کمالوندی

کمالوندی

Fawzi al-Junaidi, pemuda 16 tahun Palestina, digiring 23 tentara Zionis dan membuktikan  penyiksaan penjara Tel Aviv.

Hingga kini keputusan sepihak Trump terus mendapatkan protes di Palestina. Dalam salah satu unjuk rasa ada sebuah penangkapan yang dilakukan oleh aparat keamanan Zionis. Hal yang aneh dalam kejadian tersebut adalah penangkapan pemuda 16 tahun, Fawzi al-Junaidi yang digiring bak penjahat kelas kakap oleh 23 tentara Zionis.

Beberapa media internasional memposting foto penangkapan al-Junaidi di Bab al-Zawiyah, di tengah kota al-Khalil, yang dikerumuni oleh 23 tentara keamanan Zionis. Postingan tersebut telah membangkitkan amarah rakyat Palestina.

Seorang wakil Palestina, Ma’mun al-Hashim, berhasil menemui al-Junaidi di penjara Israel di Aufar, dekat Ramallah untuk mendengarkan detail kasus penangkapannya.

Al-Junaidi menceritakan bahwa pada tanggal 6 Desember ada sebuah unjuk rasa di al-Khalil. Ia keluar untuk menemui salah satu saudaranya yang ikut demo, tapi tak disangka salah satu tentara Zionis melihatnya dan langsung menyerang dan memukul keras kepalanya dengan senjata M-16. Lebih lanjut dia menceritakan:

“Kemudian tentara yang lain ikut mendekat dan mereka mengatakan hal-hal yang tidak pantas kepadaku. Mereka melemparku dan tanpa henti memukuli wajah dan kepala dengan senjata di tangan mereka.

Para tentara mengikat kedua tanganku dengan sebuah tali plastik dengan sangat keras hingga tanganku terluka. Mataku juga ditutup dengan kain lalu mereka menggiringku.

Di jalan mereka terus memukuliku. Ketika sedang dipukuli, sepatuku mau lepas. Ketika aku berusaha menahan agar sepatu tidak lepas, mereka tambah memukuliku hingga salah satu tentara melepas sepatu dan akupun berjalan tanpa alas kaki.

Tentara Israel mengurungku di kamar gelap. Mereka mulai menyiksaku seperti binatang. Mereka menyiram kakiku dengan air dingin dan terus memukuli. Saking keras dan banyaknya pukulan, aku pun hampir pingsan.”

Dilaporkan bahwa karena banyak menerima pukulan, ada banyak legam hitam di sekujur tubuh Fawzi. Bahkan saking buruknya kesehatan sang bocah, salah satu penjara tidak mau menerimanya. Akhirnya ia dikirim ke rumah sakit, kemudian dari rumah sakit dikirim ke penjara Aufar.

Al-Hashim menjelaskan bahwa Zionis telah melanggar hak dan hukum tahanan yang dibuat oleh mereka sendiri. Al-Junaidi diinterogasi dalam keadaan tangan dibelenggu. Wakil tidak boleh hadir dan keluarganya juga tidak diizinkan menjenguk. Kemudian sebuah surat dengan Bahasa Ibrani ditaruh dihadapannya untuk ditandatangani tanpa diterjemahkan isi surat tersebut.

“Tanpa alasan tertentu, Zionis memperpanjang waktu tahanannya hingga 18 Desember. Dan hingga kini belum ada kejelasan pembebasannya” lanjut wakil Palestina tersebut.

Washington, Berita Dunia – Menlu AS menyatakan bahwa kedutaan AS tidak akan pindah dalam dua atau tiga tahun ke depan.

Menlu AS, Rex Tillerson, terkait pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, menyatakan bahwa dalam 3 tahun kedepan tidak akan ada perubahan apapun.

“Meskipun Presiden menyatakan “Lakukan!”, tapi sepertinya tidak akan terjadi apa-apa dalam 3 tahun kedepan” jelasnya.
 

Manila, Berita Dunia – Badai Kai-Tak dilaporkan mulai mengarah ke Filipina pada Sabtu (16/12/17), membuat setidaknya 38 ribu orang di negara Asia Tenggara itu terpaksa mengungsi untuk menghindari Badai.

Pejabat setempat mengatakan kepada AFP, puluhan ribu orang itu dibawa ke kamp evakuasi setelah hujan lebat menerjang Filipina selama beberapa hari belakangan, efek dari badai Kai-Tak yang mendekat.

Badai berkecepatan 100 kilometer perjam itu diperkirakan bakal menghantam Pulau Samar dan Leyte pada Sabtu malam sebelum menerjang pusat Filipina.

Sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan ribu lainnya mengungsi dari rumah mereka akibat banjir saat Badai Tropis Kai-Tak melanda Filipina timur pada Sabtu (16/12/17) yang membuat aliran listrik terputus dan memicu tanah longsor.

Pejabat lokal melaporkan tiga orang tewas di pulau Leyte di dekatnya,  seorang anak laki-laki berusia dua tahun yang tenggelam di Kota Mahaplag, seorang perempuan yang terkubur tanah longsor dan seorang lainnya yang jatuh ke dalam lubang banjir di Kota Ormoc.

Samar dan Leyte, dengan total jumlah penduduk sekitar 4,5 juta orang, telah tekena dampak Haiyan pada 2013, yang menyebabkan lebih dari 7.350 orang tewas atau hilang.

Sementara itu, para aparat pun sudah bersiap mengantisipasi bahaya Kai-Tak ini. Layanan kapal feri di sejumlah kepulauan langsung ditutup setelah tiga nelayan dilaporkan hilang.

Badan pemantau cuaca Filipina meminta warga bersiap menghadapi hujan lebat di sebelah timur negara itu selama beberapa jam ke depan.

Filipina memang sudah biasa menghadapi cuaca tak menentu. Setiap tahun, sekitar 20 angin topan atau badai menerpa Filipina atau perairan di sekitarnya, membuat proses pembangunan sejumlah kawasan miskin negara itu semakin sulit.

Senin, 04 Desember 2017 15:26

Pelopor Persatuan di Dunia Islam

Bulan Rabiul Awal telah tiba, bulan kelahiran manusia suci, Nabi Muhammad Saw. Ahlu Sunnah meyakini Rasulullah lahir pada 12 Rabiul Awal, sedangkan Syiah menyakini nabi lahir pada 17 Rabiul Awal. Bertahun-tahun lalu, Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran memanfaatkan rentang waktu perbedaan keyakinan dua mazhab Islam ini untuk menggalang persatuan dan mendekatkan mazhab-mazhab Islam.

Imam Khomeini menetapkan rentang waktu tersebut sebagai pekan persatuan. Dengan demikian untuk selanjutkan, pekan persatuan menjadi moment penting untuk memperkokoh solidaritas dan persatuan di antara umat Islam. Ajaran Islam sendiri sangat menekankan persatuan, tapi sayangnya saat ini kita menyaksikan bentrokan dan konfrontasi serius antar umat Islam.

Imam Khomeini
Di kondisi saat ini, kembali pada ajaran Islam dan sirah Rasulullah Saw menjadi kebutuhan sangat penting, karena musuh umat Islam paling diuntungkan dari perpecahan di antara pengikut Nabi Muhammad. Padahal cahaya gemilang nabi akhir zaman ini bukan saja pelita hidayah bagi umat manusia, bahkan sandaran bagi pengokohan persatuan seluruh umat Islam di dunia.

Di berbagai ayat al-Quran, Allah Swt menyeru umat Muslim bersatu dan Rasulullah beserta para Imam Maksum dengan mengikuti ajaran al-Quran, baik di perkataan maupun perilaku senantiasa membela persatuan umat Islam. Misalnya di awal ayat 103 surat Al Imran, Allah menyeru umat Islam berpegang teguh pada Hablullah (tali Allah) dan menyebut persatuan sebagai salah satu nikmat besar.

Allah berfirman di surat Al Imran ayat 103 yang artinya, " Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara..."

Sejarah permulaan Islam membuktikan bahwa Rasulullah dengan prinsip La Ila ha Illa Allah, telah mencegah perpecahan dan kembalinya nilai-nilai perpecahan di era jahilihah di antara umat Islam melalui sabda dan sunnah beliau. Meski Muhammad diutus di tengah kaum Arab dan al-Quran turun dengan bahasa Arab, namun risalah dan seruan beliau tidak mengenal batas teritorial dan etnis atau bahasa. Namun begitu sangat disayangkan meski ada pesan dan ajaran Rasulullah yang menekankan untuk menjaga kehormatan dan keagungan umat Muslim, setelah beliau meninggal benih-benih perpecahan mulai tumbuh di tubuh umat Islam.

Benih perpecahan ini bermula di peristiwa Saqifah. Api perpecahan yang sebelumnya terpendam kini mulai bangkit, namun berkat kewaspadaan dan pemikiran jangka panjang Imam Ali bin Abi Talib, perpecahan ini dapat diredam dan persatuan umat Islam tetap terjaga. Di fase penting sejarah ini, Imam Ali rela melepas haknya sebagai Amirul Mukmin umat Islam yang telah dikukuhkan oleh Rasulullah di Ghadir Khum dan hal ini dilakukan Imam Ali untuk menjaga persatuan dan solidaritas umat Islam. Selama pemerintahan para khulafa, Imam Ali juga tidak menunjukkan sikap menentang terhadap penguasa.

Tapi setelah gugurnya Imam Ali bin Abi Thalib, benih-benih perpecahan dan pemikiran jahiliyah kembali terkuak dan para pengobar perpecahan mulai berkoar dan menghidupkan gaya aristokrasi dan fanatisme etnis. Mereka pun mulai merusak sendi-sendi persatuan dunia Islam. Di era ini, pada awalnya penunjukan menjadi sistem pemilihan khalifah dan kemudian sistem ini berubah menjadi warisan.

Selama periode pemerintahan Bani Umayah, penguasa ini menerapkan strategi memecah belah antar etnis dan kebijakan ini menjadi peluangbagi aktifnya perpecahan sosial di tengah umat Islam. Oleh karena itu, penguasa terakhir bani Umayah menghadapi pemberotakan warga yang tak puas. Ketidakpuasan ini muncul dalam bentuk beragam pemberontakan, namun di antara pemberontakan ini yang mampu menggoyang kekuasaan penguasa adalah kebangkitan Allawi dan Abbasi.

Kubu Allawi dan Abbasi bergabung dan mampu menumbangkan pemerintahan Bani Umayah. Namun begitu yang menggantikan pemerintahan ini adalah kelompok Abbasiah bukannya Allawi. Penguasa baru ini mengklaim akan menciptakan era baru penuh keadilan, ketakwaan dan kemakmuran. Berbeda dengan yang dijanjikan Bani Abbasiyah, di periode ini bukan saja tidak ada era baru keadilan, ketakwaan dan kemakmuran di masyarakat Islam, bahkan peluang perpecahan semakin besar.

Di tengah-tengah berkecamuknya perpecahan ini, dunia Islam sempat mengalami masa gemilang dan kekuasaan Islam merambah ke Eropa. Namun tak lama kondisi ini berbalik dan era kolonialisme dunia Islam oleh Barat dimulai. Di sisi lain, meski masuknya negara-negara Barat dan Eropa ke negara Islam membuat perpecahan semakin besar, tapi hal ini juga menciptakan peluang bagi sejumlah reaksi positif yang menyeru persatuan. Kebangkitan tersebut serta kebangkitan politik dan sosial di tengah umat Islam dunia tersebut adalah terhadap penguasa despotik di dalam negeri dan kolonialisme asing.

Banyak tokoh yang muncul memberi pencerahan dan menyeru persatuan kepada umat Islam. Di antara mereka adalah Sayid Jamaluddin Asadabadi, Abd al-Rahman al-Kawakibi, Iqbal Lahore dan banyak tokoh lainnya menyadari bahwa akar ketertinggalan umat Islam adalah perpecahan dan perpecahan dunia Islam akibat kinerja para penguasa despotik dan imperalis asing yang terkadang saling bekerja sama. Kebangkitan Islam menentang despotisme dan kolonialisme tidak terbatas pada ideologi, dan muncul dalam pentas politik dan sosial, meski hal ini tidak berhasil menciptakan persatuan sejati di tengah masyarakat Islam.

Image Caption
Jamaluddin Asadabadi adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain, serta pengaruhnya terbesar ditinggalkannya di Mesir. Dia dikenal sebagai seorang pembaharu politik di dunia Islam pada abad sembilan belas. Ia juga perintis modernisme Islam, khususnya aktivisme anti imperialis. Dia terkenal karena kehidupan dan pemikirannya yang luas, dan juga karena menganjurkan dan mempertahankan sejak 1883, bahwa persatuan Islam merupakan sarana untuk memperkuat dunia muslim menghadapi Barat.

Dia juga tokoh yang pertama kali menganjurkan untuk kembali pada tradisi muslim dengan cara yang sesuai dengan berbagai problem, mengusik Timur Tengah di abad sembilan belas. Dengan menolak tradisionalisme murni yang mempertahankan Islam secara tidak kritis disatu pihak, dan peniruan membabi buta terhadap Barat di pihak lain. Asadabadi menjadi perintis penafsiran ulang Islam yang menekankan kualitas yang diperlukan di dunia modern, seperti penggunaan akal, aktivitas politik, serta kekuatan militer dan politik.

Tokoh pelopor persatuan lainnya adalah Syekh Mahmud Shaltut. Ia merupakan sosok yang selalu menggeluti dunianya dengan aktivitas keagamaan, ilmu pengetahuan, kemasyarakatan dan juga perjuangan politik. Tidak mengherankan ketika masih muda, ia sudah dikenal dan dianggap sebagai seorang ahli fikih besar, pembaharu masyarakat, penulis yang hebat, seorang khatib yang hebat dengan penyampaian bahasa yang mudah dipahami, argumentasi yang rasional dan pemikiran yang bijak.

Hal ini dibuktikan ketika pada tahun 1937, saat Shaltut diutus Majelis Tertinggi Al-Azhar untuk mengikuti muktamar tentang Al-Qanûn Ad-Dauli Al-Muqaran (Perbandingan Hukum Internasional) di Belanda. Dalam muktamar itu, ia sempat mempresentasikan pemikirannya, tentang relevansi syariah Islam yang mampu berdinamika dengan perkembangan zaman. Sontak, pandangannya ini mendapat sambutan peserta.

Sheikh Shaltut
Dalam upaya kontekstualitas Islam, Shaltut mencoba merumuskan suatu konsep yang memudahkan umat Islam. Formulasi itu secara ringkas dapat dijelaskan dalam pandangannya, bahwa Islam sebagai sebuah ajaran tidak pernah tertinggal oleh dinamika zaman dan karenanya akan selalu kontekstual dengan masa. Baginya, Islam adalah syariah dan akidah yang karena keduanya manusia akan menemukan kedamaian dan kesejahteraan hidup.

Berkaitan dengan perbedaan pendapat, Shaltut menilai hal itu sebagai sesuatu yang wajar. Perbedaan pendapat, jelasnya, disebabkan oleh metodologi yang berbeda pada seorang mujtahid dalam memahami nash syar’i, juga cara pandang yang berbeda dalam sebuah masalah, sehingga hasil ijtihadnya pun berbeda. Perbedaan yang muncul akhirnya menjadi sekte atau aliran dan merupakan proses menyejarah. Hal demikian pun terjadi pada zaman nabi dan sahabat. Namun perbedaan itu pada hakikatnya memiliki sasaran yang sama yaitu, upaya pribumisasi Islam.

Karena antara satu mazhab dengan mazhab lainnya, khususnya suni dan syiah, berbeda pandangan dalam memahami nash-nash, Syaltut melontarkan gagasan jalan tengah yang dikenal sebagai Taqrîb Al-Madzâhib (rekonsiliasi mazhab-mazhab). Artinya, kita berusaha mempersatukan visi dan persepsi pemahaman keagamaan tanpa melihat simbol-simbol aliran yang kita yakini, dan dengan meminimalisir fanatisme mazhab yang selama ini membekas dalam perilaku keagamaan.

Ayatullah Boroujerdi
Ayatullah Boroujerdi, salah satu pelopor persatuan di dunia Islam. Beliau adalah salah satu marji besar Syiah dan penggagas dibentuknya Majelis Pendekatan Antar Mazhab Islam, khususnya antara Syiah dan Sunni. Ide persatuan dunia Islam dan mengabaikan friksi sejarah Sunni-Syiah oleh ulama dan marji besar seperti Imam Khomeini bukan saja sekedar teori, tapi juga dalam praktek dijalankan. Begitu juga Ayatullah Ali Khamenei, pemimpin besar revolusi Islam Iran juga melakukan hal serupa.

Para peserta Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-30 di Tehran, mengakhiri kegiatannya dengan mengeluarkan sebuah deklarasi bersama. Mereka menekankan urgensitas persatuan Dunia Islam dan kewaspadaan dalam menghadapi konspirasi pecah-belah terhadap negara-negara Muslim.

Seperti dilaporkan kantor berita IRNA, pertemuan tersebut ditutup pada Sabtu (17/12/2016) malam dengan merilis sebuah deklarasi yang disusun dalam 27 butir.

Para cendekiawan bertemu di Tehran sejak tanggal 15 Desember, untuk mendiskusikan perkembangan terbaru di negara-negara Muslim. Mereka menyerukan pelaksanaan langkah-langkah mendesak untuk menghapus perpecahan dan bertindak untuk menata urusan Dunia Islam.

"Para peserta telah membahas isu-isu antara lain; peran gerakan Takfiri dalam memecah belah kaum Muslim, urgensitas memerangi gerakan Takfiri demi mewujudkan persatuan umat, peran imperialis dalam upaya gerakan Takfiri memecah Dunia Islam, bahaya gerakan Takfiri terhadap isu Palestina dan hambatan yang diciptakan oleh ideologi Takfiri dalam mewujudkan cita-cita umat Islam untuk membentuk peradaban baru Islam," kata deklarasi konferensi.

Deklarasi menilai pemikiran Takfiri sebagai bahaya utama bagi persatuan kaum Muslim. Oleh sebab itu, seluruh individu yang meyakini konsep pendekatan antar-mazhab dan persatuan umat, harus menjadikan perang melawan Takfiri sebagai fokus utamanya.

Deklarasi juga meminta kesadaran, kearifan dan kewaspadaan kaum Muslim terhadap model baru imperialisme.

Para peserta juga menyampaikan ucapan selamat atas kemenangan bangsa Irak dan Suriah dalam melawan terorisme. Mereka berharap dengan berlanjutnya pengorbanan bangsa di kedua negara tersebut dan dukungan kaum Muslim, maka stabilitas dan keamanan dapat segera dipulihkan di Irak dan Suriah.

Deklarasi juga mengecam pembunuhan rakyat Yaman dan penghancuran generasi umat manusia. Mereka meminta lembaga-lembaga internasional untuk segera turun tangan demi menyelamatkan bangsa Yaman dan serangan yang mereka hadapi.

Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-30 digelar mulai tanggal 15-17 Desember 2016 di kota Tehran. Acara ini dihadiri oleh para cendekiawan dan pemikir Muslim dari lebih dari 60 negara. 

Senin, 04 Desember 2017 15:24

Sinema di Dunia Islam dan Persatuan

Salah satu isu penting dunia Islam adalah persatuan di antara umat Muslim. Di dunia saat ini, penekanan terhadap upaya dan persiapan pembentukan umat Islam yang bersatu dan diplomasi persatuan serta perang melawan gerakan radikalisme dan penekanan persatuan Sunni-Syiah merupakan sebuah keharusan.

Urgensitas peningkatan persatuan Islam sebagai salah satu isu strategis dunia Islam masih menempati prioritas utama. Dengan demikian semakin penting untuk memanfaatkan kapasitas dan peluang bersama untuk mencitrakan lebih besar persatuan umat Islam. Penekanan ajaran Islam dan Ahlul Bait terhadap konvergensi mengharuskan penegasan akan kesamaan besar yang dimiliki antar mazhab Islam. Sehingga tidak layak sebuah perbedaan kecil menjadi alasan perpecahan.

 

Seperti Ahul Bait hidup baik dan berdampingan dengan Ahlu Sunnah dan mereka dengan transparan menganjurkan pengikutnya untuk menjaga persatuan umat Islam. Dengan demikian strategi Konferensi Internasional Persatuan Islam dalam koridor persatuan mampu mempersiapkan persatuan dan solidaritas umat Islam serta mengucilkan gerakan Takfiri serta melemahkan segitiga “Ibrani-Arab-Barat” sebagai sponsor utama teroris.

 

Penjelasan akan urgensitas perang melawan gerakan Takfiri untuk merealisasikan persatuan, dan juga sikap ulama Islam mementingkan wacana berdasarkan kesamaan prinsip di antara mazhab Islam serta kebangkitan dan muqawama umat Islam melawan kubu arogan dunia termasuk tuntutan strategis dan wacana di Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-30. Konferensi ini digelar dari 15 hingga 17 Desember di Tehran, ibukota Republik Islam Iran.

 

Ayatullah Mohsen Araki, sekjen Forum Dunia Pendekatan Antar Mazhab Islam (FIPMI) mengatakan, pelaksanaan konferensi internasional persatuan Islam di Tehran merupakan simbol dari persatuan Dunia Islam dalam menghadapi musuh.

"Konspirasi musuh untuk mengobarkan konflik sektarian di tengah negara-negara Muslim telah mengalami kegagalan," tambahnya.

 

Bersamaan dengan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-30 digelar juga festival film persatuan pertama kali. Di festival ini ditampilkan karya sutradara Muslim dari berbagai negara dunia. Festival Internasional Film Persatuan pertama kali ini memiliki sejumlah kategori seperti film pendek, dan durasi panjang untuk film dokumentar, animasi dan  cerita dengan tema persatuan Islam, al-Quran dan Nabi Muhammad Saw serta kategori khusus “Islamphobia”.

 

Sekretaris Festival Internasional Film Persatuan Islam menekankan bahwa penyelenggaraan festival film dengan tema persatuan Islam merupakan urgensitas budaya dan kebutuhan sutradara Muslim. Selain itu, urgensitas penyelenggaraan festival film persatuan Islam juga sangat ditekankan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Rahbar sangat menekankan upaya menjaga umat Islam yang satu, diplomasi persatuan dan melawan arus Sunni-Syiah. Festival ini merupakan salah satu langkah untuk merealisasikan tujuan tersebut.

 

Festival internasional film persatuan Islam akan menjadi rutinitas dan akan digelar setiap tahun. Oleh karena itu, penyelenggaraan festival dengan tema ini akan mendapat dukungan dari Forum Dunia Pendekatan Antar Mazhab Islam (FIPMI). Dengan demikian event ini dapat menjadi peluang mengidentifikasi, menarik dan mendukung sutradara di dunia yang memiliki tujuan mengenalkan Islam yang benar.

 

Penyebaran dan dorongan kepada Muslim di dunia untuk bersatu dan mencapai umat Islam yang satu, merupakan tujuan utama dari festival film ini. Kategori festival ini fokus pada dua bagian, nasional dan internasional persatuan Muslim, al-Quran dan Nabi Muhammad Saw. Dan mengingat konspirasi dan fitnah musuh mengobarkan perpecahan antar agama dan mazhab serta upaya merusak citra Islam, dibentuk kategori khusus Islamphobia. Untuk kategori ini, para kritikus film dari dalam dan luar negeri akan hadir memberikan penilaian mereka.

 

Festival pertama ini digelar di dua kategori, nasional dan internasional. Sementara film yang ditayangkan dibagi menajdii film pendek, dan durasi panjang untuk film dokumentar, animasi dan  cerita dengan tema persatuan Islam, al-Quran dan Nabi Muhammad Saw serta kategori khusus “Islamphobia”. Film ini fokus pada penjelasan kisah-kisah al-Quran, metode dan sirah Nabi Muhammad Saw serta menjelaskan Islamphobia dan menampilkan citra sejati serta kejam kelompok teroris yang beroperasi dengan mengatasnamakan Islam.

 

Fokus festival pada isu Islamphobia dan ketertindasan umat Islam serta menampilkan karya-karya unggul dan pencerahan di kategori ini. Sebanyak 919 sutradara dari berbagai penjuru dunia telah mengirimkan karya mereka untuk kategori film dokumentar. Sementara di film berdurasi panjang ada 293 film yang sampai ke meja redaksi dan film pendek sebanyak 31 buah. Sementara di kategori film cerita ada 28 karya dari sutradara dalam negeri dan 13 dari 28 karya telah dipromosikan ke bagian internasional.

 

Untuk kategori animasi sebanyak 28 film nasional berhasil lolos dan sembilan darinya dipromosikan ke bagian internasional. Sementara untuk video clip, enam karya nasional lolos dan empat di antaranya dipromosikan ke bagian internasional. Sementara itu bagian internasional dengan tema Islamphobia, 15 karya telah diterima. Untuk kategori internasional sebanyak 302 karya dikirim dari Irak, Suriah, Maroko, Tunisia, Palestina, Labanon, Yaman, Mesir, Turki, Afghanistan, India, Pakistan, Tajikistan, Malaysia, Australia, Azerbaijan, Bosnia, Inggris, Uni Emirat Arab (UEA), Rusia, Perancis, Amerika dan Serbia.

 

Sementara di kategori nasional, sutradara dan aktor terkenal Iran seperti Panahbarkhoda Rezaee, Siavash Sarmadi, Ali Shah-Hatami, Mohammad-Ali Farsi, Shahriar Bahrani, Maziar Miri, Mohammad Mehdi Asgarpour, Mohammad Reza Varzi, Siamak Shayeghi, Hamid Bahmani, Parviz Sheikh Tadi, Abul Qassem Talebi, Fereshteh Taerpour, Behrouz Afkhami, Jamal Shurjeh, Mohammad Ali Najafi, Dariush Yari, Hassan Najafi juga mengirimkan karya mereka ke sekretariat festival film persatuan Islam.

 

Selain itu, di acara festival ini digelar peringatan terhadap ulama dunia Islam, Ayatullah Nimr Baqir al-Nimr. Menyusul aksi zalim pemerintah Al Saud dan gugurnya ulama Islam Ayatullah Sheikh Nimr, selain digelar acara mengenang ulama pejuang ini, juga dianugerahkan hadiah dan penghargaan Sheikh Nimr kepada karya terbaik film dokumentar di kategori Islamphobia. Mohammad Reza Islamlo di kesempatan tersebut juga mendapat penghargaan atas karya film dokumentarnya dengan tema persatuan Muslim dan dunia Islam.

 

Untuk kategori film pendek di bidang karya nasional juga diberikan sejumlah penghargaan dan hadiah tunai atas film terbaik, sutradara terbaik, sutradara film animasi terbaik, sutradara film drama terbaik dan sutradara film dokumentar terbaik. Selain itu, juga dipilih film animasi terbaik.

 

Sementara pada juri dari dalam dan luar negeri yang meluangkan waktunya untuk memberikan penilaian di festival kali ini diberi penghargaan khusus oleh panitia penyelenggara. Untuk kategori film animasi asing, penghargaan diberikan kepada sutradara dari Inggris. Adapun di film berdurasi panjang dan di kategori film terbaik, penghargaan disabet oleh sutradara dari Suriah, Diana Kamaleddin.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, Hauzah Ilmiah Qom harus tetap menjadi sebuah hauzah revolusioner dan tempat kelahiran revolusi dan dibutuhkan pemikiran dan perencanaan untuk mencapai tujuan itu.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan hal itu dalam pertemuannya dengan anggota Forum Perwakilan Santri dan para pelajar Hauzah Ilmiah Qom di Tehran, Selasa (15/3/2016).

 

Rahbar menjelaskan tentang posisi dan peran efektif Hauzah Ilmiah Qom dalam proses kemenangan Revolusi Islam dan menyoroti upaya tertentu untuk menghapus identitas revolusi dari lembaga pendidikan agama itu.

 

“Universitas dan hauzah ilmiah memiliki peran efektif dalam kelahiran dan kemenangan Revolusi Islam,” ujarnya.

 

Ayatullah Khamenei menilai efektivitas gerakan dan perjuangan universitas dalam kemenangan Revolusi Islam karena kehadiran faktor utama yaitu; perlawanan kalangan ulama.

 

“Perlawanan mahasiswa tentu hanya akan terbatas di lingkungan universitas dan selesai sampai di situ jika tanpa disertai oleh perlawanan ulama dan santri,” tambahnya.

 

Menurut Rahbar, komprehensitas dan efektivitas adalah dua kriteria gerakan ulama dalam Revolusi Islam. Hauzah Ilmiah Qom terbentuk dari dua bagian kepemimpinan ulama dan santri.

 

“Imam Khomeini ra sebagai bagian dari kepemimpinan ulama mengeluarkan selebaran dan pidato, tapi pihak yang menyampaikan pidato dan pandangan beliau kepada masyarakat luas dan daerah-daerah terpencil adalah pelajar agama dan santri,” jelasnya.

 

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menandaskan bahwa jika Hauzah Ilmiah Qom tidak ada, maka gerakan Imam Khomeini ra mungkin tidak akan sukses dan ini mengindikasikan peran Hauzah Ilmiah Qom dalam kelahiran dan keberlangsungan Revolusi Islam.

 

Menurutnya, poros penghubung antara Imam Khomeini ra dan kelahiran Revolusi Islam adalah Hauzah Ilmiah Qom. Dengan memperhatikan peran luar biasa Hauzah Ilmiah Qom dalam kemenangan Revolusi Islam, sekarang muncul motivasi dan ide untuk menghilangkan aspek revolusi dari hauzah ilmiah.

 

Rahbar meminta semua pihak untuk menunjukkan keprihatinan terhadap segala bentuk upaya untuk menyingkirkan revolusi dari hauzah-hauzah ilmiah.

 

“Bahaya itu harus dilawan dengan pemikiran, kebijaksanaan dan perencanaan yang baik sehingga Hauzah Ilmiah Qom tetap menjadi sebuah lembaga revolusioner dan tempat kelahiran revolusi. Pandangan dan gerakan revolusioner juga harus berkembang di hauzah,” tandasnya. (RM)

 
 
 
 
 
 

Peringatan pekan persatuan adalah kesempatan emas untuk menekankan kembali pentingnya masalah persatuan, tidak sekedar slogan, melainkan mewujudkannya secara nyata. Persatuan memang memiliki kerumitan tersendiri. Ketika kita membuka lembaran sejarah, muncul nama-nama besar seperti Sayyid Jamaluddin Asad Abadi, Syeikh Muhammad Abduh, Ayatullah Boroujerdi, Syeikh Shaltut, Sayyid Qutub, Imam Khomeini dan Ayatullah Sayyid Khamenei yang selalu berjuang untuk mewujudkan persatuan dan solidaritas umat

Imam Khomeini adalah termasuk di antara pengislah dunia Islam kontemporer di mana beliau telah mengambil langkah-langkah efektif untuk mewujudkan solidaritas dan kekompakan umat Islam. Dalam hal ini, beliau adalah orang pertama yang terun langsung untuk mewujudkannya. Dalam menjelaskan persatuan, beliau menekankan dua poin yaitu bersama dan berpegang teguh pada tali Allah Swt, karena persatuan hakiki tidak akan terwujud tanpa berpegang teguh pada tali Allah Swt.

Pekan Persatuan
Berdasarkan perspektif al-Quran, manusia pada awal mula penciptaan adalah makhluk yang bersatu, karena Allah Swt menciptakan manusia dari "satu jiwa". Persatuan dalam penciptaan ini merupakan asas dari terbentuknya umat yang satu. Menurut pandangan al-Quran, umat yang satu. Menurut al-Quran, umat yang satu tersebut runtuh karena berbagai faktor seperti kezaliman, cinta dunia, sektarianisme, perpecahan, permusuhan dan penghasutan.

Untuk mewujudkan kembali persatuan dan umat yang satu itu, al-Quran telah mempersiapkan sejumlah mekanisme seperti persaudaran, kepedulian dan kasih sayang, di bawah naungan agama Islam. Imam Khomeini selalu menekankan bahwa bahwa dalam Islam, semua umat Muslim adalah bersaudara. Oleh karena itu, umat Muslim adalah sebuah masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan persaudaraan dan semuanya berpegang teguh pada agama Islam.

Imam Khomeini dalam banyak kesempatan mengingatkan kembali makna persatuan Islam di mana umat Muslim dari setiap kelompok dan mazhab, bersatu di bawah panji Islam. Demi mewujudkan persatuan tersebut, tidak harus masing-masing mereka meninggalkan mazhab aslinya dan hanya memilih satu mazhab saja. Karena hal ini tidak perlu dan tidak mungkin direalisasikan.

Dengan bersandar pada sisi kolektif dalam agama, seluruh kaum Muslimin akan mampu mewujudkan persatuan tersebut. Dalam merealisasikanya, setiap Muslim dituntut paling tidak untuk memiliki jiwa yang besar dalam menyikapi masalah-masalah yang berkaitan dengan umat Islam, melampaui batas-batas geografi, mazhab, nasionalisme, bahasa dan lain sebagainya. Mereka juga harus mengedepankan maslahat dibanding kepentingan kelompok atau pribadi.

Menurut Imam Khomeini, "Perpecahan dan perselisihan umat Islam adalah penyakit kronis dan yang paling diuntungkan adalah pihak-pihak yang tidak bermazhab Syiah, Sunni, Hanafi atau lainnya. Mereka adalah kelompok yang menginginkan kehancuran Islam sehingga mazhab Islam apapun tidak penting buat mereka. Kita harus meperhatikan makna ini bahwa kita semua adalah Muslim serta kita semua meyakini al-Quran dan ketauhidan, dan kita harus berjuang dan berkhidmat untuk al-Quran dan ketauhidan itu."

Imam Khomeini mengetahui bahwa perpecahan tersebut bersumber faktor alam, geografi, bahasa, budaya dan yang terpenting adalah makar dan intrik kaum imperialis dunia yang selalu berusaha melebarkan jurang perpecahan serta menitikberatkan perbedaan.  Oleh karena itu, perselisihan di antara negara-negara Islam harus diselesaikan dengan prinsip dan mekanisme strategis. Dialog kesepahaman, pendekatan, rasa kebersamaan dan perspektif memiliki nasib yang saling terkait, adalah elemen-elemen pemersatu umat Islam.

Imam Khomeini
Imam Khomeini mengatakan, "Jika umat Islam dapat menghidupkan kembali kemuliaan dan kebesaran pada masa awal Islam, serta kembali pada Islam dan persatuan sejati, maka fenomena [persatuan] tersebut akan menjadi poros Islam untuk menciptakan kekuatan dan keberanian yang spektakuler."

Persatuan dunia Islam bagi Imam Khomeini adalah cita-cita agung dan dalam hal ini beliau mengatakan, "Insya Allah suatu hari nanti, semua umat Islam akan saling bersaudara dan semua akar kefasadan di semua negara Muslim akan tercerabut, dan bahwa akar busuk Israel akan tercerabut dari Masjid al-Aqsa dan dari negara Islam kita. Insya Allah kita akan bersama-sama bergerak dan menunaikan shalat di Masjid al-Aqsa."

Setelah wafatnya Imam Khomeini, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, mengambil alih tugas serta menjadikan persatuan Islam sebagai poros kinerjanya. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Jika para ulama Islam percaya bahwa al-Quran telah menyebutkan: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (al-Hadid;25). Dan bahwa penegakan keadilan, pemberantasan kezaliman dan menciptakan kehidupan tayibah umat manusia, adalah tujuan semua agama, maka semua gerakan harus mengarah pada pemerintahan Islam, dan pemerintahan Islam di berbagai negara dan masyarakat Islam adalah hal yang mungkin diwujudkan."

Rahbar juga memperingatkan soal konspirasi musuh untuk merusak persatuan Islam dengan cara membangun tembok pemisah antara Iran dan dunia Islam. Menurutnya, semua berkewajiban untuk meruntuhkan tembok tersebut dan haji adalah kesempatan dan momentum terbaik untuk melaksanakan tanggung jawab ini.

Ayatullah Khamenei
Negara-negara Islam dengan segala kekuatan yang dimilikinya seperti sumber daya manusia dan sumber alam pemberian Allah Swt, punya kemampuan untuk memainkan peran signifikan dalam transformasi regional dan internasional. Di antara keunggulan Dunia Islam adalah, populasi penduduk 1,7 milyar jiwa dari sekitar 60 negara merdeka yang memiliki sumber-sumber energi, letak geografis yang strategis dan kesamaan-kesamaan agama juga budaya.

Jika seluruh kapasitas ini digunakan sepenuhnya untuk melayani kepentingan Muslimin, pasukan asing dan musuh Islam tidak akan mampu menghambat kemajuan dan mencegah munculnya kekuatan dunia Islam.

Ikatan persatuan Muslimin terpenting adalah kolektifitas mereka yang banyak dalam masalah agama. Kiblat yang satu, manasik haji, kitab suci Al Quran, hadis, sunnah dan realitas-realitas sejarah Islam adalah komponen-komponen agama yang efektif untuk memperkuat persatuan dunia Islam dengan tujuan menghadapi konspirasi musuh.

Dari sisi politik, ada sejumlah negara berpengaruh di dunia Islam yang memainkan peran penting dalam mengajak negara-negara Islam ke arah persatuan dan kemajuan. Salah satunya adalah Republik Islam Iran. 

Metode ini dapat digunakan dalam dimensi-dimensi yang lebih luas di antara negara Islam yang memiliki banyak kesamaan itu. Kongres akbar haji merupakan kesempatan dan momentum yang terbaik untuk memperkuat persatuan di antara Muslimin.

Persatuan ini dengan cepat akan meluas tanpa mendorong kelompok-kelompok berbeda Islam berpindah keyakinan sehingga masalah penting persatuan Islam ini dapat terwujud secara nyata. Realisasi persatuan Islam yaitu, Muslimin tidak saling bermusuhan dan saling membantu dalam masalah-masalah penting dunia.

Upaya menciptakan perpecahan di antara kelompok-kelompok Islam dan menebarkan keraguan-keraguan di antara mereka adalah langkah musuh persatuan Islam untuk memecah negara-negara yang ada dalam lingkup geografis Islam. Mereka juga membangun benteng pemisah antara Iran dan negara-negara Islam lainnya.

Dibentuknya kelompok-kelompok ekstrem dan Takfiri seperti Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS yang mengatasnamakan agama Islam, sebenarnya dilakukan untuk merusak persatuan Islam.

Penafsiran-penafsiran politik atas agama dan mengenalkan Islam sebagai agama kekerasan, dapat dianggap sebagai bagian dari konspirasi musuh persatuan Islam. Seperti yang ditegaskan Rahbar, pemanfaatan peluang haji adalah upaya terbaik untuk menggagalkan konspirasi ganda yang dilancarkan di dunia Islam ini.

Meski telah berlalu 1.200 tahun sejak masa ghaibah Imam Mahdi as, umat tertindas tetap menantikan kemunculan dan kebangkitan sang juru penyelamat dunia. Para penanti sejati Imam Mahdi as, sedang mempersiapkan seluruh peluang kemunculan Imam Mahdi as.

Setelah kesyahidan Imam Hasan Askari as, imam kesebelas Ahlul Bait Nabi as, putra beliau Imam Mahdi as dan imam ke-12 dan terakhir dari cucu Rasulullah Saw, memulai tanggung jawab kepemimpinannya pada tanggal 9 Rabiul Awal pada tahun 260 Hijriah.

Imam Mahdi as adalah imam mulia dan pilihan Allah Swt yang janji-janji kemunculannya untuk menyelamatkan umat manusia dari kezaliman dan kefasadan, telah banyak disebutkan dalam berbagai riwayat dari Nabi Saw dan para imam maksum as.

Para penguasa rezim Abbasiyah mengetahui hal ini dan mereka berupaya membunuh Imam Mahdi as, sama seperti mereka membunuh ayahnya Imam Hassan Askari as. Akan tetapi, Allah Swt berkehendak lain dan menyembunyikan Imam Mahdi as dari pandangan mereka. Dengan demikian dimulailah masa ghaibah Imam Mahdi as.

Selama 69 tahun, beliau berhubungan dengan masyarakat melalui empat wakil yang ditunjuk beliau secara bergantian. Sampai akhirnya pada tahun 329 Hijriah beliau tidak menunjuk wakil langsung dan ketika itulah dimulai periode ghaibah kubro. Sejak saat itu, masyarat menanti kemunculan Imam Mahdi as untuk menegakkan pemerintahan keadilan, perdamaian dan keamanan di seluruh penjuru dunia.

Namun seperti apa pemerintahan Imam Mahdi as yang dielu-elukan dan diharapan oleh para penantinya? Terkait pemerintahan tersebut, banyak riwayat dan ayat yang menyebutkan kriterianya. Termasuk di antaranya adalah bahwa pemerintahan Imam Mahdi as, adalah pemerintahan rakyat yang berporos pada penegakan tuntutan masyarakat tertindas dan papa di dunia.

Pada ayat 105 dari surat al-Anbiya disebutkan, "Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh."

Dengan demikian masyarakat yang selama berabad-abad menghadapi kezaliman dan penindasan, pasca kemunculan Imam Mahdi as serta para pewaris kekuasaan di muka bumi dan para sahabat Imam, mereka akan merasakan manfaat dari pemerintahan universal yang adil.

Dalam pemerintahan Imam Mahdi as, hukum-hukum syariat akan diberlakukan. Sepanjang sejarah banyak ideologi manusia yang telah terbukti ketidakefektifannya. Oleh sebab itu pada pemerintahan universal Imam Mahdi as, ketentuan dan syarat agama terakhir dan paling lengkap, Islam, akan diberlakukan.

Allah Swt dalam banyak surat al-Quran menekankan bahwa agama sejati di sisi Allah Swt adalah Islam dan siapapun yang memilih agama lain selain Islam, maka sesungguhnya ia sedang merugi. Dalam beberapa ayat juga disebutkan janji bahwa Islam akan menang di hadapan seluruh agama dan ideologi di dunia ini.

Imam Jakfar as-Sadiq as dalam hal ini berkata, "Setelah terhina, Allah Swt akan memuliakan kembali Islam berkat dia (Mahdi as), dan akan menegakkan kembali huku-hukumnya setelah sebelumnya ditinggalkan, segala bentuk bid'ah akan diberantas oleh Mahdi as, penyimpangan akan dimusnahkan dan sunnah-sunnah asli akan dihidupkan kembali.

Namun harus diperhatikan bahwa non-Muslim tidak dapat dipaksa untuk menjadi Islam. Akan tetapi ketika Islam sejati tanpa propaganda bias diperkenalkan kepada mereka oleh Imam Mahdi, maka mereka dengan sukarela dan ikhtiar akan menerima agama samawi ini.

Dewasa ini, masyarakat dunia merasakan ketidakadilan dan diskriminasi lebih dari era-era sebelumnya. Sedemikian rupa sehingga satu persen penduduk bumi menguasai 50 persen sumber finansial dunia. Dari sisi lain, akibat politik imperialis pemerintah-pemerintah Barat serta ketergantungan dan ketidakbecusan para penguasa, setiap hari jumlah masyarakat miskin semakin bertambah.

Selain itu, kekuatan imperialis memandang diri mereka sebagai ras superior dan menilai bangsa-bangsa lain tidak berperadaban. Oleh karena itu, salah satu impian terbesar masyarakat dunia adalah pemberantasan diskriminasi dan perwujudan keadilan. Salah satu kriteria utama pemerintahan Imam Mahdi as adalah universalitas keadilan bagi seluruh penduduk bumi.

Salah satu prinsip penting Islam adalah perluasan keadilan, di mana di dalamnya tidak ada diskriminasi dan ketimpangan. Banyak hadis yang menyebutkan keadilan dalam pemerintahan Imam Mahdi as di akhir zaman kelak. Salah satu di antaranya adalah hadis Rasulullah Saw, "Aku akan memberikan kabar gembira kepada kalian soal kemunculan Mahdi (as), ketika perselisihan dan kebimbangan masyarakat meluas, dia akan bangkit dan memenuhi bumi dengan keadilan dan kebajikan setelah dipenuhi dengan kezaliman dan kejahatan. Penghuni langit dan bumi akan meridhoi pemerintahannya dan akan membagikan kekayaan di antara masyarakat secara merata."

Pemerataan keadilan pasti akan dibarengi dengan penafian kezaliman dan pelanggaran. Salah satu tragedi terbesar umat manusia adalah perang dan pertempuran berdarah yang destruktif. Sejak sejarah manusia di mulai, betapa banyak terjadi pertempuran besar dan kecil yang merenggut nyawa manusia. Musibah getif ini juga terjadi di era kontemporer dengan skala yang lebih luas.

Kekuatan-kekuatan imperialis menyerang untuk merampas kekayaan negara-negara lain, atau memaksa para antek-anteknya untuk melakukannya. Sebagai contoh, ratusan ribu orang dalam beberapa tahun terakhir tewas dalam perang yang dikobarkan oleh anasir teroris Takfiri seperti Daesh, besutan Amerika Serikat. Bencana yang menimpa masyarakat Irak dan Suriah.

Akan tetapi menyusul penegakan pemerintahan universal Imam Mahdi as, perang dan permusuhan akan diberantas. Perang terakhir adalah perang sebelum berdirinya pemerintahan universal Imam Mahdi as, melawan kekuatan-kekuatan imperialis yang tidak dapat merelakan kepentingan ilegal mereka.

Dengan demikian cita-cita besar umat manusia untuk terbebas dari kezaliman, kejahatan, pertumpahan darah dan ketidakadilan, akan terealisasikan pada masa pemerintahan Imam Mahdi as. Sebagaimana telah disebutkan Rasulullah Saw dalam hadis beliau bahwa Imam Mahdi as akan memenuhi dunia yang telah dikuasi kezaliman dan kejahatan dengan keadilan dan kebajikan.

Penumpasan kaum hegemonik haus perang, penindasan dan agresi dalam pemerintahan universal Imam Mahdi (as) akan menghadirkan perdamaian dan keamanan. Dewasa ini, keamanan adalah hal yang paling dibutuhkan umat manusia. Di sejumlah negara, perang dan pembantaian telah menghancurkan keamanan sementara di negara-negara seperti Amerika Serikat, instabilitas dalam masyarakat terus mengancam dan setiap hari ratusan orang menjadi tumbal fenomena tersebut.

Perasaan tidak aman dan tidak tenang, menimbulkan dampak mental dan psikologis, serta ekonomi dan sosial yang sangat buruk. Akan tetapi dalam pemerintahan universal Imam Mahdi, ketika perang, kezaliman dan pelanggaran telah berakhir, serta keadilan dan kesetaraan berlaku, maka masyarakat akan merasakan ketenangan dan keamanan multidimensional.

Imam Muhammad Baqir as, dalam hal ini menjelaskan kondisi pada era pemerintahan universal Imam Mahdi as dengan menyebutkan bahwa seorang perempuan tua dapat bepergian dari satu titik ke titik lain di dunia tanpa ada kekhawatiran akan menghadapi gangguan. Keamanan multidimensional ini bersumber dari fakta bahwa seluruh masyarakat menganut satu agama dan keyakinan yaitu Islam di mana pelanggaran dan gangguan kepada orang lain adalah haram, dan bahkan umat Islam diwajibkan untuk membatu sesama.

Pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di muka bumi merupakan kriteria lain dari pemeritahan universal Imam Mahdi as. Dewasa ini, hanya segelintir negara yang maju dan berkembang dan itu pun hanya dapat dinikmati oleh kelompok kecil konglomerat. Adapun manfaat kemajuan dan pembangunan pada periode pemerintah universal Imam Mahdi as adalah milik seluruh masyarakat.

Selain itu, kemajuan pada masa tersebut juga jauh melampuai kemajuan saat ini. Rasulullah Saw bersabda, "Ketika itu, jelajah bui akan ditempuh lebih cepat dari memejamkan mata, sedemikian rupa sehingga jika [sebelumnya] seseorang ingin bepergian ke timur atau barat bumi dalam satu jam, maka hal ini akan ditempuh dalam waktu sesingkat-singkatnya."

Pembangunan dan kemajuan pada masa pemerintahan universal Imam Mahdi as bergantung pada sejumlah anasir penting lain yaitu pertumbuhan pesat perspektif dan kemajuan cepat ilmu pengetahuan. Imam Muhammad Baqir as dalam sebuah riwayat menjelaskan hal ini bahwa berkat ijin Allah Swt pada era Mahdi as, akal masyarakat akan sempurna. Dalam hadis lain, beliau menyinggung poin penting lain, "Ilmu pengetahuan adalah 27 huruf dan semua yang dibawa oleh para nabi hanya dua huruf saja… ketika Mahdi kami bangkit, dia akan mengeluarkan 25 huruf lainnya, dan menyebarkannya kepada masyarakat."

Dengan demikian  pada era pemerintahan universal Imam Mahdi as, seluruh lapisan masyarakat memiliki taraf kehidupan tinggi dan menikmati seluruh nikmat ilahi dengan sebaik-baiknya.

Topik-topik yang akan disampaikan, dari lisan sebuah tetesan yang ingin menjelaskan tentang samudera yang luas.

Imam Khomeini adalah fakih dan marji’ yang paling pandai. Pada saat yang sama beliau juga seorang filsuf. Namun bukan filsuf yang bersandar pada prinsip orang lain. Tapi seorang filsuf yang memiliki dasar ijtihad dan filsafat.

Imam menjelaskan tiga pembahasan tafsir. Kita tidak memiliki usaha sekuat usaha beliau dalam pembahasan tafsir. Beliau menjelaskan poin-poin filsafat yang sampai di dunia. Surat penghargaan sampai ke Qom dari seluruh penjuru dunia dan para filsuf dunia telah mengakui pendapat-pendapat baru Imam. Imam sendiri telah mewujudkan gerakan baru di dunia, berbeda dengan filsafat-filsafat yang ada. Almarhum Haj Agha Mostafa meski hanya sebentar belajar kepada beliau, tapi dikenal sebagai seorang filsuf.

---

Sebagian orang yang dengki atau yang tidak tahu, mengatakan bahwa Imam Khomeini sampai pada tanggal 15 Khordad tidak berkecimpung dalam urusan politik dan masyarakatlah yang menyeretnya ke dalam masalah ini. Padahal orang-orang yang bersama Imam Khomeini tahu bahwa sejak beliau belajar di hauzah dan belajar kepada almarhum Ayatullah Hairi Yazdi atau di masa Ayatullah Boroujerdi, memiliki banyak perbedaan pendapat dengan mereka dalam urusan politik. Namun beliau tidak menyampaikan masalah  ini di hadapan opini umum demi menjaga persatuan Islam. Karena adanya kemungkinan hancurnya persatuan masyarakat Islam.

Imam Khomeini tidak pernah meninggalkan salat tahajjud. Dalam kondisi sakit, sehat, di penjara, saat bebas, dalam pengasingan, bahkan di atas tempat tidur rumah sakit jantung, beliau tetap mengerjakan salat tahajjudnya.

Ketika beliau sakit di Qom, dan atas perintah dokter, beliau dibawa ke Tehran. Pada waktu itu hawa sangat dingin dan hujan salju, dan jalan-jalan mengalami pembekuan. Imam berjam-jam berada di dalam mobil ambulance dan setelah dipindahkan ke rumah sakit jantung, beliau tetap tidak meninggalkan salat tahajjudnya.

Suatu malam ketika datang dari Paris ke Tehran, semua yang ada di dalam pesawat tidur, dan hanya Imam Khomeini yang mengerjakan salat tahajjud di bagian tingkat atas pesawat.

Sebagian Pasdaran di Qom menceritakan bahwa kadang-kadang saat Imam Khomeini tidak tidur malam untuk mengerjakan salat tahajjud, beliau menanyakan kondisi mereka.

Suatu hari Imam Khomeini berkata:

“Kesinilah! Ringkesi karpet ini. Karena di atas karpet ini ada gambar binatang dan mengerjakan salat di dalam sebuah ruangan yang ada gambarnya manusia atau binatang hukumnya makruh.”

Masalah ini menunjukkan kesensitifan beliau terhadap masalah agama.

---

Imam Khomeini ra
Imam Khomeini berada di Najaf selama tiga belas tahun dan beliau secara rutin membaca ziarah Jamiah Kabirah. Di malam-malam hari, selain saat pergi ke Karbala atau benar-benar sakit, sehingga tidak bisa keluar dari rumah, setiap malam pada jam tertentu, beliau pergi ke makam Imam Ali as dan membaca ziarah Jamiah Kabirah. Ziarah yang paling sedikit membutuhkan waktu satu jam. Tapi seseorang merasa bahwa dia benar-benar berada di hadapan para imam maksum as dan menyampaikan hak mereka dan pada hakikatnya adalah satu putaran pelajaran mengenal imam.

Kecintaan Imam Khomeini kepada Ahlul Bait Rasulullah Saw tidak bisa dijelaskan. Imam Khomeini adalah pecinta mereka. Seorang pecinta yang begitu mendengar suara “Ya Husein” dengan sendirinya air matanya mengalir. Begitu seorang pembaca kidung Ahlul Bait mengatakan, “Assalamu Alaika Ya Aba Abdillah” tetesan air mata mengalir dari matanya dan ini adalah kecintaan yang tidak sedikit.

Suatu hari adalah hari syahadahnya Sayidah fathimah as, Imam Khomeini diminta untuk ikut hadir acara bersama para staf kantornya. Ketika Imam Khomeini datang dan duduk, begitu salah satu staf kantor membaca kidung duka, Imam Khomeini menangis dengan suara keras. Sehingga staf itu sebentar saja membacanya demi menjaga kondisi Imam. Tapi air mata Imam Khomeini senantiasa mengalir di pipinya. Meski dunia menafsirkan tangisan Imam dengan beragam tafsiran, tapi beliau tidak malu-malu menangis, bahkan di depan kamera tetap menangis untuk Aba Abdillah.

---

Suatu hari salah seorang rohani di madrasah Refah berkata kepada Imam Khomeini, “Mengapa Anda tidak banyak menyebut Imam Zaman af dalam pidato Anda?”

Imam Khomeini bangkit dan berkata:

“Apa yang Anda katakan? Apakah Anda tidak tahu bahwa apa yang kita miliki adalah dari Imam Zaman af. Apa yang saya miliki adalah dari Imam Zaman af dan apa yang kita miliki dari revolusi adalah dari Imam Zaman af?” (Emi Nur Hayati)

Dikutip dari penuturan Hujjatul Islam Wal Muslimin Mohammad Ali Anshari Kermani

Sumber: Pa be Pa-ye Aftab II; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh