik yang meredakan kesusahan tersebut.

Ibnu Ishaq, seorang sejarawan terkenal menulis, "Nabi tidak mendengar perkataan kaum yang menolak dan mendustakan, di mana menyebabkan kesedihan dan mengganggu pemikirannya, kecuali Allah Swt telah menghilangkan kesedihan itu melalui Khadijah. Khadijah telah meringankan dampak berat dari ucapan-ucapan kasar yang dilontarkan kepada Rasulullah Saw dan membenarkan beliau. Beliau juga menganggap tidak bernilai terhadap perilaku dan kelancangan orang-orang kepada Rasulullah Saw.

Hari kesepuluh dari bulan Ramadhan adalah hari terakhir bagi seorang perempuan yang selama bertahun-tahun senantiasa mengiringi langkah utusan terakhir Allah Swtitu. Nabi Muhammad Saw di hari semacam ini harus merelakan istri tercintanya untuk kembali kepada Yang Maha Kuasa. Sebuah peristiwa yang menyayat jiwa beliau setelah beberapa waktu sebelumnya harus kehilangan pamannya Abu Thalib.

Wafatnya Sayidah Khadijah begitu mempengaruhi beliau, sehingga tahun itu disebut sebagai "tahun kesedihan" (Am al-Huzn). Ketika Sayidah Khadijah as wafat, Nabi Muhammad Saw menangis. Nabi mengusap air matanya yang bercucuran dengan kedua tangannya ketika memakamkan isteri tercintanya itu. Pada waktu itu beliau berkata, "Tidak ada yang dapat menyamai Khadijah. Ketika semua mendustakanku, ia membenarkanku. Ia menjadi penolongku dalam mendakwahkan agama Allah Swt dan dengan hartanya, ia membantuku."

Salam untukmu Sayidah Khadijah, ibu seluruh kebaikan !

Salam atasmu wahai perempuan dermawan yang mengajarkan derma dan kebaikan tanpa pamrih !

Salam untumu wahai wanita agung yang mengorbankan seluruh dijawa dan raganya untuk tegaknya agama Islam ! 

Jumat, 24 September 2021 22:20

Hak-Hak Perempuan dalam Islam

 

Perempuan sepanjang sejarah menjadi salah satu pilar paling penting bagi berdirinya tongggak keluarga dan juga masyarakat. Namun lembaran sejarah menunjukkan kepada kita bahwa perempuan acapkali menjadi korban, mereka mengalami berbagai tekanan dan penderitaan bertubi-tubi. Hingga kini, kita menemukan realitas pahit yang menyesakkan dada tentang kondisi perempuan di era modern. Kini, perempuan menjadi komoditas industri, di saat kaum feminis dengan lantng menyuarakan kesetaraan gender.

 

Seiring perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat, perempuan masih belum mendapatkan hak-hak perempuan di berbagai bidang. Tampaknya banyak faktor yang menyebabkan demikian. Secara umum terdapat dua utama yaitu faktor natural dan faktor faktor sosial. Sebagian kalangan berkeyakinan bahwa hal tersebut kepada budaya masyarakat. Namun ada juga yang meyakini faktor budaya sebagai pemicunya.

 

Dewasa ini kondisi budaya dan sosial merupakan faktor penting yang mempengaruhi masalah perempuan. Bila dikaji lebih jauh, terdapat berbagai teori mengenai hak-hak perempuan yang terkadang saling bertentangan. Misalnya, Feminisme memiliki pandangan ekstrim tentang hak-hak perempuan. Kaum Feminis menyuarakan isu kesetaraan gender. Untuk mewujudkannya itu, mereka menuntut perubahan struktur masyarakat. Perubahan struktural tersebut melabrak seluruh ketentuan agama, dan norma-norma budaya dan sosial masyarakat. Tanpa mengindahkan karakteristik khusus yang dimiliki perempuan dan laki-laki, Feminisme menyerukan persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.

 

Tampaknya, terdapat perbedaan pendapat di antara para ilmuwan. Sebagian pemikir Feminis berpendapat bahwa tidak ada perbedaan apapun antara lelaki dan perempuan selain perbedaan biologis. Menurut mereka, kejiwaan dan perilaku lelaki dan perempuan terbentuk berdasarkan lingkungan dan tak ada kaitannya dengan masalah biologis.

 

Sebaliknya, kebanyakan psikolog menyatakan adanya perbedaan mendasar dalam kejiwaan lelaki dan perempuan. Profesor Rick, seorang psikolog Amerika berkata: “Dunia lelaki dan dunia perempuan secara total benar-benar berbeda. Lelaki dengan karakteristik fisik dan psikologisnya berbeda dengan perempuan dalam merespon dan menyikapi berbagai peristiwa dalam kehidupan. Lelaki dan perempuan berdasarkan tuntutan gendernya tidak berprilaku sama. Tepatnya mereka seperti dua bintang yang berputar di dua jalur yang berbeda. Ya, mereka dapat saling mengerti dan memahami satu sama lain. Namun mereka jelas tidak sama.

 

Al-Quran memiliki prinsip tersendiri mengenai struktur sosial masyarakat. Secara natural, laki-laki dan perempuan memiliki persamaan dan juga perbedaan. Secara substansial, dari sisi tujuan penciptaan pada dasarnya perempuan dan laki-laki itu sama yaitu untuk beribadah kepada Allah swt. Dalam Islam diakui bahwa lelaki dan perempuan memiliki satu hakikat yang sama dan tidak ada berbedaan antara keduanya.

 

Perbedaan fisik dan lainnya pada lelaki dan perempuan bukan perbedaan esensial. Al-Qur’an menyatakan bahwa tujuan diciptakannya manusia baik lelaki maupun perempuan adalah beribadah kepada-Nya. Ia berfirman: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzaariyaat [51]:56)

 

Dalam pandangan al-Quran, peran perempuan di ranah sosial dan ekonomi harus sesuai dengan fitrah penciptaanya. Islam memandang perempuan sebagaimana laki-laki memiliki kedudukan istimewa di tengah masyarakat. Agama ilahi ini tidak pernah melarang perempuan menjalankan aktivitas sosial.

 

Al-Quran menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama sebagaiman dijelaskan dalam surat at-taubah ayat 71, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

 

Ayat ini menjelaskan bahwa perempuan juga memiliki tanggung jawab sosial yang besar. Dengan demikian, perempuan pun memiliki tanggung jawab di bidang amr maruf dan nahi munkar.

 

Sejarah menunjukkan bahwa Rasulullah Saw juga menerima baiat dari perempuan. Fakta ini menunjukkan bahwa kaum muslimah sejak dahulu kala memainkan peran penting di tengah masyarakat. Pada hari Ghadir, ketika Rasulullah Saw menjadikan Imam Ali sebagai walinya, para sahabat termasuk kaum perempuan juga berbaiat kepada Imam Ali.

 

Lembaran sejarah juga menunjukkan peran signifikan perempuan di ranah sosial politik sejak hijrah dari Mekah ke Madinah. Bersama Rasulullah Saw mereka berjuang membela agama Islam. Dalam sejarah ada tokoh-tokoh Muslimah sahabat Rasulullah yang rela mengorbankan nyawanya demi tegaknya agama Islam seperti Summayah.

 

Sejarah Islam juga dengan terang benderang menjelaskan kehidupan wanita paling mulia di dunia, yaitu Sayidah Fatimah as. Kehidupannya merupakan model terbaik bagi kaum wanita. Selain menjalankan peran terbaiknya dalam keluarga, pendidikan anak-anaknya dan ibadah, Sayidah Fatimah juga menyampaikan kebenaran secara berani dalam khutbahnya yang sangat terkenal.(IRIB Indonesia)

 

Jumat, 24 September 2021 22:12

Ketika Wanita Irlandia Masuk Agama Islam

 

Saya Muslim. Sebelumnya, saya beragama Kristen. Saya telah menjadi seorang Muslim selama  tiga tahun ini. Saya mempunyai banyak pertanyaan terkait keyakinan saya ketika saya memeluk agama Kristen saat masih remaja.

Hi, saya Leslie Carter. Saya bekerja untuk Pusat Kebudayaan Islam di kantor perempuan sebagai seorang asisten koordinator wanita.

Saya Muslim. Sebelumnya, saya beragama Kristen. Saya telah menjadi seorang Muslim selama  tiga tahun ini. Saya mempunyai banyak pertanyaan tentang keyakinan saya ketika masih memeluk agama Kristen saat saya masih remaja.

Terkait pengakuan, saya tidak merasa nyaman dengan hanya masuk ke sebuah ruangan kecil dan menceritakan dosa-dosa saya kepada pendeta. Kemudian pendeta itu berkata kepada saya, katakan ini dan katakan itu, dosamu akan terampuni. Saya pikir dosa saya adalah antara diri saya dengan Tuhan.
 
Saya menganggap diri saya sebagai seorang yang sangat Irlandia, tetapi saya adalah seorang Muslim. Kebangsaan dan agama saya berbeda; saya adalah seorang Muslim Irlandia, tetapi saya orang Irlandia dan saya Muslim. Mereka tidak pergi bersama karena –saya tidak tahu- saya menemukan banyak warga negara yang mereka memiliki budaya membeli agama dan barang, sedangkan saya mencoba untuk tetap terpisah.

Pusat Kebudayaan Islam dibuka pada tahun 1996 dan didanai oleh Yayasan al-Maktoum di Dubai. Yayasan tersebut membangun segala sesuatunya dari arsitek hingga ke interior. Semuanya dibangun dan dibuat di Irlandia. Sungguh menakjubkan berada di sini karena merupakan satu-satunya masjid yang dibangun di Irlandia dan merupakan pusat Islam terbesar di Eropa.

Awalnya, saya bertemu dengan suami saya. Dia adalah seorang muslim dan saya Kristen, namun kami tidak mempunyai masalah. Saya pergi ke gereja dan dia pergi ke masjid. Saya merayakan Natal, sedangan dia merayakan Idul Fitri. Tidak ada masalah terkait agama.
 
Kemudian, saya perlahan-lahan terbawa jauh dari agama Kristen dan mulai bertanya tentang Islam. Saya hanya membaca hal-hak seperti hak-hak perempuan dalam Islam, bagaimana Islam memandang Yesus dan saya pikir pertanyaan-pertanyaan saya telah dijawab dalam agama Islam. Kemudian tiga tahun lalu, tanpa direncanakan dan benar-benar sebuah kejutan, saya memutuskan untuk mengucapkan syahadat (menyatakan iman saya) dan menjadi seorang Muslim.

Pada hari aku masuk Islam, suami saya datang ke sini untuk berdoa. Saat itu, saya sedang pergi ke pasar, sehingga saya datang bersamanya dan saya tahu wanita yang bekerja di kantor itu kemudia. Ahirnya, saya datang untuk mengunjunginya.
 
Pada dasarnya tidak ada rencana bagi saya untuk menjadi seorang Muslim pada hari itu. Saya tahu, saya telah mengatakan mungkin saya akan menjadi seorang Muslim dalam waktu 10 tahun atau apa pun, tetapi ketika aku berada di sana dan mendengar suara Adzan (panggilan untuk shalat), saya mulai menangis. Hal itu seperti sebuah cahaya dalam hati saya atau sesuatu. Saya tahu saa tidak dapat pergi ke masjid tanpa menyatakan keyakinan saya.

Antara Kristen dan Islam, saya merasa kedua agama ini sangat mirip. Kami percaya pada hal-hal seperti sepuluh perintah. Kami percaya pada semua nabi. Hanya masalah pengakuan dan trinitas yang benar-benar membedakan.
 
Selain itu, kemiripan lainnya adalah kita harus mengasihi sesama  dan tidak boleh membunuh atau mencuri serta harus percaya pada satu Tuhan. Semua itu sangat mirip. Kristen adalah agama yang paling dekat dengan Islam.


Saya memakai pakaian biasa dan tidak memakai jilbab sepanjang waktu. Saya hanya berpakaian sopan dan saya memiliki pakaian dari toko manapun, tetapi saya tidak pernah memakai apa pun yang ketat atau cenderung memperlihatkan. Saya tidak pernah memiliki pakaian ketat, bahkan sebelum saya bertemu dengan suami saya dan sebelum menjadi seorang Muslim. Saya juga tidak pernah mengenakan pakaian ketat atau mengungkapkan. Jadi saya tidak kehilangan aspek itu.


Putri sulung saya berumur lima tahun. Ketika dia duduk dan menonton TV kemudian melihat wanita dengan pakaian tidak begitu banyak (terbuka/ketat), dia akan berteriak "Haram, ganti salurannya!”. Mungkin ketika kita sibuk kemudian atau tidak menonton atau melakukan sesuatu dan kemudian hal itu terjadi, dia akan berteriak "Haram", haram berarti dosa, dan dia akan berkata "Ubah channelnya".
 
Dia memiliki banyak rok, tetapi dia tidak suka roknya sampai di atas lututnya. Rok-rok itu harus panjang. Dan ini adalah dirinya sendiri dan jalan yang telah dia pilih.


Di tempat yang pernah saya tinggal sebelumnya, utamanya para remaja memberikan komentar rasial tentang Muslim. Hal itu kecil, Anda tahu, cara saya memandang hal itu jika mereka mepunyai masalah dengan saya. Itu masalah mereka bukan masalah saya. Saya membiarkannya karena kurangnya rasa hormat, kurangnya pendidikan, dan kurangnya moral. Kami memiliki banyak orang datang ke masjid di sini dan meminta salinan al-Quran kemudia mengatakan "Saya tahu ini bukan agama, tidak bisa mengatakan ini dalam al-Quran", tetapi mereka ingin salinan al-Quran untuk memperjelas hal itu.
 
Saya mendengar berbagai cerita pasca peristiwa 11 September, terutama di Inggris. Ada banyak serangan dan pembakaran terhadap masjid-masjid dan juga penikaman terhadapa orang. Di Irlandia, kami memiliki ketakutan akan bom di salah satu sekolah. Kami memiliki kekuatan media yang sebenarnya sangat negatif pada saat ini.

Tapi banyak orang justru mencari Islam dan memeluknya. Orang-orang mencari mereka yang masuk Islam dan berpikir "Pasti ada sesuatu yang baik tentang hal itu sehingga begitu banyak orang yang memeluknya ". Maksudku Irlandia bukan negara yang sangat besar tetapi memiliki 23.000 (Muslim) mengubah hidup di dalamnya, harus ada sesuatu yang baik tentang agama itu.

Jumat, 24 September 2021 22:06

Perempuan Islam

 

Umat manusian sejak penciptaan telah berupaya memahami dan mengevaluasi sumber dan esensi  keberadaan dan ingin tahu tentang hubungannya dengan Tuhan, alam and lingkungan. Karena ketidakmampuan kita memahami aspek-aspek besar tertentu dari eksistensi kita, maka agama-agama ilahiyah diperkenalkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa.

Banyak sarjana percaya bahwa penderitaan manusia saat ini dan depresinya yang akut berasal dari kelalaian pada spiritualitas dan hati nuraninya  yang telah ditindas di bawah tekanan pemikiran materilistik. Persoalan ini dapat disampaikan dengan cara berpikir baru dan konseptualisasi nilai-nilai sosial dan individual berdasarkan prinsip-prinsip ilahiyah.

Sayangnya, masyarakat-masyarakat Barat yang menyandarkan pada pengertian material dan klise tentang “persamaan”  hanya mempertimbangkan status perempuan yang dangkal. Teori-teori itu --  diciptakan para sarjana Barat  -- berasal dari pengalaman masyarakat Barat dan sejarah chauvinisme dalam masyarakat-masyarakat itu. Mereka tidak mengenal secara mendalam atau mengembangkan kemampuan dan potensi wanita.

Budaya dan ideologi materialistik membatasi dunia hanya pada alam dan lingkungan dan mereka tidak mengenal masalah-masalah supranatural.. Jadi, mereka tak mampu memberikan pengetahuan yang komprehensif tentang makhluk manusia (Yasin: 24).

Hanya ada satu jalan untuk berurusan dengan masalah sosial dan budaya yang berbeda dan itu adalah meninjau kembalu nilai-nilai ilahiyah dan meletakkan pendirian baru berdasarkan pada keadilan yang sesungguhnya. Untuk membangun fondasi demikian, kita perlu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya yang sebenarnya. Untuk melakukannya, kita perlu memiliki pengertian  yang luas dan mendalam serta filsafat setiap fenomena, termasuk tempat manusia di jagat raya, hubungan antara makhluk manusia dan khususnya hubungan lelaki dan perempuan.

Sejumlah besar utusan Tuhan dari Adam, Nuh, Yakub, Ibrahim, Isak, Musa, Yesus, dan Nabi Muhammad SAW telah dikirim oleh Allah dengan pesan ilahiyah untuk tujuan tunggal: menuntun umat manusia.

Dalam Islam, prinsip yang mendasar adalah Tauhid – kesatuan ras manusia dan kedaulatan Tuhan Yang Mahaesa, Tuhan Alam Semesta. Pesan damai Islam menegaskan persamaan seluruh umat manusia dan menolak segala diskriminasi berdasarkan ras, klas dan jenis kelamin (jender).

“Hai manusia! Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan petrempuan. Kami jadikan kamu berbagai bangsa dan berbagai puak, supaya kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu bagi Allah, Ialah yang paling takwa di antara kamu. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahaseempurna pengetahuan-Nya.” (Surah Al-Hujarat:13).

Al-Qur’an telah dikirim Allah Yang Mahakuasa untuk mendidik dan mensucikan jiwa manusia dan semangat atau (ruh) eksistensi abstrak yang tidak membagi menurut jenis kelamin dalam bentuk pria atau wanita (Saad:72).

 

Berdasarkan konteks Al-Qur’an.

“Lelaki dan perempuan telah diciptakan dari esensi yang sama (An-Nisa:1, Al-Araf: 189, dan Zummar: 6).

Kata umat manusia merujuk pada lelaki dan peremuan secara sama.

Untuk menjadi perempuan atau lelaki hanya berkaitan dengan tubuh lelaki atau wanita serta aspek material dan bukan ruh atau spirit keduanya. Itu sebabnya pendidikan Al-Qur’an menargetkan jiwa atau “nafs”. Itu sebabnya “Nafs” berbeda dari  tubuh (Al-Syams: 7).

Kata-kata Nafs-e Wahede (An-Nisa:1, dan Al-Zummar:6) dalam berbagai ayat Al-Qur’an merujuk pada esensi sesungguhnya dari umat manusia, apakah ia berkelamin lelaki atau perempuan. Ia merujuk pada umat manusia. Itu sebabnya, lelaki dan wanita sebagai dua unsur dari esensi yang sama melengkapi satu sama lain.

Ini berarti  pria adalah makhluk yang komplit dan sempurna ketika ditempatkan di samping wanita dan sebaliknya. (Rasyid Yazdi). Karena alasan inilah Islam menganggap saling melengkapi ini, yaitu perkawinan, sebagai ibadah.

Al-Qur’an menganggap perkawinan sebagai jalan menuju kesempurnaan dan saling melengkapi antara perempuan dan laki-laki, dan karena alasan inilah kata talak dalam Al-Qur’an disamakan dengan keretakan dan perpisahan atau (sheghagh) yang berarti terpisah menjadi dua dari nukleus atau tubuh yang sama (An-Nisa: 35).

Di samping prinsip keadilan yang berlaku di setiap aspek jagat raya, tak ada tempat bagi penindasan dan ketidakadilan dalam  kehidupan abadi dan akhirat. Jika ada ketidakadilan, kita harus menyalahkan diri kita dan melihat mengapa kita tidak meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.

Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa Sunnatullah jauh dari setiap jenis diskriminasi dan penindasan (Al-Kahf: 49,  Al-Fusilat: 46, dan Al-Imran).

Allah yang Mahakuasa tidak hanya adil dan mencintai keadilan tapi juga mengundang orang kepada keadilan dan persamaan dan di atas segalanya mempersembahkan kepada mereka kriteria keadilan (Al-‘Araf: 24).

Karena tidak ada penindasan dalam ketertiban jagat raya, seseorang apakah lelaki atau perempuan tidak dapat mengklaim dizalimi atau telah diberikan pilihan dan prioritas kepada yang lain dalam ras, warna kulit, jenis kelamin, dsb, kecuali pada tingkat kebajikan dan takwanya.

Ada banyak wanita yang telah meninggalkan jejak dalam sejarah. Mereka besar dalam berbagai aspek kehidupan. Dari Hajar (isteri Nabi Ibrahim Alaihissalam), Asiah (isteri Fir’aun, yang membesarkan dan melindungi Nabi Musa Alaihissalam), Ibu Maryam (Alaihissalam), Ibu Nabi Isa (alaihissalam), Khadijah (Alaihissalam), isteri Nabi Muhammad SAW, dan puteri mereka yang tercinta, Ibu Fatimah Az-Zahra (alaihissalam). Perempuan-perempuan terkemuka dalam agama-agama ilahiyah ini telah memainkan peran penting dalam masalah sosial dan dalam mengangkat masyarakat.

Watak para ibu ini yang ada, yang bicara, yang hidup, yang memainkan perannya dalam tempat-tempat ibadah, dalam masyarakat, dan melatih anak-anak di rumah dalam perjuangan sosial keluarga terdokumentasi dengan baik.

Fakta menarik lain tentang wanita dalam Al-Qur’an adalah bahwa Allah menceritakan langsung ketika wanita menerima wahyu. Allah mengirim utusan-Nya yang membawa pesan-Nya kepada Maryam, Ibu Nabi Isa (Alahissalam).

Allah juga “berbicara” kepada ibu Nabi Musa:

“Lalu Kami ilhamkan kepada Ibunda Musa, “Susilah (anakmu), Dan pabila kau kuatir tentang dirinya, Lemparkan dia ke dalam sungai. Janganlah takut ataupun sedih, Karena Kami ‘kan kembalikan ia kepadamu. Dan Kami jadikan ia salah seotang Rasul.” (Al-Qasas: 7).

Kita juga membaca kisah Balqis, Ratu Syeba dan praktek-praktek politik dan keagamaannya (An-Namel: 22-231).

Konsep keadilan jenis kelamin merupakan hal terbaik yang dicontohkan oleh banyak ayat Al-Qur’an Persamaan, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban bagi pria dan wanita adalah tema yang berkembang baik dalam Islam.

Dalam Islam wanita dikenal sebagai unsur kebaikan dan kegairahan dalam keluarga dan dia dianggap sebagai faktor penting untuk menghidupkan perasaan kebaikan, kegairahan, suka memaafkan dan murah hati di kalangan anggota keluarga, yang merupakan guru, dan pendidik generasi dan masyarakat masa depan.

Seluruh unsur keluarga, yang merupakan pria, wanita dan anak-anak diatur dalam cara yang seimbang dan tepat.  Status dan peran dipercayakan kepada masing-masing tiga unsur keluarga ini, tidak hanya menjelaskan kepada mereka hak-hak dan kewajiban sosial dan hukumnya tapi juga nilai-nilai sosial dan legal mereka.

Pendiri Republik Islam di Iran, pemikir Islam besar dan filosof, mendiang Imam Khomeini, yang telah menghabiskan tahun-tahun yang panjang dalam melakukan penelitian agama, lapangan politik dan sosial  melukiskan dengan sangat baik status mulia perempuan. Saya mengutipnya:

“Umat manusia memperoleh mi’raj dari pangkuan ibu. Wanita adalah pendidik umat manusia.”

Meskipun pria dan wanita sama di hadapan Allah Yang Mahakuasa, tetapi dalam beberapa aspek wanita lebih dekat dan berharga bagi Tuhan, bahwa menjadi wanita menikmati status khusus, eksklusif,  dan fungsi ayah dari umat manusia. Al-Qur’anul Karim mengangkat ini secara khusus dalam Surah An-Nisa:1.  Ini hal terpenting untuk memahami bahwa dalam ayat ini Al-Qur’an menyamakan status wanita sebagai penghasil umat manusia.

Wanita merupakan setengah dari masyarakat manusia, secara alamiah mereka memiliki peran penting dalam perkembangan masyarakat. Wanita, akibat peran pentingnya sebagai pendidik besar  pada taha-tahap kritis anak-anak, ditempatkan pada posisi yang lebih baik untuk menjalankan pengaruh mereka dan mendapatkan hasil dalam perjalanan dialog dan hubungan sosial. Mereka dikenal karena kreativitas dan menikmati kemampuan spesialnya untuk menghadapi dan mengurusi emosi dan mampu membantu menumbuhkan, bekerja sama dan kerukunan. Salah satu hasil tidak langsung dari partisipasi dan keterlibatan wanita dalam masalah sosial dianggap peran penting mereka dalam perdamaian dunia.

Peradaban Islam mengajak perlunya mengakui fakta bahwa “keluarga” adalah satuan primer dari struktur masyarakat dan merupakan fondasi perkembangan dan pertumbuhan umat manusia. Jaminan masa depan masyarakat yang aman adalah dalam mendefinisikan dan menentukan status dan peran individualnya dan bakat dan sumbangsih kreatif mereka untuk menciptakan  generasi masa depan serta perkembangan moral, politik, dan budaya masyarakat. Lembaga keluarga perlu dihormati dan dijaga agar memungkinkan masyarakat mengatasi seluruh problem masyarakat.

Seluruh unsur keluarga, yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak diatur dalam cara yang seimbang dan akurat. Status dan peran yang dipercayakan kepada masing-masing tiga unsur keluarga ini, tidak hanya menjelaskan kepada mereka hak-hak dan kewajiban sosial dan hukum mereka, tapi juga nilai-nilai sosial dan legalnya.

Dalam kesimpulan, saya ingin menyampaikan kepada hadirin yang mulia bahwa momentum yang sangat dinamis telah diciptakan dalam negara saya. Untuk menguji kembali seluruh seruan bagi hubungan yang seimbang dan rasional antara pria dan wanita, kami sangat yakin  bahwa nilai-nilai yang stereotype berdasarkan pada ideologi yang materialistik dan mengurusi masalah jenis kelamin dalam cara yang abstrak dan eksklusif  tidak membawa pada suatu hasil dan perlu dievaluasi  serta dinilai kembali dalam cara yang komprehensif berdasarkan ajaran-ajaran ilahiyah.

Kita harus mengkonseptualisasikan kembali masalah gender dan telah menawarkan untuk mengganti  persamaan gender dengan keadilan gender.

Akhirnya, saya ingin mengungkapkan penghargaan kepada Yang Mulia Prof. Meutia Farida Hatta, Menteri Negera untuk Pemberdayaan Wanita Republik Indonesia dan koleganya di departemennya atas  upaya dan dukungan tulus dan berharga mereka yang membaut pertemuan Agustus menjadi mungkin dilakukan hari ini.

Akhirnya, tapi bukan yang terakhir, Saya harus menyebut Mr. Rabbani, Konsuler Kedutaan Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia bagi upaya kerasnya membawa ke sini banyak tokoh-tokoh dan peserta yang terhormat, semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati kita semua dan  memberikan kita wawasan untuk membawa kita kepada jalan-Nya yang benar. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.