
کمالوندی
Perundingan Pemerintah Afghanistan dan Taliban di Doha Tanpa Hasil
Seorang anggota tim perunding pemerintah Afghanistan dengan Taliban menyebut pembicaraan dua hari baru-baru ini antara kelompok itu dan pemerintah Afghanistan tidak membuahkan hasil.
Kantor berita Suara Afghanistan (AVA) pada hari Selasa (20/7/2021) melaporkan, Atta Mohammad Noor dalam statemennya mengenai pembicaraan antara delegasi tingkat tinggi pemerintah Afghanistan dan Taliban di Doha, Qatar menilai tidak ada kesepakatan yang dicapai mengenai masalah utama.
Atta Mohammad Noor juga memperingatkan, "Jika Taliban melanjutkan serangan mereka di berbagai bagian Afghanistan, kelompok itu akan diberikan tanggapan yang tegas,".
Putaran baru pembicaraan damai Afghanistan antara pemerintah Afghanistan dan Taliban berakhir Minggu malam di Doha, ibu kota Qatar.
Dukungan AS, Syarat Turki Lindungi Bandara Kabul
Presiden Turki meminta Amerika Serikat menerima persyaratan yang diajukan Ankara, termasuk dukungan keuangan, logistik dan diplomatik untuk perlindungan Bandara Kabul.
Reuters hari Selasa (21/7/2021) melaporkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, "Jika Amerika Serikat mendukung Ankara dengan memenuhi persyaratan yang diajukan Turki, maka kami akan mengambilalih pengelolaan dan keamanan bandara Kabul,".
Turki telah lama melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat mengenai pengelolaan dan keamanan Bandara Internasional Kabul.
Ankara mengumumkan akan mengerahkan pasukan ke bandara Kabul setelah penarikan penuh pasukan AS dan NATO dari Afghanistan.
Namun, Taliban telah memperingatkan Turki agar tidak memasuki Afghanistan dengan dalih melindungi bandara Kabul.
Zabihullah Mujahid, Juru Bicara Taliban kepada stasiun televisi Turki TRT hari Selasa (20/7/2021) mengatakan bahwa kelompok itu menentang kehadiran militer Turki yang terus berlanjut untuk mengendalikan, mengamankan dan mengelola Bandara Internasional Kabul di ibukota Afghanistan.
Zabihullah Mujahid menambahkan bahwa kehadiran militer asing di Afghanistan merupakan campur tangan dalam urusan internal negara ini.(
Brigjen Nasirzadeh: Militer Iran Terus Mengejar Kemajuan
Komandan Angkatan Udara Militer Iran mengatakan, misi angkatan bersenjata dan personel angkatan udara militer adalah meng-upgrade diri dan mengejar kemajuan.
"Iran berada dalam sorotan musuh, orang-orang jahat dan para politisi, karena ia kuat dan mandiri," kata Brigadir Jenderal Aziz Nasirzadeh, Komandan Angkatan Udara Militer Iran pada Kamis, 15 Juli 2021.
"Ini sudah terbukti dan musuh merasa terancam karena mereka menemukan fenomena baru yang berbicara kebenaran," tambahnya seperti dilansir IRNA.
Hal itu disampaikan Brigjen Nasirzadeh dalam sambutannya pada upacara serah terima jabatan komandan Pangkalan Udara Shahid Abbas Babaei di kota Isfahan.
Dia mengatakan selama Perang Pertahanan Suci, pangkalan ini menjalankan misi pertahanannya dengan baik dengan melindungi daerah-daerah vital, mengawal kapal tanker, melindungi pelabuhan dan mempertahankan perputaran roda ekonomi.
"Pangkalan ini memainkan peran penting dalam penangkapan teroris, Abdolmalek Rigi. Jet-jet tempur pangkalan ini bekerja sama dengan pangkalan Bandar Abbas untuk memblokir rute pesawat yang membawa penjahat tersebut," jelasnya.
Brigjen Nasirzadeh menegaskan dunia menyadari bahwa zona udara Iran tidak dapat digunakan oleh seorang penjahat.
Gembong teroris Jundullah, Abdolmalek Rigi dibekuk oleh pasukan intelijen Iran pada Februari 2010 dan dieksekusi pada bulan Juni atas 79 tindak kriminal, termasuk pembunuhan, perampokan bersenjata, operasi pengeboman, serta serangan bersenjata terhadap warga sipil dan aparat Iran.
Surat al-Zukhruf ayat 85-89
وَتَبَارَكَ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَعِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (85)
Dan Maha Suci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nya-lah pengetahuan tentang hari kiamat dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (43: 85)
Pada pembahasan sebelumnya diterangkan seputar Ketuhanan yang tidak ada seorangpun atau sesuatupun kecuali Dia di alam penciptaan ini yang layak disembah. Sesembahan hakiki para malaikat, dan manusia di muka bumi hanyalah Dia.
Ayat di atas menjelaskan, alasan ibadah dan penyembahan kepada Tuhan, karena seluruh alam penciptaan berada di bawah kekuasaannya. Dia berkuasa atas langit, dan bumi, dan semua yang ada di antaranya, dan tidak ada yang berhak berkuasa di alam semesta ini kecuali Dia. Dialah Pencipta seluruh keberadaan, dan milik-Nya semua aturan serta hukum.
Bukan hanya dunia tapi Hari Kiamat juga berada di tangan Tuhan. Hanya Dia yang mengetahui kapan Kiamat tiba. Pasca kematian semua akan kembali kepada-Nya, dan kita semua akan menghadap-Nya. Maka dari itu orang yang mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat, harus mengikuti jalan yang sudah ditentukan oleh Allah Swt, melakukan semua yang diridhai-Nya, dan menjauhi semua yang menyebabkan murka-Nya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Awal dan akhir dunia, serta akhirat manusia, berada di tangan Allah Swt.
2. Tidak ada seorangpun yang mengetahui akhir dunia dan tibanya Hari Kiamat kecuali Allah Swt sendiri.
وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (86)
Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya). (43: 86)
Salah satu latar belakang sikap orang-orang musyrik adalah karena sebagian dari mereka mengira bahwa beberapa benda atau orang bisa menjadi penyelamat di dunia dan akhirat, dan mendatangkan rahmat Ilahi untuk mereka. Oleh karenanya mereka meminta pertolongan kepada benda atau orang tersebut.
Ayat di atas menjelaskan, di pengadilan Ilahi terdapat syafaat, tapi bukan untuk orang-orang yang dikira oleh orang-orang musyrik. Karena mereka sama sekali tidak mampu memberikan syafaat. Syafaat di sisi Tuhan hanya bisa dilakukan dengan izin-Nya. Pada kenyataannya, hak memberikan syafaat hanya dimiliki orang-orang yang perkataan serta perbuatannya selalu dalam kebenaran, dan teladan unggul untuk mengikuti jalan kebenaran.
Orang-orang yang menerima Tauhid dan Keesaan Tuhan, akan tunduk sepenuhnya di hadapan kebenaran, dan hanya mengikuti jalan yang telah ditetapkan Tuhan untuk meraih kebahagiaan umat manusia. Orang-orang ini mengetahui syarat menjadi pemberi syafaat, dan untuk orang macam apa mereka diizinkan memberi syafaat. Mereka dengan izin Tuhan memberikan syafaat kepada orang-orang yang layak menerimanya, dan mendatangkan rahmat Ilahi untuk mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebagaimana tobat yang merupakan cara untuk kembali kepada Tuhan, syafaat juga adalah cara manusia untuk kembali kepada Allah Swt, akan tetapi melalui perantara wali-wali Allah.
2. Orang-orang yang berada di jalan kebenaran, harus menggandeng tangan orang lain, dan membawa mereka ke jalan kebenaran, inilah syafaat yang sebenarnya.
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (87)
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, “Allah,” maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?, (43: 87)
Kelanjutan dari ayat sebelumnya yang berbicara soal permohonan syafaat orang-orang musyrik dari selain Tuhan, ayat di atas mengajukan pertanyaan kepada mereka, kalian yang mengakui Tuhan sebagai Pencita diri kalian sendiri dan alam semesta ini, mengapa meminta pertolongan kepada selain Tuhan, dan menyembah selain-Nya ?
Padahal penyembahan hanya boleh dilakukan terhadap Pencipta dan Pengatur alam semesta. Penyimpangan macam apa yang kalian lakukan ini ? Kalian berpegang pada sesuatu atau orang yang sama sekali tidak memiliki kedudukan apapun di sisi Tuhan, dan beralih dari menyembah Tuhan, ke penyembahan selain-Nya, lalu berharap sesuatu atau orang itu menjadi perantara di sisi Ilahi ?
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang-orang musyrik sekalipun, mengakui bahwa Allah Swt adalah Pencipta alam semesta. Masalah asli terdapat pada sifat Tuhan sebagai Pencipta dan Pengatur urusan manusia yang dilekatkan orang-orang musyrik pada benda-benda tak bernyawa atau orang-orang yang dianggap terlibat di dalamnya.
2. Segala bentuk penyimpangan dari Tauhid dalam sifat Tuhan sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta, adalah penyimpangan dari fitrah manusia sendiri.
وَقِيلِهِ يَا رَبِّ إِنَّ هَؤُلَاءِ قَوْمٌ لَا يُؤْمِنُونَ (88) فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (89)
dan (Allah mengetabui) ucapan Muhammad, “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman.” (43: 88)
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah, “Salam (selamat tinggal).” Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). (43: 89)
Di ayat-ayat terakhir Surat Az Zukhruf ini dijelaskan tentang masalah seputar Tauhid dan syirik. Allah Swt dalam ayat-ayat ini berfirman, meskipun Rasulullah Saw bekerja keras sepanjang siang dan malam, dan berdialog dengan orang-orang musyrik untuk menghidayahinya, namun beberapa dari mereka tidak mau beriman, dan sama sekali tidak berniat untuk beriman.
Padahal mereka memahami kebenaran, tapi perkataan terang benderang dan kokoh Nabi tidak mampu mempengaruhi hati mereka yang dingin, sehingga mereka tidak bersedia menerima kebenaran, karena apa yang diucapkan Nabi tidak sejalan dengan keuntungan dunia, dan kelezatan materi yang mereka inginkan.
Maka dari itu Allah Swt berfirman kepada Nabi-nya, setelah engkau menuntaskan hujjah, dan menyampaikan kebenaran, tinggalkan mereka dalam kondisinya itu sehingga mereka tidak mengira engkau butuh iman mereka, atau mengira engkau ingin memaksanya beriman.
Ucapkan selamat tinggal kepada mereka, dan biarkan mereka pergi melalui jalan yang dipilihnya sendiri. Pada saat yang sama, ayat di atas juga memberikan ancaman kepada orang-orang musyrik dengan kalimat sarat makna sehingga mereka tidak mengira bahwa Allah Swt sudah tidak berurusan lagi dengan mereka, dan Allah Swt berfirman, tidak lama lagi mereka akan memahami, dan menyaksikan akibat dari perbuatan buruknya.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para pemuka agama tidak boleh berharap semua orang akan beriman, dan menerima kebenaran.
2. Setelah selesai menyampaikan hujjah dan argumen pamungkas kepada para penentang, kita tidak boleh memohon atau memaksa mereka. Tapi tinggalkan mereka, dan biarkan mereka memilih jalannya sendiri.
Surat al-Zukhruf ayat 79-84
أَمْ أَبْرَمُوا أَمْرًا فَإِنَّا مُبْرِمُونَ (79) أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ (80)
Bahkan mereka telah menetapkan satu tipu daya (jahat), maka sesungguhnya Kami menetapkan pula. (43: 79)
Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka. (43: 80)
Pada pembahasan sebelumnya dijelaskan tentang orang-orang yang tidak bersedia menerima kebenaran, sementara di ayat ini diterangkan, mereka bukan saja benci dan menjauhi kebenaran, bahkan memeranginya. Mereka bersiasat untuk melemahkan kebenaran, dan mematikan cahayanya, serta melancarkan segala jenis pemufakatan jahat. Mereka bertekad untuk menghancurkan, dan mengalahkan kebenaran. Namun mereka sendiri tidak tahu lawan yang dihadapi adalah Tuhan. Kehendak Tuhan lebih unggul dari kehendak dan keinginan mereka, dan tidak semua keinginan mereka bisa terwujud.
Para penentang itu mengira Allah Swt tidak mengetahui pembicaraan rahasia mereka, dan tidak menyaksikan serta tidak mendengarnya. Padahal Allah Swt mendengar pembicaraan rahasia mereka meski dengan suara pelan. Pasalnya bagi Allah Swt terbuka atau tersembunyi sama saja. Malaikat Ilahi juga hadir di semua tempat, dan terus menerus mencatat perbuatan dan perkataan manusia bahkan bisikan, tidak ada yang tersembunyi bagi mereka.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Setiap keputusan seserius, dan sepasti apapun, tidak keluar dari kehendak Tuhan, dan tanpa izin-Nya tidak mungkin terwujud.
2. Para penentang mengira Tuhan tidak mengetahui rahasia mereka. Padahal semua yang dilakukan manusia dicatat oleh Allah Swt, dan tidak ada yang luput dari pengawasan para malaikat Tuhan.
قُلْ إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ (81) سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ (82)
Katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak itu). (43: 81)
Maha Suci Tuhan Yang empunya langit dan bumi, Tuhan Yang empunya 'Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu. (43: 82)
Di ayat-ayat pertama Surat Az Zukhruf disinggung tentang keyakinan orang-orang musyrik yang menganggap malaikat sebagai anak-anak Tuhan, lalu di ayat berikutnya tentang orang Kristen yang meyakini Kristus sebagai putra Tuhan.
Ayat-ayat di atas membantah keyakinan salah tersebut dan menjelaskan, jika Tuhan memiliki anak yang harus disembah, maka para nabilah orang pertama yang menyembahnya. Padahal, pertama, Tuhan suci dari memiliki isteri dan anak, kedua, Dia tidak pernah memerintahkan makhluknya untuk menyembah selain diri-Nya, termasuk malaikat atau manusia.
Tuhan yang merupakan Pemilik dan Pengatur langit serta bumi, dan Penguasa arsy, tidak membutuhkan anak. Dia adalah wujud tak terbatas, dan menguasai seluruh alam semesta. Pada kenyataannya, anak diperlukan manusia untuk melanjutkan keturunan, atau saat mulai lemah, ia akan membutuhkan bantuan anak-anaknya. Poin lain adalah, keberadaan anak dikarenakan manusia merupakan makhluk materi yang terbatasi ruang dan waktu. Sementara Tuhan yang menciptakan dan mengatur seluruh alam ini, suci dari semua itu, dan tidak membutuhkan apapun termasuk anak.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam berdebat dengan para penentang kita harus mendahulukan toleransi, dan menjelaskan dengan baik seandainya pendapat mereka memang benar maka itu akan membuktikan kesalahan keyakinan mereka.
2. Tidak diragukan Allah Swt suci dari segala kekurangan atau kebutuhan serta kemiripan dengan manusia. Maka dari itu kita harus selalu menjauhi tuhan yang mirip manusia, karena tuhan semacam ini adalah produk khayalan manusia, dan ketidaktahuan atas sifat-sifat Tuhan Maha Esa.
3. Langit dan bumi dengan segala keagungannya berada di bawah kendali, dan pengelolaan Tuhan, dan secara terpusat diatur oleh-Nya.
فَذَرْهُمْ يَخُوضُوا وَيَلْعَبُوا حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ (83) وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الْأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ (84)
Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka. (43: 83)
Dan Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (43: 84)
Para nabi bertugas untuk menghidayahi manusia. Mereka dengan penuh kasih sayang berusaha dengan berbagai cara untuk menyelamatkan umat manusia. Ayat-ayat di atas menjelaskan, kasih sayang nabi ini ada batasnya, dan ketika manusia sendiri yang tidak ingin mengikuti jalan yang benar, dan meraih kebahagiaan, maka para nabi pun tidak bisa memaksa mereka. Sebaliknya meninggalkan mereka sampai menyaksikan sendiri akibat dari pilihan kelirunya, dan dampak dari tenggelam dalam kebatilan. Mungkin saat itu mereka akan menyadari kesahalannya, dan kembali ke jalan yang benar. Mungkin juga hingga akhir usianya tetap di jalan yang salah, dan tidak kembali sampai Hari Kiamat tiba, dan merasakan buah pahit pemikiran serta perbuatan buruknya.
Kelanjutan ayat di atas menjelaskan ketidakbutuhan Tuhan terhadap iman manusia. Di dalam ayat ini diterangkan, orang-orang kafir mengira Tuhan membutuhkan ibadah mereka, dan kekufuran serta pembangkangan mereka akan merugikan diri-Nya. Dia adalah Tuhan langit dan bumi, sesembahan seluruh makhluk. Dengan kata lain, Tuhan adalah sesembahan hakiki manusia yang merupakan Pengelola, dan Pengatur alam semesta. Maka dari itu para malaikat, berhala dan benda alam seperti bulan, matahari, serta bintang, sampai kapanpun tidak layak untuk disembah. Mereka adalah makhluk Tuhan, dan sangat tergantung pada Tuhan.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi bertugas menyeru dan menyadarkan umat manusia, bukan memaksa atau memohon kepada mereka.
2. Dalam masalah akidah, setelah menyampaikan argumen dan menuntaskan dalil kepada masyarakat, kita tidak boleh memaksa mereka, tapi harus membiarkan mereka untuk memilih jalan sendiri.
3. Tuhan tidak membutuhkan satu manusiapun, apalagi ibadah dan penghambaan mereka. Ketika kita belum diciptakan, Dialah Tuhan, dan ketika kita lahir di dunia, Dia juga Tuhan. Dialah Tuhan langit dan bumi serta seluruh makhluk dunia.
4. Hanya Pemilik ilmu dan hikmah tak terbataslah yang layak disembah.
Surat al-Zukhruf ayat 70-78
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ (70) يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (71) وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (72) لَكُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرَةٌ مِنْهَا تَأْكُلُونَ (73
Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan. (43: 70)
Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya. (43: 71)
Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. (43: 72)
Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan. (43: 73)
Dalam pertemuan sebelumnya dijelaskan, Allah Swt memberi kabar gembira untuk hamba-hamba-Nya yang soleh, bahwa mereka tidak akan merasa takut di Hari Kiamat kelak. Sementara ayat-ayat di atas menggambarkan kondisi surga, yaitu orang-orang yang selama hidup di dunia, demi menjaga iman, selalu menemani pasangannya dalam segala kesulitan, maka di Hari Kiamat mereka akan bersama pasangannya dalam kegembiraan, dan kebahagiaan, keduanya tidak akan berpisah. Mereka tenggelam dalam kebahagiaan yang tampak di wajahnya.
Semua kenikmatan, dan kelezatan dunia yang tidak dirasakan oleh orang-orang beriman demi menjaga iman mereka, akan diberikan Allah Swt di Hari Kiamat. Para pelayan surga akan menjamu orang-orang Mukmin dengan makanan dan minuman paling lezat, dan paling baik dalam piring-piring serta gelas terindah. Para pelayan itu akan memberikan apapun yang diminta orang-orang Mukmin. Semua kenikmatan itu tidak akan pernah habis. Penghuni surga akan selalu dilayani dalam kondisi yang sangat nyaman, tenang dan tanpa kecemasan apapun. Kegembiraan dan kelezatan surga tidak pernah menjemukan, dan membosankan.
Dalam kelanjutan ayat-ayat di atas disinggung dua nikmat surga lain. Ayat tersebut menjelaskan, semua yang diinginkan oleh hati, dan semua yang sedap dipandang mata, ada di surga. Sungguh gambaran yang menarik.
Selain itu untuk mencegah penghuni surga bersedih karena berpikir bahwa nikmat-nikmat itu akan sirna, dan untuk menenangkan hati mereka, ayat di atas menerangkan, kalian akan abadi di surga.
Selanjutnya dijelaskan, kenikmatan-kenikmatan surga ini diwariskan kepada para penghuninya karena amal-amal baik mereka di dunia. Pada kenyataannya ayat-ayat tersebut mengatakan bahwa faktor asli penyelamat manusia adalah amal baik mereka.
Di akhir ayat dijelaskan tentang buah-buahan surga. Pohon-pohon surga selalu berbuah lebat, dan penghuni surga menikmati buah-buahan yang beraneka jenis, dan rasa.
Dari empat ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pasangan-pasangan yang beriman, kelak di akhirat juga akan selalu bersama pasangannya.
2. Mereka yang menutup mata dari yang bukan muhrim, dan adegan-adegan tidak bermoral di dunia demi ridha Allah Swt, di akhirat kelak akan menikmati keindahan pasangan-pasangan berwajah menarik di surga. Kenikmatan ini tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan dunia.
3. Kenikmatan, dan kelezatan dunia terbatas, dan tidak langgeng. Merasakan seluruh kenikmatan, dan tercapainya seluruh keinginan, hanya mungkin diraih di surga.
4. Surga diperoleh dengan perjuangan, bukan tanpa amal, maka mengharapkan surga tanpa amal baik adalah perbuatan sia-sia.
5. Salah satu nikmat surga adalah keragaman jenis dan rasa buah-buahan yang ada di dalamnya.
إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَالِدُونَ (74) لَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ (75) وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ (76)
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahannam. (43: 74)
Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa. (43: 75)
Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (43: 76)
Setelah menggambarkan kondisi surga, ayat-ayat selanjutnya menjelaskan tentang nasib para pendosa, dan penjahat di dalam neraka, sehingga manusia dengan membandingkan akibat yang diterima dua kelompok tersebut, dapat memilih jalan yang benar di dunia. Di awal ayat dijelaskan, sebagaimana orang-orang beriman abadi di surga, para pelaku kejahatan juga akan abadi di neraka.
Namun dengan memperhatikan ayat dan riwayat lain, semua pelaku kejahatan, dan pendosa tidak akan selamanya di neraka. Hanya mereka yang bersikap keras kepada saja yaitu orang-orang yang jika 1000 tahun lagi diberi kesempatan hidup di dunia, mereka tidak akan berhenti melakukan kezaliman, dan penindasan, yang kekal di neraka. Jelas orang-orang yang memiliki sikap keras kepala semacam ini tidak layak mendapat rahmat Ilahi sehingga bisa selamat dari azab atau mendapat keringanan, tidak ada jalan keselamatan di neraka. Maka dari itu mereka berputus asa, dan sangat bersedih.
Kelanjutan ayat di atas menerangkan, supaya manusia tidak menganggap Allah Swt berbuat zalim, dan mengingat usia yang pendek di dunia tapi mendapatkan azab abadi di neraka, perlu diingatkan bahwa orang-orang berdosa sendiri yang membuat nasib mereka seperti ini. Sumber azab Allah Swt yang abadi itu tidak lain adalah amal buruk mereka.
Di dunia dewasa ini, dari sudut pandang hukum, terdapat kesesuaian antara kejahatan dan hukuman, hukuman tidak tergantung pada panjang atau pendeknya waktu kejahatan. Oleh karena itu, beberapa perbuatan dosa atau kejahatan meski masa kejadiannya sangat pendek, namun bisa berakibat hukuman penjara yang lama, dan terkadang penjara seumur hidup.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam pendidikan Al Quran, peringatan dan kabar gembira datang beriringan, sehingga manusia tidak bersikap congkak bukan pada tempatnya, atau berputus asa.
2. Sebagaimana perbuatan baik menyebabkan manusia masuk surga, penyebab masuk neraka juga perbuatan manusia sendiri.
3. Allah Swt tidak berlaku zalim kepada siapapun, perbuatan zalim manusia pendosalah yang menjerumuskannya ke dalam neraka.
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ (77) لَقَدْ جِئْنَاكُمْ بِالْحَقِّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ (78)
Mereka berseru, “Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” Dia menjawab, “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” (43: 77)
Sesungguhnya Kami benar-benar telah memhawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu. (43: 78)
Kondisi orang-orang yang berbuat dosa, dan zalim di neraka sangat sulit dan tidak bisa dibayangkan, sehingga satu-satunya jalan terbaik bagi mereka adalah kematian. Oleh karena itu mereka meminta malaikat yang bertugas menjaga neraka untuk memohon kepada Allah Swt agar membuat mereka mati sehingga terbebas dari kondisi sulit tersebut. Akan tetapi malaikat menjawab bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, dan mereka akan tetap berada di neraka.
Jika di dunia manusia bisa mengakhiri hidup dengan bunuh diri, di Hari Kiamat hal itu tidak mungkin dilakukan, bahkan azab pedih dan api jahanam tidak mampu membunuhnya.
Selanjutnya, ayat-ayat di atas menyebut alasan terpenting manusia dimasukkan ke neraka karena menjauhi kebenaran, dan membencinya. Ayat tersebut menjelaskan, di dunia mereka tidak suka mendengar kebenaran, mereka hanya mengejar hawa nafsu, kepuasan diri, dan orang-orang yang sepemikiran dengannya. Bukan hanya tidak menerima kebenaran, mereka bahkan tidak mau mendengar dan memikirkannya. Akhirnya kebencian terhadap kebenaran ini menjerumuskan mereka ke dalam azab abadi.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berhati-hatilah dengan amal dan perbuatan kita di dunia sehingga di akhirat kita tidak terpaksa berharap untuk mati. Harapan yang tidak akan pernah bisa terwujud.
2. Hukuman dan azab Ilahi diberikan setelah hujjah selesai. Maka dari itu seseorang akan masuk neraka ketika ia sudah memahami kebenaran, tapi kemudian memusuhi serta melawannya.
3. Bersedia menerima kebenaran, dan tunduk di hadapannya merupakan faktor kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Sebagaimana juga kebencian terhadap kebenaran menyebabkan penderitaan manusia di dunia dan akhirat.
Surat al-Zukhruf ayat 63-69
وَلَمَّا جَاءَ عِيسَى بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (63) إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (64)
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku". (43: 63)
Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (43: 64)
Sebelumnya telah dijelaskan tentang pandangan keliru orang-orang Kristen terkait Nabi Isa as bahwa beliau adalah anak Tuhan sehingga disembah, dan disucikan. Ayat di atas menunjukkan seruan Nabi Isa, dan menjelaskan, Isa juga seperti nabi-nabi yang lain, menunjukkan mukjizat supaya menjadi dalil bagi kebenarannya, dan kebenaran pengakuan kenabiannya.
Ia mengajak masyarakat kepada hikmah, yaitu keyakinan-keyakinan yang benar berasaskan logika sehingga semua orang paham, dan menerimanya, dan terjaga dari segala bentuk kesesatan akidah, serta pemikiran. Akan tetapi hikmah juga meliputi masalah praktik dan amal, serta membahas upaya menyucikan diri manusia sehingga ia bersih dari berbagai kekotoran akhlak, dan dihiasai keutamaan spiritual.
Hikmah dapat menyelesaikan permasalahan masyarakat, dan memberikan keputusan serta hukum yang benar dan bisa dibela. Selanjutnya, ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Isa membantah dirinya adalah sesembahan dan berkata, Allah Swt adalah Tuhanku, dan Tuhan kalian semua.
Dengan pernyataan ini, Nabi Isa ingin menjelaskan bahwa dia dan kita sama, dan Tuhan kita satu. Nabi Isa mengatakan, aku seperti kalian, dalam seluruh wujudku membutuhkan Pencipta, dan Pengelola, Dia adalah Pembimbingku. Dia adalah Tuhan semua, hanya kepada-Nya kita menyembah, selain Dia tidak layak disembah. Nabi Isa menambahkan, jalan yang benar, dan lurus tidak lain adalah jalan penghambaan kepada Sang Pencipta, jalan yang di dalamnya tidak ditemukan kesesatan apapun.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seruan para nabi berasaskan hikmah, dan argumen yang jelas sehingga masyarakat bisa memahami, dan menerima kebenaran dengan akal, dan pemikirannya.
2. Cara penyelesaian permasalahan agama, dan sosial adalah merujuk kepada ajaran para nabi Ilahi, dan menghindari kepentingan pribadi serta kelompok.
3. Pesan utama Nabi Isa adalah menyeru umat manusia kepada penyembahan Tuhan yang Maha Esa. Penyembahan hanya dikhususkan bagi Dia yang mengelola alam semesta, dan menyembah selain-Nya akan menyesatkan manusia. Maka dari itu, selain Tuhan tidak ada yang layak disembah sekalipun ia nabi, dan kelahirannya mukjizat.
فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ عَذَابِ يَوْمٍ أَلِيمٍ (65) هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (66) الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ (67)
Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat). (43: 65)
Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya. (43: 66)
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (43: 67)
Nabi Isa diangkat sebagai nabi dari Bani Israel. Namun sebagian kelompok dari Bani Israel menganggapnya pembohong, dan menolak kenabiannya. Di sisi lain, ada kelompok yang terlalu mengaggungkannya. Mereka menaikkan Nabi Isa hingga ke posisi lebih tinggi dari nabi, dan mencapai posisi Tuhan. Mereka mengira Nabi Isa adalah Tuhan yang turun dari langit ke muka bumi dalam wujud manusia. Sebagian dari mereka menganggap Nabi Isa salah satu dari Trinitas.
Pada akhirnya keyakinan Trinitas, atau tritunggal ini menguasai para penganut agama Kristen dunia, dan sebagaimana kita saksikan hari ini, mayoritas umat Kristen meyakini Trinitas.
Sikap ekstrem terkait Nabi Isa muncul, padahal beliau sendiri mengumumkan dirinya hamba Tuhan, dan mengajak umat manusia hanya menyembah Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu, kelanjutan ayat di atas menerangkan, sungguh celaka orang-orang yang berbuat zalim, dan menyimpang dari jalan kebenaran. Mereka berbuat zalim pada posisi kenabian, dan akan dilemparkan ke neraka kelak di Hari Kiamat.
Apa yang mereka harapkan dari sangkaan keliru terhadap Nabi Isa ini ? apakah mereka berharap selain Hari Kiamat yang akan datang tiba-tiba, dan menimpa mereka ? Ya, kematian, dan Kiamat akan begitu mengejutkan manusia sehingga sama sekali tidak akan siap menghadapinya, dan mereka tidak mengira akan menimpanya.
Dalam ayat ini jelas bahwa kejadian sulit, dan mematikan di Hari Kiamat berlangsung dengan dua kekhususan, pertama, terjadi secara tiba-tiba, dan kedua, mengejutkan manusia yang sama sekali tidak siap.
Kelanjutan ayat ini menjelaskan tentang kekhususan Hari Kiamat, di hari itu semua ikatan selain ikatan Ilahi akan terputus. Para sahabat yang berkawan dalam penindasan, kerusakan, dan dosa akan menjadi musuh satu sama lain. Mereka akan saling menyalahkan tentang siapa yang harus bertanggung jawab atas kesesatan, dan nasib buruk yang menimpanya. Satu dengan yang lainnya berkata, engkau yang menyebabkan aku tersesat, engkau menggambarkan dunia indah di mataku, karena pertemanan, dan persahabatan denganmu, aku harus terjerumus ke dalam nasib buruk ini.
Hanya orang-orang yang berteman atau bermusuhan karena Allah Swt, di dunia ini, yang pertemanan mereka akan berlanjut hingga ke Hari Kiamat, dan tidak akan menjadi sasaran laknat, cemooh, serta permusuhan. Karena pertemanan karena Allah Swt bersandar pada nilai-nilai abadi, maka ikatan ini juga akan abadi. Buah dari pertemanan semacam ini akan lebih tampak di Hari Kiamat.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kiamat akan terjadi secara tiba-tiba. Kapan terjadinya Hari Kiamat tidak diketahui siapapun bahkan oleh para nabi, dan hal itu hanya diketahui Allah Swt.
2. Ikatan-ikatan dunia jika terjalin berdasarkan tolok ukur akhirat, ia tidak akan berubah menjadi permusuhan di Hari Kiamat.
3. Pertemanan dengan orang beriman akan langgeng, dan abadi, tidak seperti pertemanan dengan selain mereka, tidak langgeng, dan tidak bisa dipercaya.
يَا عِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ (68) الَّذِينَ آَمَنُوا بِآَيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ (69)
Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (43: 68)
(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. (43: 69)
Di dunia ini terdapat orang-orang bertakwa yang dari sisi keimanan, memiliki iman yang kokoh, dan dari sisi amal berserah diri secara penuh pada perintah Tuhan. Mereka tidak meragukan ayat-ayat Ilahi, dan tidak mengikuti hawa nafsunya.
Allah Swt memberikan kabar gembira untuk orang-orang semacam itu, di Hari Kiamat mereka tidak akan merasa takut sama sekali, mereka tidak akan menyesali masa lalu, dan tidak akan cemas dengan masa depan. Sungguh kabar yang menggembirakan. Pesan langsung dari Tuhan, yang menghilangkan kesedihan masa lalu, dan kecemasan masa depan.
Benar, manusia yang selalu melaksanakan kewajibannya, sekalipun tidak berhasil, ia tidak akan merasa kalah, dan bersedih, takut atau cemas. Ia berharap pada kasih sayang Allah Swt, dan menyerahkan diri kepada-Nya.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jalan untuk mencapai ketenangan hakiki, dan jaminan terbebas dari rasa takut, serta cemas saat menghadapi peristiwa-peristiwa mengerikan di Hari Kiamat, adalah penghambaan kepada Tuhan, dan berserah diri kepada-Nya.
2. Iman saja tidak cukup, amal juga diperlukan, dan harus tunduk pada perintah Allah Swt.
Surat al-Zukhruf ayat 57-62
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ (57) وَقَالُوا أَآَلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ (58)
Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (43: 57)
Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (43: 58)
Sebagaimana tercatat dalam sejarah, orang-orang musyrik Mekah untuk menjustifikasi penyembahan berhala yang dilakukannya, mereka bersandar pada perbuatan orang-orang Kristen. Kepada Nabi Muhammad Saw mereka berkata, orang-orang Kristen juga menyembah Yesus yang lahir dari seorang perempuan bernama Maryam. Seandainya perbuatan kami salah, maka perbuatan orang-orang Kristen juga salah, dan jika seperti yang Engkau katakan, kami dan sesembahan kami akan berada di dalam api, maka Yesus juga harus masuk ke neraka, karena dia juga sesembahan.
Perbandingan tidak pada tempatnya antara orang-orang Kristen, dan Yesus yang jelas-jelas keliru itu, dilakukan orang-orang musyrik Mekah untuk mendebat Nabi Muhamma Saw. Mereka berusaha membenarkan perbuatan salah mereka, dengan perbuatan salah orang lain, sebuah cara yang dewasa ini dilakukan oleh banyak orang untuk menjustifikasi perbuatan-perbuatan melanggar hukum.
Di antara manusia ada yang dimasukkan ke dalam negara karena mereka ingin disembah, seperti Firaun yang menyuruh masyarakat untuk menyembahnya. Akan tetapi Nabi Isa as tidak pernah sekalipun bersedia untuk disembah, dan sangat membenci perbuatan ini.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebaiknya kita menggunakan argumen dan logika daripada menghina keyakinan keliru orang lain.
2. Diskusi dan dialog untuk mengenalkan kebenaran dianjurkan oleh Al Quran. Namun berdebat untuk membenarkan perbuatan keliru kita, dan menyerang orang lain, adalah perbuatan tidak patut.
إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ (59) وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ (60)
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail. (43: 59)
Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. (43: 60)
Pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang perbandingan antara Nabi Isa dengan berhala yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Mekah. Sementara di ayat ini Allah Swt membela Nabi Isa dan berfirman, dia (Nabi Isa) menganggap dirinya sebagai hamba Allah Swt, dan tidak pernah mau menjadi sesembahan orang Kristen, ia melawan perbuatan semacam ini.
Dia (Nabi Isa) adalah orang yang diberikan nikmat risalah dan kenabian dari sisi Tuhan, untuk membimbing kaum Bani Israel, dan menjadi teladan serta contoh sempurna bagi mereka. Pada kenyataannya, setiap mukjizat Nabi Isa adalah tanda keagungan Tuhan, dan derajat kenabiannya.
Selama hidup di tengah masyarakat, Nabi Isa mengakui posisi penghambaan kepada Tuhan, dan ia mengajak semua orang untuk menyembah-Nya. Namun disayangkan orang-orang Kristen bukannya menyembah Tuhan, tapi Nabi Isa, dan mereka mensucikan beliau.
Kelanjutan ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt kepada orang-orang musyrik berfirman, ketika Allah Swt dan Rasul-Nya menyeru kepada jalan yang benar, bukan berarti bahwa Tuhan membutuhkan keimanan, dan ibadah manusia.
Karena jika Tuhan berkehendak, Dia bisa menggantikan posisi manusia di muka bumi dengan para malaikat, mereka selalu menyembah Tuhan, taat, dan mematuhi perintah-Nya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Penghambaan Tuhan adalah faktor kesempurnaan, dan peningkatan derajat manusia, dan para nabi berhasil mencapai kedudukan tertinggi dalam penghambaan Tuhan.
2. Meski orang-orang Yahudi sepanjang sejarah menentang Nabi Isa, tapi Nabi Isa sendiri berasal dari kaum Bani Israel, dan penolakan atasnya oleh orang-orang Yahudi, didasari permusuhan, dan keras kepala.
3. Allah Swt berkehendak agar manusia beriman atas dasar kesadaran, dan ikhtiarnya sendiri, jika tidak Dia akan menggantikan posisi manusia dengan malaikat di muka bumi, karena malaikat tidak punya ikhtiar atau kehendak pribadi.
وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (61) وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (62)
Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (43: 61)
Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (43: 62)
Ayat di atas menyinggung karakteristik lain Nabi Isa dan menjelaskan, wujud Nabi Isa sendiri adalah salah satu tanda Hari Kiamat, karena ia dilahirkan dari seorang ibu tanpa suami, dan bukti kekuasaan Tuhan untuk menciptakan kembali manusia di Hari Kiamat.
Selain itu, salah satu mukjizat Nabi Isa adalah menghidupkan orang mati di dunia. Menurut riwayat Islam, dan keyakinan Kristen, di akhir zaman Nabi Isa turun dari langit, dan ini merupakan tanda dekatnya akhir dunia, dan Hari Kiamat.
Kelanjutan ayat ini menegaskan terjadinya Hari Kiamat dan menjelaskan, jangan pernah ragu, karena lalai terhadap Hari Kiamat akan menyebabkan manusia terjebak dalam berbagai kejahatan, dan kesesatan, hingga terjerumus ke dalam neraka.
Ikutilah jalan lurus Ilahi, jalan yang ditunjukkan oleh para nabi, dan menyelematkan manusia dari banyak bahaya yang selalu mengintainya sehingga ia selamat di dunia, dan akhirat.
Selain jalan Tuhan, ada jalan lain, yaitu jalan setan yang ingin menyesatkan manusia dari jalan Tuhan, dan nasibnya di akhirat, dengan bisikan-bisikan, dan tipu dayanya. Akar perbuatan setan ini adalah permusuhan lamanya terhadap manusia karena ia tidak bersedia sujud kepada Bapak umat manusia, Nabi Adam as, dan diusir dari sisi Tuhan.
Saat itu setan bersumpah hingga akhir zaman, ia akan menyesatkan anak-anak Adam. Setelah mengetahui itu semua, lalu mengapa kita diam di hadapan permusuhan sengit ini, dan membiarkan setan menyesatkan kita dengan bisikan, dan tipu dayanya ?
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Keberadaan wali Tuhan, perkataan dan perbuatan mereka, mengingatkan manusia akan Hari Kiamat, dan Maad.
2. Manusia untuk melangkah di jalan yang lurus membutuhkan teladan, contoh dan model. Karena itu, kita harus mengenal jalan yang lurus dari hamba-hamba suci Tuhan. Jika tidak, manusia akan menjadi bulan-bulanan hawa nafsu, dan tipu daya setan, lalu ia mengira tengah melangkah di jalan lurus.
3. Setan selalu mengintai manusia sehingga bisa menembus jiwa dan hatinya dari jalan yang dapat ia masuki, supaya menyesatkan manusia dari jalan kebenaran, dan jalan lurus.
Surat al-Zukhruf ayat 49-56
وَقَالُوا يَا أَيُّهَا السَّاحِرُ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ إِنَّنَا لَمُهْتَدُونَ (49) فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ (50)
Dan mereka berkata, “Hai ahli sihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk. (43: 49)
Maka tatkala Kami hilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri (janjinya). (43: 50)
Sebelumnya dijelaskan tentang upaya Nabi Musa as menghidayahi Firaun, dan orang-orang dekatnya dengan menunjukkan berbagai mukjizat kepada mereka. Sementara di ayat ini dijelaskan bahwa mereka tidak mempedulikan isi ajakan Nabi Musa kepada Tauhid, dan ketaatan kepada Allah Swt. Akan tetapi saat mendapat kesulitan, dan penderitaan serta bala, mereka meminta Nabi Musa memohon kepada Alla Swt untuk membebaskannya dari penderitaan, dan musibah, lalu berjanji jika terbebas dari semua penderitaan akan beriman, dan menerima seruan Nabi Musa.
Namun yang menarik adalah, meski meminta bantuan kepada Nabi Musa, mereka tetap menyebutnya penyihir. Mereka mengira para nabi serupa penyihir yang melakukan hal-hal luar biasa, dan dikelilingi orang-orang. Hal ini menjadi bukti bahwa janji orang-orang sombong, dan takabur untuk beriman, adalah bohong, dan mereka sebenarnya mencari jalan untuk menyelamatkan diri dari penderitaan, dan bala yang menimpanya, bukan mencari hidayah. Maka dari itu, ayat di atas melanjutkan, ketika para penindas terbebas dari segala kesulitan, dan topan bala sudah mereda, mereka melanggar janjinya, dan tidak beriman kepada Tuhan.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kebanyakan manusia saat ditimpa kesulitan berlindung kepada wali Allah Swt, agar mendoakan mereka selamat.
2. Saat didera kesulitan, dan merasa terancam, fitrah menemukan Tuhan akan muncul dalam diri manusia, ia teringat akan Tuhan, namun setelah semua kesulitan itu teratasi, ia kembali lalai, dan melupakan Tuhan.
وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ (51) أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ (52) فَلَوْلَا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسْوِرَةٌ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلَائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ (53)
Dan Firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)? (43: 51)
Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? (43: 52)
Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?” (43: 53)
Firaun dan kaumnya dari satu sisi menyaksikan mukjizat Nabi Musa, di sisi lain selamat dari penderitaan, dan musibah berkat doanya. Hal ini memberikan pengaruh besar pada masyarakat, dan anggapan mereka selama ini terkait Firaun mulai goyah. Pada saat yang sama Firaun, dan orang-orang di sekitarnya tetap tidak bersedia menerima seruan Nabi Musa.
Firaun berusaha sekuat tenaga mencegah agar para pembesar istana, dan kaumnya dari pengaruh perkataan logis, dan mukjizat Nabi Musa. Ia mengolok-olok Nabi Musa, dan membesar-besarkan dirinya.
Di hadapan kaumnya, Firaun berkata, apakah kekuasaan wilayah Mesir yang luas ini bukan milikku ? apakah sungai-sungai mengalir bukan karena perintahku, dan apakah semua sungai itu tidak melewati istana, dan taman-tamanku ? tapi apa yang dimiliki Musa ? ia bahkan tidak lancar berbicara, tidak ada malaikat yang menyertainya, ia tidak seperti para pembesar yang mengenakan berbagai jenis perhiasan, dan pakaian indah, serta memiliki istana megah. Apapun yang kalian inginkan aku memilikinya, tapi Musa tidak punya apapun. Lalu mengapa kita harus mematuhinya, dan menjadi pengikutnya.
Sungai Nil adalah sumber sungai-sungai kecil di Mesir, dan menyebabkan tanah-tanah di sekitarnya menjadi subur. Sungai-sungai yang memenuhi kebutuhan air minum, dan pertanian penduduk Mesir ini, dibagi atas perintah Firaun. Maka dari itu, kehidupan penduduk berada di tangan Firaun, dan ia merasa benar-benar sebagai Tuhan, tidak ada yang melebihi dirinya.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Thagut dan para penguasa lalim tidak pernah menggunakan akal, dan logika mereka, tapi bersandar pada kekuatan, kekayaan, dan kejayaan dirinya, dan menganggap semua itu sebagai dalil kebenaran.
2. Bualan, dan bangga diri serta merendahkan orang lain dikarenakan pakaian, dan tampilan fisik, gaya atau logat bicaranya, adalah perbuatan Firaun.
3. Setiap orang dengan alasan apapun kemudian menganggap diri lebih unggul dari orang lain, berarti memiliki sifat Firaun, meski ia tidak kaya, atau tidak memiliki harta sekalipun.
فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ (54) فَلَمَّا آَسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ (55) فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِلْآَخِرِينَ (56)
Maka Firaun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (43: 54)
Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), (43: 55)
dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (43: 56)
Firaun dengan meninggikan diri, dan merendahkan Nabi Musa, kenyataannya telah menyesatkan kaumnya sendiri, dan tidak membiarkan mereka menggunakan akalnya untuk memahami hakikat. Ia telah membodohi kaumnya sendiri, dan membutakan matanya sehingga mereka menjadi remeh di hadapannya, dan mau menuruti semua perintahnya tanpa bertanya lagi.
Cara-cara membodohi masyarakat dilakukan semua penguasa lalim, dan korup untuk melanggengkan penindasan, dan menenggelamkan mereka dalam ketidaktahuan. Para penguasa itu juga mengganti nilai-nilai kebenaran dengan nilai-nilai palsu. Pasalnya, kebangkitan rakyat, dan berkembangnya pemikiran mereka adalah ancaman terbesar bagi kekuasaannya.
Di masa kini, kekuatan-kekuatan arogan melecehkan akal masyarakat melalui jaringan satelit, radio, televisi, internet, dan media komunikasi massa lain, untuk mencuci otak mereka sehingga patuh pada perintahnya. Kekuatan-kekuatan arogan itu tidak membiarkan masyarakat memahami hakikat, agar bisa dengan mudah menguasai mereka.
Di masa Firaun, rakyat bukan tidak terlibat sama sekali dalam kelaliman penguasa kejam itu. Dikarenakan kerusakan moral yang merajalela di tengah mereka kala itu, masyarakat dengan mudah patuh pada nilai-nilai yang dibuat Firaun, dan mereka membuka sendiri pintu kesesatannya. Oleh karena itu, mereka tidak siap menerima seruan Nabi Musa.
Dapat dipastikan orang-orang yang mengikuti Firaun, dan pemerintahan-pemerintahan semacam Firaun, akan menerima akibat yang sama, dan mendapat siksa Tuhan. Tidak diragukan lagi, kisah kehidupan Firaun, dan para pengikutnya, serta nasib mengenaskan yang dialaminya, merupakan pelajaran berharga bagi generasi selanjutnya.
Dari tiga tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pemerintahan-pemerintahan korup cenderung melecehkan rakyatnya, dan berusaha menjaga agar mereka tetap lemah. Dalam pemerintahan lalim semacam ini, putus asa, dan kemiskinan masyarakat atas identitasnya, menyebabkan mereka tunduk, dan patuh pada penguasa.
2. Masyarakat yang tidak patuh pada Tuhan, pada akhirnya akan patuh pada para penguasa lalim, dan arogan.
3. Terkadang kemarahan, dan murka Allah Swt membinasakan suatu kaum di dunia ini, dan menjadikannya pelajaran bagi kaum lain.
Surat al-Zukhruf ayat 43-48
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (43) وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ (44)
Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. (43: 43)
Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab. (43: 44)
Sebelumnya telah dijelaskan tentang permusuhan, dan sikap keras kepala para penentang, dan penolakan atas perkataan Nabi Muhammad Saw. Di ayat ini, Allah Swt kepada Rasul-Nya berfirman, jalan dan programmu benar, tidak ada sedikitpun penyimpangan di dalamnya, dan penolakan para penentang tidak menjadi alasan penyangkalan atas kebenaranmu.
Allah Swt berfirman, lanjutkanlah jalanmu dengan sungguh-sungguh berdasarkan firman-Ku, dan apa yang sudah diwahyukan kepadamu, dan peganglah erat-erat itu, engkau berada di jalan yang lurus, dan benar.
Pada kenyataannya, tujuan diturunkannya Al Quran adalah untuk menyadarkan manusia, dan mengenalkan mereka pada kewajibannya. Oleh karena itu umat Nabi Muhammad Saw harus berpegang pada Al Quran, mempelajari isinya, serta mempraktikkan ajarannya. Karena Al Quran mengingatkan tentang segala sesuatu yang sejalan dengan akal, dan fitrah manusia, dan menyelamatkan manusia dari kelalaian.
Salah satu hal yang kerap dilalaikan manusia adalah pengadilan di Hari Kiamat. Di sana setiap manusia akan ditanyai, dan dimintai pertanggungjawaban atas semua yang dilakukan, dan perhatian, serta pengamalannya terhadap ajaran Al Quran di dunia.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berpegang pada Al Quran, dan ajaran luhurnya adalah satu-satunya jalan keselamatan yang terpercaya, tidak ada keraguan di dalamnya, dan dijamin Allah Swt.
2. Di samping Al Quran, sunnah, dan teladan Nabi adalah hujjah, dan Allah Swt menegaskan kebenaran jalan yang ditempuh Nabi.
3. Umat Islam di Hari Kiamat akan ditanyai, dan dimintai pertanggungjawaban tentang Al Quran, dan seberapa erat ia memegang kitab suci ini.
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آَلِهَةً يُعْبَدُونَ (45)
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, “Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (43: 45)
Orang-orang musyrik Mekah menganggap dirinya keturunan Nabi Ibrahim, dan Nabi Ismail as. Mereka setiap tahun melaksanakan sejumlah ritual peribadatan seperti haji, mereka menghormati Baitullah, namun pada saat yang sama menyembah berhala. Maka dari itu Allah Swt dalam ayat ini untuk membantah penyembahan berhala, dan menggugurkan keyakinan orang musyrik, kepada Rasulullah Saw bersabda, bertanyalah kepada para pengikut nabi-nabi terdahulu, apakah para nabi itu berkata kepada masyarakat, sembahlah selain Tuhan Maha Pengasih.
Ayat ini berkata kepada umat Islam tanyalah kepada para pengikut nabi-nabi terdahulu, apakah memang benar Tuhan memerintahkan untuk menyembah selain diri-Nya ? jika Tuhan memang berfirman seperti itu, maka kita tidak akan menentangnya, dan akan mematuhinya.
Dengan mengajukan pertanyaan ini, sebenarnya ayat di atas menyinggung poin penting bahwa semua nabi Tuhan menyeru seluruh umat manusia kepada Tauhid, dan semua nabi mengecam syirik, dan penyembahan berhala secara tegas. Nabi Muhammad Saw dalam melawan penyembahan berhala, dan menyeru umat manusia kepada Tauhid, tidak melakukan hal khusus, beliau menghidupkan sunnah para nabi terdahulu.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Poros agama-agama Ilahi, dan titik kesamaan semua agama ini adalah Tauhid, dan Al Quran serta Nabi Muhammad Saw menegaskan hal ini.
2. Penyembahan terhadap sesuatu atau seseorang selain Allah Swt atau mensejajarkannya dengan Allah Swt, tidak diperbolehkan. Penyembahan hanya dikhususkan untuk Allah Swt Maha Pengasih.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَقَالَ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (46) فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِآَيَاتِنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَضْحَكُونَ (47)
Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam.” (43: 46)
Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya. (43: 47)
Kedua ayat di atas menceritakan sebuah fragmen kehidupan Nabi Musa as dan mengatakan, salah satu kewajiban Nabi Musa selain menyelamatkan kaum Bani Israel, juga mendatangi Firaun, dan mengajaknya kepada Tuhan. Di saat itulah Nabi Musa menunjukkan mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah Swt, di hadapan Firaun, dan para pembesar istana untuk menjadi argumen kebenaran risalahnya. Risalah yang berasal dari Tuhan Pencipta makhluk hidup, berbeda dari klaim Firaun yang mengaku sebagai Tuhan, dan pengelola urusan masyarakat, sehingga semua orang harus menyembahnya.
Saat mendatangani istana Firaun untuk membimbingnya ke jalan yang benar, Nabi Musa mengenakan pakaian sederhana berbahan wol. Kepada Firaun dan pembesar istana, Nabi Musa bersabda, aku diutus Tuhan untuk membimbingmu ke jalan yang benar. Namun mereka malah mentertawakan, dan mengolok-oloknya. Pasalnya, mereka juga seperti penduduk Mekah, mengira jika Tuhan ingin memilih utusan, pastilah ia berasal dari salah satu pembesar, ningrat, dan orang kaya dari kaum mereka, bukan orang yang sama sekali tidak memiliki gelar, status sosial dan jabatan, dan suatu hari pernah menjadi anak angkat Firaun. Sekarang orang semacam ini mengaku bermaksud membimbing Firaun, dan kaumnya.
Cara-cara semacam ini selalu digunakan oleh para penguasa untuk mengolok-olok seruan para pemimpin agama Tuhan.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi selain membimbing umat, juga mendatangi para penguasa, karena masyarakat tidak akan bisa diperbaiki tanpa memperbaiki para penguasanya.
2. Para nabi selain memiliki kesempurnaan pribadi dan keutamaan-keutamaan akhlak, juga dibekali mukjizat untuk membuktikan kebenaran seruannya, sehingga menutup semua kemungkinan keraguan.
3. Cara-cara yang dilakukan para penentang adalah menghina, melecehkan, dan mentertawakan para nabi. Mereka tidak menggunakan logika, dan argumen.
وَمَا نُرِيهِمْ مِنْ آَيَةٍ إِلَّا هِيَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا وَأَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (48)
Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar). (43: 48)
Dalam ayat ini Allah Swt berfirman, karena Firaun-firaun tidak punya alasan, maka Kami menunjukkan kepada mereka banyak mukjizat yang masing-masing lebih jelas, dan lebih penting dari sebelumnya, supaya mereka turun dari kesombongan, dan kecongkakkannya, dan supaya mereka mengenal kebenaran. Namun semakin banyak mukjizat ditunjukkan, permusuhan, dan pembangkangan mereka malah bertambah, bahkan sampai Kami turunkan bala seperti kelaparan, dan kekeringan serta yang lainnya kepada mereka sehingga mungkin mereka akan sadar, dan kembali ke jalan yang benar.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah Swt untuk menyempurnakan hujjah-Nya terhadap umat manusia tidak hanya menggunakan satu dalil, dan argumen, sebelum hujjah-Nya sempurna, Allah Swt akan menunjukkan mukjizat, dan argumen. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah Swt terhadap umat manusia.
2. Setelah hujjah sempurna, maka tiba giliran hukuman, dan siksa di dunia, supaya mungkin dengan diberi peringatan, dan teguran, manusia akan kembali ke jalan Tuhannya.