
کمالوندی
Lawatan Ghalibaf ke Damaskus, Babak Baru dalam Hubungan Ekonomi Iran-Suriah
Dalam kunjungannya ke Damaskus, Ketua Parlemen Islam Iran bertemu dengan Presiden, Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri Suriah dan para pelaku ekonomi kedua negara.
Dalam pertemuan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Damaskus pada hari Rabu(28/07/2021), Mohammad Bagher Ghalibaf mengatakan bahwa tekanan maksimum dari Barat, terutama Amerika Serikat, terhadap dua negara Iran dan Suriah telah gagal dan bahwa empat tahun ke depan adalah kesempatan untuk memperluas kerja sama ekonomi dua negara.
Pertemuan Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf dan Presiden Suriah Bashar al-Assad
Bashar al-Assad juga menekankan bahwa Iran dan Suriah adalah mitra kunci dan bahwa komite bersama harus dibentuk untuk memperjelas jenis kerja sama. Presiden Suriah menekankan, "Perdagangan dan kerja sama ekonomi antara Iran dan Suriah harus diperluas."
Kunjungan Ketua Parlemen Iran ke Damaskus setelah pemilu presiden di Suriah dan kemenangan Bashar al-Assad sangat penting. Era baru telah dimulai di Iran dan Suriah, dan parlemen kedua negara juga memainkan peran penting dalam memperluas kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Iran dan Suriah.
Baca juga: Ghalibaf: Tingkatkan Hubungan antara Negara Islam, Cara Lawan Perang Ekonomi
Memperluas kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan tetangga dan sahabat regional merupakan prioritas Parlemen Iran periode ke-11 dan prioritas pemerintahan baru di Iran. Pendekatan bersama ini telah memperjelas prospek kerja sama ekonomi Iran dengan negara-negara Asia Barat, khususnya Suriah.
Suriah, setelah lama berperang dengan berbagai kelompok teroris dan pendukung Barat dan regional mereka, mengalami hari-hari stabilitas politik dan keamanan yang tenang. Dalam hal ini, prioritas pemerintah Suriah adalah melakukan rekonstruksi infrastruktur Suriah yang memburuk, dan ada kesempatan bagus untuk kehadiran berbagai perusahaan swasta Iran di Suriah.
Baca juga: Bashar Assad: Iran Mitra Utama Suriah
Dalam konteks ini, Ali Nikzad, Wakil Ketua Parlemen Iran dalam wawancara dengan IranPress, berbicara tentang pentingnya kunjungan Ketua Parlemen Iran ke Suriah. Menurutnya, "Mengingat situasi di Suriah, Iran dapat berinvestasi besar-besaran di bidang ekonomi, keahlian teknik dan keinsinyuran, dan dalam rekonstruksi kota, pembangunan perumahan, serta sektor pertanian, listrik, air, pertambangan, dan minyak Suriah."
Suriah memiliki kapasitas besar di berbagai sektor ekonomi, perdagangan, industri, keahlian teknik dan keinsinyuran untuk berbagai perusahaan Iran. Perusahaan Iran memiliki kemampuan yang baik di semua bidang ini dan dapat memainkan peran penting dalam rekonstruksi negara ini dan perluasan kerja sama ekonomi antara Iran dan Suriah dengan berpartisipasi di pasar investasi Suriah.
Pertemuan Ketua Parlemen Mohammad Bagher Galibaf dan Menteri Luar Negeri Suriah Faisal al-Mekdad
Kerja sama politik dan strategis antara Iran dan Suriah merupakan dukungan yang dapat diandalkan untuk pengembangan hubungan ekonomi antara kedua negara. Peluang baru yang diciptakan di Iran dan Suriah dapat menandai babak baru dalam hubungan ekonomi antara kedua negara.
Dalam kerangka kesepakatan yang komprehensif, Iran dan Suriah dapat menguraikan prospek kerja sama ekonomi mereka yang menguntungkan kedua negara. Semakin meningkat hubungan perdagangan Iran-Suriah, semakin banyak instrumen sanksi dan tekanan maksimum musuh kedua negara. negara akan dinetralisir.
Muqawama Palestina Beri Ultimatum terbaru kepada Israel
Menurut sumber ini, Hamas baru-baru ini kepada Mesir menyatakan, mengingat aksi Israel, upaya rezim ini memaksakan konstelasi baru terhadap Jalur Gaza dan upaya mengaitkan dua proyek ekonomi dan kemanusiaan ke berkas pertukaran tawanan, maka kondisi sedikit demi sedikit bergerak ke arah tensi baru dan pada akhirnya akan meletus konfrontasi.
Sumber terpercaya kepada al-Akhbar mengatakan, faksi Palestina memberi tenggat waktu kepada Israel hingga akhir pekan ini untuk mengijinkan masuknya bantuan finansial Qatar ke gaza, pembukaan kembali jalur penyeberangan dan masuknya material bangunan untuk rekonstruksi. Jika hal ini tidak dilakukan, maka tensi di sepanjang perbatasan Gaza dan Palestina pendudukan akan meningkat.
Berdasarkan sumber ini, Israel mengatakan bahwa bantuan finansial Qatar harus masuk ke Gaza melalui program pangan dunia dan orang miskin di Gaza diberi kartu belanja, namun Hamas menolak usulan tersebut dan bersikeras bahwa bantuan finansial ini harus diberikan kepada keluarga miskin secara tunai, sehingga mereka mampu menyediakan kebutuhannya selain makanan.
Al-Akhbar terkait usulan terbaru Mesir menulis, Kairo mengusulkan di tahap pertama Avera Mengistu dan Hisham al-Sayed dibebaskan dan informasi mengenai dua tentara Israel, Hadar Goldin dan Oron Shaul diberikan dengan imbalan Israel akan membebaskan ratusan tawanan Palestina termasuk perempuan dan anak-anak. Hamas menanti jawaban Tel Aviv untuk memberikan pandangannya kepada Kairo.
Namun sumber intelijen Mesir kepada Koran al-Ahram mengatakan, Israel mengharapkan terjadinya kesepatakan baru di bidang gencatan senjata dengan Hamas sebelum penyelesaian pertukaran tawanan.
Iran Tidak Tolerir Pelanggaran atas Teritorial dan Kepentingan Nasional
Iran tidak akan pernah membiarkan pelanggaran apapun terhadap integritas teritorial dan kepentingan nasionalnya
Angkatan Bersenjata Iran telah membuat kemajuan besar di berbagai sektor dan saat ini menikmati kemampuan luar biasa, kata komandan senior Iran Laksamana Habibollah Sayyari pada hari Minggu, sambal menekankan pada fakta bahwa pasukan Iran tidak akan pernah membiarkan pelanggaran terhadap integritas teritorial dan kepentingan nasional Republik Islam.
"Angkatan Bersenjata Iran harus meningkatkan kemampuan tempur mereka dalam menghadapi ancaman di masa depan sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengumumkan dengan penuh percaya diri bahwa tidak ada musuh yang akan pernah diizinkan untuk melanggar kepentingan negara dan integritas teritorial, " ungkap Deputi Koordinator Militer Iran Laksamana Habibollah Sayyari
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat terobosan besar di sektor pertahanannya dan mencapai swasembada dalam mengembangkan dan membuat berbagai peralatan dan sistem militer penting.
Juga pada hari Minggu, kepala komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami mengatakan bahwa ketidakamanan di perbatasan kita adalah impian musuh yang akan dibawa ke kuburan mereka.
Para pejabat Iran telah berulang kali menggarisbawahi bahwa Republik Islam tidak akan ragu untuk membangun kemampuan pertahanannya, seraya menekankan kemampuan seperti itu sepenuhnya dimaksudkan untuk tujuan pertahanan dan tidak akan pernah tunduk pada negosiasi.
Rahbar: Di Pemerintahan Iran ke-12 Terbukti, Percaya pada Barat Tak Berguna
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menekankan pemanfaatan pengalaman pemerintah Iran periode ke-12 oleh generasi mendatang. Menurutnya di pemerintahan ini terbukti bahwa percaya pada negara-negara Barat tidak ada gunanya.
Pemerintah Iran periode ke-12 melakukan pertemuan terakhir dengan Ayatullah Sayid Ali Khamenei hari ini, Rabu (28/7/2021).
Dalam pertemuan tersebut Rahbar menjelaskan, "Di pemerintahan ini terbukti bahwa percaya pada Barat tidak berguna, dan negara-negara Barat tidak membantu kita, di mana pun mereka bisa, mereka akan memukul kita, lokasi yang musuh tidak bisa memukul kita adalah lokasi yang di sana mereka tidak punya sarana untuk melakukannya, dan di mana pun sarananya tersedia, pasti mereka akan memukul, ini adalah pengalaman yang sangat berharga."
Ayatullah Khamenei menegaskan, sama sekali tidak diperbolehkan untuk menunda atau mensyaratkan program kerja dalam negeri dengan Barat, karena pasti akan gagal, pasti akan terkena pukulan.
Rahbar menambahkan, "Anda semua di mana pun, ketika mensyaratkan pekerjaan-pekerjaan Anda pada Barat, maka Anda tidak akan berhasil, di mana pun tidak ada kepercayaan pada Barat, maka Anda mengibarkan bendera, dan bergerak, meraih kesuksesan."
"Di mana pun Anda mensyaratkan sesuatu dengan kesepakatan dengan Barat, dan dengan perundingan dengan Barat, dengan Amerika Serikat dan selainnya, Anda akan tertinggal, tidak mampu bergerak maju karena mereka tidak akan membantu," paparnya.
Menelisik Pesan Terakhir Rahbar kepada Presiden Rouhani dan Kabinetnya
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, Rabu (28/07/2021) pagi dalam pertemuan terakhir dengan Presiden Hassan Rouhani dan pemerintah Iran periode ke-12, menyampaikan pidato penting terkait tujuan permusuhan AS terhadap Iran, dan menjelaskan poin-poin penting dalam hal ini.
Ayatullah Khamenei mengatakan, "Di pemerintahan ini terbukti bahwa percaya pada Barat tidak berguna, dan negara-negara Barat tidak membantu kita, di mana pun mereka bisa, mereka akan memukul kita, lokasi yang musuh tidak bisa memukul kita adalah lokasi yang di sana mereka tidak punya sarana untuk melakukannya."
Menyinggung perundingan terakhir Wina, Rahbar mengatakan, "Amerika dalam ucapan dan janji yang disampaikan akan mencabut sanksi, tetapi mereka tidak dan tidak akan mencabut sanksi. Selain itu, mereka menetapkan syarat dan mengatakan bahwa kalian harus memasukkan kalimat dalam perjanjian ini yang nantinya akan dibahas beberapa masalah, kalau tidak, kami tidak akan menyepakati."
Ayatullah Khamenei mengingatkan, "Dengan menambahkan kalimat ini, mereka ingin memberikan alasan untuk intervensi mereka selanjutnya pada prinsip JCPOA, masalah rudal dan regional."
Baca juga: Rahbar: Di Pemerintahan Iran ke-12 Terbukti, Percaya pada Barat Tak Berguna
Ketidakpercayaan Iran terhadap Amerika Serikat bukan hanya sebuah slogan, tetapi berdasarkan pengalaman masa lalu, perilaku saat ini, dan analisis realistis dari tujuan hegemonik Amerika. Adapun Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) belum dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan adalah fakta, dan alasannya jelas.
Perilaku Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, termasuk Prancis, kini sudah di luar isu nuklir dan sudah merambah ke isu pertahanan Iran. Pendekatan ini berarti intervensi dan tujuannya adalah untuk melemahkan Iran dari dalam.
Pemimpin Besar Revolusi Islam 5 tahun yang lalu, dalam sebuah pernyataan dengan pandangan mendalam tentang masalah ini, mencatat:
"JCPOA telah menjadi contoh bagi kami, sebuah pengalaman… secara lahiriah mereka memberikan janji, mereka berbicara dengan bahasa yang manis dan lembut tetapi dalam praktiknya mereka berkomplot, mereka menghancurkan, mereka mencegah kemajuan."
Pertanyaan penting dalam hal ini adalah apa yang dibutuhkan AS untuk negosiasi dan mengapa mereka bersikeras?
"JCPOA telah menjadi contoh bagi kami, sebuah pengalaman… secara lahiriah mereka memberikan janji, mereka berbicara dengan bahasa yang manis dan lembut tetapi dalam praktiknya mereka berkomplot, mereka menghancurkan, mereka mencegah kemajuan."
Jelas bahwa tujuan akhir pemerintah AS terhadap Iran tidak lain adalah mendominasi kembali Republik Islam.
Morad Enadi, pakar politik tentang analisis tujuan AS, mengatakan:
"Amerika Serikat telah melanjutkan sanksi yang diratifikasi Kongres terhadap Iran sejak 1979. Kebijakan sanksi baru seperti CAATSA, dan dalih pelanggaran hak asasi manusia atau dugaan dukungan Iran untuk terorisme, AS praktis melanjutkan sanksi sekunder dengan metode baru dan memperkuatnya."
Pengalaman menunjukkan bahwa Iran telah menderita dengan berbagai cara dalam negosiasi dengan Amerika Serikat di berbagai waktu.
Dari sudut pandang ini, apa yang disampaikan Pemimpin Besar Revolusi Islam sebenarnya merupakan indikator dan ukuran bagi pemerintah periode ke-13 untuk melihat secara realistis pada JCPOA dan perundingan Wina. Karena Republik Islam Iran tidak berniat membuang waktu dan tenaganya selamanya dengan janji-janji kosong. Yang penting untuk hari ini dan masa depan bangsa Iran adalah penggunaan kapasitas internal, terutama di sektor ekonomi negara.
Baca juga: Araqchi: Kelanjutan Perundingan Wina Tunggu Pemerintahan Baru Iran
Yang pasti, pemerintah AS mencoba yang terbaik untuk membuat Iran bertekuk lutut dengan skenario dan rencana yang berbeda. Namun tidak diragukan lagi dengan pengetahuan yang diperoleh dari perilaku AS dan pengalaman JCPOA, tentu saja kesempatan ini tidak akan diberikan lagi kepada AS.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken baru-baru ini mengatakan kepada Komite Senat bahwa dia memperkirakan bahwa ratusan sanksi AS terhadap Tehran akan tetap berlaku bahkan jika Tehran dan Washington kembali ke kesepakatan nuklir.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken
Sejatinya, harus dikatakan bahwa ada ketidakpercayaan yang mendalam terhadap Amerika Serikat, mengingat komitmen dan pelanggaran komitmen sebelumnya. Seperti yang ditunjukkan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam, dalam situasi saat ini, Amerika Serikat tidak ragu-ragu untuk melanggar janji dan komitmennya, dan ini adalah pengalaman yang sangat penting bagi pemerintah dan negarawan masa depan, serta untuk semua aktivis di arena politik.
Ghalibaf: Tingkatkan Hubungan antara Negara Islam, Cara Lawan Perang Ekonomi
Ketua parlemen Republik Islam Iran, Mohammad Bagher Ghalibaf mengatakan, solusi melawan perang ekonomi adalah meningkatkan hubungan antara negara-negara Islam.
Seperti dilaporkan laman icana.ir, Ghalibaf saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad di Damaskus menekankan bahwa setelah satu dekade perang sulit teroris dukungan AS dan Israel dengan Suriah dan poros muqawama, kini musuh mengubah medan perang dan kita menyaksikan perang ekonomi.
“Di kondisi seperti ini seluruh, hambatan di depan para pedagang, pelaku ekonomi, industriawan dan semua aktivis sektor swasta harus dihilangkan agar kita dapat memenangkan perang ekonomi dengan mempromosikan hubungan perdagangan,” papar Ghalibaf.
Seraya mengisyaratkan agitasi media Israel terhadap Iran, Suriah dan seluruh negara poros muqawama, Ghalibaf menekankan, “Solusi tunggal menghadapi perang ekonomi adalah meningkatkan hubungan antara negara-negara Islam khususnya negara poros muqawama.
Sementara itu, Faisal Mekdad di kesempatan tersebut seraya menekakan bahwa hubungan Republik Islam Iran berakar di hati dan jiwa rakyat Suriah menegaskan, hubungan kedua negara di seluruh sektor harus ditingkatkan.
Faisal Mekdad seraya mengisyaratkan bahwa kekuatan poros muqawama di kawasan setiap hari semakin meningkat menjelaskan, di kondisi seperti ini pertukaran perdagangan dan ekonomi kedua negara juga dapat mencapai level tertinggi.
Bashar Assad: Iran Mitra Utama Suriah
Presiden Suriah di pertemuannya dengan ketua parlemen Republik Islam Iran menekankan, Iran mitra utama Suriah.
Menurut laporan IRNA, Bashar Assad Rabu (28/7/2021) di pertemuan dengan Mohammad Bagher Ghalibaf bersama rombongan di Damaskus mengatakan, Iran mitra utama Suriah dan koordinasi yang ada antara kedua negara di perang melawan terorisme menunjukkan hasil positif.
Lebih lanjut Bashar Assad menambahkan, Iran bersama rakyat Suriah melawan teroris dan mendukung Suriah di semua bidang.
Presiden Suriah juga mengatakan, koordinasi yang ada antara kedua negara akan terus berlanjut hingga pembebasan total wilayah Suriah dan kekalahan kelompok teroris.
Sementara itu, Ghalibaf di pertemuan ini mengatakan, pemilu terbaru di Suriah dan Iran membuktikan kekalahan kebijakan represi yang diterapkan terhadap mereka.
Di pertemuan ini juga dikaji hubungan kuat antara kedua negara Iran dan Suriah, kerja sama konstruktif antara kedua negara di berbagai level.
Kedua pihak juga menekankan peran utama parlemen Suriah dan Iran untuk membuka ufuk baru bagi kerja sama bilateral khususnya di sektor ekonomi, bukan saja untuk sektor pemerintah, tapi juga mengaktifkan kerja sama antara sektor swasta kedua negara untuk membantu kedua bangsa bersahabat dalam melawan perang ekonomi dan pendekatan blokade serta sanksi yang diterapkan kepada mereka.
Ketua parlemen Iran hari Selasa (27/7/2021) bersama delegasi tinggi parlemen bertolak ke Suriah.
Hari Raya Ghadir Khum
Hari ini Kamis, 18 Zulhijjah 1442 H bertepatan dengan 29 Juli 2021 Hari Raya Ghadir Khum, salah satu hari besar umat Islam.
Ghadir Khum, sebuah tempat antara Mekah dan Madinah, di mana Rasulullah Saw di Haji Wada mengangkat Imam Ali as, imam pertama Syiah sebagai Wali dan penggantinya.
Rasulullah Saw ketika kembali dari haji terakhirnya meminta seluruh jamaah haji untuk mengikuti acara ini dan berkumpul di Ghadir Khum serta mengumumkan Imam Ali as sebagai washi, saudara dan penggantinya yang ditunjuk Tuhan.
Rasulullah Saw di khutbah penting Ghadir Khum mengatakan, “Siapa saja yang menjadikanku sebagai walinya, maka setelahku Ali adalah maula mereka.”
Hari raya Ghadir Khum yang disebut riwayat sebagai hari raya terbesar, dapat juga disebut sebagai hari raya terbesar seluruh agama ilahi, karena seluruh hasil usaha para utusan Tuhan terealisasi di hari ini.
IRIB mengucapkan selamat Hari Raya Ghadir Khum kepada seluruh umat muslim dunia.
Pakistan Bantah Bantu Taliban Serang Afghanistan
PM Pakistan membantah dukungan negaranya terhadap aksi pemberontakan yang dilakukan Taliban di Afghanistan.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan bahwa berita pengiriman 10.000 petempur ke Afghanistan dari Pakistan untuk mendukung Taliban dalam bentrokan baru-baru ini tidak benar.
Menyinggung penerimaan 3 juta pengungsi Afghanistan di Pakistan, Imran Khan mengatakan, "Kami sangat kecewa,meskipun banyak upaya Islamabad untuk memfasilitasi proses perdamaian, tapi mereka masih menyalahkan Pakistan atas apa yang terjadi di Afghanistan,".
Para pejabat Kabul mengkritik Pakistan atas pengiriman pasukan tambahan ke Afghanistan yang dibantah oleh Islamabad.
Delegasi Politik Taliban Berkunjung ke Cina
Bersamaan dengan semakin sengitnya perang di Afghanistan, delegasi politik Taliban yang dipimpin Mulla Baradar, Wakil Ketua Taliban bidang politik, melakukan kunjungan ke Cina, untuk bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi negara itu.
Juru bicara Kantor Politik Taliban di Qatar, Mohammad Naim di akun Twitternya, Rabu (28/7/2021) menulis, delegasi politik Taliban yang terdiri sembilan orang dipimpin Mulla Baradar, berkunjung ke Cina.
Menurut Naim, delegasi politik Taliban berkunjung ke Cina hari Selasa (27/7) atas undangan resmi pemerintah Beijing.
Dalam kunjungan itu, delegasi Taliban bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi, dan Utusan khusus pemerintah Cina untuk Afghanistan. Menurut Mohammad Naim, dalam pertemuan ini dibicarakan sejumlah masalah termasuk politik, ekonomi dan keamanan.
Delegasi Taliban pada kesempatan itu meyakinkan Cina bahwa kelompok ini tidak akan menggunakan wilayah Afghanistan untuk mengancam keamanan negara mana pun.