
کمالوندی
Dalam Pencarian Pemimpin Yang Pandai
Buraihah adalah ulama Kristen yang berusia tujuh puluh tahun di masa Imam Shadiq as dan menjadi kebanggaan umat Kristiani.
Sudah lama keyakinannya tentang agama Kristen telah melemah dan mencari agama yang benar. Dia juga melakukan dialog dan pembahasan dengan banyak orang muslim. Dia punya istri yang senantiasa menjadi curahan hatinya tentang masalah agama. Namun dengan semua itu dia belum menemukan hasilnya. Sampai ketika para pengikut keluarga Rasulullah Saw mengenalkan Hisyam bin Hakam; salah satu murid hebat dan ilmuwan Imam Shadiq as kepadanya.
Suatu hari Buraihah pergi ke toko Hisyam di Kufah bersama orang-orang Kristen. Mereka melihat Hisyam sedang mengajar al-Quran kepada murid-muridnya. Buraihah berkata kepada Hisyam, “Saya telah melakukan dialog dan pembahasan dengan semua ilmuwan dan teolog Islam. Tapi saya belum menemukan hasilnya. Sekarang saya datang untuk berdialog denganmu.”
Hisyam sambil tertawa sambil berkata kepadanya, “Bila engkau mengharapkan mukjizatku seperti mukjizatnya Nabi Isa as, maka aku tidak punya.”
Kemudian dia bertanya tentang Islam kepada Hisyam dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Lalu Hisyam bertanya kepadanya tentang agama Kristen tetapi dia tidak bisa menjawab. Akhirnya Buraihah malu dan para jemaahnya menyampaikan rasa penyesalannya. Akhirnya mereka meninggalkannya.
Buraihah kembali ke rumahnya dan menceritakan kejadian pertemuannya dengan Hisyam kepada istrinya.
Sang istri berkata, “Bila engkau sedang mencari agama yang benar, maka jangan sedih. Di mana saja engkau melihat kebenaran, maka terimalah. Jangan keras kepala di jalan ini." Buraihah menerima ucapan istrinya dan pada hari yang lain dia kembali lagi menemui Hisyam dan berkata, “Apakah engkau punya seorang guru dan pemimpin?”
Hisyam berkata, “Iya.”
Buraihah berkata, “Siapakah dia dan berada di mana dan bagaimana kondisinya?”
Hisyam menceritakan sedikit tentang ras, kemaksuman, ilmu, kedermawanan dan keberanian Imam Shadiq as. Kemudian berkata:
“Hai Buraihah! Allah menetapkan setiap hujjah untuk masyarakat pada masa-masa yang lalu dan Dia juga menetapkannya untuk masyarakat di masa pertengahan dan masa terakhir. Hujjah Allah dan agama-Nya tidak akan pernah hilang.”
Buraihah berkata, “Engkau benar.” Kemudian Buraihah bersama istrinya dan Hisyam pergi ke Madinah untuk menemui Imam Shadiq as.
Hisyam bersama Buraihah dan istrinya menempuh jarak yang panjang antara Kufah dan Madinah. Mereka datang ke rumah Imam Shadiq as untuk menemui Imam Shadiq as. Di sana mereka bertemu Imam Kazhim as putranya Imam Shadiq as yang pada waktu itu usianya tidak sampai dua puluh tahun.
Hisyam menceritakan kisahnya dengan Buraihah kepada Imam Kazhim as. Pada saat itu Imam Kazhim as berkata kepada Buraihah:
“Sejauh apa engkau mengenal kitab [injil]mu?”
Buraihah berkata, “Saya mengenalnya.”
Imam Kazhim as berkata, “Sebatas apa engkau mengetahui maknanya?”
Buraihah berkata, “Saya mengetahuinya dengan baik dan saya meyakininya.”
Kemudian Imam Kazhim membaca sebagian dari isinya kitab Injil. Buraihah begitu terpengaruh oleh bacaan injil Imam dan pada saat itu juga dia beriman dan berkata, “Sudah lima puluh tahun saya telah mencari-cari Anda atau orang yang seperti Anda.”
Berbicara Dalam Ayunan
Ya’qub Sarraj berkata, “Saya datang menemui Imam Shadiq as. Saya melihat beliau sedang berdiri di dekat ayunan putranya; Musa as. Musa yang berada di dalam ayunan berbicara dengan beliau. Setelah pembicaraan keduanya selesai, saya mendekati Imam Shadiq as dan beliau berkata kepada saya, “Pergi dekatilah maulamu [yang ada di dalam ayunan] dan ucapkan salam kepadanya.”
Saya mendekati ayunan dan mengucapkan salam. Musa bin Jakfar yang pada saat itu masih kecil dan berada di dalam ayunan, menjawab ucapan salam saya dengan fasih dan berkata kepada saya, “Pergilah dan gantilah nama yang kemarin engkau tetapkan untuk putrimu. Kemudian datanglah kepadaku. Karena Allah menilai tidak bagus nama ini.” (Ya’qub mengatakan, Allah telah menganugerahi saya seorang anak perempun dan saya namakan dia dengan nama Humaira.)
Imam Shadiq as berkata kepada saya, “Pergilah dan kerjakan perintahnya [Musa] supaya engkau mendapatkan hidayah.”
Sayapun pergi dan mengganti nama anak perempuan saya. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as
Individu dan Masyarakat dalam Islam
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti yang nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat mengakkan keadilan (QS 57; 25)
Oleh: M. Ma’ruf, Direktur-Religious Democracy Institute
Muthahhari dalam buku Inna ad –Din ‘inda Allah al-Islam, mengawali dengan ayat Al-Quran (QS 57; 25) untuk membangun argumentasi definisi keadilan dan sanggahan relatifitas keadilan. Pada bagian akhir tulisan, beliau menyimpulkan;
“Dasar keadilan adalah hak-hak nyata dan punya realitas. Keadilan bukanlah persamaan. Keadilan juga bukan keseimbangan yang tidak bertumpu pada hak. Akan tetapi keadilan bertumpu pada hak yang mempunyai realitas dan fitrah. Individu mempunyai hak, masyarakat juga mempunyai hak. Keadilan berawal dari usaha memberi hak pada individu yang memang berhak menerimanya. Keadilan berarti menjaga dan memelihara hak-hak itu. Karena itu pada setiap zaman keadilan adalah suatu realitas yang tidak lebih dari satu. Pernyataan keadilan adalah i’tibari adalah salah belaka.”
Muthahhari berpendapat, keadilan berarti keseimbangan dalam masyarakat. Tercipta dengan cara menjaga hak-hak individu dan masyarakat. Hak dan kewajiban individu dan masyarakat bersifat timbal balik. Hanya saja hak tidaklah bersifat timbal balik bagi Allah. Karena hak yang dimiliki Allah atas mahkluknya berbeda dari hak yang dimiliki seseorang atas orang lain. Tidak ada seorangpun punya hak atas Allah, sedangkan manusia hanya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab pada Allah.
Imam Ali berkata, sekiranya ada zat yang hanya berlaku haknya atas orang lain, dan tidak punya kewajiban pada orang lain, maka zat itu hanya Allah (Najh al-Balaghah 214). Imam Ali juga mengatakan, sebagai pemimpin kalian, aku punya hak atas kalian, begitu juga sebagai rakyat, kalian punya hak atas diriku. (Najh al-Balaghah, khutbah 214).
Nahjul Balaghah
Oleh karena itu, salah jika dikatakan hanya pemipin sajalah yang memiliki hak atas rakyat. Menurut Imam Ali, hukum bersifat universal mencakup pemimpin dan rakyat. Hukum bersifat timbal balik dan dua arah. Urusan pemimpin tidak akan terlaksana tanpa keteguhan rakyat, dan urusan rakyat tidak akan terlaksana tanpa keteguhan pemimpin.
Individu dan Masyarakat
Berkenaan dengan relasi individu dan mayarakat, Muthahhari berpendapat bahwa relasi antara individu dan masyarakat dekat dengan pengertian asimilasi bukan kombinasi. Kombinasi memiliki pengertian kumpulan beberapa hal yang diletakkan satu disamping lainya, tidak lebih dari itu. Seperti campuran kacang kedelai dan kacang adas, keduanya tetap dalam keadaan masing-masing meski dicampur. Seperti halnya udara, campuran antara oksigen dan ozon.
Namun berbeda dengan pengertian asimilasi, jika dua atau tiga unsur berbeda dicampur maka hasilnya saling mendekat dan memberi pengaruh sehingga menghasilkan unsur baru, menjadi perpaduan unsur kedua dan ketiga. Seperti juga air merupakan senyawa dua unsur gas, oksigen dan hidrogen yang melahirkan unsur yang berbeda dari dua unsur asalnya.
Analogi lain, seperti ribuan batu dalam posisi saling berdekatan di padang pasir selama ratusan tahun, batu-batu tersebut tidak akan saling mempengaruhi. Begitu juga dengan ketika kita menanam ribuan pohon di hutan. Masing-masing pohon-pohon itu hanya berurusan dengan air, udara dan cahaya. Sementara manusia dan masyarakat memiliki emosi, keyakinan dan pikiran yang saling mengambil kepribadian satu sama lain. Masyarakat bukan hanya campuran melainkan asimilasi yang kuat sebagaimana air. Individu dan masyarakat saling mempengaruhi.
Hakekat sebuah kumpulan yang disebut masyarakat itu adalah satu. Masyarakat punya umur dan ruh. Masyarakat juga memiliki kepribadian. Al-Quran mengatakan; Tiap-tiap umat mempunya ajal. Bila telah datang ajalnya, maka mereka tidak akan mengendurkanya barang sesaatpun dan juga tidak memajukanya barang sesaatpun. (QS; 7;340
Al-Quran
Dengan demikian terdapat hubungan yang bersifat alamiah antara individu, masyarakat, hak dan kewajiban, pemenuhan keadilan yang bertumpu pada hak yang mempunyai realitas dan fitrah. Basis keadilan yang diperjuangkan dalam Islam tidak bertumpu pada fokus realitas individu (individualisme dalam liberalisme), sehingga masyarakat yang bersifat iktibariyah hanya kumpulan individu. Juga bukan fokus pada masyarakat sebagai realitas hakiki (komunisme) dengan menafikkan realitas individu.
Islam menganggap baik individu dan masyarakat sebagai realitas hakiki bukan iktibari, keduanya saling mempengaruhi dibawah relasi dengan Tuhan sebagi sumber fitrah. Pemenuhan hak dan kewajiban timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, individu dengan pemimpin, masyarakat dengan pemimpin-semuanya dalam rangka menjalankan kewajiban kepada Allah. Baik individu dan masyarakat, mau tidak mau, dalam gerak sejarahnya kembali kepada Allah. Semakin sempurna pergerakanya maka semakin bertauhid.
Hak dan kewajiban individu dan masyarakat serta pemenuhan keadilan di dunia berkaitan erat dengan kehidupan akherat. Maka dapat disimpulkan bahwa baik liberalisme dan komunisme, dapat beririsan dengan Islam sejauh terpenuhinya keadilan di dunia, meski pandangan dunia kedunya saling menafikan. Akan tetapi pemikiran Islam jauh lebih maju dalam usaha pemenuhan keadilan di dunia, karena berbasis pada timbangan keadilan akherat. Keadilan itu satu, ditopang oleh realitas hak dan kewajiban individu dan masyarakat yang hakiki sesuai dengan fitrahnya.
Menlu Jepang: Korut Harus Diembargo Lebih Keras Lagi
Menlu Jepang menekankan perlunya penekanan lebih tegas terhadap Korut untuk menghentikan uji coba rudalnya.
Taro Kono, Menlu Jepang menjelaskan bahwa Korut tidak menggubris tuntutan dunia internasional dan terus menguji senjatanya.
“Pyongyang telah membahayakan Kawasan dan dunia karena uji coba rudalnya” tambah Kono dalam wawancaranya dengan CNN.
Menurut Kono, untuk lepas dari bahaya Korut, harus diciptakan embargo baru yang mengikat lebih erat ekonomi Pyongyang.
“Menekan keras ekonomi Korut dapat menarik Korut ke meja perundingan” jelasnya.
Perlu diketahui bahwa, pada hari jumat kemarin, Presiden Korsel menyatakan bahwa Korsel dan AS tidak akan melakukan serangan senjata terhadap negara tetangganya tersebut.
Quebec Tangguhkan Pelarangan Penggunaan Niqab untuk Sementara
Quebec, Berita Dunia – Dilansir dari Anatoli, Babak Barin, salah seorang hakim di Pengadilan Tinggi Propinsi Quebec, Kanada menangguhkan sebuah pasal undang-undang tentang pelarangan menggunakan penutup wajah secara penuh di tempat-tempat umum bagi warganya untuk sementara. Ia menganggap bahwa peraturan tersebut tidak sesuai dengan konstitusi dan diskrimitatif terhadap pemeluk agama Islam.
Hakim telah meminta kepada pemerintah untuk menetapkan pedoman yang jelas untuk mengesahkan undang-undang tersebut.
Sebagian wanita penduduk propinsi Quebec yang beragama Islam menggunakan Burqa, sebuah kain atau sejenisnya yang digunakan untuk menutupi wajah. Seperti di negara-negara besar Eropa pada umumnya seperti Perancis, Belgia, Belanda, Bulgaria dan Jerman, Kanada juga telah memberlakukan pelarangan menutupi wajah secara penuh di tempat-tempat umum. Meskipun berbagai lembaga HAM menganggap undang-undang tersebut sebagai bentuk Islamphobia.
Meski demikian, pemerintah Quebec sebelumnya mengklaim bahwa pemberlakuan undang-undang ini dimaksudkan untuk melakukan pemisahan antara politik dan kehidupan beragama serta bertujuan untuk menjaga keselamatan publik.
Menurut pengakuan pemerintah Quebec, penangguhan pasal tentang pelarangan penutupan wajah di tempat umum ini akan berlanjut hingga musim panas tahun 2018 mendatang.
Diminta Bubarkan Hashd Shaabi, Nouri al-Maliki: Perancis Tak Hormati Kedaulatan Ira
Baghdad, Berita Dunia – Wakil Presiden Irak, Nouri Al-Maliki saat menanggapi pernyataan Emmanuel Macron, Presiden Perancis yang ditujukan kepada Irak mengatakan, “Undang-undang dasar Perancis tak memperbolehkan negara tersebut untuk ikut campur dalam urusan negara lain. Namun kami telah dikejutkan dengan pernyataan Presiden negara tersebut. Ia meminta kepada kami untuk membubarkan kelompok Hashd Shaabi.
Mantan Perdana Menteri Irak tersebut juga mengatakan, “Kami dengan tegas menolak campur tangan Perancis dalam hal ini. Tentunya hal itu merupakan bentuk intervensi masalah dalam negeri Irak dan melanggar hak kedaulatan negara ini dan bahkan bertentangan dengan undang-undang Perancis sendiri.”
Trump: Saya Akan Terpilih Lagi di Pemilu 2020
Washington, Berita Dunia – Sekali lagi Donald Trump, Presiden AS, mengklaim bahwa ia akan tetap menang di Pemilu 2020.
Dinukil dari Bloomberg News dilaporkan bahwa Donald Trump terlihat sangat senang setelah melihat rancangan penurunan pajak dimenangkan di majelis Senat dan mengklaim bahwa di pemilu 2020 nanti dia tetap akan terpilih.
“Apakah Demokrat melantik orang yang tidak kita kenal? Namun di masa depan kita (Republik) tetap tidak akan terkalahkan. Kami tidak terkalahkan. Salah satu alasannya adalah hal-hal yang terjadi sekarang di pasar bisnis dan yang terjadi di sektor pekerjaan,” tegasnya.
Donald Trump menegaskan klaimnya ini setelah disetujuinya rancangan penurunan pajak di majelis Senat. Rancangan pajak tersebut disetujui oleh 51 anggota Senat, sedangkan 49 menyuarakan tidak setuju. Tidak ada satupun anggota Senat Demokrat yang menyetujui rancangan tersebut. Sedangkan dari partai Republik sendiri, hanya Bob Corker, ketua komite hubungan luar negeri Senat, yang tidak setuju.
Berdasarkan rancangan penurunan pajak versi Trump tersebut, nilai pajak perusahaan dari 35% turun menjadi 20%. Saat ini, majelis Senat harus menggabungkan rancangan ini dengan racangan yang telah disetujui sebelumnya oleh Dewan Perwakilan AS dan diakhir, harus diserahkan ke Presiden untuk ditandatangani.
Rancangan yang disetujui di Dewan Perwakilan dan Senat memiliki banyak perbedaan, namun dari segi penurunan nilai pajak, kedua-duanya sama yaitu dari 35% menjadi 20%.
Sejak periode kepresidenan Ronald Reagan, penurunan pajak periode ini termasuk penurunan yang paling tinggi. Para pengkritik Donald Trump yakin bahwa hal ini hanyalah menguntungkan orang kaya. Sedangkan yang miskin dan menengah akan menghadapi lebih banyak masalah.
Apa Yang Menjadi Rintangan Dakwah Para Nabi?
Terdapat rintangan-rintangan dalam proses kemasyarakatan agama dan untuk mencapai tujuannya. Al-Quran telah menyebutkan rintangan-rintangan tersebut, diantaranya:
1. Kesombongan dan mengikuti hawa nafsu:
«أَ فَکُلَّما جاءَکُمْ رَسُولٌ بِما لا تَهْوى أَنْفُسُکُمُ اسْتَکْبَرْتُمْ فَفَریقاً کَذَّبْتُمْ وَ فَریقاً تَقْتُلُون»
“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Qs Al-Baqarah [2]: 87)
Berdasarkan ayat ini, karena para pemimpin Yahudi merasa terancam kehidupan perekonomian mereka karena ajaran-ajaran dan ahkam para Nabi, maka mereka melawan perkataan para nabi dan tetap menuruti hawa nafsunya. Oleh itu, mereka memasang badan untuk memberontak, berlaku sombong dan merasa dirinya sangat besar. Mereka menolak para nabi dan menilai bahwa para Nabi adalah orang-orang yang berdusta, bahkan sebagian mereka sampai membunuh nabi.
2. Bertahannya para penguasa dan orang-orang kaya
وَ ما أَرْسَلْنا فی قَرْیَةٍ مِنْ نَذیرٍ إِلاَّ قالَ مُتْرَفُوها إِنَّا بِما أُرْسِلْتُمْ بِهِ کافِرُون»
“Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” (Qs Saba [34]: 184)
3. Mengikuti bujuk rayu setan
«وَ ما أَرْسَلْنا فی قَرْیَةٍ مِنْ نَذیرٍ إِلاَّ قالَ مُتْرَفُوها إِنَّا بِما أُرْسِلْتُمْ بِهِ کافِرُون»
“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.” (Qs Al-Nahl [16]: 63)
4. Keras kepala dan mencari-cari alasan:
فَإِن کَذَّبُوکَ فَقَدْ کُذِّبَ رُسُلٌ مِّن قَبْلِکَ جَاءُوا بِالْبَیِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَالْکِتَابِ الْمُنِیر»ِ
“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.” (Qs Ali Imran [3]: 184)
Pendeta Yang Masuk Islam
Imam Musa bin Jakfar as masuk ke sebuah goa di salah satu desa di Syam secara tidak dikenal dan di sana ada seorang pendeta yang setiap tahun memberi wejangan kepada masyarakat. Pendeta itu merasa ketakutan saat melihat Imam yang penuh dengan keagungan dan kewibawaan.
Kemudian dia bertanya kepada Imam, “Anda orang asing?”
Imam menjawab, “Iya.”
Dia berkata, “Anda bagian dari kami ataukah musuh kami?”
Imam menjawab, “Saya bukan bagian dari Anda.”
Dia berkata, “Anda termasuk umat yang mendapatkan rahmat?”
Imam menjawab, “Iya.”
Dia berkata, “Anda termasuk ulamanya ataukah orang bodohnya?”
Imam menjawab, “Saya bukan dari orang-orang bodohnya.”
Dia berkata, “Bagaimana mungkin menurut keyakinan kami, pohon tuba akarnya ada di rumah Isa as dan menurut Anda di rumah Muhammad, sementara cabangnya ada di semua rumah-rumah surga?”
Imam menjawab, “Sebagaimana matahari, cahayanya sampai ke semua tempat, dan menerangi setiap tempat, padahal aslinya ada di langit.”
Pendeta itu berkata, “Bagaimana mungkin makanan surga tidak bisa habis dan dimakan seberapa banyakpun tidak akan berkurang.”
Imam menjawab, “Sebagaimana lampu di dunia, seberapa banyakpun dia memberikan cahaya, tidak akan berkurang darinya.”
Pendeta berkata, “Di surga, naungannya memanjang, yang manakah contohnya di dunia?
Imam menjawab, “Sebelum terbitnya matahari naungan memanjang.”
Pendeta berkata, “Bagaimana mungkin di surga ada makan dan minum tapi tidak ada kencing dan buang air besar?”
Imam menjawab, “Sebagaimana janin yang ada di dalam rahim ibunya, dia makan dan minum tapi tidak kencing dan tidak buang air besar.”
Pendeta berkata, “Bagaimana mungkin penghuni surga memiliki pembantu yang mengambilkan segala yang diinginkan tanpa harus diperintahkan?”
Imam menjawab, “Sebagaimana setiap kali manusia memerlukan sesuatu, anggota badannya memahaminya dan mengerjakan apa yang diinginkannya tanpa perintahnya.”
Pendeta berkata, “Kunci surga dari emas ataukah perak?”
Imam menjawab, “Kunci surga adalah lisan hamba yang mengatakan “La Ilaha Illallah”
Pendeta berkata, “Anda benar.” Akhirnya dia menerima Islam bersama orang-orang yang bersamanya.
Hati Nurani dan Peradaban
Rorty mengatakan, bertindak sesuai dengan moral tidak perlu dicari dasar-dasar filosofis, religius, atau ideologisnya! Kriteria moral hanya satu: tekad untuk tidak bersikap kejam (Rorty, 1989). Secara implisit Rorty mengajak kita menganalisa lagi sumber terpenting yang sementara ini terlupakan, yaitu dasar moral yang dimiliki oleh semua lapisan manusia dari berbagai bangsa,etnis dan agama.
Dasar-dasar moral tentunya bersifat universal, primordial dan tidak berubah. Agama menyebutnya fitrah. Budha menyebutnya kekayaan hati. Perenialis menyebutnya the origin. Orang awam lebih akrab dengan hati nurani.
Dr. Mutahahari mengkategorikan kecenderungan kepada kesempurnaan, keindahan, keadilan, kebahagiaan, ilmu, kebahagiaan, dan sebagainya sebagai bagian dari kecenderungan hati nurani.(Muthahhari, 2015). Aspek lain dari hatinurani yaitu pengetahuan. Setiap manusia memiliki simpanan yang terdalam dalam dirinya yang dapat menjadi akar pengetahuan purbawi yang disebut Plato dengan pengetahuan fitri dan Descartes menyebutnya innate idea.
Aktifitas manusia didrive oleh dorongan-dorongan tadi. Namun terkadang insting yaitu dorongan partikular menutup hati nurani. Jadilah sebagian orang lebih sibuk mengumpul-ngumpulkan harta dibanding menabung kebaikan, mencari kekuasaan dibanding memperjuangkan keadilan, mengejar ijazah dibanding ilmu, mendamba popularitas dibanding prestasi.
Metamorfosis dari insting ke hati nurani
Dominasi insting akan memudar manakala manusia merasakan kebahagiaan mengaktualkan hati nuraninya. Tapi sebaliknya yang tidak pernah mengaktualkan hati nurani akan terjebak dalam dominasi insting kehewanan, rakus dengan kenikmatan-kenikmatan bendawi, kekuasaan, hegemoni, dan eksoteris.
Insting dibutuhkan terutama di awal-awal kehidupan agar manusia memiliki motivasi untuk survive, mengembangkan species, menolak ancaman-ancaman eksternal dan mempertahankan apa yang dimilikinya. Salah satu insting yang paling kuat dominasinya adalah insting untuk menyukai sesuatu yang menarik baginya. Instingnya ini seperti juga akal instrumennya adalah panca indera. Manusia yang hidup tanpa insting akan kehilangan semangat dan selera untuk menyukai kehidupan.
Pendidikan berbasiskan Hati nurani
Kurikulum pendidikan juga jangan sampai mendistorsi hati nurani; yaitu dorongan untuk mengetahui segala sesuatu ini, keinginan untuk menyibak segala misteri yang ada di sekelilingnya termasuk dalam dirinya sendiri. Setiap anak didik dengan keunikan masing-masing memiliki potensi ini untuk menyukai sejarah, saint, agama, fisika, dan sebagainya. Keinginan ini menjadi meredup tatkala mengalami proses pembelajaran yang membosankan, arogansi guru yang tidak suka dikritik, atau metode yang tidak efektik lagi untuk memancing rasa penasaran (curioisity) sang anak didik. Anak-anak dijejali dengan informasi yang tidak memancing rasa keinginan tahunya, atau tidak melihat relevansinya dengan kehidupannya. Atau para pendidik gagal mengembangkan pendekatan yang membuat sang anak didik tertarik untuk mengembangkan potensi hati nuraninya.
Salah satu sisi kehidupan manusia adalah kegiatan ekonomi yang bisa disederhanakan sebagai kegiatan untuk mencari usaha, aktifitas untuk bisa survive, menghasilkan sesuatu dan memproduksi sesuatu. Aktifitas yang sangat menyita waktu ini dan selalu dilakukan sepanjang hidup manusia bisa dilihat dari dua sisi. Pertama sebagian kegiatan yang didrive insting untuk memenuhi kebutuhan dasariyah setiap manusia yaitu makan, minum dan sejenisnya. dan kedua dilihat dari hati nurani yaitu dorongan untuk mandiri, berdiri sendiri. Dengan pendekatan pertama kegiatan ekonomi menjadi kegiatan yang sama dilakukan oleh hewan, mencari,mengumpulkan dan menumpuk-numpuk hanya untuk memenuhi hasrat-hasrat biologisnya. Namun dengan motivasi kedua, aktifitas ekonomi menjadi kegiatan yang mulia yaitu untuk membebaskan dirinya dari perbudakan orang lain dan memerdekakan dari ketergantungan kepada yang lain. Dengan niat yang kedua kegiatan berdagang, bekerja, bertani, menjadi supir angkot, loper koran menjadi memiliki makna eksistensial. Setiap orang akan bersungguh-sungguh dan akan berusaha jujur, tidak curang dan tidak menghalalkan segala cara, sebab.
Demikian juga aktifitas ekonomi yang berbasiskan fitrah adalah dalam rangka menjadikan independen, mandiri dan tidak bergantung pada yang lain. Andaikan yang mendrivenya adalah keinginan mandiri, merdeka dan bebas,maka tentu perjuangannya lebih bermartabat dan merasa bangga dan bukan sekedar ingin mencari laba semata.
bersambung ....
Hati Nurani dan Peradaban(1)
Rorty mengatakan, bertindak sesuai dengan moral tidak perlu dicari dasar-dasar filosofis, religius, atau ideologisnya! Kriteria moral hanya satu: tekad untuk tidak bersikap kejam (Rorty, 1989). Secara implisit Rorty mengajak kita menganalisa lagi sumber terpenting yang sementara ini terlupakan, yaitu dasar moral yang dimiliki oleh semua lapisan manusia dari berbagai bangsa,etnis dan agama.
Agama dan hati nurani
Agama alih-alih turun dari langit hakikatnya adalah datang dari suara-suara hati nurani. Tuhan yang menanamkan dorongan-dorongan pada kesempurnaan karenan itu Tuhan juga menyambutnya dengan menurunkan tuntunan dari langit. Hati nurani saja tidak cukup, karena masih konseptual, abstrak dan tidak detail. Hati nurani membutuhkan tuntutan yang mendetail dan praktis.
Hati nurani membutuhkan agama yang dapat merespon dorongan-dorongan instrinsiknya. Yang kedua agama memang untuk manusia secara universal. disinilah pertemuan antara yang transendental dan humanisme. Jadi hati nurani tidak mungkin menafikan peranan agama sebagaimana agama juga tidak mungkin mengabaikan dorongan-dorongan universal manusia.
Agama tidak mungkin bertentangan dengan nurani universal ini, sebab agama untuk manusia dan bukan untuhan tuhan, Tuhan menurunkan agama karena dalam diri manusia ada keinginan untuk menyempurnakan diri, ada keinginan untuk dalam perspektif tasawuf untuk meniru tuhan, menyerap nama-nama-Nya dalam dirinya. Dalam hal ini kita dapat membaca pemikir Fayerbach dalam perspetif ini ,sepertinya manusia menciptakan agama, karena memang potensi untuk menciptakan agama yang itu sudah disuarakan oleh hati nurani sendiri.
Hati nurani selayaknya dijadikan parameter untuk mengevaluasi setiap tindakan atas nama agama. Sementara ini parameter hatin nurani dikesampingkan dan bahkan dibungkam tidak dijadikan evaluasi untuk melihat tindakan-tindakan atas nama agama yang sangat melukainya. .
Sebagian yang mengaku agamawan membius para pengikutnya dengan data-data ayat-ayat suci parsial untuk membenarkan segala tindakan destruktifnya. Tanpa parameter hatinurani maka setiap orang akan menjadi penguasa kitab suci dan menghegemoni setiap tafsiran lain.
Wahyu dari langit jika ditafsirkan seperti itu pasti paling menjadi tidak peka dengan aspek kemanusiaan yang universal. Agama dalam tanda kutip tidak peka dengan ketidakadilan, sosial, kemiskinan, kebodohan dan penistaan perempuan dan anak-anak.
Andaikata kita mau mengeksplor fitrah ini maka kita harus merenung lagi dengan produk-produk atas nama agama yang justeru sebenarnya bertentangan dengan nilai-nila universal agama. Agama yang sesuai dengan fitrah adalah agama yang menyambut seruan fitrah.
Agama sangat menghargai dan ingin menyempurnakan kecenderungan manusia kepada keindahan, karena itu agama sangat menganjurkan agar manusia memperhatikan keindahan, baik secara lahiriyah maupun batiniyah, Agama juga mengharga kecenderungan manusia kepada kebaikan moral.Agama yang benar tentu saja akan mengapresiasi hati nurani dan menjadikan sebagian bagian dari sumber keagamaan itu sendiri,
Apa yang dilakukan kelompok radikal akhir-akhir ini sudah tidak bisa lagi ditolelir oleh agama sendiri bahkan oleh hari nurai seluruh manusia, kelompok ini menjadi musuh bersama (common enemy) seluruh agama dan peradaban. Hanya segelintir orang yang terbius oleh ayat-ayat parsial secara verbatim yang masih mendukungnya.
Artinya sepatutnya para tokoh agama menempatkan nurani universal ini sebagai parameter untuk mengevaluasi setiap tindakan dan perintah baik itu fatwa, atau hukum yang diatasnamakan sebagain suara Islam. Yang kita lihat tindakan-tindakan dan fatwa destruktif dan biadab dianggap sebagai suara tuhan padahal bertentangan dengan nurani unversal. Pemerkosaan terhadap kaum yang lemah, ancaman dengan cara-cara yang biadab, perang yang dinyalakan kepada siapa saja dengan cara apa saja sekalipun sambil mengutip ayat-ayat suci adalah tidak islami karena dibenci oleh nurani universal ini.
Ali bin Abi Thalib dalam nasihatnya untuk gubernunya malik al-Astar menginformasikan bahwa rakyat hanya ada dua yaitu yang setara dalam keyakinan ada juga yang setara dalam keterciptaanya. Artinya orang lain itu berbeda bungkusan agamanya tapi tetap setara dari sisi sebagai makhluk yang diciptaka oleh tuhan dengan desain tertentu yang memiliki kecenderungan-kecederungan kepada kesempurnaan.
Keserakahan, arogansi, niat-niat yang jahat, dan kebodohan bisa saja menguburkan dan membunuh hati nurani. Kelompok yang menggunakan simbol-simbol agama untuk melegalkan tindakan destruktif dan non manusiawi sebenarnya telah menyayat-nyayat hati nurani sendiri dan hati nurani yang lain, karena itu mengapa selalu direspon negatif oleh seluruh umat dari agama manapun.
Hati nurani sebagai kecenderungan dan pengetahuan universal manusia jika disatukan dan dihimpun akan menjadi monitor dan penggerak peradaban. Karena dibelakang aksi ada ide dan dibelakang ide mengendap pandangan dunia tertentu dan pandangan dunia itu berkembang dari dorongan-dorongan hati nurani. Peradaban itu seperti kulit bawang. Lapisan terluarnya berbentuk karya dan kreasi fisik manusia seperti gedung-gedung, jalan raya, mall, desain kota, arsitek gedung, infrastruktur, atau non fisik seperti regulasi, konstitusi, kebijakan, undang-undang, peraturan dan sejenisnya. Lapisan tengahnya adalah aspirasi, ide, konsep dan lapisan yang paling dalam dan inti adalah pandangan dunia. Pandangan dunia ini atau ideologi terumuskan secara tidak langsung oleh kecenderungan murni dan alami hati nuraninya.
Hati nurani bisa menular dalam suatu momen dan menjadi nurani publik. Karena itu mengapa Angela Merkel dari jerman akhirnya didukung oleh rakyatnya meskipun mengambil kebijakan yang tidak populer diawalnya yaitu menolong kaum pengungsi . Hati nurani publik yang cinta dengan kemanusiaan, dan kebajikan lebih primordial ketimbangan pertimbangan-pertimbangan regional dan nasional. Hati nurani itu pula yang menggerakan bantuan-bantuan internasional tanpa pamrih dari berbagai agama dan bangsa untuk masyarakat Aceh yang terkena dampak sunami.