کمالوندی

کمالوندی

 

Banyak dari masyarakat Muslim terusir dari negaranya dan menjadi pengungsi karena perang dan ambisi negara-negara Barat. Mereka menanggung kesulitan dalam perjalanan ke Eropa dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Dinas-dinas intelijen Barat dan beberapa negara Arab memanfaatkan situasi sulit yang dihadapi pengungsi dan mereka merekrut sejumlah pemuda untuk menjadi anggota kelompok-kelompok teroris. Langkah ini bertujuan untuk memajukan konspirasi dan ambisi Barat di negara-negara konflik.

Sejumlah pemuda Muslim di Eropa yang bergabung dengan kelompok teroris, merupakan umpan terbaik untuk memenuhi kepentingan dinas-dinas intelijen Barat, yang berusaha maksimal untuk merusak Islam.

Untuk melawan kampanye anti-Islam ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengirim sepucuk surat kepada para pemuda Eropa dan Amerika Utara pada 21 Januari 2015. Rahbar dalam pesannya itu menjelaskan tentang faktor-faktor sosial dan politik terorisme.

Surat ini telah diterbitkan dalam delapan bahasa dunia. Ia memainkan peran penting dalam menyadarkan masyarakat dunia dan menggagalkan propaganda anti-Islam yang dilakukan Barat dengan alasan terorisme.

Dalam perspektif Ayatullah Khamenei, alasan mendasar terorisme di Barat karena adanya pemikiran berbau kekerasan di masyarakat Barat. Hal ini terbentuk melalui sekumpulan pandangan dan ideologi yang kemudian melahirkan standar ganda dalam kebijakan Barat, membagi teroris dengan baik dan buruk, serta memprioritaskan kepentingan penguasa ketimbang nilai-nilai kemanusiaan dan etika.

Pemikiran seperti itu telah menciptakan kekerasan senyap akibat pemaksaan budaya Barat atas bangsa-bangsa lain.

Pengungsi tertahan di perbatasan salah satu negara Eropa. (Dok)
"Dalam pandangan saya, langkah pertama untuk membangun keamanan dan ketenangan adalah dengan mereformasi mentalitas yang melahirkan kekerasan ini. Selama standar ganda mendominasi kebijakan Barat, dan selama terorisme dibagi di mata pendukungnya yang kuat ke dalam kategori baik dan buruk, dan selama kepentingan pemerintah diberi prioritas di atas nilai-nilai kemanusiaan dan moral, akar terorisme seharusnya tidak dicari di tempat lain," jelas Ayatullah Khamenei.

Lingkungan budaya yang tidak sehat dan penuh kekerasan di Barat serta kebencian akut yang muncul akibat diskriminasi, telah menstimulasi sejumlah warga Eropa ke arah kekerasan dan kelompok-kelompok teroris.

Barat juga merendahkan budaya-budaya yang kaya meskipun mereka tidak memiliki kapasitas untuk menjadi alternatif. Belum lagi, budaya Barat menyimpan dua komponen negatif yakni agresivitas dan amoral. Pemikiran ini menyebarkan benih kebencian terhadap komunitas Muslim di Barat sebagai kelompok yang paling rentan.

Selain ketimpangan sosial dan dampak-dampak pelecehan budaya suku bangsa lain oleh negara-negara Barat, surat kedua Ayatullah Khamenei juga menyoroti dimensi lain terbentuknya kekerasan senyap di masyarakat Barat. Kekerasan senyap ini berakar pada kebijakan era imperialisme, konspirasi, dan intervensi asing di negara-negara Islam pada abad ke-19 dan 20.

Pada masa imperialisme, Barat menyemai benih-benih ekstremisme di tengah suku Badwi Arab dan di era modern, mereka membentuk kelompok Daesh untuk menciptakan kehancuran di negara-negara Muslim.

Surat Ayatullah Khamenei memperingatkan bahwa langkah-langkah reaktif, tidak akan membuahkan hasil apapun kecuali peningkatan polarisasi yang telah ada, sekaligus membuka pintu bagi munculnya berbagai krisis baru di masa mendatang.

“Setiap gerakan sensasional dan tergesa-gesa yang membuat masyarakat Muslim Eropa dan Amerika Serikat – yang terdiri dari jutaan manusia aktif dan bertanggung jawab – menjadi terisolasi maupun khawatir dan gelisah, membuat mereka terhalang dari hak-hak asasinya serta menjadikan mereka terkucil dari ranah sosial, bukan hanya tidak menyelesaikan masalah, tapi justru akan semakin memperlebar jarak dan meningkatkan permusuhan,” tulis Ayatullah Khamenei dalam suratnya kepada pemuda Barat.

Sejauh ini korban terbesar aksi tergesa-gesa menyikapi isu terorisme adalah warga Muslim, terutama yang berdomisili di negara-negara Barat.

Barat juga mengadopsi standar ganda terhadap gerakan kebangkitan di Dunia Islam dan memberi dukungan mutlak kepada rezim Zionis Israel meskipun terlibat pembantaian di Palestina.

Menurut Ayatullah Khamenei, standar ganda dan dukungan Barat kepada rezim Zionis telah mengakibatkan pemaksaan perang, penyebaran terorisme, pendudukan, dan rasa tidak aman bagi masyarakat regional dan internasional.

Donald Trump percaya bahwa Obama dan Hillary sebagai pembentuk Daesh.
Amerika Serikat dan kekuatan-kekuatan Eropa selama bertahun-tahun juga mendukung rezim diktator Arab. Dukungan ini menyulut sentimen anti-Barat di tengah bangsa-bangsa Arab dan Muslim di kawasan yang menuntut kebebasan.

Jadi, standar ganda dan sikap kontradiksi Barat telah menciptakan ruang bagi penyebaran pemikiran radikal dan ekstrem.

Mengenai kontribusi pemikiran Barat bagi terbentuknya terorisme, dosen di hauzah dan universitas di Iran, Hassan Rahimpour Azghadi menuturkan, "Hari ini ada kebutuhan mendesak untuk mendefinisikan terorisme, karena ribuan pemuda Muslim di Eropa dengan label 'teroris' berada di bawah penyiksaan. Pasca peristiwa 11 September, Barat membunuh jutaan orang dan mengejar agenda untuk meneror Islam dan menakut-nakuti kaum Muslim."

Menurutnya, definisi Barat tentang terorisme merupakan bentuk dari tindakan teror itu sendiri. Setiap individu Muslim mengetahui bahwa mengintimidasi atau membunuh orang tanpa proses hukum yang adil adalah perbuatan haram. Jadi, akar terorisme bukan Islam, tetapi hubungan internasional yang tercipta di masa sekarang.

Rahimpour Azghadi menambahkan, hubungan saat ini di kancah internasional telah melahirkan benih-benih teroris. Terorisme negara telah muncul yang kemudian diikuti oleh teroris non-negara, karena hubungan internasional saat ini benar-benar tidak adil dan bahkan komposisi Dewan Keamanan PBB disusun sepihak.

"Islam menolak kekerasan. Agama ini mewajibkan jihad dan qisas untuk melawan terorisme. Jelas keliru jika Barat memperkenalkan kedua unsur ini sebagai faktor pemicu kekerasan. Islam menganggap perang melawan penjajah sebagai jihad dan tentu saja ada kerangka akhlak yang sudah ditetapkan untuk ini," ujarnya.

Ayatullah Khamenei mengajak para pemuda Barat untuk berpikir dan mencari kebenaran sejati dengan menggugah hati nurani dan kemanusiaannya.

"Karena itu, saya ingin kalian kaum muda meletakkan dasar untuk interaksi yang benar dan terhormat dengan Dunia Islam berdasarkan pada pemahaman yang benar, wawasan yang mendalam, dan mengambil pelajaran dari pengalaman yang mengerikan. Dengan demikian, dalam waktu yang tidak lama lagi, kalian akan menyaksikan bangunan yang dibangun di atas pondasi kokoh ini yang menciptakan keyakinan dan kepercayaan bagi para pendirinya, memberikan kehangatan keamanan dan kedamaian kepada mereka, dan menyalakan harapan bagi masa depan yang cerah yang menerangi planet ini." 

 

Salah satu alasan negara-negara Eropa mengadopsi pendekatan negatif terhadap imigran Muslim adalah karena perbedaan identitas dan budaya mereka dengan budaya Eropa.

Kebanyakan warga Muslim di Eropa tidak menerima secara penuh budaya Barat dan belum terintegrasi secara utuh di tengah masyarakat Eropa. Realitas ini bertentangan dengan keinginan para pemimpin Eropa.

Ada dua pendekatan yang berbeda dalam memperlakukan komunitas Muslim di Eropa. Pertama, penekanan pada multikulturalisme dan pendekatan ini tampaknya diterapkan di negara-negara Eropa seperti Inggris. Masyarakat Muslim dipandang sebagai minoritas dengan identitas sendiri dan totalitas yang terintegrasi.

Dan kedua, pendekatan integratif (pembauran/penyatuan) di mana mendapat dukungan dari beberapa negara Eropa seperti Perancis. Pendekatan ini menginginkan pemberian hak-hak yang kelihatan setara dengan warga asli Eropa kepada minoritas agama termasuk Muslim dan meng-eropakan mereka (eropaisasi).

Para pendukung pendekatan integratif ingin menyatukan masyarakat Muslim ke dalam struktur budaya dan peradaban Eropa. Dalam pandangan pemerintah Eropa khususnya Perancis dan Inggris, Islam dapat dibagi menjadi Islam radikal dan moderat.

Pendekatan ini berusaha mengelompokkan Muslim ke dalam istilah moderat dan radikal, dan kemudian mendukung kelompok Islam moderat. Para pemimpin Islam moderat juga akan menerima pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai Eropa.

Dalam upaya eropaisasi imigran Muslim, media-media dan think tank (wadah pemikiran) Eropa melakukan propaganda luas untuk menunjukkan bahwa Islam radikal itu benar-benar nyata dan menjadi lawan dari Islam moderat.

Barat menyebut kelompok-kelompok teroris yang berafiliasi dengan Arab Saudi seperti Al Qaeda, Daesh, dan Front al-Nusra sebagai kubu Islam radikal, sementara Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan para politisi Arab jebolan Barat diperkenalkan sebagai kelompok Islam moderat.

Di Eropa sendiri, pemerintah mendirikan lembaga-lembaga budaya dan Islamic Center untuk membuktikan keberadaan Islam moderat. Pembangunan Islamic Cultural Center di Belgia dan Dewan Pusat Muslim di Jerman adalah contoh dari kebijakan Eropa untuk menyatukan masyarakat Muslim dengan peradaban Eropa.

Dewan Agama Islam Perancis (CFCM) juga didirikan sebagai perwakilan masyarakat Muslim dalam berinteraksi dengan pemerintah Perancis. Lembaga dengan fungsi yang sama juga dibentuk di Inggris.

Negara-negara Eropa yang pro-integrasi imigran Muslim juga mengalokasikan dana riset untuk lembaga-lembaga, yang bertugas menjelaskan masalah pembauran imigran Muslim ke dalam masyarakat Eropa.

Di Perancis, setiap individu Muslim harus menerima prinsip-prinsip sekuler dan dalam mendefinisikan identitasnya, ia harus memperkenalkan dirinya sebagai warga Perancis, dan setelah itu baru berbicara tentang identitasnya sebagai Muslim.

Di negara itu, program integrasi meminta imigran Muslim untuk berkomitmen dengan nilai-nilai republik. Di Jerman, mereka diminta untuk setia pada nilai-nilai Jerman atau nilai-nilai liberal.

Sementara itu, negara-negara seperti Inggris dan Belanda menerapkan pendekatan multikulturalisme. Pemerintah tampaknya menerima keberagaman identitas ketimbang mengupayakan pembauran identitas.

Meski beberapa negara Barat seperti Inggris dan Amerika Serikat menerima multikulturalisme, namun saat ini banyak pihak di Barat mengkritik pendekatan tersebut. Dosen Universitas Harvard, Robert Putnam menuturkan, "Dispersi budaya menyebabkan tidak terbentuknya komunitarianisme (gagasan yang meyakini bahwa individu bukan aktor yang lepas dari lingkungannya) dan perpecahan di antara masyarakat Muslim dan Inggris meningkat."

Banyak riset mencatat bahwa pendekatan integrasi dan asimilasi pendatang Muslim di masyarakat Eropa telah gagal dalam banyak kasus. Kajian yang dilakukan Profesor Maria Haberfeld menunjukkan bahwa ada penolakan terhadap identitas Eropa di antara seluruh lapisan sosial dan ekonomi Muslim dan hanya tujuh persen dari Muslim di Inggris yang memperkenalkan dirinya sebagai warga Inggris, sementara 81 persen dari mereka lebih memilih menyebut dirinya Muslim.

Menurut sebuah survei tentang Muslim Inggris pada 2016, semakin banyak warga Muslim yang merasa dirinya tidak terkait dengan masyarakat Eropa. Sepertiga responden mengatakan bahwa mereka merasa memiliki banyak kesamaan dan ikatan yang lebih besar dengan Muslim di negara-negara lain ketimbang dengan masyarakat non-Muslim Inggris.

Jadi, peningkatan sentimen anti-imigran di antara pemerintah-pemerintah Eropa akan memperkuat rasa keterasingan dan ketidakcocokan imigran Muslim dengan masyarakat Eropa.

Penelitian menunjukkan bahwa kelompok sayap kanan dan anti-imigran memainkan peran utama dalam memperbesar pendekatan negatif terhadap imigran Muslim di Eropa.

Kelompok sayap kanan ekstrem Inggris dalam sebuah aksi protes. (Dok)
Sayap kanan ekstrem biasanya menguasai 10 persen suara di Austria, Belgia, Denmark, Perancis, dan Italia, dan sekitar 20 persen suara di Finlandia dan Norwegia. Angka ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir di sebagian negara Eropa.

Dalam situasi seperti ini, rasa keterasingan warga Muslim dengan masyarakat Eropa merupakan reaksi alami mereka yang hidup di tengah sebuah budaya yang berlawanan.

Imigran Muslim di Perancis, Jerman, Belgia, dan negara-negara Eropa lainnya telah menciptakan "masyarakat paralel" dan lebih tertarik pada praktik-praktik keagamaan dan norma-norma budaya di negara asal mereka daripada budaya dan adat-istiadat negara-negara Eropa.

Pendekatan diskriminatif pemerintah Eropa dan pengucilan komunitas paralel ini telah membuat mereka rentan terhadap perekrutan oleh kelompok-kelompok radikal.

Pendekatan diskriminatif ikut mempersulit proses integrasi sosial-budaya Muslim di tengah masyarakat Eropa, dan rasa keterasingan ini telah meningkatkan kerentanan imigran Muslim dari propaganda sa

 

Perjalanan para imigran Muslim ke Eropa mulai disoroti dari aspek keamanan dan ini menjadi salah satu tantangan bagi mereka. Pemerintah-pemerintah Eropa dengan mempolitisasi isu keamanan, berusaha memperoleh simpati publik, menjawab masalah krisis identitas di Eropa, dan menerapkan pembatasan ekstrim bagi imigran.

Pemerintah Eropa memandang isu migrasi sebagai ancaman keamanan demi melegitimasikan kebijakannya untuk melawan para pengungsi dan pencari suaka, sekaligus memperoleh dukungan publik.

Dengan begitu, kebijakan yang tidak bisa diterapkan dalam situasi normal, sepertinya akan memperoleh legalitas dan menjustifikasi perilaku ekstra-yudisial dan bahkan tindakan represif pemerintah Eropa terhadap imigran Muslim dengan alasan menjamin keamanan nasional.

Pengalaman mencatat bahwa pemerintah Eropa secara sengaja mempolitisasi isu ancaman keamanan dalam kasus-kasus seperti, masalah imigran Muslim. Dengan cara ini, mereka ingin memperluas kekuasaan dan wewenangnya dengan dalih melawan apa yang disebut gangguan keamanan dari sisi imigran Muslim.

Secara umum dan dari sudut pandang teoritis, rasa tidak aman bukanlah sebuah persoalan yang selalu datang dan pasti, tetapi tergantung pada situasi dan kondisi, dan definisi rasa tidak aman juga akan berbeda-beda. Rasa tidak aman terkadang sengaja diciptakan oleh penguasa dan kemudian berpura-pura mengatasinya.

Di Eropa, penguasa mengesankan fenomena seperti migrasi dan pencarian suaka sebagai gangguan keamanan sehingga bisa menerapkan kebijakan ekstrim untuk menghadapi imigran Muslim. Kebijakan ini akan menambrak banyak aturan hukum humaniter internasional jika diterapkan dalam situasi normal.

Sekuritisasi atau politisasi isu keamanan ini akan mempengaruhi banyak aspek lain seperti, masalah budaya, bahasa, kondisi kesehatan imigran, dan bahkan perbedaan mereka dengan penduduk asli, dan pada akhirnya persoalan utama terlupakan begitu saja.

Negara-negara Eropa ingin melepas tanggung jawabnya mengenai penyelesaian masalah para imigran di wilayah mereka dengan mengangkat isu-isu lain. Untuk lari dari tanggung jawab ini dan menjustifikasi pembatasan ekstrim, pemerintah Eropa justru menuduh para imigran telah menyalahgunakan kebebasan yang ada di Benua Biru.

Mengaitkan masalah imigran dan pencari suaka dengan isu keamanan sebenarnya bertentangan dengan kepentingan pertumbuhan ekonomi Eropa. Politisasi isu keamanan juga akan meningkatkan harapan publik Eropa agar pemerintahan mereka memperluas kebijakan pembatasan terhadap pendatang.

Padahal, negara-negara Eropa akan memperoleh keuntungan ekonomi dengan kedatangan imigran. Negara-negara industri Eropa membutuhkan tenaga kerja murah untuk menggerakkan roda ekonominya dan ini akan menguntungkan pengusaha setempat. Penerapan pembatasan ketat terhadap imigran justru akan meningkatkan kekhawatiran tentang pelanggaran HAM.

Ketika negara-negara Eropa pada 1970-an memberlakukan serangkaian larangan resmi mengenai migrasi tenaga kerja, masalah pendatang juga menjadi perdebatan di antara para pejabat Eropa.

Eropa kemudian menerapkan pembatasan penerimaan imigran menyusul kampanye besar-besaran tentang peningkatan kejahatan, pelanggaran hak-hak individu, pengangguran, masalah sosial, ancaman budaya dan agama, serta ketidakstabilan politik.

Dengan demikian, isu pendatang telah bergeser dari masalah sosial menjadi masalah keamanan. Misalnya, dalam upaya mengaitkan isu pendatang dengan keamanan pasca pemilu Inggris pada 2005, pemimpin partai konservatif Michael Howard berbicara tentang hubungan pencari suaka dengan terorisme.

Howard dalam sebuah pidato pada 29 Maret 2005 mengatakan, "Saat ini kita menghadapi ancaman teroris nyata di Inggris, ancaman terhadap keselamatan kita, cara hidup kita, dan kebebasan kita. Tapi kita sama sekali tidak tahu siapa yang datang atau meninggalkan negara kita. Ada seperempat juta pencari suaka yang gagal tinggal di negara kita hari ini. Tidak ada yang tahu siapa mereka atau di mana mereka berada. Untuk mengalahkan ancaman teroris, kita perlu tindakan, bukan ucapan. Tindakan untuk mengamankan perbatasan kita."

Saat ini, sekuritisasi migrasi dan masalah ancaman keamanan telah menjadi sebuah isu yang umum di tingkat Uni Eropa dan negara-negara Eropa. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi juga mengakui bahwa migrasi dan pencarian suaka di Uni Eropa telah bergeser menjadi isu keamanan.


PBB dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa munculnya kekhawatiran baru bagi negara-negara dunia, terutama pasca peristiwa 11 September 2001, telah menggeser masalah pencarian suaka ke isu keamanan. Para pencari suaka bukannya dianggap sebagai korban, tapi dicitrakan sebagai pemicu rasa tidak aman.

Di Uni Eropa, banyak dari pejabat politik terutama ultra-nasionalis sayap kanan dan kubu konservatif secara terbuka berbicara tentang hubungan migrasi dengan terorisme dan ekstremisme. Mereka secara sadar atau tidak mengaitkan masalah migrasi dengan banyak ancaman sosial di Eropa termasuk terorisme.

Inggris dengan standar ganda ingin mengesankan bahwa mereka tidak begitu mengaitkan persoalan migrasi dengan isu keamanan dibanding negara-negara lain Eropa. Pemerintah Inggris mencoba memperoleh dukungan publik sehingga memiliki tenaga kerja dengan upah murah. Namun, pemerintah juga perlu meredam kekhawatiran publik terkait bahaya keamanan yang mungkin ditimbulkan oleh imigran.

Meski demikian, Inggris mengadopsi undang-undang anti-terorisme baru pada musim gugur 2001. UU ini akan memungkinkan pemerintah untuk menahan atau mengusir pendatang yang dicurigai terlibat aktivitas terorisme. Pada musim dingin 2001, Inggris telah mengumpulkan banyak informasi pribadi dari para imigran Muslim.

Menariknya, paling tidak setengah dari para terduga teroris yang ditangkap di Inggris di bawah undang-undang baru anti-teror bukan warga asing, tetapi warga Inggris sendiri. Katakanlah jika semua terduga teroris yang ditangkap adalah warga asing, apakah pengusiran mereka dari Inggris akan menjadi cara efektif mengurangi ancaman atau tidak?

Isu ini sempat menjadi sebuah perdebatan penting di parlemen Inggris, terutama antara tahun 2002 hingga 2004. Banyak anggota parlemen mendorong pemerintah untuk mengubah pendekatannya terkait penangkapan atau pengusiran terduga teroris.


Arus imigran dianggap akan memperburuk krisis identitas di Eropa, dan persoalan ini mulai menjadi tema perdebatan di kancah politik. Para politisi Eropa menyoroti isu-isu yang berhubungan dengan eksistensi, homogenitas etnis, dan identitas budaya di Eropa serta krisis identitas.

Namun, para pemimpin Eropa bukannya mencari solusi yang rasional dan praktis untuk memecahkan masalah itu, tetapi malah mengangkat isu keamanan dalam kaitannya dengan arus imigran. Menurut pemerintah Eropa, imigran Muslim adalah salah satu faktor yang memperlemah peradaban Barat, tradisi-tradisi nasional, dan homogenitas sosial Eropa. Jika tren ini dibiarkan, maka identitas negara-negara Eropa akan berubah.

Oleh karena itu, masyarakat Eropa umumnya memperkenalkan imigran Muslim sebagai warga asing yang berbahaya. Pemerintah dan media-media Eropa memanfaatkan isu terorisme untuk mengambil pendekatan keamanan terhadap imigran dan menghubungkan fenomena migrasi dengan terorisme.

Banyak pemerintah Eropa memandang imigran sebagai perusak tatanan sosial dan memperlemah peradaban Barat. Menurut mereka, imigran akan merusak tradisi nasional dan keseragaman masyarakat Eropa. Mereka menganggap pendatang bukan sebagai orang asing dan pekerja murah, tetapi unsur yang akan mengubah demografi masyarakat Eropa. 

 

Di masa-masa awal Islam, perjuangan besar Nabi Muhammad Saw melahirkan revolusi besar di dunia.

Nabi Muhammad Saw mengusung prinsip mengenai martabat manusia, kebebasan, keadilan, penghapusan diskriminasi sosial dan transformasi moral dengan poros agama Islam.

Periode sepuluh tahun kehadiran Nabi Muhammad di Madinah adalah salah satu periode pemerintahan paling cemerlang dalam sejarah manusia. Sebuah era ketika sistem Islam didirikan serta model aturan agama diciptakan dan disajikan oleh Rasulullah Saw untuk semua tempat dan waktu.

Faktanya, revolusi yang diusung Nabi dan sistem barunya menjadi peta jalan bagi orang-orang yang mencari bimbingan untuk menemukan jalan terbaik  dalam kehidupannya. Nabi Muhammad Saw membangun sistem sosialnya di Madinah dengan indikator yang jelas dan menyampaikannya kepada umat manusia. Sejak itu, banyak orang telah menulis dan meneliti untuk mengenali  kepribadian beliau yang hebat ini.

Para orientalis termasuk di antara cendekiawan yang banyak membahas masalah Islam dan kehidupan Nabi Muhammad Saw yang seringkali dikaitkan dengan motif politik atau tujuan budaya tertentu.

Pertumbuhan Islam yang begitu cepat, dan daya tarik luar biasa dari kepribadian Nabi Muhammad Saw menyebabkan beberapa pendeta Eropa berbicara tentang Nabi, bukan karena ketulusan dan keadilan, tetapi untuk mendiskreditkan ajaran dan metodenya. Padahal sosok agung beliau tidak membutuhkan pujian atau penolakan, karena kehadirannya sendiri menjadi cahaya matahari yang menerangi dunia ini.  Sebagaimana digambarkan Alquran dalam surat al-Ahazab ayat 45 dan 46 sebagai berikut:

"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, serta pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan juga menjadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya untuk jadi cahaya yang menerangi,".

 Pada acara sebelumnya telah dibahas buku Profesor Annemarie Schimmel berjudul "And Muhammad Is His Messenger". Dalam mengenalkan Nabi Islam, orientalis Jerman ini tidak membatasi diri pada apa yang dikatakan dan didengar, melainkan berusaha menyingkap tirai dan mencari kedalaman karakternya dengan mengutip fakta sejarah dan bukti Alquran.

Schimmel dalam karyanya ini menunjukkan manifestasi transenden dan spiritual Nabi Islam. Oleh karena itu, ia menyebut dendam dan hinaan sebagian orang Barat terhadap Nabi tidak rasional dan menyedihkan. Islamolog Jerman ini menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai matahari yang bersinar terang. Ia berkata:

"Nur Mohammadi bersinar terang menyinari kehidupan. Tuhan menganugerahkan cahayanyatidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu saja, tapi menyinari dunia melalui Nabi-Nya. Dia adalah cahaya penerang yang mengungkap sebagian dari dunia gaib dan dimanifestasikan di alam semesta. Cahaya ini muncul pada Adam dan kemudian pada nabi-nabi lain sampai sempurna dalam diri Muhammad dan berbagai fenomena penciptaan selesai dalam dirinya."

Di sini, Schimmel juga menarik perhatian dengan mengungkapkan, "Meskipun Muhammad mencapai pencerahan tingkat tinggi, tetapi dia tetap menjadi hamba Tuhan dan makhluk-Nya. Inilah yang menjadi inti ajaran Muslim dalam salatnya, ketika mereka bersaksi tentang misi risalahnya, pertama-tama mengakui bahwa Muhammad adalah hamba Tuhan. Wajah manusiawi Nabi selaras dengan kebenaran spiritualnya. Para sufi menggunakan terma Nur Muhammadi dalam interpretasi sastra sufistik yang indah dan memuji kualitas kemanusiaannya."

Di salah satu bab karyanya yang berjudul, "And Muhammad Is His Messenger", Schimmel mengkaji kebenaran kenabian. Menurutnya, seseorang yang diutus oleh Tuhan untuk membimbing umatnya haruslah terpuji dan memiliki kualitas karakter moral yang sangat baik seperti jujur dan amanah.

Dia menulis, "Muhammad menghindari tradisi penyembahan berhala di Mekah sejak usia dini dan menghindari berpartisipasi dalam permainan teman-teman mudanya. Oleh kareana itu,mengikut Muhammad (Saw) itu penting karena ia terbebas dari segala kesalahan dan dosa serta mampu menjadi teladan bagi masyarakat, bahkan dalam hal-hal terkecil sekalipun.

Dia tidak pernah membiarkan debu dosa mengendap di jiwanya yang suci. Muhammad adalah contoh dari manusia sempurna yang berhasil mengatasi naluri dan nafsu duniawinya. Dia melaksanakan perintah Tuhan dalam setiap momentum kehidupan, dengan pikiran dan tindakannya. Oleh karena itu, setan tidak berdaya menghadapinya.

Kualitas manusia sempurna ini juga tercermin dalam doa-doa yang dibaca umat Islam. Mereka memohon kepada Tuhan supaya menghiasinya dengan kualitas moral indah yang sama dari Muhammad. Ciri-ciri Muhammad begitu unik sehingga para ulama menekankan bahwa untuk menjaga rasa hormat kepada Nabi, beliau tidak boleh dibandingkan dengan para raja dan pejabat atau politisi dunia lainnya."

Di bagian lain bukunya, Profesor Schimmel menganggap mukjizat Nabi Islam sebagai manifestasi dari karakter spiritualnya. Ia berkata, "Alquran adalah mukjizatnya yang luar biasa. Kitab suci ini tidak hanya mengacu pada atribut dan amalan luhur Nabi, tetapi juga menceritakan tentang beberapa peristiwa misterius dalam hidupnya. Para mufasir Alquran, ulama terkenal, serta sufi dan penyair dalam Alquran telah menemukan konten yang sesuai dan menciptakan cerita maupun teks yang indah darinya,".

Dia menambahkan, "Muhammad sebagai Umi adalah kejutan lain yang menambah ruang lingkup mukjizatnya. Pasalnya, bagaimana seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis menemukan pengetahuan yang akurat tentang peristiwa masa lalu dan masa depan? Pengetahuan langsungnya dari Tuhan memungkinkan Nabi mengetahui segala sesuatu di dunia, bahkan masa depan, kemudian menciptakan transformasi besar dalam kehidupan manusia,".

Dengan mempelajari kehidupan Nabi Islam secara cermat, Shimmel menerima pesan Alquran bahwa Nabi adalah rahmat bagi semesta alam. Dia menulis, "Berdasarkan ayat Alquran ini, orang beriman meyakininya tanpa ragu-ragu. Sebab, mereka tahu bahwa Nabi mereka dapat menghidupkan hati yang telah mati dan menjadi tempat  berlindung para pecintanya. Para penyair Muslim telah menemukan gambaran indah untuk menggambarkan karakter Nabi, dan  berbicara tentang kasih sayangnya dan rahmat ilahi dengan cara yang menyenangkan," 

Dari sudut pandang profesor Jerman ini, kebesaran Nabi bisa dipahami bahkan dari namanya. Nama-nama seperti Muhammad dan Ahmad memiliki tempat khusus di kalangan para tokoh besar dunia. Penyair seperti Attar Neyshabouri dan Jami memiliki deskripsi yang indah tentang nama-nama ini dan atribut lain yang melekat pada Nabi. Umat Islam memberikan tempat khusus untuk nama Nabinya demi mendapatkan berkah beliau.

Mereka tidak menyebut nama Nabi dan merujuknya tanpa mengirimkan salam dan shalawat kepadanya. Salawat kepada Nabi telah menemukan tempat khusus di kalangan Muslim dalam sholat dan kehidupan umat Islam. Salawat adalah doa yang menunjukkan kemuliaan Nabi. Orang-orang percaya sepenuhnya memahami  bahwa shalawat kepada Nabi Muhammad Saw akan memberikan berkah yang melimpah dalam kehidupan mereka.

Dengan kajiannya yang mendalam mengenai budaya dan peradaban Islam, Schimmel menyebut Islam sebagai anugerah besar dari Nabi di tengah gegap-gempita media Barat yang memandang Islam dengan kacamata pejoratif. ia menulis, "Saya sangat menyayangkan di kalangan Barat memandang Islam dari sudut pandang negatif. Padahal Islam memiliki tingkatan tinggi yang harus diperhatikan lebih cermat. Agama Muhammad telah menarik hati jutaan orang dan menjadi agama perdamaian, ketentraman dan keadilan. Agama ini mengutuk terorisme dan pembunuhan manusia,".

Sarjana terkemuka Jerman ini menyimpulkan dalam bukunya, "Ungkapan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa sendiri memuji utusannya adalah kata yang mempersulit pekerjaan para penyair  dan penulis. Sebagaimana dikatakan pemikir Mesir, Busiri, salah satu mukjizat Nabi Muhammad (Saw) adalah ketidakmampuan bahasa yang tidak bisa mengungkapkan apa yang pantas disandangnya."

Shalawat dan salam kepada utusan terakhir Allah swt, Nabi Muhammad Saw, yang merupakan rahmat bagi seluruh alam semesta 

 

Buku berjudul “And Muhammad Is His Messenger”, atau “Dan Muhammad adalah Utusan-Nya”, merupakan buku berharga karya orientalis asal Jerman, Annemarie Schimmel.

Tokoh-tokoh besar yang mempengaruhi dunia dengan pemikirannya adalah bintang bersinar di jagad raya yang tetap lestari dalam lembaran kehidupan umat manusia, setara dengan tingkat pengaruhnya. Orang-orang ini dikenal seiring perkembangan zaman, melalui tangan para ilmuwan dan pemikir yang mempelajari karya-karya mereka.
 
Pribadi agung dan Ilahi, Nabi Muhammad Saw menjadi figur utama dari sebuah peradaban besar umat manusia. Manusia agung ini selalu dipuji oleh para pengikutnya, dan para ilmuwan menciptakan karya-karya yang tak terhitung jumlahnya tentang sosok besar ini. Nabi Muhammad Saw juga dipuji dan menjadi pusat perhatian para orientalis dan non-Muslim.
 
Di pendahuluan buku yang diberi judul “Dan Muhammad adalah Utusan-Nya”, orientalis Jerman, Annemarie Schimmel menulis, “Buku ini adalah hasil kecintaan saya selama 40 tahun kepada pribadi Nabi Umat Islam. Pada dekade kedua kehidupan, pertama saya mengenal makna Muhammad sebagai seorang tokoh spiritual dan hal itu membuat saya sangat jatuh hati padanya. Di tahun-tahun yang sarat dengan aktivitas jiwa itu, di antara buku-buku yang menarik hati dan menginspirasi saya adalah buku karya sejarawan Bangladesh, Syed Ameer Ali berjudul 'The Life dan Teachings of Mohammed', dan hasil penelitian cerdas Andrae. Di masa kuliah di Universitas Berlin saya juga menikmati lantunan syair Suleyman Celebi tentang Nabi Muhammad Saw. Selama bertahun-tahun di tengah aktivitas penelitian, saya menyadari bahwa Nabi Muhammad, Utusan Tuhan itu adalah orang terakhir dari silsisah nabi-nabi yang membawa agama dan wahyu pamungkas. Sebuah agama yang menghimpun seluruh ajaran agama-agama langit, pada saat yang sama membangun fondasi umum dari awal dengan keaslian dan kemurnian pertamanya.”
 
Annemarie Schimmel sejak muda gemar mempelajari kajian Timur dan Islam, di kemudian hari ia memberikan pencerahan tentang hakikat agama Islam di negara-negara Barat. Islam yang dikenal Schimmel selama setengah abad, jauh berbeda dengan Islam yang dipahami oleh para ilmuwan Eropa atau para pendeta Kristen yang asing terhadap Islam. Mereka ingin menyimpangkan wahyu dan menggambarkan Nabi Muhammad Saw sebagai sosok ekstrem dan haus perang.
 
Schimmel menyebut hal ini sebagai peristiwa pahit dan menyiksa, dan setelah mengkaji Islam ia menulis, “Islam adalah sebuah keyakinan yang dipahami orang-orang Barat dengan sangat buruk, agama ini dituduh dengan berbagai tuduhan tak benar oleh orang-orang yang tidak kenal Islam, dan tendensius.” 
 
Annemarie Schimmel menulis ratusan buku tentang budaya, ajaran, Irfan serta tokoh-tokoh Islam dalam bahasa Jerman, Inggris dan Arab. Salah satu karya Schimmel adalah buku berjudul “Dan Muhammad adalah Utusan-Nya”. Buku ini ditulis dalam bahasa Jerman dan Inggris, dan dari semua karyanya, tampak jelas bahwa pemikir Jerman ini memahami dengan baik kedudukan tinggi Nabi Muhammad Saw di atas semua nabi lainnya.
 
Cakrawala luas orientalis Jerman ini, menyoroti berbagai dimensi berbeda dari sosok Nabi Muhammad Saw. Ia meletakkan berbagai sudut pandang para pemikir non-Muslim di samping pencerahan ahli Irfan Islam, dan mengungkapnya dalam bingkai kata menakjubkan untuk para pembaca. Kata-kata Annemarie Schimmel dalam buku ini jauh dari fanatisme dan upaya mencari ketenaran.
 
Para pembaca buku Schimmel, “Dan Muhammad adalah Utusan-Nya” adalah warga negara Barat yang non-Muslim. Dalam bukunya Schimmel berusaha menunjukkan aspek spiritual dan kemanusiaan Nabi Muhammad Saw, untuk membersihkan gambaran keliru orang-orang Barat tentang tokoh agung ini, dan menunjukkannya sebagai nabi rahmat dan cinta kasih.
 
Kelebihan Annemarie Schimmel adalah banyak melakukan perjalanan ke wilayah-wilayah Muslim, dan pemahamannya tentang kecintaan mendalam umat Islam terhadap Nabi Muhammad Saw. Ia menulis, “Mengikuti sunah Muhammad dan memperhatikan perilaku serta kebiasaan baik Nabi, mendorong setiap Muslim untuk memujinya. Lewat perilaku mulia inilah Rasulullah selalu segar di benak umatnya. Ia menguasai hati dan jiwa umat Islam.”
 
Mengutip Arthur Jeffery, seorang penulis asal Australia, Annemarie Schimmel menulis, “Orang-orang Kristen secara irasional telah menyakiti umat Islam. Masalah ini dikarenakan ketidakmampuan orang-orang non-Muslim memahami kesucian dan keagungan sosok Nabi Muhammad Saw.” Schimmel percaya bahwa Barat menyampaikan pandangan-pandangan tak adil tentang Nabi Muhammad Saw, seorang nabi yang menurutnya sebagai nabi paling sukses dalam menciptakan kebangkitan agama di muka bumi.
 
Schimmel mengatakan,  “Di masa kita hidup, bagi Barat yang selama bertahun-tahun menganggap Islam tidak ada, kebangkitan dan pengenalan baru umat Islam terhadap dirinya, sungguh mencengangkan. Akan tetapi pengenalan diri baru ini mendorong Barat untuk memahami lebih baik budaya umat Islam, beberapa pemikiran asasi agama, dan sosial Islam. Saya juga ingin menunjukkan kepada para pembaca non-Muslim bahwa Muhammad adalah teladan terbaik dan model bagi setiap manusia yang ingin mengikuti seluruh perilaku dan kebiasaan hidupnya. Kecintaan umat Islam kepada Nabi Muhammad Saw sangat kuat, dan dalam. Di sepanjang masa begitu banyak laki-laki yang menghormatinya, dan menjadikannya perantara. Lakab-lakab paling mulia disematkan kepadanya. Nabi ini sampai akhir masa akan tetap menjadi teladan kebaikan bagi kehidupan semua orang yang bersaksi di setiap shalat bahwa dia sebenar-benar utusan Tuhan.” 
 
Pada bab pertama buku “Dan Muhammad adalah Utusan-Nya”, Annemarie Schimmel menyinggung kompetensi Nabi Muhammad Saw dan menuturkan, Nabi Muhammad tenggelam dalam lautan pemikiran, dan pencarian sesuatu yang lebih tinggi dan lebih tepat dari tradisi serta kebiasaan di zamannya. Terkadang ia pergi ke Gua Hira di dekat Mekah, dan di sana, tempat ia mengalami ketersingkapan Ilahi untuk pertama kalinya, menenggelamkan jiwa dan di sana pulalah wahyu Ilahi diturunkan. Muhammad berkata, dan dalam ayat Al Quran juga beberapa kali diingatkan bahwa ia seorang manusia.
 
Manusia yang keunggulan khususnya adalah kapasitas menerima wahyu Tuhan, dan kekhususan ini dianugerahkan kepadanya. Muhammad sadar semua yang sampai kepadanya tidak lain rahmat yang tak tergambarkan dari sisi Tuhan. Ia adalah orang terpilih yang menjadi perantara sampainya rahmat kepada manusia. Dua kalimat syahadat “Asyahadu ala ilaha ilallah wa Asyhaddu anna Muhammada Rasulullah” menjelaskan cara hidupnya dalam dua dimensi, individu dan sosial yang bagi para penganut agama merupakan sesuatu yang kredibel dan memberi solusi secara hukum. Dengan kata lain, perilaku Muhammad bagi masyarakat memiliki kredibilitas dan standar tertinggi.
 

Saat mengenalkan Nabi Muhammad Saw, Schimmel mengatakan, Nabi Muhammad selain sebagai manusia paling berakhlak mulia, juga memiliki penampilan yang baik dan menawan. Keindahan fisik Nabi Muhammad adalah cermin keindahan batinnya, karena Tuhan menciptakannya sempurna secara jasmani maupun rohani. Semerbak wangi Nabi Muhammad Saw menjadi sumber hikayat ini bahwa ketika Nabi Muhammad pergi menemui Tuhan di malam Isra Mikraj, setetes keringat dari wajahnya jatuh ke bumi menumbuhkan bunga yang wangi. Sifat-sifat mulia akhlak Nabi Muhammad Saw menjadi sumber inspirasi seni para penyair, sastrawan, dan ahli Irfan untuk melukiskan dirinya. 
 
Dalam pandangan orientalis Jerman, jika para pembaca di Barat yang kebanyakan memiliki sudut pandang keliru tentang Muhammad, memahami bahwa di semua kabar dan laporan, sifat Muhammad yang paling menonjol adalah sabar dan kasih sayang, pasti mereka akan terkejut. Banyak sumber yang menunjukkan kasih sayang Muhammad terhadap kaum papa, dan mengabarkan kasih sayang Nabi Islam itu. Hidup sederhana yang dijalani Muhammad dan keluarganya juga menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat. Kasih sayang tak terhingga yang ditunjukkan Muhammad meliputi seluruh manusia.
 
Kecintaannya pada anak-anak telah menjadi buah bibir. Mereka memberi salam kepadanya di gang-gang, dan bermain dengannya. Dalam hal ini kita juga tidak boleh melupakan penghormatan tinggi Nabi Muhammad Saw kepada para ibu.
Annemarie Schimmel terkait kemampuan Nabi Muhammad Saw dalam menggabungkan urusan dunia dan akhirat menulis, dimensi lain dari hidup Muhammad adalah penyatuan agama dan pemerintahan, dalam pandangan Islam, Nabi Muhammad memanfaatkan sarana duniawi untuk mendakwahkan pesan Ilahi sehingga dapat membimbing masyarakat ke jalan kebahagiaan.
 
Kemampuan ini telah menambah keluhuran derajat dan hakikat kenabian Muhammad. Terinspirasi dari teladan ini, umat Islam, berbeda dengan kaum liberal Barat, tidak memisahkan agama dan politik. Secara umum dapat dikatakan, Nabi Muhammad dalam perang dan damai, dalam perjalanan dan tinggal, dalam agama dan dunia, dalam setiap fase kehidupan dan kerja keras, menjadi teladan sempurna kemanusiaan dan spiritualitas. Apapun yang dilakukannya menjadi teladan abadi

 

Media Eropa dan AS selama bertahun-tahun gencar menanamkan Islamofobia pada masyarakat di negara-negara tersebut.

Mereka memperkenalkan Islam kepada masyarakatnya sebagai agama kekerasan, dan agama pedang. Pada Abad Pertengahan, sejumlah penulis Barat mulai menulis tentang Islam dengan warna yang bias dan miring, tetapi tidak berhasil karena orang Kristen dan Yahudi, yang telah hidup berdampingan dengan Muslim melihat persahabatan dan kemakmurannya di dunia Islam.

Para orientalis kemudian terus mempropagandakan sentimen anti-Islam dengan menggunakan kemajuan media massa, terutama di industri percetakan yang mencapai puncaknya setelah terjadi peristiwa 11 September 2001.

Nabi Muhammad SAW  sebagai cermin utuh dari keindahan dan kemuliaan Tuhan Yang Maha Kuasa,  Yang Maha Esa, dan Maha Agung, Pencipta segala keindahan.

Berdasarkan teks Alquran, Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang penuh kasih dan utusan perdamaian yang menebarkan rakhmat untuk alam semesta. Kelembutan dan perilaku damai Nabi Muhammad SAW ini telah menjadi salah satu strategi paling sukses beliau dalam menarik orang dan menaklukkan hatinya.

Dalam surat at-Taubah ayat 128, Allah swt menyebutkan kasih sayang, rahmat, dan kebaikan Nabi Muhammad SAW sebagai berikut, "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,". 

Kepribadian agung Nabi Muhammad SAW menjadi jawaban yang kuat terhadap setiap serangan musuh terhadap Islam. Dalam situasi ini, siapapun yang berpikir rasional dan bebas akan mengabaikan setiap propaganda miring media Barat mengenai islam dan Rasulullah Saw.

Profesor Carl Ernst termasuk di antara mereka yang bergabung dengan gerakan tersebut dan mengambil posisi untuk membela Islam dan Nabi Muhammad Saw. Profesor Carl Ernst adalah Profesor Studi Keagamaan di Universitas North Carolina.

Ia lahir pada tahun 1950 di Amerika Serikat. Ernst menerima gelar sarjana dalam studi "Perbandingan Agama" dari Universitas Stanford pada tahun 1973, dan menyelesaikan studi pascasarjana di bidang yang sama di Universitas Harvard, hingga akhirnya meraih gelar doktor pada tahun 1981.

Profesor Amerika terkemuka ini percaya bahwa pandangan Barat tentang Islam bias menindas, dengan kebencian dan kurangnya pemahaman tentang Islam. Oleh karena itu, ia menganggap tugasnya untuk menulis buku "Following Muhammad: Rethinking Islam in the Contemporary World" sebagai upaya untuk menanggapi tren ini.

Dalam pengantar buku tersebut, Profesor Ernst menunjukkan bahwa dia bukan seorang Muslim, dan berkata,"Saya bukan Muslim, tetapi posisi sebagai non-Muslim tidak menghalangi saya untuk menyingkap fakta dan tidak membela pengabaian terhadap Alquran dan Islam. Selama bertahun-tahun, saya telah menjalin hubungan yang erat dengan sejumlah Muslim yang telah mengundang saya ke rumahnya dan keluarga mereka menyambut saya dengan baik. Oleh karena itu, mengangkat topik dalam buku ini paling tidak harus saya lakukan setelah hubungan itu."

Di tempat lain, Carl menyatakan bahwa tujuan penulisan buku ini adalah sebagai berikut, "Buku Following Muhammad ditulis untuk menghilangkan awan kecurigaan dan kesalahpahaman sebagai upaya menyediakan platform bagi pembaca untuk memiliki pemahaman yang terlepas dari situasi dan subjek historis yang berdampak signifikan terhadap Muslim dan non-Muslim di dunia saat ini,". 

Profesor Carl Ernst telah belajar secara ekstensif tentang Islam dan melakukan perjalanan ke banyak negara Muslim. Dia saat ini termasuk salah satu tokoh internasional paling terkemuka di bidang studi sejarah tentang Islam.

Beliau menjadi murid Annemarie Schimmel, seorang sarjana Islam kontemporer, dan telah mendedikasikan bukunya untuk Schimmel. Profesor Ernst sangat tertarik dengan mistisisme Islam dan telah melakukan banyak penelitian tentang Sheikh Roozbehan yang memenangkan Penghargaan Festival Farabi tahun lalu untuk karyanya tersebut.

Carl Ernst menulis buku "Following Muhammad: Rethinking Islam in the Contemporary World" yang terdiri dari enam bab. Di sepanjang buku ini ditekankan peran Nabi Islam sebagai tokoh kunci dalam menyuarakan spiritualitas Islam.

Bab ketiga didedikasikan untuk sumber suci Islam, yaitu Alquran dan Sunnah. Bab ini dimulai dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW dan menekankan peran signifikannya sebagai Rahmatan lil Alamin dalam ajaran Islam.

Dalam buku ini, pemahaman Profesor Ernst tentang Islam yang mengangkat isu wilayah, mendekati pandangan Syiah. Dalam bab yang sama, dia membahas posisi pihak yang memusuhi Alquran, terutama yang terakhir, buku Salman Rushdie tentang Ayat-ayat Setan, dan menanggapinya.

Carl Ernst sangat tertarik pada Rasulullah SAW dan memandangnya sebagai poros Islam. Dengan menelusuri akar wacana anti-Islam, ia menggali arus abad pertengahan dan Perang Salib hingga abad ke-21.

Ia menulis, "Selama Abad Pertengahan, penulis Kristen mengubah semua kebajikan yang menunjukkan kemuliaan Muhammad di mata umat Islam dan mengubahnya menjadi kekurangan. Hal itu dilakukan karena mereka tidak percaya bahwa ada seorang Nabi datang setelah Yesus."

Ernest dalam bukunya menyampaikan pesannya kepada Barat bahwa Anda melihat wajah Nabi Islam di balik layar ketidaktahuan, padahal orang-orang Yahudi dan Kristen di masa Islam awal tidak pernah menampilkan citra Nabi Muhamamd SAW seperti itu. Dia menegaskan, "Setelah peristiwa 11 September dan tekanan yang meningkat pada umat Islam, dan dengan wajah cantik yang dia tunjukkan sebagai rahmat universal, Nabi Islam membuka jalan untuk dialog antar agama,".  

Carl Ernst menjelaskan dua prinsip utama Alquran dan Nabi Muhammad Saw tentang agama suci Islam, dan dalam banyak kasus menganggap Alquran lebih suci daripada Alkitab dan Taurat, serta memperkenalkan Nabi Muhammad Saw sebagai sosok universal.

Dia menunjukkan kualitas moral yang indah dan perilaku baik Nabi kepada orang Barat. Terlebih hal itu dilakukannya dengan menghadirkan citra Nabi Muhammad SAW yang indah dari sudut pandang Imam Ali  dalam Nahj al-Balaghah.

Sayidina Ali yang merupakan perwujudan moralitas, kemanusiaan dan keadilan, sangat memuliakan Nabi Muhammad Saw. Bahkan, ia memandang beliau sebagai sumber mata air keilmuan, dan ketinggian akhlak.

Beliau menjelaskan tentang Nabi Muhammad Saw, dengan mengatakan, "Nabi (SAW) adalah pemimpin yang saleh dan sumber visi dan wawasan bagi mereka yang mencari petunjuk. Dia adalah lampu dengan cahaya yang bersinar dan bintang yang bersinar terang... Tuhan memilih Nabi dari silsilah besar para Nabi sebagai sumber cahaya dan petunjuk atau lampu yang menyala dalam kegelapan ketidaktahuan. Sia menjadika sumber kebijaksanaan. Dia adalah seorang dokter yang bergerak untuk mengobati dan merawat pasiennya di manapun..."

Profesor Carl Ernst memperkenalkan Muslim ke dunia saat ini dengan tampilan baru dan menyambut kepribadian agung Rasulullah SAW.(

 

Martin Lings adalah seorang penulis, sarjana, dan filsuf asal Inggris. Ia telah menulis banyak karya dan salah satu yang paling terkenal adalah buku “Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources” atau Muhammad: Kehidupannya Berdasarkan Sumber Awal.

Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1983 dan sejak itu menerima banyak penghargaan. Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources telah dicetak berkali-kali dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Martin Lings mengandalkan referensi dan dokumen tertua saat menulis buku biografi tentang Nabi Muhammad Saw ini. Dia memperkenalkan Nabi Saw sebagai cahaya bersinar yang menerangi penduduk bumi; sebuah cahaya yang tidak akan pernah padam.

Martin Lings lahir pada 24 Januari 1909 di kota Manchester dari sebuah keluarga Kristen Protestan. Pada usia 20 tahun, dia meninggalkan keyakinannya pada agama Kristen, tetapi – tidak seperti remaja seusianya – ia terus berusaha mencari kebenaran. Pada usia 25 tahun, ia mulai mempelajari agama-agama dunia dan pada 1935 ia mulai akrab dengan karya-karya filsuf Prancis, Rene Jean-Marie Joseph Guenon.


Dalam mempelajari karya milik ahli metafisika Prancis itu, Lings memahami bahwa semua agama besar dunia adalah benar dan masing-masing dari mereka dapat menunjukkan jalan menuju pada kesempurnaan insani dan pertemuan dengan Tuhan. Namun, tulisan-tulisan Rene Guenon juga memberikan pesan kepada Lings bahwa di era modern, agama khususnya agama Kristen, telah membiarkan akal manusia mengurus dirinya sendiri dan agama hanya fokus pada emosi mereka, dan efek langsung dari hal ini adalah munculnya bencana modernisme.

Di masa itu Lings secara resmi masih menganut ajaran Kristen, tetapi dia berkata, “Karya-karya Rene Guenon membuat saya sadar akan kesalahan peradaban Barat dan menunjukkan bahwa aspek internal agama-agama Tuhan mengandung kebenaran dan para utusan agama berbicara tentang kebenaran ini dengan berbagai cara. Lings menulis, “Teori Guenon membuat saya tersentak seperti sengatan listrik, saya sadar sedang bertemu dengan kebenaran… dan saya harus berbuat sesuatu.”

Setelah melakukan penelitian ekstensif, Doktor Lings memilih masuk Islam. Dia mengakui fakta bahwa Islam bukanlah agama taklid, ini adalah agama yang rasional dan ia mengajarkan kata maaf daripada membunuh. Lings memilih nama Islam yaitu Islam Abu Bakr Siraj ad-Din.

Saeed Tehrani Nasab, penerjemah buku Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources berkata, “Setelah memahami kebenaran, Lings mulai tertarik pada Nabi Muhammad Saw dan menghabiskan banyak waktu untuk memperkenalkan kepribadian agung ini. Saya menemuinya di sebuah rumah yang sederhana dan indah pada akhir musim panas 2004, sekitar setahun sebelum ia wafat. Dia berbicara dengan rasa hormat dan takzim tentang Rasulullah dan menyebutnya sebagai hadiah besar Tuhan untuk umat manusia.

Di kamarnya hanya ada nama suci Allah di dinding dan di sajadahnya. Ruangan ini seakan-akan mushalla untuk rumahnya, tempat dia mendirikan shalat lima waktu. Mungkin dia juga menulis karya-karyanya di ruangan ini. Bagaimanapun, terbukti bahwa pola hidupnya mengikuti pemimpin agung Islam, ibarat sebuah jam yang berjalan tepat waktu, sesuai dengan perencanaan yang penuh makna, teratur, dan penuh perhitungan.”

Martin Lings.
Dalam karyanya, Lings memperkenalkan kepada kita akan seorang nabi yang tak kenal lelah, pejuang yang sabar, dan pemimpin yang bijak. Sosok yang dengan berani memerangi kebodohan, menghancurkan berhala dan di belahan bumi Tuhan yang tampak paling tandus, menabur benih pengetahuan dan dengan penuh cinta mengabdikan hidupnya, siang dan malam, agar tunas pohonnya tumbuh.

Lings menemukan kepribadian yang murni dan abadi dalam diri Nabi Muhammad Saw. Dia berkata, “Kemurnian ini langsung bersumber dari induk mata air, seperti air yang jernih dan suci yang tidak terkontaminasi dengan noda apapun. Oleh karena itu, Nabi memiliki hubungan erat dengan wahyu. Dia sangat berbeda dari orang lain dan pada saat yang sama dia membawakan mereka pesan hidayah, karena dia berbicara atas nama Tuhan Yang Esa.”

Doktor Lings pada bab pertama bukunya berbicara tentang nenek moyang Rasulullah. Mereka semua percaya pada Tuhan Yang Esa. Dia menulis, “Dalam Kitab Kejadian tertulis bahwa Ibrahim tetap belum memiliki anak dan telah putus asa untuk memilikinya, namun suatu malam Tuhan memanggilnya untuk keluar dari tendanya dan berfirman kepadanya, ‘Pandanglah ke langit dan hitunglah bintang-bintang jika kamu mampu menghitungnya! Ketika Ibrahim sedang menatap bintang-bintang, dia mendengar sebuah suara berkata dua kali, ‘Keturunanmu juga akan seperti itu (tak terhitung jumlahnya),’”

Lings melanjutkan, “Takdir menetapkan bahwa tidak hanya satu tetapi dua bangsa besar akan muncul dari keturunan Ibrahim, dua kekuatan yang dipandu dengan hidayah, dua sarana untuk mewujudkan kehendak Tuhan. Ibrahim adalah titik awal dari dua arus spiritual, dua agama, dua lingkaran, dan dua pusat. Salah satu dari pusat arus ini muncul dari Aminah (ibu Nabi). Dia tahu tentang cahaya di dalam dirinya. Suatu hari dia mendengar sebuah suara berkata, “Engkau mengandung pemimpin umat ini di rahimmu! Ketika putramu lahir, katakan aku mempercayakannya pada Tuhan Yang Esa dari kejahatan orang-orang yang dengki, dan panggillah ia Muhammad.”

Manusia selalu mencari panutan yang ideal. Mereka secara alami mengagumi orang-orang yang memiliki keutamaan dan kesempurnaan moral dan spiritual. Kunci kesuksesan para nabi juga terletak pada kemampuannya menarik hati yang suci dan punya kesiapan untuk mengikuti kebenaran. Para nabi dan aulia Ilahi menyandang semua keutamaan dan mereka merupakan pribadi yang paling mulia di zamannya. Para pencari kebenaran akan sangat terkesan dengan mereka ketika mempelajari sejarah kehidupan dan akhlak mereka. Hati manusia akan tertarik ke arah kebenaran dan hakikat.


Doktor Lings dalam bukunya berkata, “Seseorang yang berurusan dengan mistik Islam dan makrifat ketuhanan yang dibawah oleh Nabi, dapat memperoleh kebijaksanaan yang luar biasa. Seperti perkataan indah ini, ‘Tuntutlah ilmu sampai di Negeri Cina,’”

Dalam bukunya, Doktor Lings juga berbicara tentang mukjizat Nabi Muhammad Saw dan menulis, “Nabi memiliki banyak mukjizat. Suatu hari para pemimpin suku Quraisy meminta agar dia membelah bulan purnama menjadi dua bagian untuk membuktikan kenabiannya. Nabi memenuhi permintaan mereka. Tetapi mereka menyebut keajaiban besar ini sebagai sihir dan berkata bahwa nabi telah menipu mereka dengan sihirnya.”

Lings mengingatkan bahwa Nabi Saw memiliki banyak mukjizat, tetapi ini tidak menjadi fokus pekerjaannya, karena mukjizat terbesarnya adalah kitab wahyu Ilahi. Dia menulis, “Al-Quran adalah mukjizat utama Rasulullah dan piagam Tuhan untuk bimbingan manusia di setiap zaman. Al-Quran adalah kitab cahaya dan petunjuk.”

Lings dalam bukunya juga menyinggung ramalan Rahib Buhaira tentang kedatangan Muhammad sebagai Nabi dan kisah turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah Saw. Dia juga mengutip kisah tentang Waraqah bin Naufal, yang meyakinkan Khadijah bahwa apa yang diterima oleh suaminya, Muhammad adalah wahyu Ilahi dan tidak diragukan lagi bahwa ia adalah Nabi Terakhir, di mana kabar gembira tentang kedatangannya telah disampaikan oleh Isa Al Masih.

Dari sudut pandang Martin Lings, janji akan datangnya seorang Juru Selamat adalah salah satu pesan terpenting yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Dia menulis, “Sebagian besar umat manusia telah mencapai puncak kerusakan yang hampir tidak bisa menjadi lebih buruk lagi. Tetapi kerusakan ini tidak akan menyelimuti seluruh alam, karena alam itu sendiri adalah sesuatu yang suci. Tidak dapat dibayangkan bahwa Tuhan akan membiarkan alam ini begitu saja. Nabi telah mengabarkan bahwa terlepas dari semua kerusakan, seorang Juru Selamat akan muncul di akhir zaman, di mana masyarakat memanggilnya Al Mahdi. Pembaharu dunia ini pasti akan datang.”

Martin Lings.
Doktor Martin Lings adalah seorang penulis yang tak kenal lelah. Dia tidak meletakkan penanya sampai usianya mencapai 97 tahun. Banyak pemikir memandang Martin Lings sebagai master metafisika yang hebat dan yang lain menyebutnya penyair barisan pertama.

Namun bagi murid-murid dekatnya, Lings mengingatkan akan dua hal yaitu; keindahan dan mengingat Tuhan. Karena kecintaannya pada keindahan, dia telah mengubah halaman kecil di rumahnya di Westerham menjadi sebuah taman kecil yang dipenuhi bunga dan tumbuhan. Ketika dia meninggal dunia pada Mei 2005, dia dimakamkan di taman kecil ini.

Doktor Lings menutup bukunya dengan mengutip ayat 56 surat al-Ahzab. “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” 

 

Masa jahiliyah dan kebodohan menutupi hati dan pikiran manusia ketika Nabi Muhammad Saw diutus di Jazirah Arab. Ia datang untuk menciptakan revolusi dan perubahan dalam kehidupan jutaan orang pada masa itu.

Rasulullah – dengan seruannya La ilaha illallah, Tidak ada Tuhan selain Allah – menyeru orang-orang kepada ajaran tauhid dan mengajak mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan akhlak.

Nabi Muhammad Saw dengan seruannya kepada Islam, telah menyebarkan cahaya tauhid ke seluruh dunia, dan sekarang setelah berlalu lebih dari 14 abad, seruannya masih terdengar di belahan timur dan barat bumi. Muhammad dipilih sebagai nama yang paling indah dan orang-orang menamakan anaknya dengan nama tersebut.

Laura Veccia Vaglieri adalah seorang peneliti dan orientalis kontemporer dari Italia. Dia adalah profesor sastra Arab dan dosen sejarah Islam di Universitas Napoli, dan telah melakukan penelitian di bidang bahasa Arab dan juga Islam.

Profesor Vaglieri merupakan salah satu editor dan penulis ensiklopedia Islam, dan menulis sebuah buku tentang Islam yang diterbitkan dengan judul, “An Interpretation of Islam”. Dalam bukunya, ia mencoba melakukan analisa ilmiah tentang karakter Muhammad Saw dan risalahnya.

Vaglieri berbicara tentang risalah Nabi Muhammad Saw dan pengaruhnya dalam membawa umat manusia pada ajaran tauhid. Dia menganggap Nabi sebagai pembaru yang agung dan mulia.


“Betapa terhormat dan mulianya tindakan pembaharu ini (Muhammad), seorang pembaharu yang dalam beberapa tahun, mengubah kelompok penyembah berhala yang tidak beradab menjadi sebuah komunitas yang hanya melayani Tuhan Yang Esa dan mengangkat derajat anggota komunitas ini ke posisi akhlak tertinggi,” tulisnya.

Profesor Vaglieri mengatakan, “Nabi Arab – dengan suara yang diwahyukan karena hubungannya yang dekat dengan Tuhan – telah memperkenalkan bentuk monoteisme yang paling murni dan suci kepada para penyembah ajaran takhayul dan sihir serta kepada para pengikut agama Kristen dan Yahudi, di mana para rahibnya telah menyimpang. Dia dengan tegas menyatakan perlawanan terhadap nafsu dan praktik sembahan kuno manusia yang menempatkan makhluk sebagai sekutu Tuhan.

“Muhammad bangkit dengan penuh kerendahan hati dan tawadhu’ untuk mematahkan rintangan egoisme dan pemujaan ego. Sebagai penyeru dan pembawa agama Tuhan, dia bahkan bersikap lembut dan penyayang kepada orang-orang yang memusuhinya. Dalam diri Nabi ini, ada dua sifat istimewa yang disatukan dan keduanya dihormati oleh jiwa manusia yaitu keadilan dan kasih sayang.”

Menurut catatan sejarah, Sayidina Hamzah – paman Nabi Muhammad Saw – adalah salah satu pembesar Mekkah yang dihormati. Ketika dia beriman kepada Nabi dan menerima Islam, para pemimpin suku Quraisy mulai khawatir bahwa Islam akan menyebar dengan cepat.

Utbah bin Rabi'ah, salah satu tokoh besar Quraisy, dalam pertemuan dengan para pembesar suku, berkata bahwa dia akan pergi menemui Muhammad dan memberinya beberapa tawaran sehingga dia bisa meninggalkan ajaran baru dan dakwahnya.

Para pembesar Quraisy pun setuju dan dia pergi menemui Nabi di masjid. Utbah melemparkan kata-kata pujian dan sanjungan kepada Nabi dan mengusulkan jabatan dan kekayaan kepadanya. Setelah ia terdiam, Nabi berkata kepadanya, “Sekarang dengarkan ayat-ayat ini yang menjadi jawaban terhadap apa yang engkau ucapkan.”

“Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan.” (QS. Fussilat, ayat 1-4).

Kota Mekkah tempo dulu.
Nabi kemudian membacakan beberapa ayat lain dari surat Fussilat kepada Utbah. Dia menyimaknya dengan tenang dan terpana oleh kalam Ilahi, dan menatap wajah Rasulullah tanpa berkata apapun. Akhirnya Utbah bangkit dan mendatangi para pemimpin Quraisy. Mereka melihat perubahan di wajahnya dan bertanya, “Utbah, apa yang terjadi?”

Utbah berkata, “Demi Tuhan, aku telah mendengar Muhammad mengucapkan kata-kata yang belum pernah aku dengar dari siapapun sebelumnya. Demi Tuhan, perkataannya bukanlah puisi atau sihir. Aku berpikir bahwa kita harus membiarkan dia berdakwah di antara suku-suku. Jika dia menang dan meraih kekuasaan, ini akan menjadi kehormatan bagi kalian dan kalian akan menikmati kehormatan ini. Jika dia kalah, maka orang-orang akan membunuhnya dan kalian juga akan tenang.”

Para pembesar Quraish mengolok-olok pendapat Utbah dan menganggapnya telah tersihir oleh perkataan Muhammad.

Tidak hanya Utbah dan masyarakat Arab di zaman itu yang terpesona oleh daya tarik al-Quran, tetapi al-Quran juga menyimpan daya tarik yang luar biasa di masa kita sekarang bahkan terhadap orang-orang yang yang tidak akrab dengan rahasia sastra Arab.

Profesor Vaglieri dalam penelitiannya tentang Islam, menggambarkan al-Quran sebagai mukjizat besar Nabi Saw dan menulis dalam bukunya dengan judul “An Interpretation of Islam” sebagai berikut:

“Kitab samawi Islam adalah sebuah contoh dari keajaiban… Al-Quran adalah kitab yang tidak bisa ditiru… Dalam sastra Arab tidak ditemukan contoh lain yang menggunakan gaya bahasa dan metode al-Quran. Pengaruh metode dan gaya bahasa al-Quran terhadap jiwa manusia bukanlah sebuah kebetulan, tetapi bersumber dari keistimewaan dan keunggulannya… Bagaimana bisa kitab yang luar biasa ini berasal dari Muhammad sendiri, padahal ia tidak pernah belajar?”

Dia menambahkan, “Dalam kitab ini kita menemukan harta karun pengetahuan yang melampaui kemampuan orang-orang terpintar dan filsuf terhebat serta negarawan terkuat. Karena semua alasan ini, al-Quran tidak mungkin datang dari orang yang tidak pernah bersekolah, itupun dari seseorang yang seumur hidupnya tumbuh di tengah masyarakat non-religius, yang jauh dari lingkungan para ilmuwan dan ahli agama…

Teks al-Quran tulisan tangan.
Muhammad adalah seseorang yang selalu menekankan bahwa dirinya sama seperti orang lain. Lalu bagaimana dia bisa membuat mukjizat tanpa bantuan Tuhan Yang Maha Kuasa? Mukjizat terbesar Nabi adalah al-Quran, di mana melalui perantaraanya telah sampai kepada kita sekumpulan deskripsi akurat tentang berbagai peristiwa dan kisah yang teratur. Al-Quran hanya bisa datang dari Tuhan, yang ilmunya mencakup segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.”

Ilmuwan Italia ini menjelaskan, “Meski al-Quran telah dibaca berulang kali di seluruh Dunia Islam, pengulangan yang terus-menerus ini tidak menyebabkan kelelahan di antara para pengikutnya, tetapi sebaliknya pembacaan berulang-ulang setiap hari ini menyebabkan ia lebih dicintai. Membaca atau mendengarkan al-Quran akan membangkitkan rasa kagum di benak pembaca atau pendengarnya. Teks al-Quran tetap terjaga di sepanjang zaman dan berabad-abad setelah diturunkan dan ia tetap dalam bentuk yang sama dan terjaga, selama Tuhan menginginkannya dan dunia masih ada.”

Mengenai perasaan yang ia rasakan setelah mengenal Islam, Profesor Vaglieri mengatakan, “Mengenal ajaran luhur dan makrifat penting tentang Islam dan al-Quran telah menumbuhkan perspektif baru yang mendalam dalam diri saya dan mengubah cara pandang saya tentang alam penciptaan dan filosofi kehidupan secara total.”

“Saya merasa bahwa ajaran Islam, berbeda dengan ajaran Kristen, memandang manusia sebagai makhluk yang mulia dan memiliki kepribadian, bukan makhluk yang kotor dan terhina… Kitab ini menjelaskan dengan metode yang menarik dan cerdik tentang bagaimana menjalani dan menikmati kesenangan di dunia ini,” ucapnya. 

 

Kali ini kita akan menyimak pandangan Profesor William Montgomery Watt tentang Nabi Muhammad. Profesor Watt adalah seorang pakar studi keislaman dari Britania Raya serta salah seorang orientalis dan sejarawan utama tentang Islam di dunia Barat. Dia merupakan seorang profesor studi Arab dan Islam di Universitas Edinburgh antara tahun 1964-1979.

Watt dalam karya yang ditulis menjelang akhir hayatnya, memperlihatkan fanatisme yang proporsional dan menunjukkan rasa empati yang lebih besar terhadap subjek yang ia pelajari. Pemikirannya dipengaruhi oleh pandangan materialisme dan karya para orientalis sebelum dirinya.

Namun, di antara lebih dari 30 buku dan puluhan artikel yang ditulisnya tentang studi ketimuran, terlebih menjelang akhir dari kegiatan ilmiahnya, Watt memperlihatkan garis pemikiran, metode ilmiah, dan sikap netral dalam mengkaji persoalan seputar agama. Oleh sebab itu, saat ini karya-karyanya lebih diminati.

Fakta ini juga bisa dilihat di Iran, di mana sebagian bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan dipandang positif. Meski demikian, para peneliti Muslim menilai bahwa Watt juga telah membuat kesalahan besar dan kecil pada periode menjelang akhir dari kegiatan ilmiahnya. Secara umum, Profesor Watt adalah penafsir non-Muslim yang paling terkenal di Barat dan memiliki pengaruh yang cukup besar di bidang jurusan studi Islam.

Salah satu studi yang dilakukan Profesor Watt adalah mengkaji biografi Nabi Muhammad Saw. Setelah mengenal tentang ajaran Islam, ia mulai berkonsentrasi untuk meneliti kepribadian Nabi Besar Saw. Dia mengkritik sebagian orientalis karena mengaitkan wahyu Nabi Muhammad dengan penyakit epilepsi. Menurutnya, hipotesis ini mengabaikan riwayat dan bukti-bukti yang menjamin kesehatan fisik dan mental Muhammad.

Watt memandang tudingan bahwa Nabi Saw adalah penderita epilepsi sebagai tidak realistis, dan berpendapat bahwa penderita epilepsi tidak bisa menjadi panglima atau pemimpin yang visioner untuk sebuah negara atau kota. Jika para penentangnya menuding dia gila, mungkin mereka menganggap gaya hidup dan perilakunya yang gila atau bahwa dia berbicara seperti para dukun.

Menurut Profesor Watt, interpretasi Abad Pertengahan harus dikesampingkan dan Muhammad Saw harus dilihat sebagai seorang penyampai pesan yang jujur dan dengan niat yang tulus dan iman yang teguh, ia yakin bahwa pesan-pesan itu datangnya dari Tuhan.

Watt menuturkan, “Bukti kebesaran seorang nabi adalah bahwa pikirannya mampu menarik perhatian orang-orang yang dia ajak bicara. Darimana pikiran-pikiran itu berasal? Sebagian mengatakan pikiran tersebut berasal dari ketidaktahuan dan alam bawah sadar, tetapi orang-orang beriman meyakini ia datang dari Tuhan, sebagian lagi berpandangan lebih jauh dan berkata, “Pada dasarnya semua kebenaran berasal dari Tuhan.”

Mungkin dapat dikatakan bahwa pikiran itu merupakan buah dari kehidupan orang-orang yang lebih maju dari zamannya. Muhammad memperoleh kehormatan dan kepercayaan dari masyarakat karena perjuangan dan usahanya untuk agama serta sifat-sifatnya yang unggul seperti keberanian, ketegasan, dan keteguhan dalam perilaku yang dibarengi dengan kemurahan hati.

Akhlak dan perilakunya sangat diterima sehingga ia mampu menarik kecintaan dan persahabatan dari orang-orang, dan memotivasi mereka untuk berkorban. Ada benarnya bahwa ketidakpuasan sosial dan kemunduran Imperium Persia dan Romawi telah menyebabkan penyebaran Islam, tetapi perlu dicatat bahwa penyebaran ajaran ini tidak akan terjadi jika bukan karena sifat-sifat dan keutamaan Rasulullah Saw.

Wahyu merupakan salah satu tema penting dalam kajian Islam. Wahyu adalah hubungan spiritual dan misterius antara seorang nabi dan alam ghaib, di mana pesan Ilahi diberikan kepada nabi, baik melalui perantara atau secara langsung. Derajat wahyu yang paling tinggi adalah milik para nabi. Pada tahap ini wahyu dihembuskan ke dalam hati nabi dan Tuhan berbicara kepadanya.

Dalam pandangan Islam, wahyu ini diturunkan atas dasar kebutuhan umat manusia kepada hidayah Ilahi. Di satu sisi, wahyu ini menuntun orang-orang menuju satu tujuan yang berada di luar alam materi dan di luar jangkauan indera mereka. Di sisi lain, wahyu datang untuk menjamin kehidupan sosial masyarakat yang berpijak pada hukum. Para nabi adalah manusia pilihan yang layak untuk menerima wahyu ini dari alam ghaib. Hanya Tuhan yang tahu siapa yang memiliki kompetensi ini.

Di era kontemporer, masalah wahyu masih menjadi perhatian para pemikir dan muncul analisa-analisa baru tentang proses turunnya wahyu. Profesor Watt memiliki pandangannya sendiri tentang wahyu dan menulis, “Beberapa orang memiliki kekuatan yang disebut ‘imajinasi kreatif.’ Contohnya adalah para seniman, penyair, dan penulis yang kreatif. Mereka dapat membuat sesuatu yang nyata yang dapat dirasakan orang lain, tetapi tidak dapat diungkapkan dan ditunjukkan dalam bentuk fisik.

Para nabi dan pemimpin agama masyarakat termasuk kelompok orang yang memiliki imajinasi kreatif ini. Mereka menangani persoalan nyata dan aktual dalam kehidupan manusia, tetapi mereka menggunakan imajinasi kreatif dalam bentuk kalimat untuk menyampaikan sesuatu yang berada di luar pemahaman dan akal umat manusia. Para nabi menjelaskan pemikiran dan pandangan yang terkait sangat erat dengan pekerjaan manusia yang paling inti dan berhubungan dengan kebutuhan eksistensi mereka dan generasi mendatang.”

Dalam pandangan Profesor Watt, Nabi pada awalnya percaya pada risalahnya, namun kemudian ada beberapa hal yang menimbulkan keraguan, tetapi ini tidak mencegahnya untuk melanjutkan tugasnya sebagai nabi. Menurut Watt, untuk memahami kehidupan Muhammad, kita tidak boleh melupakan pengalaman wahyu pertama yang diterimanya.

Nabi Muhammad telah menghadapi banyak masalah besar yang membuatnya sedih, tapi ia tidak pernah meninggalkan keyakinannya bahwa Tuhan telah memberinya misi khusus yang harus ia tunaikan pada masanya dan untuk generasi mendatang. Keyakinan ini membuatnya kebal terhadap penolakan, ejekan, kebohongan, fitnah, dan pelecehan. Ketika era kesuksesan dan kemenangan dimulai, pemikirannya juga tidak berubah, tetapi keyakinan dalam dirinya semakin kuat bahwa Tuhan menolongnya dalam semua peristiwa sejarah dan membuatnya sukses.


Profesor William Montgomery Watt pertama kali mengenal Islam pada tahun 1937 melalui seorang mahasiswa Muslim dari Pakistan yang menyewa apartemennya. Watt menganggap ini sebagai titik awal untuk mengenal sebuah ajaran yang sebelumnya sangat asing baginya. Dia menganggap Islam sebagai agama monoteistik berdasarkan wahyu Ilahi kepada seorang nabi. Dalam pandangannya, al-Quran sepertinya menegaskan bahwa agama lain (terutama agama Yahudi dan Kristen) dibangun atas dasar wahyu Ilahi kepada seorang nabi.

Pemikir Skotlandia ini menuturkan bahwa Islam kembali tumbuh dalam dua dekade terakhir dan kebangkitan Islam terbukti dengan ditinggalkannya tradisi-tradisi tertentu dari Barat yaitu menolak riba atau alkohol, dan tidak untuk pakaian Barat! Namun ini tidak boleh dilihat sebagai sikap anti-Barat atau anti-Kristen, melainkan kepatuhan terhadap ajaran Islam dan kehidupan kontemporer kaum Muslim.

“Kaum Muslim mengharapkan bahwa mereka – dari segi kemanusiaan dan agama – mendapat perlakuan yang sama seperti yang diterima oleh umat Kristen dan orang Barat. Namun ini sulit terwujud, karena orang-orang Kristen menganggap agama mereka adalah yang terbaik dari semuanya,” kata Profesor Watt.

William Montgomery Watt menulis buku dengan judul, “Muhammad at Mecca,” yang diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 1953, dan selanjutnya buku “Muhammed at Medina” yang terbit tahun 1956. Dia kemudian merangkum isi kedua buku tersebut dalam karya, “Muhammad: Prophet and Statesman.” Dalam buku ini dia menggambarkan al-Quran sebagai kitab langit dan mukjizat agung Nabi Muhammad Saw.

“Setelah saya menulis buku Muhammad at Mecca pada 1953, saya selalu yakin bahwa al-Quran adalah firman Tuhan,” kata Profesor Watt.

 

Hari ini kami mengajak Anda menyimak pendapat menarik yang dibuat oleh George Bernard Shaw, seorang novelis, kritikus, esaias, politikus, dan orator Irlandia tentang sosok Nabi Muhammad Saw.

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran, ayat 164)

Hari ini kita akan kembali menela’ah pandangan seorang orientalis tentang Rasulullah Saw. Nabi Muhammad adalah sosok mulia yang memiliki kepribadian yang istimewa dan agung. Cahayanya yang terang telah mencapai belahan timur dan barat bumi serta menyita perhatian para pengelana sampai-sampai lisan berbicara memuji dan menghormatinya.

Tentu saja, ini tidak berarti bahwa golongan lain telah menghentikan permusuhan mereka terhadap Nabi Saw dan Islam serta berhenti menyakitinya. Bahkan hari ini, di dunia yang disebut beradab, kita menemukan kasus-kasus di mana Rasulullah Saw difitnah dan dihina. Namun, matahari kebenaran tidak pernah tertutup awan dan selalu muncul para pemikir hebat yang ingin menunjukkan wajah indah kebenaran kepada orang lain.

Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad Saw adalah tokoh universal dan bukan sosok milik suku atau bangsa tertentu. Setiap orang dapat mengutarakan opininya tentang sosok Muhammad Saw untuk kemudian memperkenalkan dia kepada orang lain sebagaimana adanya.

George Bernard Shaw adalah penulis drama asal Irlandia, kritikus sastra, dan salah satu penulis berbahasa Inggris yang paling terkenal setelah William Shakespeare. Pemikiran-pemikiran Bernard Shaw tentang agama, sains, ekonomi, keluarga, dan seni, memiliki pengaruh yang besar pada pembacanya, dan pemikirannya yang cemerlang telah membantu pencerahan di masyarakat Barat.

Bernard Shaw melakukan banyak penelitian tentang Rasulullah Saw dan ia terkesima oleh kepribadian luhur Muhammad. Dia menulis, “Nabi Muhammad adalah salah satu nabi terbesar… Para teolog abad pertengahan – karena ketidaktahuan atau fanatisme – telah menyajikan gambaran yang suram tentang ajaran Muhammad. Mereka dengan semangat kebencian dan fanatisme, menuduhnya menentang Al Masih.

Setelah mempelajari pria tersebut untuk waktu yang lama, saya berkesimpulan bahwa Muhammad bukan hanya tidak menentang Al Masih, tetapi dia harus dianggap sebagai penyelamat umat manusia.”

Bernard Shaw menambahkan, “Saya yakin bahwa jika orang seperti dia menjadi penguasa di era baru, dia akan menggunakan perdamaian dan persahabatan untuk menyelesaikan masalahnya. Dia adalah pribadi terbaik yang pernah menginjakkan kaki di bumi.”

“Muhammad menyerukan kepada agama dan dia mendirikan sebuah peradaban, membangun masyarakat dan melembagakan nilai-nilai moral. Dia membangun masyarakat yang bersemangat dan kuat untuk mempraktikkan ajarannya, ia telah mengubah dunia pemikiran dan perilaku manusia dengan sempurna dan untuk selamanya,” ucapnya.

Penulis Irlandia ini mengatakan bahwa kontribusi Nabi Muhammad bagi kemajuan moral dan peradaban manusia tidak dapat disangkal, dan masyarakat dunia harus berterimakasih atas pengabdian dan ajaran Islam yang dibawakan oleh Muhammad.

Dia menulis, “Saya selalu menghormati agama Muhammad terutama karena keajaiban kekuatan hidupnya. Bagi saya, Islam adalah satu-satunya agama yang mampu menguasai berbagai perubahan dan menyesuaikan dirinya dengan setiap zaman… Umat ​​manusia mencari sebuah spiritualitas yang berporos pada kehidupan dan akal, tetapi spiritualitas seperti ini tidak dapat ditemukan di agama lain selain Islam.”

Rasulullah Saw adalah mutiara yang paling murni dan sosok yang paling mulia di alam ini. Dia adalah sosok yang kedudukannya belum pernah dicapai orang lain dan tidak ada seorang pun yang sepadan dengannya untuk mengemban risalah seperti itu.

Bernard Shaw ingin memperkenalkan insan terpilih ini kepada dunia ketika dia menulis, "Namanya Muhammad. Dia lahir di Arab pada tahun 570 setelah kelahiran Yesus Kristus. Risalahnya untuk menyeru kepada agama yang benar (Islam) dimulai ketika ia berusia 40 tahun dan dia wafat pada usia 63 tahun. Dalam kurun waktu 23 tahun yang singkat sebagai seorang nabi, ia menyeru menyembah Tuhan Yang Esa."

Dia membebaskan masyarakat dari perang dan konflik etnis serta mengantarkan mereka pada persatuan dan solidaritas nasional. Selama periode itu, dia membimbing masyarakat dari kerusakan menuju ke arah ketakwaan, dari pelanggaran hukum menuju kehidupan yang tertib, dan dari kebobrokan menuju puncak tertinggi kesempurnaan moral. Sebelum dan sesudah Rasulullah, sejarah umat manusia belum pernah mengenal jalan sempurna seperti itu melalui seseorang atau di tempat lain. Semua keajaiban yang luar biasa ini terjadi dalam dua dekade pertama itu.

Sejarah kehidupan Rasulullah Saw menunjukkan bahwa perilakunya sarat dengan keindahan dan semua orang terpesona olehnya. Nabi Muhammad adalah rahmatan lil'alamin atau rahmat bagi semesta alam dan ia diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Kebesaran jiwanya terlihat dari perilaku mulianya.

Dalam segala hal, Nabi Muhammad Saw berusaha untuk meraih keridhaan Tuhannya. Dia sopan dan ketika ia diam, pasti ada hikmah di baliknya. Di matanya, orang miskin dan kaya sama kedudukannya, dan seseorang dianggap lebih baik dari yang lain ketika dia lebih bertakwa.

Semua nilai-nilai ini membuat Bernard Shaw terkesan. Misalnya, dia mengatakan bahwa Nabi Saw selalu mengucapkan kebenaran, selalu ada senyum di wajahnya, dan yang paling rendah hati dari semuanya.

Bernard Shaw melanjutkan, "Kehidupan yang luar biasa dari pria ini (Nabi Muhammad Saw) memiliki pengaruh yang aneh pada saya. Oleh karena itu, saya yakin bahwa agamanya adalah satu-satunya agama yang cocok untuk semua zaman umat manusia dan dapat menarik setiap generasi ke arahnya."

Para pemikir dengan bersandar pada berbagai faktor, telah menjelaskan sejarah perubahan masyarakat. Kehidupan mereka telah banyak berubah dibandingkan 1400 tahun yang lalu. Dunia modern saat ini tidak dapat lagi dibandingkan dengan kondisi saat itu dalam hal peluang dan hubungan antar-individu di seluruh dunia.


Namun, di abad ke-20 dan di era kemajuan ilmu pengetahuan yang luar biasa, Bernard Shaw percaya bahwa meneladani cara hidup Nabi Muhammad Saw dapat memenuhi kebutuhan manusia modern. Moralitas, perdamaian, persahabatan, dan spiritualitas dapat menyelesaikan masalah kemanusiaan saat ini.

"Saya memperkirakan bahwa ajarannya (Nabi Muhammad Saw) akan diterima oleh Eropa esok, sebagaimana ajarannya mulai diterima oleh Eropa hari ini. Saya yakin bahwa jika orang seperti dia memimpin di dunia modern, ia akan mampu menyelesaikan semua masalah dunia serta memastikan kedamaian dan kemakmuran yang sangat didambakan oleh semua orang," kata Bernard Shaw.

Penulis Irlandia ini kemudian menegaskan bahwa dia (Nabi Muhammad Saw) membawa kebenaran yang tidak dapat disembunyikan oleh siapa pun hari ini. Jumlah orang yang memeluk Islam di Eropa dan AS terus tumbuh pesat. Bukti dari klaim ini adalah meningkatnya upaya untuk menyebarkan Islamophobia di Barat. Namun upaya ini akan sia-sia.