
کمالوندی
Perintah Al-Qur’an Menghadapi Kezaliman dan Mendukung yang Dizalimi
Allah telah menentukan hak-hak bagi setiap makhluk-Nya. Melanggar hak-hak ini akan mengakibatkan murka ilahi. Oleh karenanya, Allah telah memberikan instruksi dalam Al-Qur'an untuk membela kaum tertindas dan menghadapi penindas dan agresor.
Menurut Al-Qur’an, kezaliman atau penindasan adalah salah satu jenis dosa terburuk. Jika kezaliman disertai dengan pelanggaran terhadap orang lain, maka perbuatan tersebut merupakan dosa yang sangat besar di sisi Allah dan termasuk dosa terbesar yang dapat membuat orang dan masyarakat penindas menderita siksa dunia dan akhirat yang berat dan akhirnya api neraka.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an, “Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 229) Salah satu batasannya adalah tidak melanggar hak orang lain dan kebutuhan untuk mendukung mereka yang tertindas.
Dalam artikel Pars Today ini akan dijelaskan secara singkat tentang masalah ini:
Melawan Penindas
Di mata Islam, menerima penindasan adalah hal yang tercela, dan perilaku pasif saat menghadapi penindasan tidak pernah bisa diterima. Salah satu cara menghadapi penindasan dan tirani adalah dengan membalas. Terutama dalam kasus di mana para penindas menyadari penindasan yang mereka alami dan berniat untuk melanjutkannya.
Kadang-kadang penindasan bukan merupakan persoalan individu dan berkaitan dengan masyarakat. Dalam hal ini, penanganannya harus lebih tegas. Pertama, dia tidak membiarkan penindasan, dan kemudian, jika musuh menindas, dia harus dihukum agar dia tidak berani mengulanginya. Menindaknya begitu penting sehingga bahkan jika perlu, seseorang harus mengorbankan nyawanya demi hal itu, sehingga membatasi ruang lingkup penindasan para penindas untuk generasi mendatang. Hikayat besar Asyura Imam Husein as, cucu Nabi Muhammad SAW, merupakan manifestasi dan realisasi visi Al-Qur’an dalam menghadapi para penindas. Epik ini memiliki pesan Al-Qur’an yang jelas untuk orang-orang yang tertindas.
Allah SWT berfirman dalam surah As-Syu’ara ayat 227, “Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.”
Begitu juga dalam surah As-Syura ayat 39, “Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri.”
Sementara dalam surah Al-Nahl ayat 126 disebutkan, “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.”
Membela Orang Tertindas
Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk segera membantu orang yang tertindas jika ada permintaannya. Terkadang ada kemungkinan seseorang tidak membantu orang yang tertindas karena takut pada penindasnya. Sedangkan dia tidak mempunyai kecenderungan terhadap penindas. Namun pemikiran seperti itu ditolak dalam Islam dan setiap Muslim perlu menanggapi seruan kaum tertindas. Dengan kata lain, seorang muslim sejati bukan saja tidak mempunyai kecenderungan menindas dan menindas, tapi juga bergegas menolong kaum tertindas.
Dalam ayat 38 dan 39 surah As-Syura, Allah menyebut ciri khas seorang Muslim adalah berdiri bersama melawan penindasan.
Ayat 75 surah An-Nisa dengan jelas menyebut bantuan kepada orang-orang tertindas sebagai kewajiban ilahi bagi orang-orang yang beriman, “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa, ‘Ya Allah, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”
Dalam ayat 13 sampai 15 surah Ibrahim dan 39 dan 60 surah Hajj, Allah berbicara tentang pembelaan dan dukungannya di garis depan atas kaum tertindas melawan para agresor untuk menunjukkan bahwa membantu kaum tertindas dan berperang melawan para penindas berarti berada di barisan orang beriman. Dalam ayat 42 surat As-Syura, Allah memandang balas dendam kepada penindas sebagai hak yang sah dan pasti dari orang yang tertindas, dan mengingatkan bahwa jika orang yang tertindas melakukan tindakan untuk membalas dendam, maka ia tidak boleh disalahkan. Karena hak untuk membalas merupakan haknya. “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.”
Al-Qur’an menekankan kemenangan akhir kaum tertindas dalam pertempuran global melawan penindasan dan penindas. Sekalipun dalam perjalanan ini dan sebelum mencapai kemenangan akhir, orang-orang merdeka dan tertindas gugur syahidr, mereka sebenarnya adalah pemenang akhir dan pahala mereka disimpan di tangan Allah.
Allah dalam surah Al-Imran ayat 169 berfirman, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.”
6 Kebohongan dan Tuduhan Terbesar tentang Syiah di Dunia Sunni
Beberapa orang yang ekstrem menuduh Syiah sesat dalam Islam. Sedangkan Syiah meyakini prinsip-prinsip dasar Islam seperti tauhid, kenabian dan kebangkitan.
Sepanjang sejarah, beberapa perbedaan mazhab antara Syiah dan Sunni telah menyebabkan penyebaran interpretasi yang salah dan rumor palsu tentang keyakinan Syiah di kalangan Sunni. Kesalahpahaman dan kebohongan dalam sejarah ini sebagian besar dimunculkan oleh kelompok ekstrem dan tidak mencerminkan sikap umum kaum Sunni.
Dalam dua abad terakhir, khususnya di era pemberdayaan media, kolonialisme menjadi pemain kunci dalam hal ini dan mampu menyulut rasa kebencian terhadap Syiah di masyarakat Sunni dengan banyak melontarkan rumor. Hal ini meningkat dengan munculnya arus Takfiri.
Dalam kelanjutan artikel dari Pars Today ini, dibahas enam kebohongan dan tuduhan terbesar terhadap kaum Syiah:
1. Tahrif atau Perubahan Al-Qur’an
Salah satu tuduhan paling serius terhadap Syiah adalah kepercayaan terhadap tahrif Al-Qur'an. Klaim ini sepenuhnya salah. Seperti halnya Sunni, mazhab Syiah menganggap Al-Qur’an yang ada sebagai firman dan kalam Allah tanpa ada perubahan dan komitmen dengannya. Ide tahrif Al-Qur’an tidak mendapat tempat di kalangan Syiah, dan kitab-kitab asli Syiah juga menekankan masalah ini.
Di Iran, Al-Qur’an yang ada di tangan semua orang dan di masjid-masjid sama persis dengan yang ada di tangan masyarakat Arab Saudi, Mesir, Indonesia, dan Aljazair. Bahkan kitab-kitab Al-Qur’an banyak yang diimpor dari negara-negara Sunni. Tidak ada satu kata pun yang berbeda, tidak satu huruf pun!
2. Ghuluw atau sikap berlebihan terhadap para Imam
Tuduhan lain yang dapat dilontarkan kepada mazhab Syiah adalah bahwa mereka berlebih-lebihan terkait Ahlul Bait Nabi, khususnya Imam Ali as dan para imam lain dari keturunan Nabi, dan menganggap sebatas ketuhanan atau keilahian. Kesalahpahaman ini disebabkan karena tidak memahami makna “Wilayah” yang sebenarnya dan kedudukan imam dalam keyakinan Syiah.
Imam adalah pembimbing dan penafsir wahyu yang dibawa Nabi. Orang Syiah menyebut Ahlul Bait as sebagai manusia maksum atau yang terjaga dan suci sesuai dengan ayat 33 surah Al-Ahzab, “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”, tapi tidak menyembah mereka sebagai Tuhan atau makhluk Ilahi. Kebohongan ini sama sekali tidak dipercaya oleh kaum Syiah. Para Imam mengutip semua hadits dari Nabi Muhammad SAW.
3. Bidah dalam Islam
Beberapa orang ekstrem menuduh Syiah melakukan bidah dalam Islam. Sedangkan Syiah meyakini prinsip-prinsip dasar Islam seperti tauhid, kenabian dan kebangkitan, dan tidak sependapat dengan Sunni hanya dalam beberapa masalah yurisprudensi dan hukum. Perbedaan yurisprudensi tersebut disebabkan oleh ijtihad ulama Syiah dan tidak berarti menambah bidah terhadap agama.
4. Tawasul kepada selain Allah
Mazhab Syiah menjadikan Nabi Muhammad SAW dan para Imam maksum as serta para wali Allah yang saleh sebagai perantara dan wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pengikut Syiah percaya bahwa tawasul kepada Ahlu Bait as tidak berarti menyembah mereka, tetapi meminta syafaat dan permohonan dari orang-orang yang dekat dengan Tuhan.
Perbuatan ini berakar pada Al-Qur’an, di mana Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maaidah: 35)
Al-Qur’an juga menyebutkan kisah tawasul anak-anak Nabi Yakub kepada ayah mereka, di mana mereka meminta Ya’qub as untuk meminta pengampunan kepada Allah atas dosa-dosa mereka, “Mereka berkata: ‘Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)’. (QS. Yusuf: 97)
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa tawasul mempunyai tempat yang sah tidak hanya dalam tradisi Syiah, tetapi juga dalam kitab suci dan sejarah para nabi, dan merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
5. Permusuhan dan penghinaan sahabat Nabi
Salah satu tuduhan paling umum terhadap pengikuat Syiah adalah mereka menganggap para sahabat Nabi SAW sebagai musuh dan tidak menghormati mereka. Kebohongan ini juga merupakan tuduhan yang disengaja.
Faktanya, Syiah berpendapat bahwa ada dua kategori umum yang ditemukan di kalangan sahabat setelah Nabi. Satu kelompok dari mereka yang tetap setia sepenuhnya dan kelompok lainnya yang memutuskan sendiri suatu masalah.
Pengikut Syiah mengkritik beberapa perilaku kategori kedua, tapi seperti yang dikatakan oleh ulama Syiah dari lama hingga baru, seperti Imam Khomeini dan Imam Khamenei, penghinaan apa pun terhadap kategori kedua adalah haram.
Tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang ada gerakan sesat atau jahil yang mengatasnamakan Syiah melakukan penghinaan dalam sebuah pertemuan dan musuh-musuh persatuan Syiah-Sunni mengaitkannya dengan semua Syiah dengan menyebarkan satu penghinaan di media.
Dari sudut pandang seluruh marji taklid dan ulama Syiah, tidak boleh menghina para sahabat.
6. Menghina istri Nabi SAW
Tuduhan palsu dan umum lainnya adalah bahwa pengikut Syiah tidak menghormati istri Nabi dan memfitnah mereka. Padahal pengikut Syiah menghormati kedudukan istri-istri Nabi dan tidak pernah memasukkan fitnah seperti itu dalam keyakinan mereka.
Perbedaan penafsiran terhadap beberapa peristiwa sejarah tidak pernah berarti merendahkan pribadi dan kedudukan istri Nabi dalam keyakinan Syiah. Dari sudut pandang semua Syiah dan berdasarkan Al-Qur’an, istri Nabi adalah “Ummul Mukminin”.
Yang terakhir, tuduhan-tuduhan dan rumor-rumor ini sebagian besar dimunculkan oleh kelompok-kelompok penghasut media dan mereka yang ekstrem, sementara banyak warga Sunni yang tidak mempercayai keyakinan tersebut.
Imam Mahdi, Sang Juru Selamat dari Penuturan Imam Askari
Salah satu kegiatan penting Imam Askari adalah meletakkan dasar bagi orang-orang beriman untuk mengetahui tentang keghaiban Imam Mahdi, penyelamat umat manusia yang dijanjikan, dan bagaimana berhubungan dengan sang juru selamat itu.
Tehran, Parstoday- Imam Askari, salah satu keturunan Nabi Muhammad Saw dan imam kedua belas pengikut Ahlul Bait dilahirkan pada tahun 232 H. Ayahnya yang terhormat adalah Imam Hadi dan ibunya adalah seorang wanita saleh bernama Haditha. Pada usia 22 tahun, setelah kesyahidan Imam Hadi yang ditindas oleh khalifah Bani Abbas, beliau mencapai posisi Imamah berdasarkan takdir ilahi dan menghabiskan hidupnya yang penuh berkah untuk membimbing orang-orang beriman.
Menurut sumber-sumber Islam, salah satu kegiatan penting Imam Askari adalah meletakkan dasar bagi orang-orang beriman untuk mengetahui tentang waktu kegaiban dan bagaimana berhubungan dengan Imam Mahdi, sang penyelamat yang dijanjikan. Ada banyak hadits tentang keutamaan dan ilmu Imam Mahdi dari sabda Nabi Muhammad saw, namun kali ini akan menelisik penekanan dari Imam Askari.
Mousavi Baghdadi meriwayatkan dirinya mendengar dari Imam Hasan Askari bahwa beliau berkata:
Ketahuilah bahwa siapa pun yang mengakui para imam setelah Rasulullah (SAW), tetapi mengingkari Mahdi, ibarat orang yang mengakui semua Nabi dan Rasul Allah, namun mengingkari kenabian Rasulullah Saw. Bagi Mahdi yang dijanjikan, keghaibannyalah yang membuat orang ragu, kecuali yang dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Ali bin Hammam juga meriwayatkan dari Muhammad bin Utsman Omri dan dia dari ayahnya: Aku bersama Imam Askari yang menceritakan kepadanya tentang sebuah berita yang diriwayatkan dari ayah-ayahnya yang mulia, yaitu yang dimaksud dengan “bumi dari Bukti Ilahi tidak akan kosong sampai hari kiamat, dan barangsiapa meninggal dan tidak mengakui Imam pada masanya, maka matil dalam kejahilan".
Beliau berkata,“Kata-kata ini benar. Memang benar secerah siang hari. Mereka berkata: Wahai anak Rasulullah! Siapakah penguasa dan imam setelahmu? Imam Askari berkata: Anakku Muhammad (Mahdi); Dialah imam dan penguasa setelahku, siapa pun yang meninggal dan tidak mengenalnya, maka ia mati dalam kejahilan. Ketahuilah bahwa baginya itu adalah kegaiban, di mana orang-orang bodoh mengembara, orang-orang palsu binasa di dalamnya, dan orang-orang yang menetapkan waktu kemunculannya berdusta. Mahdi akan keluar untuk menyelamatkan manusia di akhir zaman dengan bendera putih di atas kepalanya di Najaf dan Kufah,".
Enam Wasiat Ahlul Bait mengenai Adab
Imam Baqir as berkata, "Diamnya orang yang beradab di sisi Allah lebih baik dari pada ahli ibadah yang bertasbih,".
Imam Sadiq (702-765 M), Imam keenam dari Ahlul Bait Nabi Muhammad saw, mengatakan, "Ayah saya mengajari saya tiga hal... beliau berkata: Siapa pun yang tinggal dengan teman yang buruk, maka ia tidak akan baik. Siapapun yang tidak berhati-hati dengan perkataannya, maka dia akan menyesal, dan siapa pun yang pergi ke tempat yang buruk, maka akan dituduh,".
Dalam pengertian adab, sebagian kalangan memandang adab sebagai etika dan mengartikannya sebagai tata krama yang baik. Namun dengan merenungkan kata ini, kita menemukan bahwa adab berbeda dengan moralitas. Dalam hal ini, Sheikh Tabarsi menunjukkan beberapa perbedaan antara etika dan adab dengan mengatakan:
1- Etika membahas persoalan yang berkaitan dengan jiwa manusia, sedangkan adab berkaitan dengan perbuatan jasmani.
2- Masalah moral selalu diperbaiki seiring berjalannya waktu dan tidak ada cara untuk mengubahnya, namun perilaku bervariasi dan berbeda pada waktu yang berbeda.
3- Masalah etika konstan dari segi tempatnya dan sama di setiap kota dan negara, namun adat istiadat telah berubah di kota dan negara yang berbeda dan adat istiadat setiap daerah bersifat spesifik di tempat yang sama.
Dalam artikel Parstoday ini, kita akan mencermati enam pesan berharga di bidang adab dari para imam Ahlul Bait Nabi Muhamamd saw.
1- Apa itu adab?
Ketika Imam Husain ditanya seseorang tentang adab, beliau menjawab,
سُئِلُ الاْءمامُ الْحُسَيْنُ [ عليه السلام] عَنِ الْأدَبِ فَقالَ: هُوَ أنْ تَخَرُجَ مِنْ بَيْتِكَ، فَلاتَلْقى أحَداً إلاّ رَأيْتَ لَهُ الْفَضْلَ عَلَيْكَ [ موسوعة كلمات الامام الحسين عليه السلام: 750 ح 90]
"Adabnya adalah ketika kamu keluar rumah, jangan bertemu dengan siapa pun kecuali kamu menganggapnya lebih tinggi dan lebih baik darimu,".
2- Orang yang paling dicintai Ahlul Bait Nabi
Imam Ja'far Shadiq berkata:
إنّا لَنُحِبُّ مِنْ شيعَتِنا مَنْ كانَ عاقِلاً، فَهيماً، فَقيهاً، حَليماً، أديباً، مُدارياً، صَبُوراً، صَدُوقاً [ مستدرك الوسائل 11: 190 ح 11]
"Orang-orang Syi'ah yang paling kami cintai adalah yang bijaksana, pengertian, ahli hukum, lemah lembut, sopan, sabar, dan jujur".
3- Adab lebih dari sekedar rasa hormat
Imam Ali bin Abi Thalib berkata:
ألْأدَبُ يُغْنى عَنِ الْحَسَبِ [ اعلام الدين: 84]
Adab membuat seseorang tidak perlu dihormati dari jalur dan keturunannya (dia sendiri adalah sumber kehormatan).
4- Warisan terbaik bagi anak
Imam Husein berkata:
إنَّ خَيْرَ ماوَرَّثَ الآباءُ لِأبنائِهمْ ألأدَبُ لاَالْمالُ، فَإنَّ الْمالَ يَذْهَبُ وَ الْأدَبُ يَبْقى. [ كافى 8: 150 ح 132]
Sesungguhnya warisan terbaik orang tua kepada anak-anaknya adalah adab bukan kekayaan, karena kekayaan akan hilang dan adab akan tetap ada.
5- Orang yang beradab lebih berharga dari ahli Ibadah yang jahil
Imam Baqir berkata:
صَمْتُ الْأديبِ عِنْدَاللّه ِ أفْضَلُ مِنْ تَسْبيحِ الْجاهِلِ [ اعلام الدين: 96]
Diamnya orang yang beradab lebih baik dari pada ahli ibadah yang jahil.
6- Adab minimal
Imam Hassan Askari berkata:
كَفـاكَ أدَبـاً لِنَفْسِـكَ تَجَنُّبُكَ ما تَكْرَهُ مِنْ غَيْرِكَ [ الانوار البهيه: 319]
Dalam adab, Anda jangan melakukan apa yang tidak disukai dari orang lain.
Ini Alasan Mengapa Al Quran Menekankan untuk Menjaga Lisan
Menurut keterangan Hujatulislam Naser Rafiee, manusia dapat menggunakan lisannya untuk berbuat baik kepada sesama, dan bisa juga menggunakannya untuk membenci, mendendam, dan mengganggu orang lain.
Hujatulislam Rafiee, Ustadz Hauzah Ilmiah Iran, mengatakan, salah satu masalah penting dalam hidup manusia yang biasanya dilakukan banyak orang adalah dosa lisan. Karena mudah dilakukan, dosa lisan tidak memerlukan upaya keras, dan memiliki banyak ragam serta jenis.
Menurutnya, dosa besar tidak mudah dilakukan, dan tidak semua manusia melakukannya. Contohnya, salah satu dosa besar adalah menjual senjata kepada kaum kafir, tidak semua orang bisa melakukannya.
Contoh lain, salah satu dosa besar adalah meminum minuman keras, tidak semua orang melakukannya. Akan tetapi dosa lisan tidak seperti itu, pasalnya selain karena punya banyak ragam, juga mudah dan tidak memerlukan usaha keras untuk melakukannya.
Hujatulislam Rafiee, terkait mengapa Al Quran menekankan supaya manusia mengendalikan lisannya, menuturkan, "Di dalam hadis disebutkan iman seseorang tidak akan baik dan sempurna kecuali ruhnya sempurna, ruh seseorang tidak akan baik kecuali lisannya baik. Hadis yang lain mengatakan, setiap orang dikenal dari lisannya, dan kepribadian seseorang berada di balik lisannya. Manusia dapat menggunakan lisannya untuk berbuat baik kepada sesama atau menggunakannya untuk membenci dan mengganggu orang lain."
Pada saat yang sama, Hujatulislam Naser Rafiee, menjelaskan bahwa salah satu faktor yang melahirkan cinta, dan membuka pintu-pintu kebijaksanaan adalah diam.
"Seseorang yang diam, sekalipun tidak melakukan perbuatan baik, akan terhindar dari perbuatan dosa. Banyak hadis yang menekankan sedikit bicara, misalnya disebutkan bahwa diam adalah pintu menuju pintu-pintu hikmah," imbuhnya.
Terkait karakteristik perkataan yang baik, Rafiee menerangkan, "Al Quran menjelaskan perkataan yang baik pertama harus berdasarkan pengetahuan. Belakangan ini sebagian orang menciptakan video dan audio melalui Kecerdasan Buatan, lalu disebarkan melalui media sosial, maka dari itu sebagaimana ditegaskan Al Quran dan hadis, kita tidak boleh mengikuti sesuatu yang tidak kita ketahui. Banyak perkataan yang keluar karena ketidaktahuan, dan prasangka semata."
Hujatulislam Rafiee, melanjutkan, "Perkataan kita harus memiliki asas dan dasar. Al Quran menyeru manusia kepada takwa dan untuk berbicara dengan argumen. Misalnya, kita tidak boleh berbicara tanpa dasar dalam diskusi-diskusi poltiik dan debat pemilu. Begitu juga Al Quran, menekankan bahwa perkataan yang baik tidak boleh menjatuhkan dan mencela orang lain."
Hujatulislam Rafiee menegaskan, "Karakteristik lain yang Al Quran tegaskan terkait perkataan yang baik adalah keadilan dalam berpendapat. Di dalam diskusi-diskusi politik, penyampaian pendapat harus adil, dan tidak merusak. Perkataan yang baik menurut Al Quran, harus disertai dengan amal perbuatan, dan perkataan yang baik adalah perkataan yang indah serta lugas."
Mengapa Imam Khamenei Anggap Cucu Nabi ini Teladan Perempuan dan Laki-Laki?
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, menyebut Sayidah Zainab, putri Imam Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fathimah Zahra, memiliki sejumlah karakter unggul seperti mengenal situasi, berani, dan kesabaran tinggi.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, menganggap Sayidah Zainab, putri Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fathimah Zahra, sebagai contoh kemuliaan dan keagungan perempuan.
Sayidah Zainab, adalah putri Imam Ali bin Abi Thalib, dan Sayidah Fathimah Zahra, sekaligus cucu Rasulullah SAW. Beliau tumbuh di sebuah keluarga besar yang merupakan teladan keimanan, keberanian, dan ketakwaan.
Sayidah Zainab, memainkan perang penting dalam peristiwa Asyura. Beliau bukan hanya berada di sisi saudaranya Imam Hussein as, di Karbala, dan bertanggung jawab mengurusi perempuan dan anak-anak, tapi, setelah gugurnya Imam Hussein, dan sahabat-sahabatnya, beliau juga bertugas menjaga kelanggengan pesan Asyura.
Ketika menjadi tawanan dan berhadapan dengan musuh semacam Yazid bin Muawiyah, dan Ibnu Ziyad, Sayidah Zainab, berdiri dengan berani dan kuat menjelaskan hakikat peristiwa Karbala kepada masyarakat dengan pidato-pidato mencerahkannya.
Kalimat terkenal dari Sayidah Zainab, saat menjawab pertanyaan terkait bagaimana tanggapannya ketika menyaksikan peristiwa Karbala adalah, «ما رأیت الا جمیلا» "Aku tidak menyaksikan apa pun selain keindahan" dan hal itu menunjukkan puncak makrifat dan keimanan beliau kepada Tuhan dan hakikat penciptaan.
Pandangan Imam Khamenei terhadap Sayidah Zainab, Teladan Umat Manusia
Imam Khamenei, berulangkali dalam paparannya menyinggung kepribadian Sayidah Zainab, dan menyebutnya sebagai teladan tanpa tanding bagi perempuan. Menurut Pemimpin Revolusi Iran, karena peran unggulnya di peristiwa Asyura, dan perlawanan atas musuh, Sayidah Zainab, adalah teladan unggul dari seorang perempuan Muslim dan Mukmin.
Ayatullah Khamenei berkata, "Di Asyura, dalam peristiwa Karbala, darah menang atas pedang, memang benar-benar menang, faktor penentu kemenangan ini adalah Sayidah Zainab, karena darah sudah tertumpah di Karbala. Peristiwa ini menunjukkan bahwa perempuan tidak pernah dipinggirkan dalam sejarah, perempuan berada di jantung kejadian-kejadian penting sejarah."
Pemimpin Revolusi Iran, menyebut Sayidah Zainab, memiliki sejumlah karakteristik unggul seperti mengenal situasi, pemberani, dan kesabaran yang tinggi, sehingga menjadikannya teladan kemuliaan dan keagungan perempuan.
"Zainab Kubra, telah memadukan kasih sayang perempuan dengan keagungan dan keteguhan serta ketenangan hati seorang Mukmin, dan memiliki tutur kata tegas dan jelas sebagai seorang pejuang di jalan Allah SWT, dan keagungannya sebagai perempuan, membuat para pembesar palsu, terhina dan menjadi kecil di hadapannya," imbuh Imam Khamenei.
Pemimpin Revolusi Islam Iran, menyebut Sayidah Zainab, sebagai guru perilaku Islami bagi perempuan, dan menganggap sepak terjang beliau dalam setiap fase kehidupan sebagai teladan nyata bagi perempuan.
Ia menuturkan, "Zainab Kubra, memainkan peran sebagai istri, ibu, dan anak perempuan yang unggul di keluarga Nabi Muhammad SAW, di Madinah, dan beliau menjalankan peran itu sebaik-baiknya. Dari sisi keilmuan, ketakwaan, kesucian, akhlak, dan yang lainnya, beliau adalah guru spiritual, guru akhlak, dan guru perilaku Islami bagi perempuan."
Ayatullah Khamenei, juga menyoroti kedudukan spiritual Sayidah Zainab, dan menganggap beliau sebagai sebuah teladan pendidikan Islam, bagi seluruh perempuan.
"Jika masyarakat Islam, mendidik perempuan dengan teladan Islami, yaitu teladan Zahra, Zainab, dan perempuan-perempuan besar, agung, perempuan yang mampu mempengaruhi dunia dan sejarah, maka saat itu perempuan akan mencapai kedudukan hakikinya yang luhur," ujar Rahbar.
Pemimpin Revolusi Islam Iran juga menyinggung pidato dan khutbah mematikan Sayidah Zainab di hadapan musuh, memuji keagungan serta keberanian beliau, dan menganggapnya sebagai manifestasi kemuliaan.
Ia menegaskan, "Sayidah Zainab Kubra, berhadapan dengan orang-orang yang tidak bisa dipercaya semacam ini, tapi beliau berpidato secara tegas. Beliau adalah perempuan sejarah. Perempuan ini tidak lemah, perempuan ini adalah teladan. Teladan bagi seluruh laki-laki besar alam semesta, dan perempuan-perempuan besar di muka bumi."
Solusi Al-Qur'an Bagi Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Islam
Kemiskinan dan kemelaratan merupakan faktor yang menurunkan daya tahan masyarakat terhadap kerusakan dan merampas landasan pertumbuhan dan pembangunan, martabat dan kehormatan masyarakat. Oleh karena itu Al-Qur'an menyebut perekonomian sebagai “pilar masyarakat”.
Menurut laporan jaringan media Sahab, Agama Islam yang dilandasi oleh pentingnya hidup bermartabat di dunia ini telah menempatkan “pengentasan kemiskinan” pada salah satu tatanan terpentingnya.
Sementara di satu sisi, Islam menganjurkan setiap orang untuk berbisnis dan menganggap bekerja sebagai salah satu ibadah yang paling utama serta menekankan bahwa Allah telah menciptakan fasilitas yang cukup di muka bumi untuk menyelesaikan masalah kemiskinan.
Di sisi lain, ia menyarankan pemerintah Islam untuk menempatkan isu “pengentasan kemiskinan” dalam prioritasnya dan memerangi kemiskinan dengan menggunakan zakat, khumus, anfal, dan memerangi penimbunan.
Pada sisa artikel ini, mengacu pada ajaran Al-Qur'an, akan diperkenalkan faktor-faktor dan penyebab kemiskinan, serta solusi untuk memerangi dan mengatasi masalah ini.
Menurut Al-Qur'an, perekonomian adalah fondasi masyarakat, dan masyarakat berdiri dengan bantuan perekonomian.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 134, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 254 disebutkan, Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
Al-Qur'an menganggap bersedekah sebagai salah satu cara untuk memerangi kemiskinan, dan disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 173, (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.
Disebutkan pula dalam surat Al-Baqarah ayat 267, Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Perintah Allah kepada orang-orang yang beriman untuk menjauhi kemiskinan dan kesusahan tidaklah khusus dalam agama Islam, dan pengentasan kemiskinan masyarakat adalah hal yang lazim bagi semua agama Allah. Oleh karena itu disebutkan dalam ayat 31 Surat Maryam bahwa Allah berfirman kepada Nabi Isa as, Kamu harus membayar zakat.
Islam mempunyai banyak program untuk mengentaskan kemiskinan di dunia, seperti membayar Khums, sedekah dan zakat. Selain itu, Islam menekankan bahwa setiap orang harus bekerja keras dan setiap orang harus menjadi anggota masyarakat yang aktif. Di sisi lain, ia menasihati semua orang untuk saling membantu dan bersikap baik serta berempati dan berupaya menghilangkan dampak kemiskinan dan kekurangan dengan meningkatkan semangat empati dan mendorong masyarakat menuju kesetaraan.
Konflik Global Hak & Batil; Umat Manusia Nantikan Juru Selamat yang Dijanjikan
Kepala Kantor Ideologi dan Politik, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, mengatakan, kecerdasan buatan hari ini melayani kubu arogansi global, dan tujuan-tujuannya. Menurutnya kita harus tahu sedang berhadapan dengan musuh seperti apa.
Hujatulislam Ali Saeedi Shahroudi, beberapa waktu lalu dalam salah satu pidatonya menjelaskan kondisi penting dunia dan Asia Barat, dan di bawah ini beberapa penggalan pidato beliau.
Ia mengatakan, "Kita sedang menyaksikan gempa bumi dan badai di seluruh penjuru dunia, perang Rezim Zionis, atas Palestina, dan pembantaian rakyat oleh rezim ini di Gaza, perang Arab Saudi dan Yaman, yang masih berlangsung, perang Israel atas Lebanon dan Suriah, perang Rusia dan Ukraina, serta strategi ekstrem kanan di Eropa, sangat mengkhawatirkan. Transformasi di seluruh penjuru dunia ini menunjukkan peralihan kekuasaan."
Saeedi menambahkan, "Pada Abad ke-16, Eropa adalah pusat kekuatan dengan bersandar pada teknologi, investasi, dan industri yang kemudian memicu Perang Dunia I dan II, dan Amerika Serikat kembali terjun ke dalam perang saat tengah berkecamuk tanpa harus kehilangan apa pun, dan menang, sehingga kekuasaan beralih dari Eropa ke AS."
Menurutnya, setelah berlalu 200 tahun dari berdirinya AS, negara ini melakukan upaya-upaya untuk menjadi pusat kekuatan umat manusia,
Hanya pada pertengahan Abad ke-20 saja, AS melancarkan serangan militer ke 21 negara, di antaranya Korea, Irak, dan Afghanistan, yang pada faktanya perang-perang ini adalah bukti kekuatan jahat AS.
Hujatulislam Saeedi menerangkan, "Pada tahap ketiga kita menyaksikan peralihan kekuatan berpengaruh dunia. Analisa para politisi dunia menyebutkan bahwa kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi masa depan dunia adalah AS, Cina, Rusia, India dan Iran."
"Kita berada di akhir zaman, dan umat manusia sedang menanti Juru Selamat. Kita harus berusaha menjadi pelopor di masalah ini sehingga mencapai hasil positif," ujarnya.
Saeedi menegaskan, "Rezim Zionis dan AS, punya dua gagasan, gagasan pertama globalisme artinya menguasai dunia, dan gagasan kedua Mesianisme yaitu menanti kedatangan Nabi Isa as. Akan tetapi dengan penafsiran yang keliru tentang Nabi Isa."
Kepala Kantor Ideologi dan Politik Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, melanjutkan, "Sikap Barat ini sepenuhnya meniru Mahdiisme. Kita meyakini bahwa akhir zaman adalah bagian dari kehidupan umat manusia hari ini, dan bukti-bukti perjalanan dunia akan diserahkan kepada simpanan terakhir Ilahi yaitu Imam Zaman, Penyelamat agama-agama Ilahi."
"Kita menyaksikan Mesianisme dan Mahdiisme di dunia ini. Di kubu hak ada Imam Zaman yang dijanjikan yang akan memenuhi dunia dengan keadilan, dan di hadapannya ada kubu batil yang menantikan janji yang kerap dibicarakan oleh para penjahat dunia yaitu kekuasaan setan. Maka dari itu perang hari ini adalah konfrontasi antara hak dan batil," paparnya.
Hujatulislam Saeedi juga menyinggung karakteristik kubu hak dan batil, "Karakteristik pertama adalah musuh sedang runtuh, tapi bukan berarti bahwa musuh mundur. Musuh akan terus berperang hingga peluru terakhir, hingga nafas terakhir, untuk Gedung Putih dan rezim berkuasa di AS serta Rezim Zionis."
Pada saat yang sama, Saeedi juga menyinggung upaya kubu batil dan penggunaan kapasitas-kapasitas media global seperti satelit, Hollywood, dunia maya, dan berbagai jenis senjata.
Ia menambahkan, "Konfrontasi bukan hanya militer, konfrontasi hak dan batil dengan poros Iran. Konfrontasi lainnya adalah menggunakan teknologi untuk melayani tujuan-tujuan musuh. Musuh dengan segenap jiwanya menggunakan teknologi untuk kekuasaannya, kita menyaksikan upaya-upaya perusakan industri dalam beberapa tahun terakhir, namun berhasil diidentifikasi dan digagalkan oleh tentara Imam Zaman."
Hujatulislam Saeedi menjelaskan bahwa hari ini Kecerdasan Buatan (AI) sedang melayani kubu arogan global, dan tujuan-tujuannya.
Kita harus tahu sedang berhadapan dengan musuh semacam apa. Level konfrontasi regional adalah internasional. Hari ini masalah bukan hanya Gaza dan Palestina, masalah asli kita adalah kubu arogan, dan kita sedang berhadapan dengan kubu kekufuran dan imperialis.
Menurutnya, Iran Islami adalah pemegang panji perubahan besar dalam menghadapi kubu arogan di kawasan dan dunia.
"Jargon Rezim Zionis, dari Nil ke Eufrat, dan berusaha memimpin dunia, maka dari itu bukan hanya Gaza, tapi upaya Rezim Zionis, untuk menguasai wilayah-wilayah geografis Dunia Islam," imbuhnya.
Saeedi menyebut Iran Islami, pemegang panji poros perlawanan dan pemegang panji Ahlul Bait as, di level dunia. Ia mengingatkan, "Operasi Badai Al Aqsa, telah merusak upaya dan strategi-strategi Rezim Zionis, dan mengejutkannya. Rezim Zionis, setelah gugurnya 40.000 manusia tak bersalah di Gaza, kemudian menyerang Lebanon."
Ia menganggap upaya mempersiapkan kemunculan Sang Juru Selamat umat manusia adalah satu lagi tujuan perang melawan musuh-musuh.
Saeedi menegaskan, "Para Imam Maksum, sepanjang sejarah berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, perjuangan dan perlawanan ini tidak cuma-cuma. Hari ini, berdiri di hadapan Rezim Zionis, dan melawan AS, adalah membela rakyat tertindas Palestina dan Gaza."
Filsuf Iran: Tidak ada Kedudukan yang Lebih Tinggi dari Akal, dan Seluruh Isi Al-Quran Selaras dengan Akal
Profesor Gholam Hossein Ebrahimi Dinani, seorang filsuf terkenal Iran mengatakan bahwa masalah manusia saat ini adalah orang-orang lebih mengikuti keinginannya dan menutupi apa yang mereka ketahui.
Menurut Parstoday, Kantor Berita Al-Quran, Iqna telah melakukan wawancara dengan Dr. Gholamohsein Dinani, seorang filsuf terkemuka Iran bertepatan dengan peringatan hari "Hikmat dan Filsafat", dan di sini Anda dapat menikmati ringkasannya.
Dalam perbincangan tersebut, Profesor Dinani berbicara tentang akal, konflik antara mengetahui dan menginginkan, kehidupan berdasarkan kaidah akal, hikmah dalam Al-Qur'an, etika dan hikmah, berusaha memahami lebih baik dan lebih banyak lagi, serta peran sastra Persia untuk memahami kebijaksanaan dan lainnya.
Mengenai konsep hikmah dalam Al-Qur'an dan fakta bahwa Al-Qur'an adalah kitab hikmah yang telah disebutkan berkali-kali. Tolong jelaskan sedikit tentang konsep ini ?
Al-Qur'an umat Islam penuh dengan kebijaksanaan ilahi. Surat Mubarakah Hud diawali dengan ayat ini,
الر کِتابٌ أُحْکِمَتْ آیاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَکِیمٍ خَبِیرٍ
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,.” Aduh, ini kitab yang ayat-ayatnya dikuatkan lalu dijelaskan, dan itu (diturunkan) dari Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui! Ayat ini, seperti banyak ayat Al-Qur'an lainnya, merujuk pada akal. Filsafat berarti akal. Segala sesuatu yang ada dalam ayat-ayat Al-Qur'an selaras dengan akal. Kita tidak mempunyai posisi yang lebih kuat dan lebih tinggi di dunia ini selain akal".
Dengan definisi tersebut, mengapa manusia masa kini kadang-kadang dengan perilaku dan tindakannya menimbulkan keterasingan dengan akalnya?
Ya, masalahnya, orang terkadang kehilangan akal dan lebih memperhatikan keinginannya. Kita harus mencatat bahwa selalu ada konflik antara “mengetahui” dan “menginginkan”. Seseorang mempunyai keinginan dan pengetahuan. Orang-orang lebih mengikuti keinginannya dan menutupi apa yang mereka ketahui. Ini adalah kesalahan manusia.
Dalam literatur agama kami, subjek "moralitas dan kebijaksanaan" adalah sahabat dan kami menyebut "orang bijak" sebagai seseorang yang percaya pada sifat-sifat ketuhanan... Ya, ini juga merupakan syarat akal. Hakim karena dia mempunyai hikmah dan pengetahuan, Artinya dia mengenal Tuhan dan sifat-sifat Tuhan.
Lalu, mungkinkah seorang filsuf itu tidak “bijaksana”?
Tidak, tidak bisa. Filsuf berasal dari kata Yunani dan Hakim berasal dari kata Islam. Kedua kata itu setara. Mengetahui kebijaksanaan sangatlah sulit. Philo dan Sophia dalam bahasa Yunani berarti pecinta kebijaksanaan. Kita harus mencintai kebijaksanaan, dan itu berarti mencintai pengetahuan. Begitu pula dalam ibadah, kita mendekatkan diri.
Apa yang dimaksud dengan mendekatkan [diri]?
Itu artinya kita semakin dekat. Hal ini semakin dekat dengan pemahaman; Tidak mungkin mendekati kategori apa pun dari sudut pandang yang tidak dapat dipahami.
Untuk mencapai tahap keinginan akan pengetahuan dan pemahaman, menurut Anda, tindakan individu apa yang harus dilakukan?
Kita harus berjuang melawan keegoisan dan kecerobohan serta keinginan sehari-hari yang sia-sia. Artinya memikirkan dan melihat apa yang wajar dan apa yang masuk akal. Kalau belum paham, mari kita bertindak sesuai syariah. Tidak semua orang rasional dan tidak terlalu memperhatikan akal. Dalam situasi ini, Tuhan berfirman: Ikutilah syariah.
Profesor yang terhormat! Bagaimana cara mengatasi disorganisasi intelektual manusia baru, dengan kata lain, bagiman mengorganisasi pikiran yang terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan?
Akal tidak membuat kesalahan, masalahnya keinginan menang atas akal. Seseorang tidak terjebak pada satu hal di dunia dan akalnya dipengaruhi nafsunya, Oleh karena itu ia juga menginginkan uang, kedudukan dan status serta berbagai kesengsaraan lainnya. Kami menyebutnya nafsaniyah yang mengalahkan akal. Jika seseorang penuh perhatian, dia lebih memilih akal daripada nafsaniahnya. Bahkan, jika dia tidak mengerti untuk mengikuti syariah, syariah telah menunjukkan jalannya.
Apa sebenarnya yang dikatakan syariah sehubungan dengan masalah ini?
Syariah mengajarkan kita tentang keadaan terkini yang benar. Shalat, berpuasa, tidak mencuri, tidak berbuat maksiat, dan lain-lain, itulah perintah syariah.
Maksud saya, apa pesan syariah yang menunjukkan kepada kita jalan hidup manusia, tentang pentingnya memperhatikan hikmah?
Hikmahnya adalah karena Anda sendiri tidak mengetahui seluruh kebenaran, ikutilah petunjuk Syariah. Artinya, Allah telah menunjukkan kepada kita hakikat melalui Nabi Muhammad Saw.
Farabi adalah filsuf Muslim pertama dan hari kebijaksanaan dan filsafat di Iran dimulai sejak pengakuan terhadap filsuf besar ini. Sebagai salah seorang filsuf Iran, apa saran Anda untuk mempelajari teks filsafat langsung seperti teks Farabi?
Farabi adalah salah satu filsuf terbesar. Farabi dan Ibnu Sina tidak ada bandingannya di dunia. Para filsuf masa kini mengatakan banyak hal yang tidak masuk akal. Farabi mengucapkan kata-kata terbesar. Farabi adalah seorang filsuf besar. Demikian pula Ibnu Sina adalah salah satu filosof besar. Perkataan para sesepuh ini hendaknya dibaca dengan benar dan bersama guru. Juga mustahil untuk memahami kata-kata ini tanpa kaidah.
Apakah manusia masa kini di dunia baru menciptakan bidang pengetahuan baru untuk dirinya sendiri?
Ya, dia membuat ilmu yang tidak berguna! Artinya informasi tidak efektif. Informasi pada dasarnya berbeda dari pengetahuan. Informasi adalah apa yang sampai kepada kita dari pagi hingga malam melalui media visual, audio dan elektronik dan memenuhi pikiran seseorang serta mengurangi kedalamannya. Manusia tidak akan pernah kaya dan mendalam dengan informasi seperti itu. Para filsuf kuno punya waktu dan pemikiran serta mendalaminya, namun hal ini tidak terjadi pada masa kini. Banyak informasi yang tidak relevan sampai kepada kita dan terutama telepon seluler membawa bencana ini bagi umat manusia.
Apa yang harus dilakukan di dunia ini?
Saya tidak bisa mengatakan apa yang "seharusnya" dilakukan. Saya dapat menyarankan, jika seseorang adalah orang yang jujur, jangan terjebak dalam kehidupan sehari-hari. Bacalah buku-buku filosofis yang mendalam. Saya menyampaikan kursus tentang filsafat Islam, membacanya. Bacalah kisah pemikiran filosofis di dunia Islam dengan cermat dan tanyakan apakah Anda mempunyai masalah. Dunia baru memiliki tuntutannya sendiri karena teknik dan industri telah mengalami kemajuan, tetapi pemikiran belum mengalami kemajuan. Informasi meningkat dan perdamaian menurun.
Sebagai seorang filsuf yang pernah berada di puncak puisi dan sastra Persia, menurut Anda apa peran sastra Persia dalam pendalaman intelektual dan budaya kita, masyarakat Iran yang tidak sabar membaca saat ini?
Sastra Persia telah dan masih sangat membantu dalam hal ini. Para penulis Iran selalu mengabdi pada kebijaksanaan dan nasihat manusia. Saadi penuh dengan poin-poin bijak dan moral, Golestan dalam satu hal dan Bostan dalam hal lain. Hafiz adalah penjaga lautan spiritualitas. Tentu kita harus tahu bahwa memahami Hafez bukanlah suatu hal yang mudah. Jika seseorang dapat memahami ucapan Hafez, maka ia telah mencapai jalan yang jelas. Topik-topik ini harus dibaca dengan cermat, sabar dan hati-hati. Terkadang banyak informasi sehari-hari tidak berguna bagi kami.
Pada akhirnya, sebagai seorang filsuf terkenal yang pidatonya selalu menjadi pusat perhatian publik dan khusus, berikanlah nasehat bijak?
Saya tidak punya kata-kata yang bisa membuat semua orang nyaman. Hendaknya seseorang haus akan kebenaran, agar kata-kata hikmahnya enak di lidahnya. Haus akan kebenaran dan temukan kebenaran. Sastra kita penuh dengan pengetahuan, seseorang harus haus akan kebenaran. Bukannya saya mengatakan satu hal dan semua orang setuju.
Pandangan Sunni tentang Imam Mahdi, dan Kesamaannya dengan Syiah
Ada lebih dari seratus hadits yang berhubungan dengan Imam Mahdi dalam pendapat Sunni, yang semuanya mengenai kemunculan Imam Mahdi.
Tehran, Parstoday- Kepercayaan terhadap Mahdisme dan gagasan kedatangan Mahdi dianggap sebagai bagian penting dari keyakinan Islam, yang dibentuk berdasarkan hadis Nabi Muhammad Saw yang diakui semua mazhab dalam agama Islam.
Dalam artikel ini akan mengulas secara singkat pandangan Sunni tentang Mahdi, Juru Selamat Akhir Zaman, dan persamaannya dengan pandangan Syi'ah.
Hadits-hadits mengenai Imam Mahdi ditemukan di banyak buku terkenal Sunni dan Syiah. Dengan menlaah secara akurat kita dapat melihat dalam hadits-hadits ini mengenai adanya banyak kesamaan antara kedua mazhab Syiah dan Sunni mengenai Imam Mahdi, dan kesamaan tersebut antara lain: Kepastian kemunculan dan kebangkitan Imam Mahdi, silsilah, ciri-ciri fisik, konteks kemunculannya, tanda-tanda kemunculannya, dan hal-hal yang berkaitan dengan Imam Mahdi, fakta bahwa ia memiliki nama yang sama dengan Nabi Muhammad Saw yang Muhammad, ciri-ciri pemerintahannya dan lainnya.
Selain itu, menurut analisa riwayat dan hadits, terdapat perbedaan pandangan antara Syiah dan Sunni mengenai masalah Mahdisme, seperti: perbedaan kelahiran Imam Mahdi, keghaiban, dan masalah kemaksuman.
Ada lebih dari seratus hadits yang berhubungan dengan Imam Mahdi menurut pendapat Sunni, dan semua hadits ini mengacu pada kemunculan Imam Mahdi. Menurut teks otentik Sunni, lebih dari dua puluh Sahabat telah meriwayatkan dari Nabi Muhamamd saw mengenai Imam Mahdi antara lain: Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Sahih Hakim, dan Mujam Tabrani.
Dari sumber dan pernyataan ulama Sunni dapat disimpulkan bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Sayidah Fatimah dan akan muncul.
Sheikh Muhammad Irwani dalam kitab Imam al-Mahdi menulis, "Sejauh yang saya ketahui, kaum Sunni telah menulis lebih dari tiga puluh buku tentang masalah ini".(Irawani, Muhammad Baqir, Al-Imam Al-Mahdi, hal. 11)
Ibnu Khaldun yang mempunyai pandangan berbeda mengenai persoalan Mahdisme menulis, “Telah diketahui di kalangan seluruh umat Islam bahwa di akhir zaman akan muncul seorang laki-laki dari Ahlul Bait yang akan mendukung agama Islam, dan menegakkan keadilan dan umat Islam mengikutinya dan dia menaklukkan negara-negara Islam. Orang itu disebut Mahdi".(Tarikh Ibnu Khaldun, vol. 1, hal. 311)
Sejumlah perawi hadis Sunnah antara lain:
1. Ibnu Saad (meninggal tahun 230 H);
2. Ibnu Abi Shibah (wafat tahun 235 H);
3. Ahmad bin Hanbal (meninggal 241 H);
4. Bukhari (meninggal 273 H);
5. Muslim (meninggal 261 H);
6. Ibnu Majah (meninggal 273);
7. Abu Bakar Askafi (meninggal tahun 273 H);
8. Turmuzi (meninggal 279 H);
9. Tabari (meninggal 380);
10. Ibnu Qutaiba Dinuri (meninggal 276);
11. Penguasa Nishaburi (meninggal tahun 405);
12. Bayhaghi (meninggal tahun 458);
13. Khatib Bagdadi (wafat tahun 463);
14. Ibnu Athir Jazri (meninggal tahun 606).
(Sumber: Al-Mahdi al-Muntazar fi al-Fakr al-Islami)
Ibnu Katsir juga mengatakan dalam kitab Al-Bidayah wa al-Nihayh, "Mahdi akan datang pada akhir zaman dan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi telah dipenuhi dengan ketidakadilan dan penindasan. Kami telah mengumpulkan hadits-hadits yang berhubungan dengan Mahdi dalam kitab terpisah, seperti halnya Abu Dawud telah mendedikasikan sebuah buku terpisah untuk itu dalam Sunannya. (Ibnu Katsir, Ismail Ibnu Umar, Al-Bidayah dan Al-Nihayah, Vol. 6, hal. 248)
Bagian dari kesamaan antara Syiah dan Sunni
Berikut beberapa persamaan antara Syiah dan Sunni mengenai Imam Mahdi antara lain:
Kemunculan Imam Mahdi dan pemerintahan global yang mulia adalah sebuah fakta yang pasti dan semua mazhab Islam juga memiliki pandangan yang sama.
Imam Mahdi bangkit dengan tujuan menyebarkan keadilan dan tauhid di dunia. Imam Mahdi berjuang melawan penindasan.
Nabi Muhammad Saw memberikan nasehat kepada umat Islam tentang Imam Mahdi.
Imam Mahdi berasal dari Ahlul Bait Rasulullah Saw. Ibnu Majah meriwayatkan dalam Sunan-nya bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Al-Mahdi berasal dari Ahlul Bait, semoga Tuhan memberkatinya di dunia" (Ibnu Majah, Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Vol. 2, hal. 1367, H 4085)
Imam Mahdi adalah keturunan Sayidah Fatimah dan Imam Ali, penerus Nabi Islam. Suyuti meriwayatkan bahwa Rasulullah menggandeng tangan Ali dan berkata, “Aku akan keluar dan menaklukkan negeri ini dengan adil ” (Suyuti, Jalal al-Din, Araf al-Wardi, hal.100.) Selain itu, Ibnu Majah meriwayatkan dari Ummu Salama bahwa dia mendengar hal berikut dari Rasulullah (saw) bahwa Al-Mahdi adalah putra dari Fatimah." (Ibnu Majah, Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, vol. 2, hal. 1368, H. 4086.)
Kesamaan dalam gambaran ciri-ciri fisik Imam Mahdi
Sifat-sifat yang disebutkan dalam kitab Sunni mengenai Imam Mahdi diambil dari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad saw dan secara umum tidak berbeda dengan sifat-sifat yang disebutkan dalam kitab-kitab ulama Syiah. Ciri-cirinya antara lain: kekuatan beliau ketika muncul, wajahnya yang cerah, dahi yang panjang dan hidung yang mancung, tahi lalat di pipinya, penampilannya yang berumur 40 tahun, mempunyai nama yang sama dengan Nabi. (Sumber: Faraed Al-Samatin, Al-Mansaf, Al-Bayan fi Akhbar Sahib Al-Zaman, Aqd al-Darr).