
کمالوندی
Pekan HAM AS: Washington dan Pemutarbalikan Fakta HAM (1)
Di kalender nasional Republik Islam Iran, 6-12 Tir ditetapkan sebagai Pekan HAM AS.
Alasan penamaan ini adalah hari-hari ini bertepatan dengan beberapa insiden teroris dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang pahit dalam dekade pertama tahun-tahun setelah kemenangan Revolusi Islam.
Amerika Serikat telah memainkan peran utama dalam membentuk peristiwa bulan ini, secara langsung dan tidak langsung. Insiden pertama minggu ini dimulai dengan pembunuhan gagal Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam atau Rahbar, Ayatullah Khamenei pada 27 Juli 1981. Dan kemudian pada 7 Tir (28 Juli) disusul dengan aksi kelompok munafik (MKO) yang didukung AS meledakkan markas besar Partai Republik Islam.
Selain itu, pada 7 Tir yakni enam tahun kemudian (1366 Hs) atau 28 Juni 1987, terjadi peristiwa pahit serangan bom kimia di perbatasan kota Sardasht di era perang Iran-Irak, oleh rezim Saddam yang didukung Washington. Satu tahun kemudian pada 12 Tir 1367 Hs (3 Juli 1988) juga terjadi peristiwa pahit lainnya, serangan rudal yang disengaja kapal perang AS terhadap pesawat terbang sipil Iran di kawasan Teluk Persia.
Mencermati serangkaian peristiwa ini, ada dua pertanyaan penting.
Pertama, apa tujuan dari kejahatan dan aksi teroris ini ?
Pertanyaan lain, adalah ketika mayoritas kejahatan kemanusiaan di kawasan dan dunia terjadi atas intervensi Amerika Serikat, apa alasan Washington mengklaim dirinya pembela HAM ?
Untuk menemukan jawaban yang jelas di masalah ini, kami akan berusaha mengkaji dan menguak sebab serta akar permusuhan Amerika Serikat terhadap Iran melalui kinerja HAM Washington.
Aksi teroris tanggal 27 dan 28 Juli 1981 terjadi dalam situasi di mana Iran pada tahun-tahun pertama setelah kemenangan revolusi menghadapi banyak konspirasi yang telah menyebar luas pada awal perang yang dipaksakan. Musuh bangsa Iran berencana untuk menggulingkan pemerintah yang baru berdiri ini dengan melakukan pembunuhan, pemboman, dan menghapus tokoh-tokoh kunci melalui proyek instabilitas internal. Bersamaan dengan konspirasi ini, Amerika Serikat memasuki permainan permusuhan baru dengan Iran.
Pada saat kritis itu, rezim Ba'ath yang berkuasa di Irak, setelah gagal di medan perang, berusaha mengganggu perlawanan rakyat dan pejuang Iran dengan menyeret perang ke wilayah sipil dengan mengintensifkan tembakan roket dan bom kimia di kota-kota Iran seperti sebagai Sardasht. Di tingkat regional, rezim Ba'ath menyerang kapal tanker dan membuka jalan bagi intervensi kekuatan trasn-regional. Serangan kapal Amerika Vincennes (CG-49) terhadap pesawat penumpang Iran pada 3 Juli 1988 adalah produk dari rencana kriminal ini.
Kejahatan AS menarget pesawat sipil Iran terjadi ketika menurut pengakuan wakil presiden AS saat itu, tujuan politik dari tindakan kriminal ini adalah memaksa Republik Islam Iran menerima syarat Amerika dan Irak untuk mengakhiri perang.
Pendekatan kejahatan perang seperti serangan bom kimia dengan mengirim peralatan untuk membuat senjata ini ke Irak dan kebungkaman AS serta sejumlah negara Eropa atas kejahatan ini adalah peristiwa lain yang patut disesalkan dan mengindikasikan klaim Barat mendukung HAM sekedar alat.
Kekuatan arogan sejatinya memanfaatkan isu HAM dalam bentuk perang lunak sebagai instrumen untuk menekan negara lain, sehingga mereka akan meraih tujuan hegemoninya.
Ayatullah Khamenei di pidatonya di hari Mab’atsh, menyebut pemutarbalikan fakta merupakan salah satu trik musuh di perang lunak, dan isu seperti kepemilikan arsenal nuklir terbesar, pembantaian 220 ribu orang oleh bom Amerika dan klaim penentangan terhadap senjata pemusnah massal dan dukungan AS terhadap kelompok teroris seperti Daesh (ISIS), memberi bantuan finansial dan fasilitas media modern serta klaim memerangi terorisme termasuk bukti lain pendistorsian fakta.
Teror gagal terhadap Ayatullah Khamenei
Penamaan Pekan Pemutarbalikan HAM AS dimaksudkan supaya berkas kejahatan AS terhadap kemanusiaan senantiasa terbuka dan ada peluang untuk membongkar skandal pembantaian manusia tak berdosa oleh AS di berbagai negara seperti Afghanistan, Irak, Yaman, Suriah dan bahkan perilaku kekerasan negara ini terhadap warga kulit hitam serta penumpasan aksi protes diskriminasi di Amerika.
Tidak diragukan lagi, kejahatan ini tidak akan pernah terhapus dari pikiran rakyat Iran dan para korban pembunuhan yang disponsori AS. Jika Amerika Serikat dan pendukung Saddam lainnya tidak membantu Saddam dalam kejahatan ini; maka ribuan orang tak bersalah tidak akan menjadi korban senjata kimia baik di Sardasht maupun Halabja.
Abbas Ali Kadkhodaei, dosen Hukum Internasional di Universitas Tehran dan anggota pakar hukum di Dewan Garda seraya merilis artikel dengan tema “Standar Ganda, Nilai AS dan Barat” menulis: “Beberapa tahun lalu, petinggi rezim Saddam secara resmi mengakui bahwa selama perang Iran-Irak, mereka menggunakan senjata kimia terhadap rakyat Iran dan Irak dan yang paling disesalkan adalah korban serangan ini bukan militer tapi warga sipil, di mana selama 378 serangan kimia Saddam selama perang ini, warga Iran di Baneh, Mariwan, Sardasht, Piranshahr, Soomar dan....serta warga Irak di Halabja, al-Faw, Kepulauan Majnoon, dan...menjadi korban serangan kimia Saddam. Berdasarkan data yang ada, selama serangan ini lebih dari 50 ribu orang terbunuh dan terluka.”
Amerika memiliki kejahatan keji seperti pemboman Heroshima dan Nagasaki di Jepang, penembakan pesawat sipil Iran dengan rudal. Tak hanya itu, AS juga terlibat di serangan kimia Saddam terhadap warga Iran dan Irak.
Amerika juga memiliki catatan buruk penggunaan senjata pemusnah massal. Amerika untuk pertama kalinya di tahun 1763 menggunakan senjata kimia untuk membantai warga Indian, pemilik asli tanah Amerika.
Selama perang dunia pertama, AS memproduksi lebih dari lima ribu ton bahan kimia yang digunakan sebagai bahan senjata kimia. Data menunjukkan bahwa Amerika di perang Vietnam menyebarkan lebih dari 75 juta liter racun kimia kepada warga pedesaan Vietnam dan menghancurkan ratusan ribu hektar hutan. Dampak bahan beracun berwarna jingga ini telah menyebabkan kematian hampir 300 ribu orang Vietnam dan ratusan anak-anak dilahirkan cacat.
Sejatinya Amerika dan sejumlah negara Eropa dengan memutarbalikan fakta HAM, memanfaatkan isu ini untuk melawan negara-negara independen.
Kekuatan hegemoni saat ini juga memperluas langkah tak manusiawinya ke bidang ekonomi dan melalui terorisme ekonomi, mereka menarget keselamatan dan kehidupan warga Iran. Domain perilaku di luar kemanusiaan ini sampai pada tahap ketika pandemi Corona menyebar yang di saat seluruh negara berusaha membantu untuk mencegah penyebaran virus ini, justru Iran menghadapi perlakuan bias dan bahkan pengiriman obat-obatan untuk mengobati virus ini dilarang dengan dalih sanksi terhadap Tehran. Tak hanya itu, mereka juga melarang pengiriman bantuan kemusiaan warganya kepada Iran.
Keganasan Senjata Kimia dan Biologis Ancam Umat Manusia
Tanggal 29 Juni 1987 diperingati sebagai Hari Perang Melawan Senjata Kimia dan Biologis untuk mengenang serangan bom kimia ke kota Sardasht, Azerbaijan Barat, Iran.
Pada tanggal 28-29 Juni 1987, pesawat-pesawat pembom rezim Baath Irak melancarkan serangan kimia ke empat lokasi padat penduduk di kota Sardasht. Korban keganasan gas kimia mematikan dalam serangan itu kebanyakan perempuan, anak-anak, dan warga sipil tak bersalah warga kota Sardasht dan sekitarnya.
Senjata kimia adalah senjata atau bahan kimia yang menargetkan manusia atau makhluk hidup lain. Jika senjata kimia ini bersentuhan langsung dengan bagian tubuh mana pun pada makhluk hidup, maka seluruh badan akan terkontaminasi dan terjangkiti berbagai penyakit. Bahan kimia ini bisa berbentuk padat, cair atau gas.
Dengan kata lain, bahan kimia dapat diartikan sebagai komposisi kimia yang jika digunakan pada manusia, binatang atau tumbuhan, dapat membunuh atau meninggalkan luka permanen dan sementara pada organ tubuh. Senjata kimia dalam ranah militer terbagi dalam enam kategori, yaitu mematikan, melumpuhkan, dalam bentuk asap, antitumbuhan, dapat menciptakan api, dan berfungsi mengontrol kerusuhan. Senjata ini mempengaruhi sistem saraf tubuh, memberi efek samping pada kulit dan menciptakan gangguan pernapasan.
Senjata kimia dan biologis untuk pertama kali digunakan pada tahun 1763, ketika Amerika Serikat menggunakan senjata kimia terhadap warga Kulit Merah pemilik asli tanah Amerika. Pada Perang Dunia I tahun 1914, senjata kimia dipakai oleh pasukan Jerman, kemudian diikuti oleh negara-negara lain.
Pasukan Jerman pada 22 April 1915 menyerang tentara Sekutu di sepanjang front barat dengan menembakkan lebih dari 150 ton gas klorin yang mematikan terhadap dua divisi pasukan Prancis di Ypres, Belgia. Ini adalah serangan gas besar pertama oleh Jerman, yang menewaskan sekitar 5.000 tentara Inggris dan Prancis. Hari ini dikenal sebagai hari lahirnya perang kimia. Jerman pada tahun 1917 untuk pertama kalinya menggunakan gas mustard pada musim panas 1917.
Gas kimia ini menyerang kulit dan menciptakan kebutaan pada mata korbannya, sehingga masker gas dan respirator tidak bisa melindungi mereka. Selama PD I total digunakan sekitar 124.200 ton klorin, mustard, dan bahan kimia lain, dan lebih dari 90.000 tentara tewas karena terpapar bahan-bahan tersebut. Lebih dari satu juta orang meninggalkan medan perang dalam keadaan buta, cacat atau dengan luka parah.
Usai PD II yang terjadi dari tahun 1939 hingga 1945, pada tahun 1951, Inggris menggunakan bahan kimia Phytotoxin. Dalam Perang Vietnam, Amerika Serikat menggunakan bahan kimia dan biologis. Pasukan AS menyebarkan ribuan ton Agent Orange di hutan-hutan Vietnam untuk mengubah tempat-tempat persembunyian Vietcong menjadi gurun. Sebagian besar bahan kimia tersebut dipasok oleh Jerman ke AS.
Pengaruh bahan kimia mematikan dioxin sampai saat ini, meski sudah berlalu puluhan tahun, masih terasa, di Vietnam sampai sekarang masih terlahir anak-anak cacat karena pengaruh bahan kimia ini. Pada tahun 1979 militer Uni Soviet juga menggunakan bahan kimia sejenis di Afghanistan. Rezim rasis Apartheid, Afrika Selatan pada 8 Maret 1983 menggunakan bahan kimia beracun untuk melawan pasukan SWAPO di Namibia.
Pemerintah Irak di masa Saddam Hussein melancarkan serangan kimia luas terhadap Iran. Sekitar tahun 1976, rezim Irak memanfaatkan tenaga akademisi dan menganggarkan dana besar untuk mengumpulkan informasi seputar senjata kimia, biologis dan radioaktif, dan meraih sejumlah keberhasilan di tiga bidang itu. Saddam Hussein sejak tahun 1984 menggunakan Tabun, tapi bahan kimia berbahaya ini harganya cukup mahal, dan bahan baku untuk membuatnya sulit ditemukan.
Setelah itu Saddam Hussein lebih banyak mencari gas beracun VX yang dianggap memiliki kekuatan dan ketahanan yang lebih besar. Saddam Hussein juga banyak menggunakan gas Mustard, karena gas ini memberikan pengaruh jangka panjang seperti kebutaan, berbagai jenis kanker, infertilitas, dan cacat fisik sebelum lahir.
Militer Irak pertama kali menggunakan senjata kimia dalam perang yaitu pada tanggal 19 Oktober 1980 di wilayah selatan Provinsi Khuzestan, Iran. Di tahun ini, Irak empat kali menggunakan senjata kimia dari jenis gas Mustard yang menyebabkan satu orang terluka, dan 20 gugur.
Protes Iran atas aksi tidak manusiawi Irak menyebabkan Radio Irak terpaksa membantah tudingan Iran, namun selama operasi perang Ramezan dan Khaibar, bom-bom kimia produksi Irak, digunakan secara luas dengan bantuan artileri dan pesawat.
Realitasnya Irak tidak hanya meruntuhkan garis pertahanan pasukan Iran dengan bom kimia, tapi sejumlah banyak senjata ini juga digunakan terhadap warga sipil. Pembebasan kota Khorramshahr dan kemenangan-kemenangan besar Iran atas pasukan Irak, menyebabkan Irak terpaksa kembali menggunakan senjata kimia dalam Operasi Wal Fajr 2, Wal Fajr 4, Khaibar, dan Badr.
Serangan kimia jet-jet tempur rezim Baath Irak ke kota Sardasht di barat Iran menewaskan 110 orang, dan melukai 8.000 lainnya. Sungguh disayangkan sampai saat ini sejumlah warga Iran di Sardasht masih harus menanggung derita sebagai dampak bom-bom kimia Irak ini. Namun meski Irak telah terbukti melakukan kejahatan perang, masyarakat internasional tidak melakukan tindakan untuk mencegah berlanjutnya agresi negara itu ke Iran, dan mengabaikan masalah ini.
Pada tahun 1984, laporan pertama para ahli yang ditunjuk Sekjen PBB untuk menyelidiki tuduhan Iran, dipublikasikan. Laporan para ahli itu mengonfirmasi penggunaan gas Mustard dan gas-gas saraf terhadap Iran di sejumlah wilayah negara ini. Setelah laporan tersebut dirillis hingga berakhirnya perang, setiap tahun sekelompok ahli mendatangi Iran, dan mengonfirmasi penggunaan senjata kimia oleh Irak terhadap Iran.
Poin yang perlu diperhatikan adalah kinerja Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB. Karena dukungan terbuka Barat terhadap Irak, Dewan Keamanan PBB hanya meminta dua negara saja yaitu Iran dan Irak untuk tidak menggunakan senjata kimia, dan PBB tidak mau mengakui bahwa Irak telah melakukan kejahatan perang, karena anggota-anggota asli DK PBB adalah sekutu Irak.
Begitu juga AS, selama delapan tahun perang Irak dan Iran, telah memberikan bantuan kepada Baghdad senilai hampir lima miliar dolar, dan memberikan sejumlah banyak bahan kimia serta biologis ke Irak. Sekutu Barat lain memberikan miliaran dolar untuk membantu militer Irak.
Inggris mengirim tank, rudal dan mortir ke Irak. Prancis mengirim rudal, dan jet tempur ke Irak, Jerman Barat memberikan teknologi dan memproduksi gas saraf, dan mustard. Semua itu menjadi sebab lebih dari 100 ribu orang di Iran terluka, sebagian besar perempuan menderita efek samping dan penyakit yang disebabkan oleh senjata kimia itu, dan membutuhkan perawatan medis.
Saat ini setelah berlalu puluhan tahun, setiap hari di Iran masih saja terdengar berita gugurnya satu dari 35.000 korban luka kimia di berbagai penjuru negara ini.
Pekan HAM AS: Dualisme HAM dan Dukungan terhadap Teroris, Strategi AS (2)
Dualisme Hak Asasi Manusia (HAM) dan dukungan terhadap terorisme oleh Amerika Serika serta sejumlah pemerintah Eropa dan pemanfaatannya sebagai alat, merupakan dua strategi vital untuk memajukan tujuan Barat.
Pendekatan ini telah memberi pukulan telak terhadap prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) dan keamanan di dunia.
Kendala utama di bidang ini adalah politisasi institusi HAM dan pengaruh kekuatan opresif, standar ganda dan stereotip terhadap isu HAM. Ada contoh yang jelas dalam hal ini.
Sejumlah pemerintah seperti Kanada, Australia, Inggris, Denmark, Amerika Serikat, Jerman dan Prancis ketika berbicara mengenai HAM mendiktekan kepada dunia bahwa mereka adalah teladan HAM. Namun faktanya adalah isu HAM sangat dipengaruhi oleh sikap politik Barat dan berlanjutnya arus ini membuat institusi HAM semakin jauh dari dukungan sejatinya terhadap HAM.
Image Caption
Dengan kata lain harus dikatakan bahwa, pandangan utilitarian politik telah menghilangkan sifat dan fungsi organisasi dan institusi hak asasi manusia Barat yang diciptakan untuk membela hak asasi manusia dari status dan tanggung jawab mereka yang sebenarnya.
Serangkaian peristiwa dan kejadian terorisme dan kejahatan perang yang terjadi di tahun-tahun pertama kemenangan Revolusi Islam dan selanjutnya, tidak terkecuali dari dualisme ini. Padahal jika setiap peristiwa ini terjadi terhadap warga Amerika atau salah satu negara Eropa, maka akan dirilis puluhan resolusi dan statemen serta akan dijatuhkan beragam sanksi.
Sementara sanksi yang dijatuhkan Amerika dan mitra Eropanya melalui pendekatan sepihak dan ilegal Amerika telah mengancam kehidupan dan keselamatan fisik serta mental rakyat Iran.
Dunia Barat sejatinya menutup matanya terhadap kejahatan nyata ini dan menjadi pelanggar terbesar HAM, dan mereka merilis statemen terhadap negara lain demi meraih ambisi arogannya.
Ada satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam dikotomi hak asasi manusia dan terorisme di Barat, yaitu sifat politik dan tujuan bias yang tersembunyi di balik kedok klaim hak asasi manusia dan perang melawan terorisme. Tidak ada keraguan bahwa dukungan AS untuk terorisme dan penggunaan hak asasi manusia secara instrumental telah menjadi bagian dari strategi Washington untuk campur tangan di kawasan itu dan menyerang Iran yang Islami.
Dari sudut pandang ini, kejahatan mengerikan Amerika Serikat pada 3 Juli 1988 dalam menargetkan pesawat penumpang Iran di Teluk Persia harus dianggap sebagai salah satu bencana manusia paling menyakitkan di era kontemporer. Para pelaku kejahatan ini tidak hanya tidak ditegur, tetapi juga dianugerahi Medal of Courage oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, meskipun pengakuan Wakil Presiden saat itu bahwa serangan rudal terhadap pesawat penumpang itu disengaja.
Amerika Serikat membenarkan dukungannya terhadap terorisme dengan argumen demagogisnya dan pembagian terorisme menjadi baik dan buruk, dan alih-alih memerangi terorisme, ia menerbitkan daftar kelompok yang disebutnya teroris setiap tahun dan menuduh orang lain mendukung terorisme.
Seperti yang dijelaskan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei di statemennya saat bertemu dengan keluarga syuhada 7 Tir, perilaku dualisme ini sampai pada tahap mereka yang melakukan kejahatan teror di Iran kini aktif secara bebas di Eropa dan Amerika serta bertemu dengan para petinggi negara tersebut dan bahkan mereka diberi kesempatan untuk memberi pidato mengenai HAM di berbagai pertemuan.
Rahbar menyebut hal ini sebagai skandal besar bagi negara Eropa dan Amerika. Rahbat menambahkan, “Kelompok teroris ini adalah orang-orang yang dengan klaim membela rakyat dan bahkan Islam, tapi berperang melawan bangsa Iran. Lebih lanjut orang-orang ini melakukan kejahatan keji seperti di peristiwa 7 Tir dan meneror warga biasa. Mereka pada akhirnya seperti Saddam dan kini berada di bawah perlindungan Amerika Serikat.”
Oleh karena itu, peristiwa seperti ledakan teror 7 Tir dan serangkaian insiden teror setelahnya harus dicermati sebagai skenario kubu arogan global untuk merusak Revolusi dan pemerintah Republik Islam, dan tujuan busuk ini masih terus dikejar dengan berbagai metode.
HAM ala Amerika
Di aliran HAM arogan global, hak manusia bukan saja tidak memiliki tempat, bahkan eksistensi manusia tidak penting.
Harus diakui bahwa saat ini bukan hanya rakyat Palestina, Lebanon, Suriah, Irak, Yaman, Afghanistan dan Iran yang menjadi korban kebijakan tak manusiawi Amerika Serikat, bahkan warga negara ini sendiri juga tidak aman dari pendekatan hegemoni dan diskriminasi pemimpin Gedung Putih. Dalam hal ini, warga kulit berwarna menjadi etnis yang menjadi sasaran diskriminasi sistematis negara ini ketimbang warga lainnya.
Berbagai peristiwa selama beberapa tahun terakhir di berbagai kota Amerika semakin menguak realita ini bahwa jika kepentingan minoritas yang berkuasa di negara ini mengharuskan, maka mereka akan memperlakukan warga Amerika seperti rakyat Irak, Afghanistan, Yaman dan Palestina.
Isu utama di kampanye “Represi Maksimum” Amerika terhadap bangsa Iran adalah hak bangsa Iran. Amerika dengan congkak berencana menghapus hak bangsa Iran termasuk menghapus hak teknologi dengan fokus pada teknologi nuklir, menghapus hak defensif dengan fokus pada pertahanan rudal dan menghapus hak partisipasi regional dengan fokus pada perang melawan terorisme.
Amerika Serikat yang mengklaim sebagai pembela HAM sampai saat ini telah keluar dari sejumlah perjanjian internasional seperti (Trans Pacific Partnership/TPP), kesepakan iklim Paris, Perjanjian Migrasi PBB, perjanjian North American Free Trade Agreement (NAFTA) serta sejumlah perjanjian internasional dan regional lainnya. AS karena memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB dengan mudah menginjak-injak hukum internasional. Di era Donald Trump, Amerika bahkan mengabaikan slogan HAM dan menyebut keluarnya AS dari Dewan HAM sebagai prestasi besar pemerintahannya.
Image Caption
Menyimak rapor AS di isu HAM di abad terakhir, menunjukkan bahwa Amerika di kasus HAM bukan sebagai pengklaim pembela, tapi harus ditetapkan sebagai terdakwa dan harus memberi jawaban kepada opini publik masyarakatnya dan dunia. Kinerja HAM AS merupakan tanda ketidakabsahan pejabat Gedung Putih dalam perlindungan HAM, dan faktanya banyak pejabat AS yang menjadi tersangka pertama dalam kasus ini dan harus diperkenalkan sebagai pusat dan poros kejahatan di dunia.
Republik Islam Iran, bagaimanapun, menganggap perlindungan hak-hak bangsa Iran sebagai tugasnya dan tidak menunjukkan toleransi ke arah ini. Republik Islam sesuai dengan instruksi konstitusi tidak mentolerir diskriminasi dalam membela hak asasi manusia dan berdasarkan prinsip serta ketentuan yang tertera di konstitusi menilai membela hak bangsa tertindas sebagai tugasnya. Iran Islami berdasarkan ideologi keadilan, tak ragu-ragu mendukung protes damai warga Amerika yang menyuarakan penentangan terhadap kebijakan diskriminasi para penguasa negara ini.
Pekan HAM AS; Kasus HAM AS dan Kejahatan terhadap Kemanusiaan (3)
Lebih dari setengah abad, isu Hak Asasi Manusia (HAM) dimanfaatkan sebagai alat represi oleh Amerika Serikat.
Dalam prosesnya, negara-negara yang menentang Amerika Serikat dengan cara apa pun dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia tanpa bukti. Implikasinya adalah bahwa negara mana pun yang bermasalah dengan Amerika Serikat diidentifikasi sebagai pelanggar hak asasi manusia.
Perilaku ganda ini berlaku untuk transformasi internal masyarakat Amerika.Melihat sejarah Amerika menunjukkan bahwa minoritas yang tinggal di negara ini berada di bawah tekanan berat dari pemerintah AS. Di halaman-halaman sejarah kita melihat bagaimana orang Indian dibantai oleh orang Amerika dan orang kulit hitam yang diperbudak. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa bahkan di Amerika Serikat, rakyatnya tidak kebal terhadap pelanggaran hak asasi manusia Amerika dan berada di bawah tekanan kuat dari kebijakan diskriminatif dan rasis.
Contoh lain pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Amerika Serikat adalah terkait dengan hak-hak anak oleh negara ini. Meskipun hak anak adalah salah satu hak dasar yang paling penting, dan diakui oleh semua negara, Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang belum menandatangani Konvensi Hak Anak, meskipun ada propaganda besar AS tentang hak asasi manusia. Padahal semua negara adalah anggota Konvensi Hak Anak, karena hak anak adalah hak dasar.
Selama pemerintahan Trump, pemerintah AS menerapkan rencana untuk memisahkan anak-anak dari keluarga imigran untuk menerapkan kebijakan anti-imigrasi, menggunakannya sebagai alat tekanan dan hukuman. Sementara migrasi ini disebabkan oleh tekanan kolonial yang dilakukan oleh Amerika Serikat selama bertahun-tahun di Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
Di bidang budaya dan sosial, Amerika juga melakukan pelanggaran HAM dan menciptakan banyak kesulitan bagi anak-anak dan masyarakat.
Melihat hukum Amerika menunjukkan bahwa itu ditulis untuk kepentingan hanya satu persen dari populasi. Dengan demikian, pelanggaran HAM oleh pemerintah AS ditujukan untuk mengamankan kepentingan satu persen masyarakat.
Sebagai akibat dari diskriminasi ini, rasisme polisi di Amerika Serikat telah menyebabkan peningkatan kejahatan dan populasi penjara, mengubah Amerika Serikat menjadi kamp konsentrasi besar dan tahanan seperti Gulag. Faktanya, sistem kapitalis Amerika yang korup telah membayangi penjara dan peradilan.
Foad Izadi, pakar hubungan internasional dan anggota dewan ilmiah Universitas Tehran seraya mengisyatarkan kebijakan yang tak seimbang Amerika terkait HAM mengatakan, “...Isu HAM dimanfaatkan sebagai salah satu piramida represi untuk mensanksi musuh Amerika. Sementara warga Amerika sendiri menanggung tekanan lebih besar terkait pelanggaran HAM.”
Seraya menekankan bahwa wacana pelanggaran HAM sebagai salah satu strategi kebijakna luar negeri AS, Izadi mengingatkan, Amerika yang mengklaim sebagai sponsor HAM, bukan saja melakukan aktivitas anti-HAM terhadap rakyat negara lain, bahkan terhadap warganya sendiri juga menerapkan kebijakan serupa. Faktanya dapat dikatakan bahwa korban HAM AS, justru warga negara ini sendiri.
Setiap tahun, ribuan orang menjadi korban keegoisan dan keserakahan para produsen senjata dan mafia senjata api dan amunisi, dan kelompok ini di luar dari orang-orang yang dibantai secara legal dan sah oleh polisi.
Selain orang kulit hitam, penduduk asli Amerika yakni pemilik asli Amerika Serikat, telah melawan budaya destruktif dan ekualiser Amerika selama lebih dari satu abad untuk melestarikan identitas lokal dan asli mereka, dan tidak ada seorang pun di dunia yang mendengar tangisan mereka. Selama lebih dari seperempat abad, tidak ada tekad untuk mengejar pembantaian brutal dan abad pertengahan terhadap Ranting Daud.
Status hak-hak minoritas, orang kulit berwarna, Muslim, perempuan, kulit hitam, status kebebasan sipil dan privasi, dan penindasan dan pembunuhan protes terhadap kebrutalan polisi terhadap orang kulit hitam selama protes nasional lainnya dalam beberapa tahun terakhir adalah perlakuan tidak manusiawi lainnya terhadap Amerika.
Dr. Sayid Javad Hashemi Fesharaki, peneliti dan dosen dalam sebuah memonya bertepatan dengan Pekan HAM AS menulis, “...Amerika Serikat pelanggar HAM terbesar di dunia, dan pelanggaran terhadap HAM dan kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan bagian struktural dan fungsional integral dari kebijakan Amerika. Orang Amerika telah melakukan semua jenis kejahatan terhadap rakyat dunia dan masyarakat manusia sepanjang sejarahnya; Kejahatan yang pasti tidak akan terhapus dari ingatan sejarah selama berabad-abad, dan anehnya, konsep hak asasi manusia adalah salah satu kasus penting yang melaluinya Amerika Serikat berusaha memperkenalkan dirinya sebagai tempat lahirnya demokrasi dan sebagai penuntut dapat menggantikan tertuduh dan yang tertindas. Saat ini, penjarah dan penjahat dunia, khususnya Amerika menyuarakan HAM dan melalui organisasi seperti NATO dan pembangunan pangkalan militer, berusaha menggapai ambisi ilegalnya.”
Amerika Serikat juga menjadi pelaku agresi militer dan tindakan tidak manusiawi di banyak negara. Masuknya langsung pasukan Amerika ke Kolombia pada tahun 1901, invasi Nikaragua pada tahun 1907, invasi Panama pada tahun 1912 termasuk di antara agresi Amerika.
Pendudukan Kuba antara tahun 1917 dan 1933, serta invasi ke Cina dan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, yang menyebabkan kematian tragis sekitar 220.000 orang dengan radiasi radioaktif; Ini adalah bagian lain dari kejahatan dan agresi Amerika.
Amerika Serikat di puluhan negara dan negara yang kalah dalam Perang Dunia II, seperti Jepang, Jerman dan Italia, serta di negara-negara yang membutuhkan bantuan AS dalam membangun kembali negaranya mulai mendirikan pangkalan militer.
Pada paruh kedua abad kedua puluh saja, Amerika Serikat telah merencanakan dan memimpin sekitar 100 kudeta militer dan penggulingan pemerintah, dan puluhan kali langsung menyerbu atau mengancam intervensi militer. Sejak Perang Dunia II, negara-negara yang ditaklukkan telah menjadi tempat utama intervensi dan kudeta militer, atau kuasi-kudeta dan kontra-kudeta, dan pembentukan kediktatoran militer.
Sangat mudah untuk melihat seberapa besar Amerika Serikat telah merusak kemerdekaan negara-negara dan proses pengambilan keputusan pemerintah melalui ancaman, kudeta, pendudukan militer, dan sanksi. Dalam rangkaian intervensi ini; Berbagai agen dan organisasi mata-mata AS telah secara aktif terlibat dalam merencanakan kudeta dan konspirasi untuk menggulingkan pemerintah populer, dan Amerika Serikat bertanggung jawab atas kudeta yang tak terhitung jumlahnya di dunia.
Amerika Serikat telah berulang kali melakukan intervensi secara terbuka melalui dominasi dan eksploitasi ekonomi, agresi budaya, agresi militer, perlucutan senjata, mengancam atau menggunakan kudeta militer, dan menggulingkan pemerintah nasional dan rakyat, dan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan bagian integral dari struktur dan kinerja Amerika.
Ketidakamanan kawasan Asia Barat dan pembunuhan orang oleh Amerika selama bertahun-tahun telah menjadi penyebab ketidakstabilan di kawasan ini akhir-akhir ini. Kehadiran militernya di Asia Barat telah memperburuk ketidakamanan, terorisme, dan konflik proksi dan perang di kawasan itu, bersama dengan banyak kejahatan yang tersembunyi lainnya.
Agresi ke Lebanon tahun 1958, operasi militer di Irak di perang pertama Teluk Persia tahun 1991, pendudukan Somalia, agresi dan pendudukan Afghanistan dengan dalih memburu kelompok al-Qaeda yang kemudian terbukti justru Amerika yang mempersenjata kelompok ini di tahun 2001, pendudukan Irak tanpa restu PBB tahun 2003 dan terus bercokol di Irak meski ada keputusan parlemen negaraiani, serta dukungan resmi terhadap milisi bersenjata teroris di Suriah untuk menumbangkan pemerintahan sah dan pilihan rakyat, merupakan list dari kejahatan ini.
Mengenal MRAP Toofan, Kendaraan Lapis Baja Anti-Ranjau Iran
MRAP atau Mine-Resistant Ambush Protected, sebuah kendaraan lapis baja yang anti-ranjau dan jebakan.
Rezim Apartheid Afrika Selatan di dekade 70-an pertama kali menggunakan kendaraan anti-ranjau jenis ini. Tapi apa kita kenal saat ini dengan nama MRAP, pertama kalinya diluncurkan Departemen Pertahanan AS tahun 2007 sebagai jawaban atas eskalasi ancaman bom-bom yang dipasang di pinggir jalan selama perang Irak.
Progam MRAP secara sekilas dimaksudkan untuk memperkuat kendaraan dari serangan peralatan peledak improvisasi (IED). Penggunaan MRAP oleh militer Amerika di Irak dan Afghanistan serta berkurangnya korban, membuat militer di negara lain mulai memperhatikan kendaraan lapis baja jenis ini. Hal ini karena meski ada kerusakan, tapi penumpangnya dapat diselamatkan dari cidera serius dan bahkan kematian. MRAP memainkan banyak peran seperti kendaraan pengangkut, patroli, penjaga konvoi, identifikasi tempur dan platform untuk memasang senjata.
Dalam empat dekade terakhir, terutama setelah perang yang dipaksakan, industri pertahanan Iran telah membuat perubahan besar dalam pasokan peralatan militer dan kebutuhan negara di bidang pertahanan dan membuat negara tidak membutuhkan produk dan peralatan asing. Di antara industri pertahanan untuk menjamin kebutuhan negara di bidang kendaraan lapis baja, telah mencapai prestasi penting dan dengan investasi efektif serta pemanfaatan teknologi dalam negeri, berhasil meraih prestasi cukup gemilang di bidang ini.
Kendaraan ini memiliki nilai penting dalam memenuhi kebutuhan militer khususnya dalam melindungi nyawa tentara terutama di sektor keamanan perbatasan, perang melawan kriminal dan teroris. Mengingat eskalasi penggunaan ranjau anti-kendaraan dan beragam bom pinggir jalan (IED), industri pertahanan Iran mengembangkan beragam kendaraan lapis baja anti-ranjau dan jebakan MRAP yang menjadi produk strategis di bidang pertahanan dan jaminan keamanan.
MRAP Toofan termasuk kendaraan lapis baja anti-ranjau dan jebakan produksi Iran yang menambah ketangkasan dan efektivitas pasukan bersenjata dalam melawan penjahat, teroris dan melindungi nyawa tentara. Kendaraan ini diproduksi oleh Organisasi Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan Republik Islam Iran untuk tugas-tugas dukungan tempur dan lalu lalang di wilayah perang serta daerah operasi.
MRAP Toofan, kendaraan lapis baja anti-ranjau merupakan produk pertama yang dibuat di dalam negeri dan sesuai dengan standar jenis kendaraan pelindung ini. Maket pertama MRAP Toofan dipamerkan di acara pameran peralatan polisi (IPAS) selama beberapa tahun terakhir. Untuk pertama kalinya di tahun 2016, selama pameran IPAS, kendaraan MRAP Toofan produk Iran turut dipamerkan.
Sepertinya kendaraan lapis baja ini dirancang teknisi Iran dengan mengambil contoh dari sebuah program sukses Kanada Typhoon yang dibuat Perusahaan Streit Group. Lini produksi kendaraan lapis baja ini diresmikan tahun 2018 yang disertai dengan penyerahan lima kendaraan. Menteri Pertahanan Amir Hatami di cara pameran MRAP Toofan menyatakan bahwa biaya produksi setiap satu kendaraan ini akan kurang dari 500 ribu dolar, dan biaya ini akan sangat penting dan patut diperhatika mengingat maket serupa serta akan dapat menghemat anggaran karena diproduksi di dalam negeri.
MRAP Toofan turut di acara parade Angkatan Bersenjata Iran di Tehran pada 22 September 2019. Di parade ini, MRAP Toofan bergabung dalam unit kendaraan lapis baja angkatan darat IRGC. Kendaraan ini diserahkan kepada unit perbatasan militer dan pasukan darat Sepah Pasdaran (IRGC) dan bermanfaat melindungi nyawa tentara dan pasukan perbatasan Iran Islami. Pasukan darat IRGC, polisi penjaga perbatasan dan Hashd al-Shaabi Irak adalah pengguna MRAP Toofan Iran.
MRAP Toofan, kendaraan lapis baja dengan sistem penggerak 4x4 dengan ketinggian tiga meter dan bobot 14 ton. Kendaraan ini memiliki standar perlindungan STANAG 4569 level 3. Level perlindungan ini artinya Toofan buatan Iran mampu mampu bertahan dari ancaman peluru hingga kaliber 7.62×51mm AP, ledakan 8 kg TNT di bawah badan kendaraan dan ledakan sebuah peluru 155 mm dari jarak 60 meter.
Dapat dikatakan bahwa level perlindungan ini sudah cukup bagi perbatasan Iran dan mematahkan mayoritas ancaman. Wajar jika kendaraan ini juga memiliki fasilitas dapat ditingkatkan level perlindungannya. Di bawah kerangka Toofan juga digunakan desain berbentuk V untuk menciptakan penyimpangan paling besar saat ledakan dan untuk ancaman seperti roket RPG dapat dengan mudah dipasang pelindung yang selama bertahun-tahun telah ada di Iran.
Ban MRAP Toofan dapat bergerak hingga 50 km saat kempis. Tak hanya itu kendaraan ini juga dilengkapi dengan sistem kontrol pusat ban. Motor diesel 8 silinder kendaraan ini yang didinginkan dengan air, memiliki kemampuan 260 tenaga kuda. Kecepatan maksimumnya di jalan adalah 100 km / jam dan memiliki gearbox manual 9-percepatan. MRAP Toofan memiliki kemampuan untuk melintasi rintangan, menyeberangi sungai dan saluran air dengan kedalaman 1,5 meter dan melintasi rintangan vertikal 50 cm. Toofan memiliki kemiringan 60 persen bujur dan lebar 30 persen, yang merupakan kemampuan yang baik untuk bergerak.
Toofan tersebut memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi hingga langit-langit masing-masing 7, 2,47 dan 3,01 meter. Kendaraan ini memiliki kapasitas untuk membawa satu pengemudi, komandan dan 8 tentara bersenjata. Pintu independen untuk pengemudi dan orang di samping, dan pintu untuk penumpang lain dipasang di bagian belakang mobil. Delapan proyektil untuk menembak dari dalam disediakan oleh personel, dan menara bergerak dengan ketinggian 44 cm juga dipasang di atap mobil, yang juga dapat menggunakan amunisi kaliber 14,5 mm, dan penutup pelindung dipasang di sekitar pengguna.
Untuk memberi keamanan lebih besar di kondisi penglihatan yang buruk, dua sisi di depan dan belakang kendaraan ini dilengkapi dengan kamera, dan untuk memberi kenyamanan lebih kepada penumpang, kendaraan ini dilengkapi dengan sistem ventilasi, pendingin dan pemanas ruangan. Selain itu, di Toofan dipasang kursi yang mampu menahan goncangan dan kejutan akibat ledakan.
Dua Dekade Kejahatan HAM AS di Afghanistan
Menjelang penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada September 2021, negara adidaya ini melakukan banyak kejahatan HAM di Afghanistan selama hampir dua dekade terakhir. Artikel ini akan menelisik jejak kelam tersebut.
Amerika Serikat menginvasi Afghanistan pada 7 Oktober 2001 tidak lama setelah serangan teroris 11 September 2001, yang menyerang menara kembar World Trade Center di New York City, dengan dalih memerangi al-Qaeda dan Taliban.
Selama dua dekade kehadirannya yang gagal di Afghanistan, Amerika Serikat telah melakukan banyak kejahatan terhadap kemanusiaan di negara itu yang tidak akan pernah terhapus dari ingatan sejarah rakyat Afghanistan.
Berbagai bukti faktual menunjukkan bahwa militer AS melakukan kejahatan perang, terutama selama 2003 dan 2004, dan beberapa kejahatan yang berlanjut hingga 2014.
Tidak hanya itu, beberapa kasus yang disebut sebagai kesalahan perang AS di Afghanistan harus ditambahkan ke dalam daftar kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan AS di negara Asia Selatan ini.
Pembunuhan yang dilakukan tentara AS terhadap tujuh belas warga sipil Afghanistan di distrik Panjwai Kandahar dan tubuh mereka dibakar pada 11 Maret 2012. Serangan udara AS di Médecins Sans Frontières di Kunduz pada 2015. Serangan militer terhadap pesta pernikahan di wilayah timur Afghanistan, dan penyiksaan tahanan di penjara rahasia Afghanistan, termasuk Penjara Bagram, menjadi salah satu tindakan kriminal militer AS yang selalu menuai kritik keras dari organisasi hak asasi manusia AS.
Menyusul permintaan berulang kali dari organisasi hak asasi manusia independen di dalam dan di luar Afghanistan untuk menyelidiki kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan asing di Afghanistan, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada 5 Maret 2020 sepakat untuk menyelidiki kejahatan perang dan kemanusiaan yang dilakukan pasukan AS di Afganistan. Oleh karena itu, akan dilakukan penyelidikan terhadap kejahatan AS di Afghanistan sejak 1 Mei 2003, termasuk kemungkinan peran pasukan AS di Afghanistan dalam kejahatan tersebut.
Menurut Jaksa Mahkamah Pindana Internasional (ICC) Fatou Bensouda, ada informasi tentang militer AS dan pasukan intelijen di Afghanistan yang menunjukkan bahwa mereka telah melakukan tindakan penyiksaan, kekerasan, penistaan kehormatan, pemerkosaan dan kekerasan seksual terhadap tahanan yang terkait dengan perang di Afghanistan, dan berbagai kasus lain, terutama yang terjadi pada tahun 2003 dan 2004.
Mengenai tindakan tidak manusiawi AS selama dua dekade kehadiran destruktifnya di Afghanistan, beberapa di antaranya dapat disebutkan sebagai contoh tindakan kriminal tersebut. Pada 13 April 2017, Angkatan Udara AS untuk pertama kalinya menggunakan bom non-nuklir terbesarnya di kota Achin di provinsi Nangarhar, yang mendapat reaksi negatif keras dari Afghanistan dan masyarakat internasional.
Presiden Afghanistan waktu itu, Hamid Karzai menyatakan, serangan ini bukan hanya pelanggaran terhadap kedaulatan nasional Afghanistan, tetapi juga tidak tidak menghormati tanah dan tidak lingkungan hidup negara ini, dengan konsekuensi yang mengerikan selama beberapa dekade mendatang. Menurut para ahli, di daerah Achin Nangarhar, yang menjadi sasaran bom terbesar di dunia oleh militer AS, penduduknya akan menderita akibat bom ini selama 50 tahun ke depan.
Pada 21 Agustus 2008, militer AS membom desa Azizabad di kota Shindand yang menewaskan lebih dari 90 warga sipil Afghanistan.
Kemudian, pada tanggal 5 November 2008, pejabat Kandahar mengumumkan bahwa militer AS telah menyerang sebuah pesta pernikahan di Shah Wali Kot, menewaskan 37 warga sipil dan melukai puluhan lainnya.
Ketidakperdulian AS atas tanggung jawabnya dalam berbagai serangan militer di Afghanistan, terutama dalam perang melawan terorisme, telah menyebabkan Afghanistan menghadapi fenomena terorisme Daesh dalam beberapa tahun terakhir.
Selain menghadapi Taliban, rakyat Afghanistan harus berhadapan dengan keganasan teroris Daesh yang meningkat justru ketika AS bercokol di negara ini.
Peningkatan setidaknya empat kali lipat penanaman opium dan produksi narkotika serta pasokannya ke berbagai negara dari Afghanistan juga terjadi di tengah masifnya kehadiran pasukan AS di negara itu, yang merugikan tidak hanya Afghanistan, tapi juga masyarakat internasional.
Kehadiran AS di Afghanistan selama dua dekade terakhir penuh dengan berbagai tindakan kriminal dan tidak manusiawi. Tampaknya hanya sebagian yang dapat dituntut dalam hukum internasional dan sebagian besar hanya akan dicatat dalam sejarah.
HAM AS dan Kejahatan Washington terhadap Irak
Amerika Serikat menginvasi Irak pada tahun 2003 dan selama 18 tahun bercokol di negara ini. Selama 18 tahun tersebut, Amerika banyak melakukan pelanggaran HAM di Irak.
Alasan invasi Amerika ke Irak adalah keberadaan senjata pemusnah massal yang diklaim Washington berada di Irak dan perang melawan terorisme. Namun kemudian terbukti bukan saja keberadaan senjata pemusnah massal berhasil ditemukan di Irak, dan juga perang melawan terorisme dilakukan AS, bahkan Irak berubah menjadi tempat perlindungan berbagai kelompok terorisme. Salah satu dimensi kejahatan Amerika di Irak selama hampir dua dekade adalah meletusnya beragam tragedi kemanusiaan.
Tidak ada data yang pasti mengenai korban perang Amerika di Irak. Sejumlah data menunjukkan jumlah korban tewas mencapai sekitar satu juta orang, namun sejumlah data lainnya menunjukkan korban mencapai puluhan ribu orang. George W. Bush, presiden AS di tahun 2005 menyebutkan jumlah korban tewas di Irak mencapai lebih dari 30 ribu orang, namun lembaga IRAQ Body Count menyebutkan jumlah korban tewas antara tahun 2003 hingga 2006 mencapai lebih dari 150 ribu orang.
Laporan lain dari Eropa dan AS termasuk data Body Count menyebutkan jumlah korban warga Irak hingga tahun 2008 mencapai lebih dari 87.665 hingga 95.687 orang. Meski demikian, data tersebut sekedar berkaitan dengan lima tahun pertama invasi. Selain itu, akibat perang ini, ratusan ribu warga Irak juga terluka. Sementara berdasarkan data Komisaris tinggi untuk Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR), tercatat 4,4 juta warga Irak hingga akhir 2015 menjadi pengungsi.
Bersamaan dengan dimulainya perang AS terhadap Irak di tahun 2003, dan tumbangnya rezim Saddam Hussein, lebih dari 173 ribu pasukan asing menduduki Irak di mana 150 ribunya adalah tentara AS. Ameka selama 18 tahun lalu membangun 14 pangkalan militer di Irak. Margaret Kimberley, pengamat AS di laporannya yang menyelidiki refleksi agresi AS terhadap opini publik warga Amerika menulis, “Kehadiran pasukan Amerika di Irak sebuah tragedi kemanusiaan yang kekal di sejarah umat manusia. Faktanya warisan kematian satu-satunya hadiah Amerika bagi warga Irak. Kejahatan negara ini adalah pembantaian terhadap warga Irak dan penghapusan hak kemanusiaan sebuah pelanggaran nyata HAM. Angka penyebaran kanker, kanker darah, kematian bayi di Fallujah lebih tinggi dari data di Herosima dan Nagasaki setelah pemboman nuklir tahun 1945.”
Salah satu peristiwa pahit di Irak dan hasil dari perang AS terhadap negara ini adalah eksodus sumber daya manusia mumpuni dan efektif termasuk di sektor kesehatan dan pendidikan. Berdasarkan berbagai laporan, akibat perang ini lebih dari separuh dokter Irak antara tahun 2003 hingga 2006 meninggalkan negara ini.
Sementara dampak perang bagi anak-anak Irak juga menorehkan sejarah kelam bagi negara ini, bahkan juga akan berpengaruh pada generasi mendatang. Disebutkan bahwa penggunaan uranium yang diperlemah dan fosfor putih di senjata Amerika telah mengakibatkan insufisiensi neonatus pada bayi dan kanker di Irak, khususnya di Fallujah, Provinsi al-Anbar.
Ahmad Mukhalaf Hamad, direktur humas rumah sakit Fallujah November 2020 mengatakan, “Setelah 16 tahun berlalu dari perang, setiap tahun lebih dari seribu anak Irak di kota Fallujah terlahir cacat akibat penggunaan senjata terlarang oleh Amerika di perang ini. Anak-anak Fallujah dilahirkan dengan satu mata atau tanpa mata, dan juga organ di luar tubuh atau tanpa kepala dan dua kepala.”
Penjara Abu Ghraib pada awalnya terkenal di dunia karena kejahatan Saddam Hussein dan rezim Baath dalam menyiksa atau mengeksekusi kubu oposisi terutama warga Syiah, tapi tahun 2004 dan setelah invasi Irak oleh Amerika, terbukti bahwa militer AS memanfaatkan penjara ini untuk menyiksa tahanan Irak. Hal ini terkuak setelah Televisi CBS di progam 60 menitnya merilis gambar dan video penjara Abu Ghraib. Peristiwa di penjara ini juga bagian lain dari kejahatan Amerika terhadap rakyat Irak dan menunjukkan militer AS bahkan terlibat beragam kejahatan terhadap tahanan Irak.
Salah satu kejahatan akibat invasi Amerika dan bahkan dilakukan tentara negara ini adalah perusakan dan pencurian warisan budaya berharga Irak. Misalnya selama aksi perampokan setelah tumbangnya Baghdad, pencurian warisan bersejarah berharga dan manuskrip dari museum nasional Baghdad menarik perhatian berbagai media.
Museum ini termasul salah satu dari lima pusat penting penyimpanan warisan bersejarah dunia. Awalnya diperkirakan sekitar 170 ribu potongan barang antik dicuri dari museum ini, tapi kemudian terbukti bahwa banyak perbendaharaan utama museum sejak sebelumnya telah dikemas dengan rapi dan diangkut ke tempat yang tidak jelas.
Paul Zimansky, dosen arkeologi Timur Dekat di Universitas Boston terkait perampokan Museum Baghdad mengatakan, “Kami sangat liar. Kami merusak sistem dan hukum. Para kriminal merampok dan kami hanya menyaksikan.”
Iyad Hassan Abdu Hamza, direktur Lembaga Pelestarian Warisan Bersejarah Irak, November 2020 mengatakan, “Banyak warisan budaya di seluruh Irak yang selama beberapa tahun lalu rusak. Ketika tentara AS masuk ke Irak pada tahun 2003 dan menduduki negara ini, warisan budaya Irak mengalami kerugian besar dan bahkan tentara AS menggunakan sejumlah pusat warisan budaya dan bersejarah sebagai pangkalan militernya.”
Ia juga mengkonfirmasi kerusakan 80 persen warisan bersejarah dan pusat bersejarah Irak di tangan militer Amerika Serikat dan kelompok teroris Daesh (ISIS).
Salah satu dampak penting perang AS di Irak adalah terbentuknya berbagai kelompok Takfiri di negara ini. Berbagai riset terkait fenomena buruk ini telah dilakukan, tapi dokumen paling jelas adalah statemen Mantan presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa terorisme di Irak bentukan Amerika.
Irak setelah invasi AS di tahun 2003 menjadi salah satu negara kelahiran kelompok teroris. Amerika dengan dalih melawan penggunaan senjata pemusnah massal, yang kemudian tidak pernah terbukti kebenarannya, menyerang Irak, tapi invasi ini mengubah kelompok Takfiri sebagai salah satu pemain penting di bidang keamanan serta menimbulkan korban jiwa dan materi yang besar kepada Irak. Kejahatan kelompok Takfiri di Irak hasil dari teladan perilaku AS di negara ini. Menurut pandangan mayoritas pejabat Irak, klaim AS saat ini mengenai perang kontra terorisme sekedar kedok untuk melemahkan kekuatan muqawama di Irak.
Tak diragukan lagi, salah satu kejahatan nyata dan penting AS di Irak adalah teror terhadap para komandan muqawama termasuk Syahid Qasem Soleimani, komandan pasukan Quds IRGC, Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Hashd al-Shaabi pada Januari 2020. Amerika melakukan kejahatan ini di dekat bandara udara Baghdad dengan melanggar kedaulatan Irak. Setelah kejahatan ini, isu pengusiran militer AS dari Irak menjadi tuntutan publik negara ini, namun sampai saat ini Amerika menolak melakukannya.
Tentunya membahas kejahatan Amerika di Irak tak akan habis hanya dengan beberapa lembar tulisan. Apa yang telah dijelaskan di atas hanya sekelumit dari kejahatan AS di Irak.
Persahabatan dalam Perspektif Imam Jawad
Ahlul Bait as di setiap zamannya merupakan sosok teladan masyarakat yang menyampaikan ajaran suci Rasulullah Saw dan membimbing masyarakat menuju kesempurnaan.
Malam ini, Kadzimain Irak, menjadi salah satu tempat yang paling ramai dikunjungi para peziarah. Alunan doa dan rintihan pilu terdengar dilantunkan para peziarah makam Imam Jawad. Suasana yang hampir sama terjadi di kompleks malam Imam Ridha dengan memperhatikan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Dari berbagai tempat, paara pencinta Imam Jawad melantunkan doa ziarah khusus untuk beliau.
Imam Muhammad Jawad lahir pada bulan Rajab 195 H dan mereguk cawan syahadat pada hari terakhir bulan Dzulqaidah tahun 220 H. Beliau menjadi imam di usia delapan tahun melanjutkan ayahnya yang syahid.
Imam Jawad sebagaimana ayahnya Imam Ridha memainkan peran penting dalam menjaga dan menyebarkan nilai-nilai agama Islam di tengah masyarakat. Beliau menyebarkan ilmu al-Quran, akidah, fiqh, hadis, dan ilmu keislaman lainnya.
Imam Jawad menyampaikan berbagai solusi dalam kehidupan sosial masyarakat, termasuk dalam interaksi hubungan sosial. Dalam sebuah hadits, beliau berkata, "Berinteraksi dan bergaul dengan orang-orang pandir dan durhaka akan menyebabkan kerusakan moral, sedangkan bergaul dengan orang-orang bijaksana dan berakal akan menyebabkan pertumbuhan dan kesempurnaan moralitas."
Agama Islam memiliki banyak petunjuk bagi kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, termasuk mengenai persahabatan dan karakteristik teman yang baik. Islam menganjurkan kita untuk berteman dengan orang-orang yang religius, yaitu orang-orang yang memiliki komitmen tinggi terhadap moralitas dan agamanya. Sebab, orang yang tidak memiliki komitmen terhadap kewajiban Allah, maka dia tidak tidak akan memiliki komitmen kepada temannya, dan orang yang tidak mematuhi perintah Allah tidak akan mematuhi kewajiban kepada temannya.
Memandang orang-orang religius yang baik mengingatkan kita kepada Allah sehingga kita lebih mengingat-Nya dalam interaksi sosial dengan mereka. Mereka senantiasa menjaga hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, dan selalu memperhatikan hubungan sosial dengan sesama makhluk hidup. Peningkatan spiritualitas berkorelasi dengan peningkatan hubungan sosial dengan sesama makhluk.
Imam Jawad menganjurkan untuk bergaul dengan teman-teman yang baik, dengan mengatakan, "Bertemu dan bergauil dengan teman-teman dan saudara-saudara [ yang baik] akan menyucikan hati dan mencerahkannya, serta akan menyebabkan berkembangnya kecerdasan dan kebijaksanaan. Meskipun itu bisa dilakukan dalam waktu singkat,".
Ciri lain dari seorang teman yang baik adalah sikap bijaksana. Dalam pendidikan Islam, sahabat yang bijaksana sangat berharga sehingga dianggap sebagai sumber kebahagiaan dan kesuksesan manusia. Seseorang yang memiliki teman yang bijaksana akan menikmati berkah besar dalam hidupnya. Oleh karena itu, harus menghargai berkah yang berharga itu dan memanfaatkan keberadaan teman yang berharga tersebut dengan baik.
Teman yang bijak membawa vitalitas spiritual, keamanan dan kedamaian, karena berteman dengan orang bijak akan memberikan manfaat yang diperoleh dari kecerdasan dan kebijaksanannya. Seorang teman yang bijaksana adalah obat penyembuh berbagai masalah sosial Dia dapat melakukan pelayanan terbesar kepada temannya di saat-saat kritis dan berbahaya dalam hidup dan menyelamatkannya dari kejatuhan dan kesengsaraan dengan kecerdasannya. Oleh karena itu, Imam Syi'ah kesembilan, Imam Jawad mengatakan dalam hal ini. "Ada tiga sifat dalam diri setiap manusia yang menyebabkan ia tidak menyesali pekerjaan yang dilakukannya yaitu: tidak terburu-buru, berkonsultasi dengan teman yang bijak, dan bertawakal kepada Allah ketika ia memutuskan untuk melakukan sesuatu,".
Oleh karena itu, berkonsultasi dengan teman yang bijak akan mendapatkan manfaat dari pendapatnya yang bermanfaat dan akan efektif dalam mempererat persahabatan. Sebab dengan berkonsultasi seseorang akan memberikan kepribadian dan rasa hormat kepada teman-temannya, dan tentunya rasa hormat terhadap orang lain akan meningkatkan rasa cinta di antara mereka.
Spirit kerja sama kolektif antarsesama manusia akan mendorong munculnya rasa cinta dan persahabatan. Jiwa manusia akan tumbuh subur dalam naungan persahabatan dan membuat manusia lebih merasakan manisnya kehidupan dan tidak merasa kesepian.
Selain itu, memanfaatkan bantuan dan bimbingan teman dalam hidup akan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah dan keberhasilan dalam mencapai tujuannya. Sebagaimana dikatakan dalam pepatah,"Seribu teman sedikit, dan satu musuh banyak." Sebab persahabatan merupakan kebutuhan spiritual manusia, sekaligus kebutuhan sosial yang menjadi faktor saling ketergantungan antarindividu dalam masyarakat.
Dengan demikian, seorang Muslim harus memperkuat hubungan sosialnya dengan orang lain dan mempererat hubungan dengan saudara-saudara seagamanya, karena mengasingkan diri dari orang-orang dan menjauhkan diri dari mereka memiliki konsekuensi yang tidak positif. Dalam hal ini, Imam Jawad mengatakan, "Tiga hal yang akan menarik kecintaan orang lain kepadamu, bersikap adil dalam berinteraksi, bersimpati dengan mereka dalam kesulitan maupun kemudahan, dan memiliki hati yang sehat."
Memilih teman yang baik membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Memilih teman yang baik memainkan peran paling mendasar dalam kesuksesan manusia di berbagai bidang kehidupan, dan mengabaikannya atau tidak memperhatikan masalah ini menyebabkan kesengsaraan dan kerugian. Teman yang baik akan membantu seseorang untuk mencapai cita-cita hidup yang sebenarnya, sedangkan teman yang buruk menjauhkan manusia dari kesuksesan dan membawa menuju kehancuran dan kerusakan.
Imam Mohammad Taqi Jawad menjelaskan ajaran ilahi dalam masalah persahabatan yang terinsipasi dari al Quran dan hadis Rasulullah SAW dengan mengatakan, "Jauhkan diri dari persahabatan dengan orang jahat, karena orang jahat itu seperti pedang telanjang yang memiliki penampilan yang indah dan efek yang menjijikkan." .
Dalam nasihatnya ini, Imam Jawad menunjukkan bahwa seorang Muslim harus menghindari bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang buruk dan rusak secara moral, karena bergaul dengan mereka seperti itu menabur benih-benih keburukan moral dalam tubuh manusia yang akan menyebabkan manusia menderita murka dan siksaan ilahi.
Akhir kata, kita memohon kepada Allah swt supaya memberikan kekuatan untuk mengenali sahabat yang baik dan jalan yang benar, sehingga kita dapat mencapai kesempurnaan moral yang Allah tetapkan bagi kita bersama orang-orang yang saleh.
Kisah Pernikahan Surgawi
Kisah pernikahan Imam Ali as dan Sayyidah Fatimah as penuh dengan keindahan seperti kisah perkawinan Rasul saw dan Sayyidah Khadijah as.
Ini adalah kisah pernikahan antara dua cahaya dan pernikahan yang penuh dengan berkah samawi. Setelah sekian abad, semua orang, bahkan non-Muslim, mengenal dua pribadi agung ini dan keutamaan mereka. Mungkin tidak perlu lagi kami sebutkan kisah kelahiran mereka.
Tiga tahun setelah peristiwa mi`raj Nabi saw, pada tanggal 20 Jumadits Tsani tahun kelima bi`tsah, ibunda para imam suci lahir dan cahayanya memenuhi bumi hingga langit. Para penghuni langit pun bersukaria menyambut kelahiran bayi mulia ini.
Nama-nama putri Nabi saw dan penjelasan maknanya akan menghabiskan berlembar-lembar kertas. Para sejarawan, sesuai dengan kemampuan mereka, telah menuliskan nama-nama putri Nabi saw dalam karya-karya mereka. Kitab-kitab seperti Biharul Anwar dipenuhi oleh cahaya nama-nama Fatimah as. Sayyid Abdur Razzaq Muqram dalam makalahnya menulis makna nama-nama Sayyidah Fatimah as dengan bersandarkan riwayat para imam ahlul bait. Salah satunya adalah riwayat dari Imam Shadiq as:
"Fatimah as mempunyai sembilan nama di sisi Allah SWT: Fatimah, Shiddiqah, Mubarokah, Thahirah, Zakiyah, Radhiyah, Mardhiyah, Muhaddatsah dan Az-Zahra`..."
Referensi Syiah dan Sunnah – dengan adanya perbedaan - telah menukil peristiwa pelamaran tersebut. Mereka mengatakan beberapa orang sahabat di Madinah, seperti Abu Bakr, Umar bin Khattab, Abdur Rahman bin Auf telah datang menghadap Rasulullahuntuk melamar Fatimah sa; namun Rasulullah memberikan jawaban bahwa pernikahan putrinya ada di tangan Allah dan menunggu kehendak dan keputusan-Nya.
Sebagian kaum Muhajirin berkata kepada Ali as, Mengapa engkau tidak melamar Fatimah Sa? Ia menjawab: Demi Allah, aku tidak memiliki apapun. Mereka berkata, bahwa Rasulullah saw tidak menghendaki apapun darimu. Akhirnya Ali menemui Rasulullah saw, namun ia pun tak dapat mengutarakan niatnya karena rasa malu yang menghinggapinya. Untuk ketiga kalinya, akhirnya ia melamar Fatimah Sa.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw berkata, "Wahai Ali! Sebelum engkau datang, sudah banyak pria yang menghadapku untuk melamar Sayidah Fatimah sebagai isterinya, tapi Fatimah menolak mereka semua. Tunggulah di sini, seperti yang lain. Aku akan ke dalam menanyakan pendapat Fatimah."
Rasulullah Saw menemui Fatimah dan berkata, "Fatimah, engkau telah mengenal Ali bin Abi Thalib dari sisi kedekatan keluarga, keutamaan dan keislamannya. Aku memohon kepada Allah Swt untuk mengawinkanmu dengan makhluk terbaik dan paling dicintai Allah Swt ini. Kini, Ali telah melamarmu. Apa pendapatmu?"
Fatimah kemudian terdiam, tapi ia tidak memalingkan wajahnya. Rasulullah Saw sendiri tidak melihat wajah Fatimah menunjukkan ketidaksukaan. Akhirnya Nabi Saw berdiri dan berkata, "Allahu Akbar. Diamnya Fatimah merupakan tanda kerelaannya."
Ketika itu juga Malaikat Jibril turun dan berkata, "Wahai Rasulullah! Nikahkan Fatimah dengan Ali. Allah menerima Fatimah untuk Ali dan sebaliknya, Ali untuk Fatimah." Akhirnya Rasulullah Saw menikahkan Ali dengan Fatimah. Setelah mempersiapkan segala sesuatu, keduanya dinikahkan oleh Rasulullah pada tanggal 1 Dzulhijjah tahun kedua Hijriyah.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw memanggil Bilal Habasyi dan berkata kepadanya, karena sekarang adalah pernikahan putriku dan anak pamanku, maka saya menyukai sunnah umatku yaitu mengadakan walimah (jamuan makan) saat pernikahan. Pergilah dan sediakanlah satu kambing dan lima mud (satuan ukuran Arab) gandum untuk mengundang kaum Muhajirin dan Anshar.
Bilal pun menyiapkannya dan membawanya ke hadapan Rasulullah dan beliau meletakkan di depannya. Dengan perintah Rasulullah, masyarakat datang ke masjid secara kelompok perkelompok dan setelah makan, mereka pergi sampai kesemuanya mendapatkan makanan dan masih ada sedikit makanan yang tersisa. Rasulullah memberikan berkah makanan yang sedikit itu dan berkata kepada Bilal, bawalah makanan ini untuk para wanita dan katakan, makanlah makanan ini dan berilah makan orang-orang yang bersama kalian dengan makanan tersebut.
Image Caption
Setelah walimatul ‘arusy, Rasulullah Saw bersama Ali as pergi ke rumahnya dan memanggil Fatimah sa. Ketika Fatimah datang, ia melihat suaminya bersama Rasulullah. Rasulullah berkata kepadanya, mendekatlah. Fatimah mendekati ayahnya. Iapun memegang tangan keduanya dan saat hendak meletakkan tangan Fatimah ke tangan Ali, ia berkata, Demi Allah, yang mana aku tidak melalaikan hak-Mu dan memuliakan firman-Mu. Aku menikahkanmu dengan orang paling terbaik dari keluargaku dan demi Allah aku telah menikahkanmu dengan orang yang menjadi penghulu dunia dan akhirat dan termasuk orang yang salih… pergilah ke rumah kalian. Allah memberkati kalian atas pernikahan ini dan memperbaiki urusan kalian.
Rasulullah Saw berkata kepada asma' binti Umais, bawakanlah bajana hijau untukku. asma’ pun berdiri dan membawakan sebuah bejana yang penuh dengan air dan membawanya ke hadapannya. Nabi Saw mengambil segenggam air dan memercikkannya di atas kepala Sayidah Fatimah dan telapak satunya mengambil air dan mengusapkan ke tangannya dan kemudian memercikkannya ke leher dan badannya. Kemudian berkata, Ya Allah! Fatimah dariku dan aku dari Fatimah. Sebagaimana Engkau jauhkan kotoran dariku dan menyucikanku sesuci-sucinya, maka sucikanlah ia. Kemudian dia berkata supaya meminum air dan membasuh mukanya dengan air tersebut dan berkumur-kumur. Kemudian beliau meminta air dari bejana lain dan memanggil Ali dan beliau melakukan hal yang serupa dan berdoa dengan doa yang sama dan kemudian beliau berkata, semoga Allah mendekatkan hati kalian, menciptakan kasih sayang, memberkati keturunan kalian dan memperbaiki urusan-urusan kalian.
Sayidah Fatimah bukan saja pendamping hidup bagi suaminya tapi beliau juga mitra dalam urusan spiritual. Ketika Imam Ali as ditanya Rasulullah Saw, bagaimana engkau menilai Fatimah? Imam Ali as menjawab, "Ia adalah sebaik-baiknya penolong dalam ketaatan kepada Allah."(Biharul Anwar, jilid 43, hal 117)
Sayidah Fatimah adalah istri yang tidak pernah meminta sesuatu di luar kemampuan suaminya. Dalam hal ini beliau berkata kepada Imam Ali as, "Aku malu kepada Tuhanku bila aku meminta sesuatu kepadamu sementara engkau tidak mampu memenuhinya."(Amali Syeikh Thusi, jilid 2, hal 228).
Imam Ali dan Sayidah Fatimah adalah pasangan yang tiada duanya. Mengenai kehidupan mereka, Rasulullah Saw bersabda, "Jika Allah tidak menciptakan Ali maka Fatimah tidak memiliki pasangan yang sekufu baginya."(Yanabi'ul Mawaddah, hal 177 dan 237).
Selain dalam keluarga, sayidah Fatimah juga memainkan peran penting dalam masyarakat terutama meningkatkan budaya dan pemikiran masyarakat ketika itu. Beliau juga memberikan kontribusi terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi umat Islam di masanya.
Kapal Perang Roudaki, Perkuat Kemampuan Iran di Laut Bebas
Angkatan Laut, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC dalam beberapa tahun terakhir melakukan percepatan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas kerja dengan menambahkan berbagai jenis kapal mulai dari kapal cepat hingga kapal peluncur rudal, serta berbagai jenis kapal logistik dan peralatan tempur lain seperti beragam drone.
Pada tahun 1399 Hijriah Syamsiah atau awal 2020, AL IRGC juga melakukan inovasi dalam bidang perkapalan yang selain mampu menambah kemampuan pertahanan efektif dan pencegahan bagi Iran, ia juga bisa menjalankan tugas di perairan bebas untuk melindungi kapal-kapal dan nelayan negara ini. Komandan AL IRGC Laksamana Pertama Alireza Tangsiri pada 19 November 2020 dalam acara peluncuran kapal Ocean Going Vessel (OGV) atau kapal lintas-samudera Shahid Roudaki, kepada pasukan AL IRGC menegaskan bahwa melindungi negara Islam tidak mengenal batas.
Ia menuturkan, “Berdasarkan arahan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, AL adalah pasukan strategis, dan tidak mengenal batas. Hukum laut internasional memberi kesempatan kepada AL untuk berlayar hingga jarak 12 mil di setiap negara.” Pertama kali pada 22 September 2020 Laksamana Pertama Alireza Tangsiri berbicara tentang bergabungnya sebuah kapal laut lintas-samudera yang mampu membawa beragam persenjataan, helikopter, dan drone ke AL IRGC, dan dua bulan kemudian menjadi jelas yang dimaksud adalah kapal perang Shahid Roudaki.
Menurut Laksamana Pertama Alireza Tangsiri, kapal perang ini akan digunakan untuk mengarungi lautan di Samudera Hindia. Lebih lanjut Laksamana Pertama Tangsiri menjelaskan, “Kapal-kapal dagang dan tanker kita di perairan bebas selalu menghadapi ancaman atau suatu peristiwa terjadi yang membahayakan mereka, hal ini tidak bisa diterima. Menjaga keamanan kapal-kapal ini adalah tugas kami, dan itu akan kami laksanakan dengan penuh kekuatan.”
Kapal perang Shahid Roudaki dengan nomor lambung L 110-1, merupakan hasil perubahan fungsi dan penyempurnaan dari sebuah kapal kargo. Proses ini memberi kesempatan kepada AL IRGC untuk tetap bisa memperkuat armada lautnya dengan biaya terjangkau. Kapal perang Shahid Roudaki awalnya merupakan kapal kargo buatan Italia bernama Galaxy F, kemudian setelah mendapatkan sedikit perombakan selama tiga bulan di kompleks produksi kapal Bandar Abbas, ia berubah menjadi kapal tempur terbesar yang dimiliki AL IRGC.
Kapal perang ini memiliki panjang 150 meter, dan lebar 22 meter, dengan bobot 12.000 ton, dan kecepatan maksimum kapal 14 knot atau sekitar 26 kilometer per jam. Kapal ini merupakan prestasi besar bagi AL IRGC karena kemampuannya berlayar dalam waktu yang cukup lama, dan radius yang cukup jauh. Sebelumnya kapal perang Shahid Roudaki merupakan kapal jenis roll on – roll off atau kapal Ro-Ro, maka dari itu kapal ini dilengkapi dengan pintu rampa yang dihubungkan dengan jembatan bergerak untuk memasukkan kendaraan ke dalam kapal Ro-Ro, untuk membongkar dan memuat kendaraan dari dermaga penyeberangan ke kapal dan sebaliknya, sehingga ia cocok digunakan untuk keperluan militer.
Kapal perang Shahid Roudaki bisa mengangkut puluhan kendaraan biasa, kendaraan tempur lapis baja beroda, dan kapal cepat, dan membantu operasi peperangan amfibi. Kemampuan kapal perang Shahid Roudaki membawa peralatan tempur ini lebih besar dari kapal-kapal amfibi lain semacam Lark, Lavan, dan Tonb milik AL Militer Iran, atau kapal pendarat (landing craft) milik IRGC.
Pintu rampa kapal perang Shahid Roudaki bisa mempercepat proses bongkar atau muat barang. Kapal ini juga memiliki kemampuan untuk menjadi lokasi lepas landas dan mendarat helikopter serta drone, juga bisa digunakan untuk melakukan langkah awal intelijen, dan di masa depan diharapkan bisa digunakan sebagai kapal mata-mata seperti kapal Iran, Saviz di perairan-perairan yang jauh.
Kapal Shahid Roudaki juga bisa digunakan sebagai kapal induk yang memasok keperluan logistik perahu-perahu atau unit-unit yang berada di bawah kontrolnya, seperti air, bahan bakar, bahan makanan, dan perlengkapan lainnya. Karena ia memiliki beberapa lantai yang luas, pintu rampa yang menghubungkan setiap tingkat, dan pintu rampa masuk serta keluar, memungkinkan kapal Shahid Roudaki membawa sejumlah perahu cepat biasa atau bersenjata, dan tidak membutuhkan mesin derek untuk menaikkan atau menurunkan perahu. Kapal ini juga mampu ditempati ratusan tentara AL yang akan melaksanakan operasi penugasan.
Helikopter-helikopter di atas geladak kapal Shahid Roudaki bisa memberikan dukungan udara dekat kepada unit-unit operasi. Kapal Shahid Roudaki dilengkapi dengan radar susunan berfase tiga dimensi, sistem perang elektronik, sistem rudal jelajah permukaan ke permukaan, permukaan ke udara, dan mampu mengangkut helikopter, drone dan perahu cepat. Di kapal ini terdapat sebuah pintu rampa di sebelah kanan kapal yang sebenarnya merupakan pintu masuk dan keluar, serta tempat bongkar dan muat barang.
Pintu rampa ini menyebabkan kapal Shahid Roudaki mampu memuat peralatan-peralatan yang diperlukan di atas geladaknya, selain itu ia juga mampu membawa kendaraan-kendaraan amfibi pengangkut personel dan memainkan peran sebagai sebuah kapal yang cocok untuk operasi amfibi. Kemampuan melaksanakan operasi amfibi dengan membawa kendaraan-kendaraan amfibi pengangkut personel di samping kemampuan melaksanakan operasi permukaan dengan menggunakan rudal jelajah laut, dan yang lebih penting kemampuan membela diri dengan sistem pertahanan rudal Sevom Khordad, di antara karakteristik utama dan terpenting kapal perang Shahid Roudaki.
Kemampuan operasi amfibi bukan satu-satunya kemampuan kapal perang Shahid Roudaki, kapal ini di bidang pertempuran permukaan ke permukaan juga dilengkapi dengan empat peluncur rudal yang masing-masing bisa meluncurkan dua rudal jelajah laut. Jika menembakkan rudal jelajah Ghadir, ia bisa menempuh jarak sampai 300 kilometer hingga menghantam target dan kapal musuh. Kemampuan membela diri dari beragam ancaman termasuk ancaman udara, termasuk karakteristik lain kapal perang Shahid Roudaki.
Sistem rudal Sevom Khordad yang secara otomatis dilengkapi radar dan kendaraan peluncur rudal TELAR (transporter erector launcher and radar) memungkinkan kapal Shahid Roudaki bisa menangkal ancaman udara seperti jet tempur, drone dan persenjataan jarak jauh. Drone yang ditempatkan di atas geladak kapal Shahid Roudaki adalah drone Ababil 2 yang merupakan drone bunuh diri di lingkungan AL IRGC. Geladak kapal yang luas membuka kesempatan kepada kapal Shahid Roudaki untuk menampung sejumlah banyak drone bunuh diri yang siap menjalankan operasi.
Kapal lintas-samudera Shahid Roudaki menambah sejumlah kemampuan baru bagi AL IRGC, pertama, selain memiliki kemampuan tempur di berbagi bidang, kapal Shahid Roudaki juga memberikan kemampuan strategis lain kepada AL IRGC, yaitu melaksanakan tugas di perairan jauh.
Dengan bergabungnya kapal Shahid Roudaki ke AL IRGC, maka jangkauan tugas pasukan ini yang sampai sekarang hanya sebatas wilayah Teluk Persia, diperluas hingga perairan bebas dan wilayah utara Samudera Hindia. Hal ini selain menambah kemampuan pertahanan khusus bagi Iran, juga memberikan kemampuan pencegahan dan keunggulan maritim yang bisa menjamin hak para pelaut dan nelayan Iran yang bekerja hingga ke perairan bebas.
Kedua, Iran sekarang mendapatkan pengalaman berharga dalam pembuatan kapal dan perahu perang. Akan tetapi langkah Iran mengubah fungsi kapal kargo raksasa menjadi kapal perang, semakin mendekatkan negara ini kepada kemampuan memproduksi kapal-kapal raksasa yang mampu memberikan dukungan logistik dan tempur.