
کمالوندی
Hamas Kecam Pertemuan antara Pejabat PLO dan Rezim Zionis
Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas mengecam langkah berbahaya yang dilakukan anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), menteri dan pejabat Otoritas Palestina melalui aksinya melakukan pertemuan dengan pejabat Zionis untuk tujuan normalisasi hubungan.
Hamas hari Sabtu (7/8/2021) mengeluarkan pernyataan yang bereaksi terhadap langkah terbaru PLO dan Otoritas Palestina yang berupaya menjalin normalisasi dengan rezim Zionis.
"Pertemuan tersebut mempertanyakan semua nilai nasional dan melukai perasaan rakyat Palestina, tahanan, veteran dan keluarga syuhada," kata pernyataan yang dikeluarkan Hamas.
"Langkah PLO dan Otoritas Palestina membuat semua keberanian dan pengorbanan diri rakyat Palestina dan perlawanan militer mereka terhadap penjajah Zionis menjadi sia-sia belaka," tegas Hamas.
Gerakan perlawanan Islam Palestina juga menekankan bahwa pertemuan-pertemuan dengan rezim Zionis adalah penyimpangan berbahaya dan rakyat Palestina tidak akan pernah menerima hal seperti itu.
Hamas telah menyerukan semua kelompok, faksi dan gerakan perlawanan Palestina untuk menghadapi PLO.
Rezim Zionis dan Babak Baru Ketegangan Keamanan dengan Perlawanan Regional
Mencermati tindakan Israel baru-baru ini di luar Wilayah Pendudukan menunjukkan bahwa rezim ini, dengan perhitungan pada tiga tingkat; internal, regional dan internasional, telah beralih ke ketegangan keamanan baru dan ditargetkan dengan Poros Muqawama regional.
Menteri Perang Israel Benny Gantz menyatakan bahwa kami siap berperang dengan Iran. Jet-jet tempur Zionis Israel juga menyerang daerah-daerah di Lebanon selatan setelah 15 tahun, mencoba untuk menguji Hizbullah Lebanon.
Pada saat yang sama, pendukung Barat Israel, kali ini dipimpin oleh Inggris, telah meluncurkan perang media melawan Iran, mengklaim bahwa Iran terlibat dalam serangan terhadap kapal Mercer Street. Tapi apa tujuan ketegangan keamanan baru Israel melawan Poros Perlawanan?
Tampaknya tujuan terpenting dari langkah-langkah ini adalah untuk mempengaruhi pemerintahan baru Iran. Pengalihan kekuasaan di Iran secara resmi berlangsung pada hari Kamis (05/08/2021), dan pemerintah baru mulai menjabat. Presiden baru Iran, Sayid Ebrahim Raisi, telah berulang kali menekankan perlunya memperkuat Perlawanan terhadap pendudukan Israel dan kejahatan terhadap sekutu Iran di kawasan.
Baca juga: Partai-Partai Nasional Lebanon Dukung Hizbullah Hadapi Agresi Rezim Zionis
Rezim Israel berusaha untuk mencegah pemerintah baru Iran berkonsentrasi pada memajukan kebijakan domestiknya serta memperkuat Perlawanan regional melalui operasi psikologis seperti mempersiapkan perang dengan Iran atau tekanan media yang selaras dengan Eropa dan Amerika Serikat. Kenyataannya, Israel dan sekutunya berusaha membuat pemerintah Iran baru di bawah tekanan.
Tujuan penting lainnya dari Zionis Israel adalah untuk mempengaruhi negosiasi baru antara Iran dan kelompok 4 + 1 untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir, yang dihentikan sekitar sebulan lalu karena ekspektasi Barat akan transfer kekuasaan di Iran.
Sekarang Israel mencoba untuk menjaga permainan nuklir di tanah Iran dengan ketegangan keamanan dan Barat dengan kebohongan media. Ada ketegangan keamanan baru terhadap Iran dan Perlawanan juga berada di dalamnya.
Mencermati tindakan Israel baru-baru ini di luar Wilayah Pendudukan menunjukkan bahwa rezim ini, dengan perhitungan pada tiga tingkat; internal, regional dan internasional, telah beralih ke ketegangan keamanan baru dan ditargetkan dengan Poros Muqawama regional.
Tujuan Zionis Israel lainnya dalam permainan yang belum selesai ini adalah kekuasaan di Wilayah Pendudukan. Netanyahu mengundurkan diri setelah 12 tahun dan 74 hari berkuasa di Israel, tetapi orang yang mengerti politik di dalam dan di luarWwilayah Pendudukan sangat menyadari bahwa kabinet yang berputar pada Bennett dan Lapid tidak hanya tidak koheren tetapi masih bergerak dalam bayang-bayang ketakutan Netanyahu.
Putaran baru ketegangan dengan Perlawanan masih menjadi konsumsi domestik di Wilayah Pendudukan dan menunjukkan bahwa kabinet yang berotasi ini dapat memberikan keamanan yang lebih baik daripada kabinet Netanyahu.
Isu lainnya adalah bahwa Zionis Israel masih terusik dan marah dengan konsekuensi 12 hari Perang Saif al-Quds, dan terutama terkait terbuktinya terjadi perubahan perimbangan kekuatan dalam menghadapi Perlawanan. Ketegangan baru juga terkait dengan kemarahan ini, tetapi ketegangan ini membuat kelemahan Israel lebih terlihat.
Di satu sisi, Israel membom daerah-daerah terpencil di Lebanon selatan, dan di sisi lain, aksi ini juga mendapat reaksi dari perlawanan Lebanon. Hizbullah Lebanon Jumat (6/8) kemarin, menargetkan posisi rezim pendudukan Israel di ladang Shebaa dengan puluhan roket 122 mm.
Sekaitan dengan balasan atas ketegangan perbatasan di Lebanon Selatan dan daerah pendudukan, Sheikh Naim Qassem, Wakil Sekjen Hizbullah Lebanon mengatakan, "Hizbullah berkomitmen pada prinsip ini yaitu setiap agresi terhadap Lebanon harus dibalas dengan tepat."
"Apa yang dilakukan Hizbullah adalah membalas agresi musuh penjajah, di mana semua dunia menyaksikannya dan kami tidak bisa diam menghadapinya," tegas Wakil Sekjen Hizbullah.
Kesimpulannya, Zionis Israel menyadari ketidakmampuannya untuk memasuki perang baru. Dengan perhitungan ini, surat kabar al-Akhbar menulis dalam sebuah artikel, "Tel Aviv mengkhawatirkan serangkaian reaksi dari kelompok Perlawanan di kawasan. Namun kawasan dengan langkah-langkah ini lebih cepat bergerak menuju ketegangan keamanan, di mana mengidentifikasi kemungkinan dan hasilnya sulit bagi Israel, dan Washington tidak ingin itu terjadi."
Raisi Tegaskan Dukungan untuk Perlawanan Palestina
Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi menekankan perlunya mendukung rakyat tertindas Palestina dalam menghadapi agresi dan pembunuhan.
Hal itu disampaikan Raisi dalam pertemuan dengan Sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina, Ziyad al-Nakhalah dan rombongan di Tehran, Jumat (6/8/2021) malam.
Raisi menganggap Gerakan Jihad Islam sebagai salah satu faksi yang efektif untuk membela hak-hak rakyat Palestina. “Hari ini, inisiatif untuk menentukan nasib Palestina ada di tangan para mujahidin dan kelompok perlawanan, dan inisiatif ini harus berlanjut sampai kemenangan akhir,” imbuhnya.
Ia menegaskan Republik Islam Iran tidak ragu-ragu dalam mendukung Palestina dan kami akan selalu membela hak-hak masyarakat yang tertindas ini.
Raisi yakin bahwa kemenangan akhir akan menjadi milik kelompok yang benar, sementara kelompok batil menelan kekalahan dalam menghadapi front yang benar ini di Gaza meskipun mereka punya kekuatan senjata dan materi.
Di pihak lain, Ziyad al-Nakhalah menyampaikan ucapan selamat rakyat dan para mujahidin Palestina kepada Raisi atas kemenangannya dalam pemilu Iran.
Menurutnya, Republik Islam Iran telah menjadi model bagi dunia dalam peralihan kekuasaan secara damai, padahal beberapa bulan yang lalu kita menyaksikan konflik di Amerika Serikat selama proses transisi kekuasaan.
“Dalam pidato pelantikan, Anda telah berbicara tentang pembelaan kebenaran, keadilan dan kaum tertindas. Kami juga akan berada di samping Iran sampai pembebasan al-Quds al-Sharif,” ujarnya.
Diplomat Iran: Israel Sudah Menyerang 10 Kapal Dagang di Kawasan
Wakil Duta Besar Iran untuk PBB memperingatkan Israel bahwa Iran tidak akan pernah ragu dalam membela dan melindungi kepentingan nasionalnya.
Zahra Ershadi mengatakan, Israel dengan lancang mengancam penggunaan kekuatan militer terhadap negara-negara regional, padahal rezim itu telah menjadi sumber utama ancaman, instabilitas dan ketidakamanan di kawasan selama tujuh dekade terakhir.
Hal itu disampaikan Nyonya Ershadi kepada wartawan di New York, Jumat (6/8/2021) seusai menghadiri pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB untuk membahas insiden yang menimpa kapal tanker Mercer Street di Laut Oman.
“Kami baru saja mendengar pernyataan yang menyesatkan tentang insiden kapal Mercer Street. Para pejabat rezim Zionis langsung menuduh Iran atas insiden tersebut. Inilah yang biasanya mereka lakukan,” tambahnya.
Dia menjelaskan bahwa ini adalah praktik standar rezim Israel. Hal ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian publik dunia dari kejahatan rezim dan praktik tidak manusiawi mereka di kawasan.
“Mereka menuduh pihak lain melakukan kesalahan. Di hampir semua insiden di Asia Barat, Israel menuduh Iran. Mereka langsung membuat tuduhan dan tidak memberikan bukti,” ujar diplomat Iran ini.
Nyonya Ershadi mengungkapkan bahwa hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, rezim Zionis telah menyerang lebih dari 10 kapal dagang di perairan regional.
“Pada 17 Januari 2021, perdana menteri Suriah mengatakan tujuh kapal tanker dalam perjalanan ke Suriah telah diserang. Israel berada di balik serangan yang menyebabkan kekurangan bahan bakar yang parah di Suriah,” jelasnya.
“Pada 23 April 2021, sebuah tanker minyak di lepas pantai Suriah diserang oleh pesawat tanpa awak. Tiga warga Suriah termasuk dua kru tewas. Sekali lagi, Israel bertanggung jawab atas serangan tersebut,” kata Nyonya Ershadi.
Ia mengatakan tindakan melanggar hukum dan terorisme seperti ini secara serius mengancam keamanan maritim, mengganggu kebebasan navigasi dan membahayakan keamanan energi.
“Dewan Keamanan PBB harus mencegah petualangan tak terkendali Israel di kawasan. Dewan Keamanan juga harus menunjukkan bahwa mereka tidak terjebak oleh penipuan dan rekayasa Zionis,” pungkasnya.
Hajizadeh: Setiap Serangan Musuh akan Dibalas dengan Keras !
Komandan Angkatan Udara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Brigjen Amir Ali Hajizadeh mengatakan, "Kami akan menanggapi dengan keras setiap serangan musuh,".
Brigjen Amir Ali Hajizadeh, Komandan Angkatan Udara Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) hari Sabtu (7/8/2021) mengatakan bahwa Iran telah lulus ujian dan tidak perlu diuji lagi.
"Kami akan menanggapi dengan keras setiap serangan musuh," ujar Hajizadeh.
"Rezim Zionis dan Amerika Serikat telah menguji Iran dan mereka tahu tanggapan apa yang akan mereka hadapi," tegasnya.
Hajizadeh menjelaskan, "Kami memiliki kekuatan dan tekad menggunakan kekuatan, Kami pasti akan memberikan jawaban telak dan mereka tidak dapat membuat kesalahan seperti itu lagi,".
Zodiac Maritime, yang dimiliki oleh miliarder Zionis Eyal Ofer dalam sebuah pernyataan 30 Juli 2021 mengatakan bahwa Mercer Street milik Israel telah menjadi sasaran drone di Laut Oman.
Setelah serangan ini, Perdana Menteri REzim Zionis Naftali Bennett menuding Iran dengan mengatakan, "Informasi keamanan yang kami miliki menunjukkan bahwa Iran telah menyerang sebuah kapal Israel,".
Saeed Khatibzadeh, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menanggapi tuduhan yang dibuat oleh rezim Zionis dan Amerika Serikat terhadap Iran dengan mengatakan,"Ini bukan pertama kalinya rezim Zionis membuat tuduhan seperti itu. Tudingan ini dalam kerangka kepentingan Zionis dan AS".
PBB Komentari Ancaman Israel terhadap Iran
Juru bicara Sekjen PBB bereaksi atas ancaman rezim Zionis Israel terhadap Iran.
"PBB meminta Iran dan Israel untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat meningkatkan situasi yang sudah tegang atas serangan pekan lalu terhadap kapal tanker Mercer Street di Laut Oman," kata Stephane Dujarric dalam konferensi pers, Kamis (5/8/2021).
"Yang penting bagi semua pihak yang terlibat atau punya kepentingan dalam hal ini untuk menghindari tindakan yang dapat memicu ketegangan atau retorika yang dapat memperburuk situasi," imbuhnya.
Menanggapi pertanyaan tentang pemerintahan baru di Iran, Dujarric menuturkan PBB menyambut baik kerja sama dengan presiden baru Iran di berbagai bidang yang menjadi kepentingan bersama.
Perusahaan Zodiac Maritime, yang dimiliki oleh miliarder Zionis Eyal Ofer, mengatakan pada Jumat lalu bahwa kapal tanker Mercer Street telah diserang oleh drone di Laut Oman.
Setelah insiden itu, Perdana Menteri rezim Zionis Naftali Bennett menuding Iran terlibat dalam serangan kapal tanker Israel, tanpa memberikan bukti apa pun.
INSS: Iran Tetap Ancaman Strategis dan Eksistensial bagi Israel
Syeikh Zakzaky dan Istrinya Dibebaskan
Kantor Syeikh Ibrahim Zakzaky, pemimpin Gerakan Islam Nigeria Rabu (28/7/2021) malam mengkonfirmasi surat pembebasan Syeikh Zakzaky beserta istrinya.
Menurut laporan FNA, Kantor Syeikh Zakzaky mengumumkan, pengadilan negara bagian Kaduna, Nigeria membebaskan Syeikh Zakzaky beserta istrinya dari seluruh dakwaan dan merilis surat pembebasannya.
Kantor Syeikh Zakzaky seraya menjelaskan bahwa ulama ini beserta istrinya dalam waktu dekat akan dibebaskan mengingatkan, keputusan ini sebuah kemenangan bagi muqawama melawan penyiksaan keras pemerintah Nigeria.
Pemerintah Nigeria sampai saat ini mencegah pembebasan Syeikh Zakzaky dan istrinya dengan berbagai alasan dan bahkan tidak memberi mereka pelayanan kesehatan.
Syeikh Ibrahim Zakzaky
Selama beberapa bulan terakhir ketika kondisi fisik Syeikh Zakzaky semakin kritis, berbagai lembaga HAM berulang kali menuntut pembebasan pemimpin Gerakan Islam Nigeria ini.
Beberapa waktu lalu Sahila Zakzaky, anak Syeikh Zakzaky mengkonfirmasi kondisi kritis orang tuanya karena kelalaian medis dan mengatakan bahwa ayah dan ibunya ketika ditangkap keduanya dalam kondisi terluka dan kini kondisi kesehatan mereka semakin parah karena tidak mendapat perawatan medis dan pengobatan.
Syeikh Ibrahim Zakzaky dan istrinya ditangkap pada 13 Desember 2015 dalam sebuah serangan militer Nigeria ke Huseiniyah di kota Zaria.
Militer Nigeria di hari penangkapan Syeikh Zakzaky menembaki warga yang berkumpul di depan Huseiniyah dan rumah ulama ini dan menewaskan ratusan orang termasuk tiga anak Syeikh Zakzaky.
Syeikh Zakzaky beberapa kali dilarikan ke rumah sakit karena penyiksaan dan keracunan darah yang disebabkan oleh beberapa peluru yang tertinggal di tubuhnya.
Pengacara Syeikh Zakzaky baru-baru menyatakan, Arab Saudi memberi jutaan dolar kepada petinggi Nigeria untuk membunuh Syeikh Zakzaky.
Selama beberapa bulan terakhir, rakyat Nigeria beberapa kali menggelar aksi demo di berbagai kota negara ini menuntut pembebasan Syeikh Zakzaky, namun aparat keamanan Nigeria menumpas aksi demo tersebut.
Israel Akui Rudal Palestina Hancurkan Infrastruktur Ashkelon
Setelah berlalu sekitar dua bulan sejak pecahnya perang terbaru rezim Zionis Israel, dan kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza, Badan Pengawas Konten Media Israel, mengeluarkan izin publikasi berita terkait hantaman rudal Palestina ke beberapa i
nfrastruktur Israel.
"Badan Pengawas Konten Media Israel, hari ini, Rabu (28/7/2021) mengeluarkan izin publikasi berita seputar perang terbaru Israel dan Jalur Gaza," tulis Palestine Times di akun Twitternya.
Stasiun televisi Israel, KAN 11 melaporkan, dalam perang terbaru, rudal-rudal kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza menghantam infrastruktur Kota Ashkelon yang terletak di utara Gaza.
Menurut KAN 11, ledakan rudal Palestina itu menyebabkan sesak napas, gatal-gatal pada tenggorokan, dan perih di mata pada kebanyakan pemukim Zionis.
Media Israel ini juga mengakui salah satu rudal Palestina menghantam sebuah tangki bahan bakar di kota Ashkelon.
Al-Sahaf: Pasukan AS di Irak Berada di bawah Kontrol Penuh Baghdad
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Irak mengatakan, pasukan asing yang ditempatkan di Irak untuk pelatihan dan konsultasi militer akan ditempatkan di pangkalan yang berada di bawah kontrol penuh Irak.
Seperti dilaporkan Mawazin News Rabu (28/7/2021), Ahmed al-Sahaf menekankan militer AS yang aktif untuk konsultasi, pelatihan dan peningkatan kemampuan militer Irak serta pertukaran data intelijen militer antara kedua negara, akan ditempatkan di pangkalan militer yang sepenuhnya berada di bawah kekuasaan dan hukum Irak.
“Peningkatan kemampuan pasukan Irak seperti militer, polisi federal, pasukan al-Hashd al-Shaabi, Peshmerga dan pasukan relawan dari suku-suku serta lembaga perang kontra terorisme berujung pada dialog strategis antara Baghdad dan Washington untuk mencapai kesepakatan penarikan pasukan Amerika dari Irak,” papar al-Sahaf.
Ia menambahkan, pasukan koalisi internasional seperti AS mulai 31 Desember 2021 tidak lagi berada di Irak dan peran pasukan yang tersisa adalah pelatihan, konsultasi militer dan membangun kemampuan pasukan bersenjata dan dinas keamanan Irak.
Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi dan Presiden AS Joe Biden Senin (26/7/2021) sore di Washington dalam statemen bersama menyatakan, Washington dan Baghdad sepakat hingga akhir tahun 2021 kehadiran militer AS di Irak akan berakhir dan AS akan menghormati kedaulatan dan hukum Irak.
Selain itu, kedua pihak juga sepakat sebagian pasukan AS akan ditempatkan di Irak dengan misi konsultasi militer dan pelatihan pasukan Irak. Hal ini mendorong sebagian faksi Irak meyakini bahwa kesepakatan ini sekedar mengubah esensi militer AS dari pasukan tempur menjadi konsultan militer, dan penarikan pasukan AS dari negara ini tidak akan terjadi.
Setelah kejahatan AS meneror Syahid Qasem Soleimani, komandan pasukan Quds IRGC dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan al-Hashd al-Saabi pada 3 Januari 2020 dini hari di dekat bandara udara Baghdad, parlemen Irak pada 5 Januari 2020 meratifikasi draf penarikan pasukan AS dari negara ini.