کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 22 Oktober 2017 13:53

Bijak Menyikapi Perbedaan Pendapat

“Bijak menyikapi perbedaan pendapat,” adalah diktum Habib Umar bin Hafidz yang kemudian diulas menjadi sebuah buku tentang pemikiran Habib Umar oleh Al Hamid Jakfar Al-Qadri. Habib Umar sendiri menulis karya berjudul Al-Wasatiyah fi al-Islam (Islam Moderat) yang mengulas tentang bagaimana menyikapi perbedaan pendapat dan bersikap moderat.

Bagi Habib Umar, perasaan yang harus selalu dijauhkan dari setiap muslim dan khususnya ulama adalah fanatisme atas pendapat atau golongan. Apa arti fanatik? Menjadikan pendapat seperti nash yang tak bisa diganggu gugat. Meskipun pendapat itu datang dari seorang ulama yang memiliki hak untuk berijtihad sekalipun. Sebab, bagaimanapun juga, pendapat itu muncul dari manusia yang tak luput dari kemungkinan salah, dan bisa saja di antara kesalahannya adalah pendapatnya itu. Pendapat itu bukan datang dari wahyu, maka ia bukan nash: bisa benar, bisa juga salah.

Perbedaan pendapat di antara kita adalah sesuatu yang bukan hanya biasa sejak Islam pertama muncul di zaman Nabi, tapi bisa jadi berdampak baik bagi perkembangan peradaban Islam lantaran perbedaan itu membangun dialektika yang konstruktif. Jangan sampai ia menjadi sumber petaka: kebencian, pertengkaran, dan lain-lain.

Sebuah riwayat dikutip dalam buku tersebut dari Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al Hakim bahwa Nabi bersabda: “Salat adalah tempat terbaik yang Allah letakkan agar hamba mendekatkan diri kepada-Nya. Barang siapa mau memperbanyak dipersilahkan, dan yang mau sedikit juga dipersilahkan.” Diriwayatkan bahwa ada dari sahabat Nabi yang melaksanakan salat dua puluh rakaat, ada yang tiga puluh rakaat, dan bahkan ada juga yang seratus rakaat semalem seperti dilakukan Sayyidina Utsman bin Affan. Di samping itu, dalam salat mereka juga ada perbedaan bacaan dan cara membacanya. Menurut riwayat Ibnu Umar, saat para sahabat salat bersama Nabi, ada yang membaca bacaan yang berbeda dengan bacaan Nabi. Lalu seusai salat, Nabi bertanya tentang siapa yang membaca itu. Di antara sahabat mengacungkan tangannya. Lalu Nabi bersabda: “Aku heran dengan bacaan itu. Telah dibukakan baginya pintu-pintu langit.” Sedangkan kita bahkan saling menuduh, benci, hingga berkonflik kadang karena hanya beda jumlah rakaat salat tarawih atau beda pendapat soal memakai atau tak pakai qunut dalam salat. Padahal, Nabi sendiri berbeda dengan sahabatnya dan Nabi justru memuji sesuatu yang berbeda dari sahabatnya itu, alih-alih bukan menuduh bid’ah sahabat yang berbeda itu sebagaimana sebagian kita kerap mudah menuduh bid’ah sebagian saudara muslim yang berbeda dengan mereka.

Maka, hindari fanatisme: menganggap pendapat lain bid’ah, salah, sesat, apalagi kafir. Sebab, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis dalam Bukhari, Muslim, dan Ahmad bahwa dalam berpendapat –tentu yang berdasarkan ilmu dan ketulusan, jika ‘pun salah maka seseorang itu mendapat pahala di mata Allah. Sehingga, jika Allah saja menghargai pendapat yang salah, mengapa kita justru begitu bengis pada perbedaan?

Seorang ulama yang saleh, seperti dikisahkan dalam buku tersebut ditanya: “Sebuah kelompok muslim sedang membangun masjid, mengapa kelompokmu tak membangun juga?” Ulama saleh itu menjawab: “Kita semua butuh masjid, dan kita juga butuh jamaah untuk mengisinya. Mereka membangun masjid dan kita yang akan mendatangkan jamaahnya, sehingga di antara kita saling melengkapi.”

Lihatlah bagaimana sebuah perspektif diajarkan melalui kisah itu: perspektif untuk bersatu, melengkapi. Bukan bercerai, menggerogoti. Dengan perspektif persatuan, perbedaan dilihat sebagai kelebihan untuk saling melengkapi, bukan kekurangan untuk saling berkelahi. Sehingga lenyaplah gangguan nafsu dalam hati untuk saling bermusuhan.

Minggu, 22 Oktober 2017 13:52

Apa Saja Dampak Berprasangka Buruk?

Salah satu yang merupakan bagian dari akhlak tercela adalah prasangka yang buruk. Banyak ayat dan riwayat yang menyinggung masalah tersebut sebagai sebuah peringatan akan buruknya dampak sosial dari berprasangka buruk. Al-Quran menjelasakan bahwa berprasangka buruk itu sama dengan dosa.

Nabi Muhammad saw bersabda berkatan hal tersebut: ketika kalian berprasangka buruk kepada saudara-saudara kalian maka sesungguhnya kalian  telah berprasangka buruk kepada Allah swt. Karena Allah swt berfirman “Jauhilah kebanyakan berprasangka..”

Dari hadits ini kita melihat bahwa sungguh Allah tidak menyukai berprasangka buruk. Maka dari itu nabi yang mulia saw, ketika kita berprasangka buruk kepada saudara-saudara kita maka sama saja kita berprasangka buruk kepada Allah swt. Semoga kita dijauhkan dari sikap demikian.

Khalifah Ali ra berkata:

الرجل السوء لا یظن باحد خیرا، لانه لا یراه الا بوصف نفسه.

Ar-rajulus su’u la yadzunnu bi ahadin khairan; liannahu la yuraahu illa bi wasfin nafsihi. Yang artinya seorang yang berkahlak buruk tidak pernah berprasangka baik kepada siapapun; karena ia selalu menganggap orang lain sama seperti dirinya.

Dampak-dampak dari berprasangka buruk

1. Siapa saja yang berprasangka buruk maka ia akan berpikiran buruk pula.
2. Siapa saja yang berprsangka buruk maka ia akan berpikiran bahwa orang lain adalah pengkhianat bagi dirinya padahal orang lain tidak ada yang berkhianat kepada dia.
3. Orang yang selalu berpikiran buruk maka ia tidak akan mendapatkan teman. Dalam artian teman-teman yang dulu ia punya akan pergi meninggalkannya.
4. Karena prasangka buruknya maka ia tidak akan percaya kepada orang lain dan orang lain pun dikarenakan akhlak buruknya maka mereka tidak akan percaya kepadanya.
5. Siapa saja yang selalu berprasangka buruk maka ia selalu kabur dari oran lain dan merasa was-was dengan kehadiran mereka.

Dampak-dampak di atas adalah perkataan sayidina Ali bin Abi Thalib ra sebagai nasehat untuk diri kita sehingga kita bisa bermuhasabah untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Minggu, 22 Oktober 2017 13:47

Hidupkan Keadilan

Masalah keadilan Tuhan memiliki beberapa cirikhas di antaranya:
-Banyak soal berkaitan dengan masalah ketuhanan, yang hanya bisa dijawab oleh kalangan khusus di atas tingkat awam. Tetapi masalah keadilan Tuhan menjadi perhatian -dan dapat diikuti- semua kalangan, dari yang awam sampai yang pakar.
-Muslimin tidak berselisih tentang sifat-sifat bagi Allah, melainkan tak setajam perselisihan mereka tentang masalah adil. Sampai batas, keyakinan terkait masalah ini membawa identitas bahwa fulan syii atau sunni, dan jika sunni, ia mutazili atau asyari.
Mutazilah dan Syiah meyakini keadilan Tuhan bahwa Dia mustahil berbuat lalim, keduanya dikenal dengan Adliyîn atau Adaliyah. Karena mereka memandang adil sebagai dasar agama. Lalu keduanya terpisah oleh masalah imâmah (kepemimpinan ilahiah) yang dipandang oleh Syiah sebagai dasar lainnya bagi agama.
Asyairah sama sekali tidak mengingkari keadilan Tuhan. Tidaklah mungkin mereka memandang bahwa Allah tidak adil. Yang menjadi persoalan di sini ialah mengenai potensi akal, bahwa ia mampu menjangkau nilai-nilai perbuatan-perbuatan (termasuk perbuatan Tuhan), mana yang harus dilakukan dan yang ditinggalkan. Misalnya, Allah swt memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dan orang-orang kafir ke dalam neraka.
Jadi, titik mendasar perbedaan antara Asyariah dan Adaliyah terletak pada baik dan buruk. Bahwa, perbuatan itu sendiri dalam pandangan Asyarah tidak mensifati baik atau buruk. Baik dalam urusan yang ada (takwini) adalah apa yang Allah lakukan, dan dalam urusan yang diadakan (tasyrii) adalah apa yang Allah perintahkan.
Sedangkan dalam pandangan Adaliyah, perbuatan itu mensifati baik atau buruk. Potensi akal sampai pada pengetahuan sisi-sisi baik dan buruk dalam perbuatan-perbuatan. Rasionalitas ini tak berarti naudzubillah sampai dikatakan- bahwa: akal memberi perintah dan larangan kepada Tuhan. Melainkan ia menyingkap keselarasan dan ketidak selarasan suatu perbuatan dengan kesempurnaan ilahiyah. Atas dasar inilah pandangan akal bahwa mustahil perbuatan buruk dari Allah swt.

Mengapa Keadilan Bagian dari Ushuluddin?
Adil salah satu sifat positif dan kesempurnaan bagi Allah. Alasan bahwa sifat ini dipandang sebagai dasar agama (ushuluddin):
1-Memiliki urgensi yang khas, bahwa banyak sifat yang melazimkan adil atau didasari keadilan. Karena maknanya luas, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
2-Keadilan Tuhan mendasari prinsip maad (hari akhir) dan nubuwah yang keduanya sebagai dasar agama, dan konsep imamah yang menjadi dasar mazhab Syiah.
3-Di antara semua sifat Allah, adil terpilih menjadi salah satu dasar agama dalam mazhab Syiah (dengan kata lain, bagian dari dasar-dasar mazhab Syiah), memiliki akar historis dan akar politis:
Yang pertama, telah disinggung di atas mengenai baik dan buruknya perbuatan, Asyarah memandang bahwa apapun yang Allah inginkan dan lakukan adalah baik. Termasuk seandainya Dia memasukkan Imam Ali as ke dalam neraka dan pembunuhnya, Ibnu Muljam, ke dalam surga, terlepas dari pandangan akal bahwa semua perbuatan Tuhan memuat hikmah (bijaksana).
Akal memandang setiap perbuatan Tuhan tidak kontra hikmah walaupun seluruh alam keberadaan adalah milik-Nya, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Allah swt menjanjikan surga bagi para hamba yang saleh, dan neraka bagi kaum yang thâleh (durhaka). Mustahil bagi Allah ingkar janji, dan karena itu buruk maka tak mungkin Dia melakukan keburukan.
Akal menilai bahwa Allah tidak mungkin berbuat lalim, bukan membatasi kemaha kuasaan-Nya. Melainkan hikmah (kebijaksanaan-Nya) lah yang meniscayakan qudrah (kuasa-Nya) pada posisi yang semestinya.
Yang kedua, bertolak pada periode bani Umayah dan bani Abbasiyah, para penguasa untuk mencegah tindakan-tindakan protes, gejolak dan kebangkitan umat, propaganda mereka ialah bahwa segala sesuatu adalah kehendak Allah, termasuk menjadikan mereka berkuasa, dan tak seorang pun yang berhak bicara terhadap kehendak-Nya. Sebab, kekuasaan bagi mereka di dunia ini adalah takdir-Nya (jabr; determinisme), dan tiada pilihan bagi orang-orang yang dikuasai mereka. Determinisme ini membawa keridhaan Allah, dan oleh karena itu apapun yang Allah perbuat adalah adil.
4-Keadilan diangkat sebagai dasar agama, sebuah isyarat untuk menghidupkan keadilan di tengah umat dan perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman. Seperti halnya tauhid sebagai cahaya penyeru persatuan dan kesatuan di tengah mereka, untuk mengokohkan satu barisan, maka kepemimpinan para nabi dan imam (as) merupakan kepemimpinan kebenaran di tengah seluruh umat manusia. Oleh karena itu, prinsip keadilan Tuhan di seluruh alam keberadaan, mengisyaratkan keharusan menerapkan keadilan di tengah umat manusia dari segala lapisan.

Referensi:
-Al-Adl al-Ilahi/Syahid Mutahari
-Silsilatu ad-Durus fi al-Aqaid al-Islamiyah/Ayatullah Syaikh Makarim Syirazi
-Durus fi al-Aqidah al-Islamiyah/Ayatullah Syaikh M Taqi Misbah Yazdi
-Adl/Ayatullah Syaikh Muhsin Qara`ati

Mesir, Beritadunia-Penasehat ilmiyah mufti Mesir menolak klaim Ibn Taimiyah dan menjelaskan, dia hanya bertujuan mengkafirkan peziarah imam Husein as.

Dr. Majdi Ashur menolak pendapat Ibn Taimiyah tentang kepala suci imam Husein bukanlah di Kairo dan menyatakan, (perlu diperhatikan) sebelum menjadi masalah fikih, masalah ini adalah masalah sejarah.

Dalam sesi wawancara dengan televisi al-Nas, Dr. Majdi Ashur menyatakan, sebagian berusaha mengubah masalah sejarah ini menjadi masalah fikih, sehingga dengan jalan ini, mereka bisa mengkafirkan peziarah imam Husein as.

“Ulama yang berpendapat bahwa kepala suci imam Husein bukan di Kairo adalah Ibn Taimiyah. Pendapat ini hanya klaim dia sendiri” jelasnya.

Penasehat Mufti Mesir ini menambahkan bahwa Ibn Taimiyah dalam kitabnya mengklaim “Ulama sepakat bahwa kepala imam Husein bukanlah di Mesir”, harus ditanyakan kepadanya, ulama agama sepakat tentang apa? Ini bukanlah masalah fikih, ini masalah yang harus dibahas oleh sejarawan dan analisis.

Malaysia, Beritadunia-Beberapa ulama Asia mengadakan konferensi bertema “Pembebasan Palestina” di Syah Alam, Malaysia. Mereka sepakat bahwa tidak adanya persatuan dan pengkhinatan beberapa pemimpin Negara Islam telah menjadi faktor keberlanjutan penjajahan di Palestina.

Dalam konferensi dua hari ini, ulama Asia, termasuk Iran, sepakat bahwa fanatik rasisme dan nasionalisme telah menjauhkan Islam murni dan menyebabkan kecintaan kepada dunia sampai diluar batas. Sebuah hal yang telah menarik muslim tidak memerhatikan masalah utama mereka.

Mereka juga menekankan, pengepungan 10 tahun Gaza oleh beberapa pihak harus segera diakhirkan. Maksud mereka adalah kebijakan Mesir dan rezim Zionis terhadap Gaza.

“Hanya satu jalan untuk membebaskan Palestina dan Masjid al-Aqsha adalah persatuan dan menciptakan tameng segala isu yang merusak persatuan umat Islam” tegas mereka.

Tak hanya rezim Zionis yang menjadi titik pandang mereka, namun AS serta Negara-negara Barat lainnya juga tak luput dari pemikiran jeli para ulama Asia. Menurut mereka AS dan Negara Barat lainnya telah mengizinkan Israel untuk melakukan serangan membabi buta, pembantian, perusakan dan lainnya tanpa batas.

Dan bukan hanya Negara Barat yang menjadi faktor terpenting dalam penjajahan yang tak terbatas waktu ini, mereka juga menegaskan bahwa Saudi dan sekutunya telah memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Hal yang menurut mereka menjadi salah satu sumber pelemahan kekuatan Muqawamah.

Di akhir mereka menuntut Negara Arab Teluk Persia untuk tidak menjadi kaki tangan Barat.

Selain Palestina menjadi fokus pembahasan. Mereka juga membaca dan membahas politik Timteng dan menyatakan, perang Suriah, Yaman, Iraq bahkan di Libanon harus segera dihentikan. Para kelompok tidak boleh terkekang dalam kuasa dan kekuatan Barat dan rezim Zionis.

Konferensi ini dihadiri oleh perwakilan ulama dari berbagai Negara Asia. Iran, Suriah Libanon, Mesir, Thailand, Malaysia, Palestina, Indonesia bahkan perwakilan dari Hamas dan kelompok lain pendukung pembebasan Palestina ikut menghadiri konferensi agung ini.

Pada suatu malam, ketika Sayid Jawad [penulis buku Miftahul Karamah] makan malam, ada seseorang mengetuk pintu rumahnya.

Dari cara mengetuk pintu, Sayid jawad tahu kalau itu adalah pembantunya Sayid Bahrul Ulum. Dia segera menuju ke arah pintu dan membukanya. Pembantu Sayid Bahrul Ulum berkata, kepadanya, “Sayid Bahrul Ulum telah menyiapkan makanan dan beliau menunggu Anda.”

Sayid Jawad segera menemui Sayid Bahrul Ulum. Ketika Pandangan Sayid Bahrul Ulum tertuju padanya, berkata, “Tidakkah engkau takut kepada Allah? Tidakkah engkau malu padanya?”

Dengan takjub Sayid Jawad berkata, “Tuan, apa yang terjadi?”

Bahrul Ulum mulai berbicara dan berkata, “Seorang lelaki dari saudaramu hutang kepada tukang sayur untuk keluarganya dan setiap malam hutang kurma kepadanya. Dia tidak makan selain kurma. Hari ini ketika mau hutang kurma, dia tidak diberi dan berkata kepadanya, Hutangmu sudah banyak. Dan tetanggamu ini malu kepada tukang sayur dan tidak mendapatkan apa-apa dan keluarga tidak makan malam. Sementara engkau tenggelam dalam nikmat dan makanan dan orang yang rumahnya menempel dengan rumahmu hidup dalam kelaparan. Engkau kenal siapa orangnya.”

Sayid Jawad menjawab, “Demi Allah! Aku tidak tahu kabar tentang dia.”

Bahrul Ulum berkata, “Bila engkau tahu dan tetap makan malam dan tidak perhatian padanya, kamu adalah Yahudi dan kafir. Karena hal inilah aku marah, mengapa engkau tidak tahu tentang kabar saudaramu dan tidak tanya-tanya tentang kondisinya? Ambillah talam makanan ini dan pembantuku akan membawanya dan akan memberikannya kepadamu di dekat pintu rumahnya. Katakan kepadanya, aku ingin makan malam bersamamu dan letakkan kantong uang ini di bawah kasur atau tikarnya dan berikan talam itu kepadanya dan jangan kembali dulu.”

Di atas talam itu ada makanan lezat dari daging seperti makanan orang kaya dan orang yang suka foya-foya. Sayid Bahrul Ulum menyerahkan talam itu sambil berkata, “Selama engkau belum kembali dan belum melaporkan bahwa dia sudah kenyang, maka aku tidak akan makan malam.”

Sayid Jawad pergi bersama pembantu sampai depan pintu tetangganya. Sayid Jawad mengambil talam makanan dari tangan pembantu. Sang pembantu pulang. Sayid Jawad mengetuk pintu. Pemilik rumah keluar dan Sayid Jawab berkata, “Saya ingin makan malam bersamamu. Baru saja makan beberapa suap, orang itu berkata, “Makan malam ini bukan milikmu dan bukan masakan Arab. Karena makanan ini sangat lezat. Saya tidak akan makan sampai engkau memberitahukan apa yang terjadi.”

Sayid Jawab memaksa agar makan dan orang itu ngotot untuk tidak makan. Akhirnya Sayid Jawad menceritakan apa yang terjadi.

Tetangga itu berkata, “Demi Allah! Tidak ada satu tetanggapun yang tahu kondisiku, apalagi mereka yang jauh. Sayid ini adalah orang yang aneh.” Keduanya merasa takjub atas cerita ini. (Didar Ba Abrar, Sayid Bahrul Ulum, hal 64)

Membantu Tetangga Yang Bangkrut

Salah satu anak Syeikh Rajab Khayyath menceritakan, “Suatu malam ayahku membangunkan aku dan mengajak untuk membawa dua kantong beras dari rumah. Yang satu aku yang bawa dan yang satunya lagi ayahku.. Kami berdua membawa beras itu ke rumah tetangga kami yang paling kaya di daerah kami.”

Sambil memberikan beras itu beliau berkata, “Saudaraku, ingatkah engkau bahwa orang-orang Inggris membawa masyarakat ke kantor kedutaannya dan memberikan beras kepada mereka, tapi mereka mengambil gantinya lebih banyak dari setiap biji beras dan tidak melepaskan mereka?”

Dengan candaan seperti ini kami memberikan beras itu kepadanya dan kembali ke rumah. Paginya ayah memanggil saya dan berkata, “Mahmoud! Belilah seperempat beras menir [patah-patah] dan minyak seharga dua riyal dan berikan kepada ibumu supaya dimasak waktu Zuhur.”

Sikap ayah yang demikian ini berat bagi saya dan tidak bisa dipahami. Mengapa beras yang ada di rumah diberikan kepada orang yang paling kaya di daerah kami? Sementara untuk makan siang kami harus membeli beras menir.

Beberapa waktu berikutnya saya tahu bahwa orang kaya tersebut bangkrut dan pada hari Jumat punya acara jamuan mewah. (Kimiya Mahabbat, hal 46)

Perintah Rasulullah Saw

Seorang lelaki datang menemui Rasulullah Saw dan berkata, “Wahai Rasulullah Saw, hatiku telah menjadi keras dan tidak peka lagi.”

Rasulullah Saw berkata:

1. Berbuat baiklah kepada ayah dan ibumu.

2. Berikan makan pada orang-orang miskin.

3. Belailah kepala anak yatim dan berikan makan padanya.

4. Sambunglah silaturrahim dengan tetanggamu baik yang masih famili maupun orang lain dan berikan hadiah padanya dan jangan sakiti hatinya.

Dia berkata, “Wahai Rasulullah! Apa hak tetangga atas tetangganya?”

Rasulullah Saw berkata:

1. Bila engkau diundang maka datangilah.

2. Bila dia miskin, maka tolonglah.

3. Bila berhutang kepadamu, maka berilah hutangan.

4. Bila dia mendapatkan kebaikan, maka ucapkanlah selamat kepadanya.

5. Bila mendapatkan musibah, maka ikutlah berbelasungkawa.

6. Bila meninggal dunia, maka ikutlah melayat jenazahnya.

7. Jangan membangun tembok yang lebih tinggi dari temboknya supaya tidak menghalangi angin untuknya.

8. Jangan menyakitinya dengan bau masakannya sementara engkau tidak membaginya. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Hak Tetangga

Sabtu, 21 Oktober 2017 17:42

Kerja Sama Militer Filipina dan Rusia

Filipina dan Rusia terus meningkatkan kerja sama di bidang militer. Salah satu bentuk nyatanya adalah bersandarnya tiga kapal perang Rusia di pelabuhan Manila, ibu kota Filipina.

Dilaporkan, kapal perang milik Rusia ini mengangkut persenjataan, termasuk di dalamnya lima ribu pucuk senjata, kendaraan militer, dan 20 truk yang dibeli oleh pemerintah Filipina dari Rusia. Pemerintah Manila membeli senjata dari Rusia di saat Filipina selama ini menjadi sekutu strategis AS di kawasan Asia Tenggara, dan Washington berupaya untuk memperkuat pangkalan militernya di Filipina. Meskipun demikian, pemerintah Manila berkeyakinan bahwa AS hanya menjadikan negara ini sebagai kamp militernya.

Hingga kini, Gedung Putih tidak banyak membantu Filipina dalam menghadapi kelompok-kelompok teroris dan milisi separatis seperti Maoisme. Oleh karena itu Presiden Filipina, Rodrigo Duterte dalam kunjungan resminya ke Moskow pada 24 Mei lalu menunjukkan kepada AS bahwa pemerintahannya menjalin hubungan yang berimbang antara Timur dan Barat. Statemen Duterte di Moskow yang menyebut Rusia sebagai mitra terpercaya bagi Manila, menunjukkan negaranya siap untuk meningkatkan hubungan dengan Filipina. 

Sementara itu, Rusia juga memanfaatkan setiap keadaan untuk memperbesar pengaruhnya, terutama di negara yang selama ini menjadi sekutu tradisional AS seperti Filipina. Selain itu, Rusia mengincar perluasan pasar industri senjatanya.

Dimitry S, analis politik AS mengatakan, Sanksi Barat terhadap Rusia menyebabkan Moskow  meningkatkan hubungan dengan Cina dan negara-negara kawasan Asia Tenggara.

Dengan mempertimbangkan posisi Filipina yang saat ini sedang disibukkan dengan perang menumpas kelompok teroris Daesh di Marawi dan milisi separatis Maoisme, bantuan persenjataan Rusia terhadap Filipina menjadi bagian dari dukungan Moskow terhadap penumpasan terorisme di Filipina. Bahkan, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov baru-baru ini menyatakan bahwa pemerintah Rusia siap bekerja sama dengan negara-negara kawasan Asia Tenggara, terutama dalam perang menghadapi terorisme di zona laut yang mengancam keamanan seluruh kawasan.

Analis militer Rusia,  Eduard Mikhailov menjelaskan, Moskow berharap di masa mendatang akan berlangsung manuver militer lebih besar di kawasan timur dan selatan Asia, yang tidak hanya melibatkan Rusia dan Filipina saja, tapi juga Malaysia dan Cina.

Bersandarnya kapal parang Rusia di pelabuhan Manila menunjukkan antusiasme Moskow untuk membantu Filipina dalam perang menghadapi terorisme dan perompak laut yang beroperasi di kawasan.

Sejatinya, kebijakan pemerintah Manila dalam meningkatkan kerja sama militer dengan Rusia mengindikasikan sikap baru Filipina yang lebih independen di bidang militer, sekaligus menunjukkan ketidakpuasannya dalam kerja sama dengan AS. Sebab, hasil dari kerja sama tersebut justru memperburuk kondisi keamanan dan militer Filipina, dan meningkatnya kerusakan akibat kehadiran militer AS di negara kawasan Asia Tenggara itu.  

Menyampaikan tentang rahasia spiritual yang ada dalam shahifah Fathimah dan mereka menulis dan dijadikan sebagai sebuah buku yang distempel dan di sisi para imam maksum as seperti sebuah warisan yang berharga dan mengalihkannya dari tangan ke tangan dan mengatakan bahwa ini adalah warisan Fathimah as. Salah satu dari warisan Sayidah Fathimah as adalah shahifah Fathimah as. 

Di dalamnya, sebagaimana yang saya lihat dalam sebagian riwayat dari Imam Shadiq dan sebagian yang lainnya dari para imam maksum mencakup apa ilmu yang lalu dan yang akan datang. Semua pengetahuan spiritual terkait manusia ada dalam kitab ini. Di dalamnya ada tulisan Fathimah Zahra as. Ini juga kedudukan spiritual dan makrifatnya. Pengetahuannya adalah sebuah keberadaan beberapa sisi dan setiap sisinya dalam kadar sempurna. (Dalam seminar peran wanita di tengah-tengah masyarakat di universitas Tarbiyat Moallem, 10/12/1364)

Khutbah Dari Guru Besar

Fathimah Zahra as adalah seorang wanita muda. Yakni berdasarkan riwayat yang masyhur, beliau meninggal dalam usia delapan belas tahun. Yakni seorang ibu wanita yang nada kesempurnaannya memenuhi dunia, dan semua wanita harus belajar darinya, di saat semua keinginan manusia aktif dalam dirinya. Bukan seorang wanita tua yang sudah merasakan dingin dan panasnya dunia yang sudah tidak tertarik lagi pada dunia. Tidak. Permulaan hidup, permulaan usia dan permulaan masa muda. Itupun bukan wanita yang tidak terkenal. Putri sosok pribadi terbesar di zamannya dan semua zaman. Yakni Rasulullah. Lalu bila pada masa itu, kita memandanganya dengan tolok ukur materi. Iya karena putrinya sosok pribadi yang paling besar kekuatannya di tengah-tengah masyarakat. Siapakah yang kekuatannya sebatas kekuatan Rasulullah? Baik kekuatan politik, kekuatan manusiawi, maupun kekuatan sosial. Iya putrinya sosok pribadi seperti ini. Orang bila mengisyaratkan sedikit saja dengan matanya. Sedikit saja mengisyaratkan dengan matanya, maka semua orang terhormat akan mencalonkan dirinya untuk menikah dengannya. Bukan saja di dunia Islam. Nah, pribadi yang revolusinya, gerakannya, para pasukannya mengajak untuk melawan semua peradaban dan budaya yang mengakar dan kuno, dengan Romawi, dengan Iran, bila mereka tahu bahwa bisa menikah dengan sosok pribadi yang kuat ini, wanita seperti ini, maka pasti mereka akan mencalonkan diri. Beliau adalah wanita seperti ini, bukan wanita yang tidak terkenal yang tidak terhormat. Lalu, lihatlah dari sisi makrifatnya, pribadi yang agung ini, wanita ini adalah seorang yang penuh makrifat. Bukan manusia yang tidak tahu apa-apa, bukan wanita yang lugu dan awam. Beliau adalah seorang yang ketika hadir di masjid di hadapan semua sahabat besar Rasulullah Saw dan suaranya lantang, setelah meninggalnya Rasulullah Saw, dan rencananya mau berkhutbah, khutbah ini seperti pelajaran seorang guru besar yang menarik telinga-telinga para murid dan hati mereka untuk mendengarkannya. Menarik perhatian semua orang yang hadir di sana yang merupakan sahabat derajat pertama Rasulullah Saw yang berkumpul di sana. Para guru, para ahli hadis, orang-orang yang bertahun-tahun belajar kepada Rasulullah Saw, orang-orang yang kaum Muslimin menganggap bahwa mereka yang harus belajar tentang urusannya sendiri dan makrifatnya kepada mereka. Semua berada di masjid. Wanita muda berusia delapan belas tahun ini berdiri di sana dan berkhutbah dan khutbah itu sampai saat ini masih ada. Bila kita melihat keagungan khutbah itu, maka kita akan mendapatkannya. Seperti khutbah-khutbahnya Amirul Mukminin, seperti khutbah-khutbah Nahjul Balaghah, seperti kata-kata Rasulullah Saw dalam kondisi seperti ini; penuh dengan pengetahuan Islam. Dan semuanya duduk mendengarkan. Tidak seorang pun mengatakan, Nyonya! kata-kata apa ini? Ini semua bukan masalah penting? Tidak. Semuanya seperti murid dan mendengarkan suara Zahra Athhar as dan memanfaatkannya. Inilah makrifatnya. (dalam pertemuan dengan para wanita, 21/12/1363)

Pidato Yang Menarik

Setelah kejadian wafatnya Rasulullah Saw, beliau datang ke masjid dan menyampaikan khutbah yang menakjubkan. Sangat menarik.  

Kita yang ahli pidato dan bicara tanpa persiapan sebelumnya, memahami betapa agungnya pidato ini. Seorang perempuan berusia delapan belas tahun, dua puluh tahun, dan maksimal dua puluh empat tahun, tentunya usia belum tidak jelas, karena tanggal kelahiran beliau tidak jelas dan ada perselisihan pendapat, datang ke masjid dengan segala musibah dan kesulitan berpidato di hadapan banyak orang dengan memakai hijab dan pidato itu kata perkatanya ada dalam sejarah. (dalam pertemuan dengan para pemuda dalam acara pekan pemuda, 7/9/1377)

Sebuah Pidato Penuh Makna Seperti Nahjul Balaghah

Pidato yang disampaikan oleh Fathimah Zahra as di masjid Madinah pasca wafatnya Rasulullah Saw adalah sebuah khutbah yang menurut Allamah Majlisi, para pakar bahasa dan ilmuwan harus duduk untuk memaknai kata-kata dan kalimatnya. Sedemikian bermakna. Dari sisi keindahan seni ucapan Fathimah Zahra as ini seperti kata-kata Nahjul Balaghah yang paling indah dan paling panjang dan setingkat dengan ucapan Amirul Mukminin. Fathimah Zahra as pergi ke masjid dan berdiri di hadapan masyarakat dan berbicara tanpa persiapan sebelumnya, mungkin beliau berbicara selama satu jam dengan kata-kata yang paling bagus, paling indah dan terpilih maknanya. (dalam pertemuan bersama para wanita, 25/9/1371)

Para Pakar Bahasa Merasa Takjub Dengan Pidato Fathimah as

Pembelaannya pada Ali dan wilayah dan pidato Gharra’nya sebagaimana yang dikatakan oleh Allamah Majlisi, “Para pakar bahasa merasa takjub dengan kefasihan dan ketinggian kata-kata dan maknanya baik lahir maupun batinnya”. Allamah Majlisi yang telah mengambil dan menukil banyak riwayat semacam ini, dan memberikannya kepada kita, merasa bukan apa-apa di hadapan pidato ini. Pidato ini adalah pidato yang ajaib. Seperti khutbah-khutbah Nahjul Balaghah yang paling indah dan paling panjang. Pidato yang disampaikan kepada umat Islam di masjid dalam kondisi sedih tanpa persiapan sebelumnya, tidak dibuat dan dipikirkan sebelumnya. Penjelasan itu, hikmah itu, hubungannya dengan alam gaib, kapasitasnya yang tinggi, kecemerlangan hatinya, kecemerlangan penjelasan dan lisannya, semuanya digunakan di jalan Allah. Lalu apakah modal yang kita miliki ini bernilai? Bila mau kita gunakan di jalan Allah semuanya? Apa yang bisa digunakan dari modal kita ini? Apakah modal kita ini bisa dibandingkan dengan modal besar yang dimiliki oleh Zahra as, suaminya, ayahnya, dan anak-anaknya yang digunakan di jalan Allah? Apa pentingnya sedikit ilmu yang saya dan kalian miliki ini, sedikit lisan yang kita miliki, sedikit uang yang kita miliki, sedikit pengaruh yang kita miliki, sedikit bakat syair yang kita miliki, sedikit makrifat yang kita miliki, di sisi tumpukan besar yang luar bisa yang dikumpulkan oleh Allah dalam wujud malakuti itu. Apa yang kita miliki sehingga kita harus bersikap kikir di jalan Allah?! (dalam pertemuan bersama para wanita, 25/9/1371)  (Emi Nur Hayati)

Sumber: Naghs wa Resalat-e Zan II, Olgou-ye Zan Bargerefteh az bayanat-e Ayatullah al-Uzhma Khamenei, Rahbare Moazzam-e Enghelab-e Eslami.

Jakarta, Berita Dunia – Tragedi 1965 menjadi peristiwa yang kelam dalam sejarah Indonesia. Masih banyak hal yang masih tertutup rapat mengenai pembunuhan massal anggota, dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) hingga 1966, menyusul terjadinya peristiwa gugurnya para jenderal dalam peristiwa G 30 S.

Baru-baru ini, sejumlah dokumen rahasia dalam arsip milik Pemerintah Amerika Serikat dideklasifikasi, setelah 50 tahun disimpan rapat-rapat. Data-data tersebut kini dapat diakses dan terbuka untuk umum.

Dokumen tersebut berupa kawat diplomatik atau telegram antar perwakilan diplomatik AS di Indonesia, juga dengan pihak Washington DC pada periode 1964-1968. Isinya mengindikasikan bahwa pemerintah AS lewat kedutaannya di Jakarta mengetahui peristiwa berdarah pembunuhan massal orang-orang yang terkait atau diduga terkait dengan PKI.

Dokumen yang telah dideklasifikasikan itu diunggah oleh lembaga nonprofit National Security Archive (NSA) di George Washigton University, National Declassification Center (NDC), dan lembaga negara National Archives and Records Administration (NARA).

Berikut ini sejumlah hal yang diungkap dalam dokumen tersebut:

– Keterlibatan tentara Angkatan Darat dalam pembantaian massal

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengumpulkan sejumlah informasi mengenai keterlibatan Angkatan Darat. Tentara menyebarkan sentimen anti-PKI dan ikut terlibat dalam pembantaian di Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, dan Medan.

– Rencana membunuh Omar Dani

Sutarto, asisten Menteri Penerangan Ruslan Abdulgani, menyampaikan kepada diplomat Amerika soal perlunya mengeksekusi pemimpin PKI. Sutarto mengatakan tentara Angkatan Darat berencana membunuh Omar Dani (saat itu menjabat Panglima Angkatan Udara Indonesia) bila Omar tak kunjung mengundurkan diri. Omar dianggap terlibat dalam peristiwa 30 September.

– Adnan Buyung mendukung pembantaian pendukung PKI

Adnan Buyung, yang saat itu menjabat asisten Jaksa Agung, saat berkunjung ke Kedutaan Besar Amerika mengatakan pendukung komunis harus terus dikejar untuk melemahkan kekuatan PKI. Ia juga berharap fakta pembantaian massal terhadap ribuan anggota komunis disembunyikan dari Sukarno.

– Organisasi keagamaan turut melakukan pembantaian

Konsulat Jenderal Amerika di Surabaya menyebutkan soal pembantaian di berbagai wilayah di Jawa Timur oleh Ansor- organisasi sayap Nahdlatul Ulama. Muhammadiyah di Medan juga melakukan hal serupa.

– Keterlibatan Amerika Serikat

Sebuah surat dari Norman Hannah (menjabat penasihat presiden untuk Asia-Pasifik) kepada Kedutaan Besar AS di Jakarta mengungkapkan rencana keterlibatan Amerika. Hannah meminta masukan dari Kedutaan bagaimana pemerintah AS harus merespons bila ada permintaan bantuan dari tentara Angkatan Darat Indonesia untuk melawan PKI. Duta Besar AS saat itu meminta pemerintah mempertimbangkan kemungkinan pemberian bantuan secara rahasia, tanpa atribusi. Di antaranya uang, peralatan komunikasi, dan senjata.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan dokumen Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta soal kasus pembunuhan massal tidak serta-merta bisa dijadikan sebagai bagian dalam proses hukum. Dokumen itu, kata dia, harus dipastikan kelayakannya sebelum digunakan.

“Dokumen dari Amerika itu tidak serta-merta kita jadikan bagian dari proses penyelidikan,” kata Wiranto di Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 19 Oktober 2017. “Tentu perlu suatu upaya untuk meyakini betul, apakah informasi-informasi, apalagi dari luar negeri, itu layak untuk dijadikan suatu bagian dari kerugian-kerugian itu.”

Seolah senada, Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengatakan tidak akan mengubah kebijakan dan pandangan mereka terhadap Gerakan 30 September 1965 (G30S), meskipun 39 dokumen rahasia Amerika Serikat yang dibuka ke publik ‘mengungkap sejumlah fakta baru’.

Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Wuryanto, menyebut dokumen rahasia yang dibuka Badan Administrasi Rekaman dan Arsip Nasional AS (NARA) tidak dapat menggantikan seluruh fakta dalam Mahkamah Militer Luar Biasa selama rentang 1966 hingga 1978.

“Kami akan tetap berpedoman pada hasil Mahkamah Militer Luar Biasa dan saksi-saksi sejarah saat itu,” ujar Wuryanto, Selasa (17/10/17).

Selain itu,  Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu juga mengatakan akan meminta penjelasan pemerintah Amerika perihal kebenaran dokumen Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta berkaitan dengan kasus pembantaian anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) atau Sejarah 1965.

“Nanti saya akan ketemu Menhan (Menteri Pertahanan Amerika, James Mattis)-nya atau nanti saya panggil Dubes (Duta Besar Amerika untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr.)-nya sambil ngobrol-ngobrol gimana sebenarnya,” ujar Ryamizard di Kantor Staf Kepresidenan, Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis, 19 Oktober 2017. Ryamizard berencana bertemu dengan Mattis di Filipina, Rabu pekan depan.

Beritadunia-Utusan AS untuk Timteng menyatakan bahwa syarat untuk terlaksananya perdamaian nasional Palestina adalah pelucutan senjata.

Jason Greenblantt, Utusan khusus AS tentang Timteng, dalam mereaksi rekonsiliasi nasional Palestina, menuntut untuk melucuti senjata Hamas dan membubarkan semua cabang militernya.

Beberapa kali Greenblatt mengunjungi Timteng untuk mengawasi secara langsung langkah perdamaian nasional Palestina dan Israel. Dalam sebuah pernyataan, ia mengklaim, semua pihak setuju bahwa Otoritas Nasional Palestina harus mengambil alih tanggung jawab keamanan Gaza dan pelaksanaannya.

Selain itu, ia juga menuntut Pemerintah Konsensus Nasional Palestina untuk memegang penuh perjanjian 4 pihak dan menegaskan, setiap pemerintah Palestina harus menjauhi kekerasan, buang senjata dan pegang teguh perundingan.

Utusan khusus AS ini menyatakan bahwa Palestina harus mengakui keberadaan Israel secara resmi dan menegaskan bahwa jika Hamas ingin berperan dalam Pemerintah Konsensus Nasional Palestina, maka ia harus mengakui hal ini.

Seperti diketahui bahwa Fatah dan Hamas minggu kemaren telah menyetujui pembentukan Pemerintah Konsesnsus Nasional Palestina di Mesir, tepatnya tanggal 12 oktober 2017.