کمالوندی

کمالوندی

Senin, 22 Juni 2015 18:58

Bersama Kafilah Ramadhan (6)

Kesenjangan yang besar antara kaya dan miskin merupakan salah satu pemicu ketidakpuasan di masyarakat. Semakin besar kesenjangan sosial di antara anggota masyarakat, kondisi hidup bagi kalangan miskin kian sulit. Jika rasa empati dan persaudaraan di sebuah komunitas semakin pudar, kaum papa selain menderita akibat kemiskinan, juga didera penderitaan perasaan yang besar. Sebaliknya jika mereka disayang dan diperhatikan oleh kalangan mampu, maka penderitaan hidup mereka semakin ringan.

Syariat Islam yang bertumpu pada prinsip keadilan sosial berusaha keras mengatur hubungan dan interaksi sosial. Salah satu hukum Islam untuk menciptakan kesetaraan di antara manusia adalah puasa. Puasa menciptakan kondisi di mana mereka yang kaya dengan memahami penderitaan serta posisi orang miskin, menyadari sepenuhnya tekanan ekonomi dan kesulitan sosial mereka. Dengan demikian orang kaya akan berusaha meringankan penderitaan saudara mereka yang kurang mampu. Upaya ajaran Islam ini akan berhasil menghapus iklim ketidakpuasan dan penderitaan serta menciptakan semangat persaudaraan dan konvergensi.

Hasil nyata dari puasa adalah menumbuhkan perasaan menyelami penderitaan orang miskin. Orang kaya bisa saja lalai akan penderitaan orang miskin dan bagaimana rasanya kelaparan. Melalui puasa, orang kaya akan terbebas dari kealpaan dan senantiasa mengingat penderitaan orang-orang miskin, sehingga mereka tak segan-segan mengulurkan tangan membantu mereka serta memenuhi kebutuhan saudara mereka tersebut.

Ada sebuah riwayat dari Imam Sadiq as yang mengisahkan pertanyaan Hisyam bin Hakam akan sebab diwajibkannya puasa. Imam Sadiq as menjawab, ÔÇ£Puasa diwajibkan karena untuk menyetarakan antara orang kaya dan miskin. Penyetaraan ini dari sisi, orang kaya dapat merasakan lapar dan mereka akan memenuhi hak-hak orang miskin. Hal ini dikarenakan orang kaya selalu dapat memenuhi seluruh keinginannya. Allah ingin menyaksikan persamaan di antara hamba-Nya dan membuat orang kaya dapat mencicipi rasanya lapar, supaya mereka menyayangi orang miskin.ÔÇØ

Para pemuka agama di berbagai riwayat dan doa menyebut bulan Ramadhan sebagai bulan muwasah (kepedulian/bantuan). Muwasah adalah membagi rizki yang diperoleh kepada sesama saudara Muslim. Oleh karena itu, bulan suci Ramadhan disebut sebagai bulan muwasah (peduli), supaya orang Muslim memiliki rasa peduli kepada saudara Muslim yang lainnya dan berbuat baik kepada mereka. Dengan melatih sifat mulia ini, masyarakat Muslim akan terbebas dari kebencian orang miskin kepada orang kaya dan semua anggota masyarakat hidup dalam penuh persaudaraan serta mencicipi nikmat Ilahi. Dorongan memberi buka puasa di budaya Islam, membantu orang miskin dan menggelar jamuan bagi semua orang yang kini telah menjadi budaya, merupakan indikasi lain dari kasih sayang di masyarakat Islam.

Salah satu buah dari ibadah puasa adalah menumbuhkan kepedulian dan merasakan penderitaan orang miskin. Sejatinya rasa lapar dan haus orang yang berpuasa membuat mereka merasakan pula apa yang dialami oleh orang miskin. Dengan demikian orang kaya akan semakin dekat dengan orang miskin dan mereka bersedia berbuat baik serta menginfakkan hartanya. Yang kemudian terjadi adalah sebuah masyarakat akan belajar saling membantu kepada sesamanya.

Orang kaya yang selalu tercukupi kebutuhannya dan belum pernah merasakan rasa lapar, di bulan Ramadhan akan terbebas dari kealpaan dan ketidakpedulian terhadap kondisi orang miskin. Rasulullah Saw di khutbahnya sebelum memasuki bulan Ramadhan telah mengisyaratkan poin ini. Beliau bersabda, ÔÇ£Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathol mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya...ÔÇØ

Rasulullah Saw saat menjelaskan keutamaan bulan Syaban dan Ramadhan bersabda, ÔÇ£Bulan Syaban adalah bulanku dan Ramadhan, bulah Allah Swt yang merupakan musim semi bagi orang fakir dan miskin.ÔÇØ Oleh karena itu, salah satu ritual beliau di bulan ini adalah memberi sedekah dan infak kepada orang miskin. Imam Sadiq as dalam sebuah sabdanya berkata, ÔÇ£Mereka yang bersedekah di bulan Ramadhan, Allah Swt akan menghapus 70 musibah dan kesulitan orang tersebut.ÔÇØ Oleh karena itu, pengikut sejati Rasulullah di bulan Ramadhan berusaha menjadikan bulan ini sebagai musim semi bagi orang-orang yang membutuhkan. Mereka berlomba-lomba membantu sesamanya yang membutuhkan dan menghapus penderitaan dari wajah kaum papa.

Puasa membangkitkan empati terhadap penderitaan orang miskin. Orang yang berpuasa dengan menahan rasa lapar dan haus yang bersifat sementara, telah mengembangkan rasa kasih sayang dan lebih baik menyadari kondisi orang miskin. Selain itu, perjalanan hidupnya pun akan berubah dan mereka tidak akan lagi memonopoli hak-hak kaum miskin.

Bantuan tulus kepada mereka yang membutuhkan dapat menjadi ampunan dosa dan menutupi kekurangan manusia. Di sebuah riwayat dari Imam Ali as disebutkan, ÔÇ£Di antara sarana ampunan dosa besar adalah membantu manusia yang kesusahan dan memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka.ÔÇØ Imam Sadiq as dalam sebuah riwayat bersabda, ÔÇ£Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Dawud as bahwa Aku akan memasukkan seorang hamba ke surga hanya dengan satu kebaikan yang dikerjakannya. Nabi Dawud as kemudian bertanya, apakah kebaikan yang telah dikerjakan hamba tersebut? Allah berfirman, kebaikan tersebut adalah menggembirakan hati seorang mukmin, meski hanya dengan memberi sebuah kurma.ÔÇØ

Bulan Ramadhan dan berpuasa memiliki dampak beragam bagi Muslim. Bulan Ramadhan, di samping sisi spiritual khususnya, juga memperluas semangat saling membantu dan bekerjasama dengan kaum papa. Salah satu hikmah paling mencolok puasa adalah bantuan dan bersahabat dengan orang-orang miskin, kaum papa, anak yatim dan mereka yang kelaparan. Karena manusia dengan berpuasa dan merasakan lapar serta dahaga, dapat menyelami perasaan kaum ini lebih baik. Jika demikian manusia pun akan lebih berusaha untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang tidak mampu.

Di bulan Ramadhan sangat dianjurkan untuk berbuat baik, memberi makan serta infak kepada orang miskin. Di sisi lain, rasa lapar dan dahaga orang yang berpuasa membuat mereka memahami lebih baik kondisi yang dialami orang miskin. Dengan demikian orang kaya akan semakin dekat dengan si miskin dan perasaannya semakin sensitif. Orang kaya akan semakin terdorong berbuat baik dan bersedekah serta masyarakat akan belajar membantu sesama anggotanya. Imam Hasan Askari ditanya, mengapa puasa itu wajib? Beliau menjawab, supaya orang yang mampu dapat merasakan rasa lapar dan memperhatikan orang-orang miskin.

Arnoud van Doorn, masuk Islam di tahun 2013. Setelah merasakan ajaran-ajaran Ilahi, ia semakin tertarik dengan Islam dan ajarannya. Selama beberapa tahun ia berpuasa bersama orang Muslim lainnya dan melewati bulan Ramadhan bersama-sama. Ramadhan dan berpuasa merupakan pengalaman menakjubkan bagi van Doorn.

Ia mengungkapkan pengalaman pertamanya saat berpuasa. Ia mengatakan, ÔÇ£Bagi Saya, Ramadhan pertama sama halnya dengan pengungkapan kemampuan dan kekuatan seseorang dalam menghadapi kesulitan serta melatih kesabaran. Ini merupakan poin yang belum pernah Saya sadari sebelumnya. Di bulan Ramadhan Anda akan mengecap perasaan yang hanya Anda dengar dari orang lain atau Anda baca di buku-buku, misalnya bagaimana perasaan kolektif orang Muslim terkait rasa lapar, dahaga dan berbuka puasa. Namun sekarang Saya mengalami perasaan ini.ÔÇØ

Namun demikian bulan Ramadhan bukan sekedar pengalaman menahan rasa haus dan lapar. Dengan perut kosong, van Doorn memikirkan dunia, mereka yang tidak mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Terkait hal ini ia berkata, ÔÇ£Kami berpuasa dan setelah beberapa jam, kami lantas berbuka. Saat itu, kami menyadari orang-orang di seluruh dunia yang menderita kelaparan dan tidak memiliki harapan menemukan sesuatu untuk memenuhi perut mereka. Sejatinya puasa menumbuhkan rasa empati terhadap orang miskin dan saya berusaha sebisa mungkin untuk memenuhi kebutuhan mereka.ÔÇØ

 
Senin, 22 Juni 2015 18:58

Bersama Kafilah Ramadhan (5)

Syariat Islam dikemas selaras dengan fitrah manusia dan hukum-hukumnya merupakan tuntutan hakiki fitrah insani. Perkara yang dilarang dan dianggap haram dalam Islam adalah sesuatu yang tidak selaras dengan tuntutan dan kecenderungan fitrah.Sementara hal yang masuk kategori perintah sudah tentu sejalan dengan fitrah. Dengan alasan ini, hati nurani umat manusia menerima ajaran Islam dan menyesuaikan pola hidup mereka dengan ajaran tersebut dan mereka sama sekali tidak merasa terbebani atau tertekan.

Salah satu ciri khas syariat Islam adalah kemudahan dan keringanan hukum-hukumnya. Allah Swt mempertimbangkan kapasitas dan kemampuan manusia serta kepastian terlaksananya hukum syariat yang ditetapkan.Landasan hukum Islam adalah untuk kebaikan dan maslahat serta menolak keburukan dan mafsadat. Jelas bahwa hukum yang selaras dengan fitrah manusia akan diterima dan hati nurani juga terdorong untuk melaksanakannya.Jika individu tertentu menentang hukum Islam karena kepentingan pribadi atau kebodohan dan mencegah penerapannya, maka pihak lain akan bangkit membela dan mencela orang-orang yang menolak hukum Allah Swt.

Puasa Ramadhan merupakan bagian dari ajaran Islam yang selaras dengan fitrah. Puasa bagi mereka yang hobi makan akan sedikit berat dan ini bisa menjadi ajang latihan.Iya, menahan lapar dan haus tidak sejalan dengan tuntutan hawa nafsu, tapi kondisi ini sama seperti ketidakcocokan obat dengan selera pasien, rasa obat yang pahit bertentangan dengan selera pasien. Namun, fitrah dan akal sehat menerima obat tersebut dan ia siap dengan segala kepahitannya. Dalam puasa, Allah Swt juga tidak menginginkan kesulitan dan kepayahan bagi umatnya. Surat al-Baqarah ayat 185 berbunyi, Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.

Ternyata puasa sudah dikenal oleh umat-umat terdahulu. Bangsa Romania, India, dan kemudian Yunani dan Mesir, merupakan suku bangsa yang sudah mengenal puasa. Beberapa filosof Yunani seperti, Pythagoras dan Plato juga percaya bahwa puasa akan menciptakan nuansa religius dalam jiwa dan ini merupakan tahap awal untuk mendapatkan ilham. Suku-suku di benua Amerika juga meyakini bahwa puasa efektif untuk memperoleh petunjuk dari Ruh Besar dan menyebabkan penyucian jiwa.

Puasa juga sudah dipraktekkan di tengah pemeluk agama Yahudi dan Nasrani. Dalam ajaran Yahudi, salah satu cara populer untuk mendekatkan diri kepada Tuhan adalah berpuasa. Puasa merupakan bagian dari ibadah umat Yahudi dan hal ini disinggung beberapa kali dalam kitab Taurat. Nabi Musa as sebelum menerima 10 Perintah Tuhan,melakukan ritual puasa selama 40 hari di Gunung Sinai dan menahan diri dari makan dan minum. Saat ini, puasa merupakan sebuah perkara yang sangat umum di tengah umat Yahudi dunia dan dilakukan dalam bentuk kewajiban atau anjuran.

Di agama Nasrani, puasa tercatat dalam kalender Gereja dan merupakan bagian dari tradisi keagamaan mereka. Dalam kitab Injil disebutkan bahwa Isa al-Masih memerintahkan para pengikutnya untuk berpuasa. Puasa sudah menjadi ciri khas para Hawariyun dan penyebar ajaran Isa al-Masih.

Allah Swt telah menanamkan fitrah dalam diri manusia. Fitrah adalah sifat asal dan sebuah kencenderungan di mana Tuhan menciptakan manusia atasnya. Pada dasarnya,Allah Swt telah membekali manusia dengan kecintaan kepada-Nya pada saat meniupkan ruh ke jasad mereka. Sebenarnya, jika kita sudah memahami hakikat insan dengan benar dan juga mengerti kaitannya dengan alam malakut, maka bulan Ramadhan bukan lagi perkara sulit dan halangan bagi kita. Kita akan menganggap Ramadhan sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dan mencapai kesempurnaan.

Puasa merupakan sejenis latihan agar manusia mampu mengontrol dirinya dan memerangi hawa nafsu, sehingga bisa sampai pada tujuan utama dan filosofi penciptaan manusia yaitu, kesempurnaan dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Salah satu perintah yang tegas dalam agama Islam adalah kewajiban berpuasa. Dengan mewajibkan puasa, Allah Swt ingin memberikan sebuah kesempatan emas kepada manusia sehingga mereka bisa mengaktualisasikan potensi-potensinya untuk mencapai kedekatan dengan Sang Pencipta dan meraih posisi utamanya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Kewajiban ini disertai dengan menahan diri dari segala hal yang bisa membatalkan puasa.

Manfaat puasa yang disebut dalam sejumlah riwayat sangat mengagumkan. Dikatakan bahwa untuk mencapai kesempurnaan hakiki, tidak ada jalan lain kecuali mengurangi porsi makan dan berpuasa. Rasul Saw bersabda, ÔÇ£Barang siapa yang menahan rasa lapar, daya pikirnya akan meningkat dan meraih pencapaian makrifat.ÔÇØ (Mizan al-Hikmah, jilid 5).Dalam sebuah riwayat dari Nabi Daud as dikisahkan bahwa Tuhan berfirman kepadanya, ÔÇ£Wahai Daud! Aku menetapkan lima perkara dalam lima perkara. Akan tetapi, umat sibuk mencari lima perkara yang lain dan mereka tidak menemukannya. Salah satu dari lima hal itu adalah ilmu, Aku menempatkannya dalam rasa lapar dan usaha, sementara umat mencarinya dalam keadaan kenyang dan santai dan mereka tidak mendapatinya.ÔÇØ (Bihar al-Anwar, jilid 75)

Berpuasa dan membiarkan perut kosong memiliki banyak manfaat dan berkah. Salah satunya adalah manusia bisa meraih ilmu pengetahuan dan hikmah. Ketika perutpenuh terisi makanan, organ-organ tubuh harus bekerja ekstra untuk mencerna makanan dan pada akhirnya pikiran dan daya pikir manusia tidak beraktivitas dengan baik. Namun ketika perut kosong dari makanan, mereka akan memiliki kekuatan prima. Alkisah, seseorang mendatangi rumah ulamauntuk belajar tata cara ibadah. Ulama itu kemudian bertanya, ÔÇ£Bagaimana cara engkau menyantap makanan?ÔÇØ Orang itu menjawab, ÔÇ£Aku makan sebanyak mungkin sampai aku kenyang.ÔÇØ Sang ulama heran dan berkata, ÔÇ£Ini adalah kebiasaan hewan. Engkau harus terlebih dahulu belajar cara makan dan kemudian belajar tata cara ibadah.ÔÇØ (Dikutip dari buku Bahr al-Maarif, karya Abdul Samad Hamedani)

Bulan Ramadhan merupakan sebuah momentum untuk membersihkan dan menyucikan jiwa sehingga manusia terbebas dari cengkraman hawa nafsu. Mereka harus memanfaatkan bulan ini untuk menggantikan kegelapan syahwat dengan cahaya dan kenikmatan mengikuti perintah Allah Swt. Di bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat terbuka lebar dan taubat para hamba diterima. Pada dasarnya dengan segala berkah yang ditawarkan Ramadhan, manusia bisa meningkatkan derajatnya dan melangkah meraih kesempurnaan.

Bapak Pencetus Revolusi Islam, Imam Khomeini ra adalah sosok ulama revolusioner, ahli fikih, filsafat, teologi, dan irfan. Beliau juga dikenal sebagai seorang arif dan teladan ketakwaan. Berkenaan dengan bulan Ramadhan, Imam Khomeini ra berkata, ÔÇ£Ini adalah sebuah undangan dari sisi Allah. Ini adalah sebuah nikmat dan rahmat dari Allah kepada hambanya yang lemah dan hina sehingga ia bisa meningkatkan derajatnya.ÔÇØ Beliau meneruskan, ÔÇ£Bersungguh-sungguhlah meraih berkah Ramadhan dan jangan biarkan berlalu begitu saja. Nuansa religius yang dirasakan selama Ramadahan harus tetap dijaga untuk menjalani bulan-bulan selanjutnya.ÔÇØ

Imam Khomeini ra di berbagai ceramahnya selalu menyeru masyarakat pada ketaatan dan ibadah kepada Allah Swt. Selama bulan Ramadhan, beliau menghabiskan banyak waktunya untuk berdoa dan bermunajat dengan Sang Khalik dan berusaha untuk memanfaatkan kesempatan emas ini dengan maksimal. Imam Khomeini ra kadang harus berpuasa selama 18 jam di tengah teriknya suhu udara di kota Najaf yang mencapai 50 derajat Celcius. Beliau tidak menyantap hidangan berbuka sebelum menunaikan shalat magrib dan isya serta ibadah sunnah.

Imam Khomeini ra juga senantiasa menunaikan shalat dzuhur dan asar berjamaah di Madrasah Ayatullah Burujerdi di Najaf. Sebelum shalat dimulai, beliau menyempatkan diri untuk melaksanakan ibadah sunnah. Pembacaan ayat-ayat yang panjang dalam shalat dan kegiatan berzikir setelahnya terbilang sebagai rutinitas yang memberatkan para santri muda. Namun, keteladanan yang ditunjukkan Imam Khomeini ra memberi pengaruh besar pada diri santri dan menumbuhkan semangat baru pada diri mereka.

Mengenai kegiatan Imam Khomeini ra di bulan puasa, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, ÔÇ£Beliau biasanya tidak punya agenda pertemuan selama Ramadhan kecuali keperluan mendesak. Namun setelah bulan puasa, orang-orang yang bertemu Imam Khomeini ra menemukan beliau lebih bercahaya. Orang-orang di sekitar merasakan hal itu. Dengan usia 90 tahun, Imam Khomeini raaktif selama satu bulan penuh dan beliau bergerak maju. Beliau selalu bergerak maju, tapi di bulan Ramadhan gerakan itu meningkat dan lebih giat, karena momentum ini adalah sebuah kesempatan yang sangat tepat.ÔÇØ

 
Senin, 22 Juni 2015 18:56

Bersama Kafilah Ramadhan (4)

Allah Swt menghadirkan hidangan yang penuh berkah dan nikmat kepada kaum Muslim di bulan Ramadhan, sebuah jamuan yang dipenuhi dengan berbagai nikmat material dan spiritual. Setiap orang dapat membawa kenikmatan itu sesuai dengan kadar ibadahnya sebagai bekal untuk kehidupan duniawi dan ukhrawi. Meski ibadah puasa secara lahiriyah hanya menahan makan dan minum, namun orang yang berpuasa untuk bisa sampai ke derajat tinggi kesempurnaan insani dan meraih nikmat-nikmat spiritual, perlu menjaga seluruh anggota badannya dan meninggalkan semua perbuatan dosa dan maksiat.

Salah satu anjuran para pemuka agama kepada orang-orang yang berpuasa adalah meminta merekauntuk menjaga penglihatan, lisan, pendengaran, dan anggota lainnya dari perbuatan dosa.Imam Ali Ridha as berkata, Wahai manusia yang berpuasa semoga Tuhan merahmati kalian! Sesungguhnya puasa adalahhijab di mana Allah menjadikannya untuk menjaga lisan, pendengaran, penglihatan, dan seluruh anggota badan. Sungguh Allah telah menetapkan hak puasa untuk seluruh anggota badan, karena itu barang siapa menunaikan hak-hak tersebut dalam puasanya, maka ia sungguh telah berpuasa danmelaksanakan hak puasanya.Dan barang siapa yang mengabaikan hak-hak tersebut, mereka telah kehilangan keberkahan dan pahala puasa sesuai dengan kelalaiannya itu.(Mizan al-Hikmah, jilid 5)

Orang yang benar-benar berpuasa, mencegah lisannya dari melakukan dosa-dosa yang melibatkan lisan seperti, berdusta, ghibah (membicarakan keburukan orang lain), dan mencela. Ia juga mengontrol pendengarannya dari mendengar suara-suara yang menyimpang dan rayuan syaitan.Penglihatan orang yang berpuasa juga tidak dibenarkan untuk melihat setiap pemandangan. Fenomena yang bisa menyeret manusia ke lembah dosa haram hukumnya untuk ditonton dan orang yang berpuasa harus menutup penglihatannya.

Individu yang berpuasa harus meninggalkan semua dosa dan menjauhi sifat-sifat tercela seperti, rasa dengki, iri hati, marah atau menebarkan permusuhan dan lain-lain. Sebab, puasa merupakan sebuah ibadah untuk melatih manusia mengontrol diri dan memupuk semangat takwa. Rentang waktu antara sahur sampai terbenam matahari merupakan sebuah kesempatan baik untuk mengontrol dan memerangi hawa nafsu serta menolak godaan.Setiap individu yang menjaga amal ibadahnya hingga waktu berbuka, tentu ia akan memperoleh derajat yang tinggi.

Kesuksesan seseorang untuk meninggalkan dosa, akan membuatnya meraih keuntungan yang lebih besar dalam urusan ibadah dan jika ia terlibat banyak dosa meskipun tidak membatalkan puasa,tapi pahala dan ganjarannya telah berkurang. Kaum mukmin akan berusaha maksimal agar bisa mempersembahkan amal ibadah yang sempurna dan tanpa cacat ke pangkuan Allah Swt.Amalan yang ikhlas dan bersih ini diterima dengan lapang dan membuat pelakunya memperoleh keridhaan Tuhan.

Menjauhi dosa dan mengendalikan hawa nafsu merupakan salah satu keuntungan berpuasa. Manusia yang tidak mampu menahan gejolak hawa nafsu dan syahwat, maka bulan Ramadhan merupakan momentum terbaik bagi mereka untuk mengontrol naluri hewani dan syahwatnya.Imam Jakfar Shadiq as berkata, ÔÇ£Puasa adalah tirai dan hijab bagi orang yang berpuasa dari penyakit-penyakit dunia. Ia juga akan menjadi perisai dari azab akhirat. Setiap saat kalian ingin berpuasa, maka kekanglah diri kalian dari semua syahwat dan hawa nafsu (seperti, mencela, bersumpah dengan dusta, dan lain-lain), sebab terperangkap dalam dosadi tengah puasa akan mengurangi pahala puasa dan membuatnya tidak diterima.ÔÇØ

Melakukan perbuatan dosaseperti, ghibah (membicarakan keburukan orang lain), berdusta, menatap non-muhrim, berlaku zalim, dan sejenisnya, secara lahiriyah tidak membatalkan puasa,namun akan mencegah seseorang meraih kenikmatan spiritual berpuasa.

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa seorang perempuan sedang menjalani puasa sunnah, tapi ia mengeluarkan celaan untuk tetangganya, Rasul Saw kemudian membawa satu piring nasi dan bersabda, ÔÇ£Makanlah makanan ini!ÔÇØ Perempuan itu bersikeras bahwa ia sedang berpuasa, Rasul lalu bersabda, ÔÇ£Bagaimana engkau mengaku berpuasa, sementara engkau mencela tetanggamu? Ketahuilah bahwa puasa bukan hanya tidak makan dan minum, tapi orang yang berpuasa juga harus mengajak seluruh anggota badannya berpuasa bersamanya, serta menghindari ucapan dan perbuatan buruk. Allah menetapkan puasa untuk mencegah perkataan dan perbuatan buruk.ÔÇØ Rasul Saw kemudian menghadap ke arahkhalayak dan bersabda, ÔÇ£Betapa sedikit orang yang berpuasa dan betapa banyak orang yang lapar.ÔÇØ (Mizan al-Hikmah, jilid 5)

Faktor utama yang membuat manusia jauh dari rahmat Tuhan disebabkan mereka terlena dalam gejolak hawa nafsu dan syahwat. Dalam ajaran Islam, ada banyak petunjuk untuk mengontrol dan mengarahkan hawa nafsu serta menyeimbangkan naluri hewani dan salah satunya adalah puasa. Puasa merupakan bentuk latihan, yang jika dilakukan secara teratur dan rutin, maka kekuatan untuk mengontrol diri dan meninggalkan dosa secara bertahap akan menguat dalam diri manusia dan membuat mereka mampu mengendalikan nafsunya.

Untuk itu, orang yang berpuasa tidak boleh kehilangan kontrol atas segala jenis dosa dan ia harus menjauhi perbuatan maksiat. Rasul Saw bersabda, ÔÇ£Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan menjaga hawa nafsunya dan lisannya dari dosa serta tidak menyakiti masyarakat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan ia terbebas dari neraka dan mendapatkan tempat di surga.ÔÇØ

Seiring datangnya bulan Ramadhan, banyak orang bertanya dan ingin tahu tentang kiat agar tetap semangat menjalani rutinitas di tengah rasa lapar dan dahaga. Apakah Ramadhan menjadi penghalang bagi kemajuan manusia dalam urusan kerja dan dunia? Dengan sebuah kajian sederhana dan menyaksikan kehidupan kaum Muslim di bulan Ramadhan, kita akan memahami bahwameski tak lepas dari kesulitan, namun umat Islam selain tidak meliburkan rutinitasnya, tapi mereka justru bekerja dengan penuh semangat. Mereka dengan puasanya sedang melatih kesabaran dan ketakwaan.

Mantan bomber Sevilla, Frederic Kanoute sudah lama dikenal sebagai pesepak bola yang taat. Ia sudah terbiasa menjalankan ibadah puasa di tengah padatnya kompetisi. Pemain 35 tahun ini yakin berpuasa bukan melemahkan, justru bisa menguatkan. Eks striker Sevilla ini menuturkan, "Secara pribadi, menjalankan tuntunan agama membantu saya dalam sepakbola. Dan sepakbola juga ikut membantu untuk tetap sehat dan menguatkan saya. Tak ada konflik karena orang yang tahu tentang Islam, mereka tahu bahwa ibadah puasa itu malah menguatkan mereka yang menjalaninya, dan bukan malah melemahkan umat Muslim."

Sekarang banyak pemain yang beragama Islam masuk ke dunia sepakbola Eropa dan mereka mampu menjadi perhatian dengan kemampuan mengolah bola yang lihai. Mau tidak mau, membuat klub atau pengelola kompetisi sepakbola Eropa melakukan kompromi. Sebelumnya, para pelatih beranggapan bahwa puasa akan mengurangi performa pemain Muslim dan menurunkan tingkat profesionalitas mereka. Masalah ini menciptakan perdebatan panjang antara pelatih dengan para pemain Muslim, namun para pemain Muslim biasanya tidak bersedia duduk di bangku cadangan, mereka tetap berpuasa dan ingin membuktikan bahwa puasa tidak menghalangi mereka untuk tampil prima.

''Puasa Ramadan membuatku menjadi semakin kuat,'' ujar Kanoute, bintang sepak bola asal Mali.Tidak mudah bagi Muslim di Spanyol berpuasa saat musim panas di Eropa mencapai puncaknya. Suhu bisa mencapai 40 derajat Celcius, dengan kelembaban tinggi. Siang lebih panjang dibandingkan malam hari.''Saya berusaha menghormati keyakinanku dan menjalankan ibadah sebisa mungkin,'' tambahnya. ''Terkadang memang sulit melakukan puasa Ramadhan ketika cuaca di selatan Spanyol sangat panas. Tetapi, saya mampu melakukannya. Alhamdulillah,'' tegas Kanoute.

Kanoute menemukan kedamaian dalam Islam dan olahraga telah memberinya peluang terbaik untuk berkonsentrasi dan memusatkan pikiran. Dia berkata, ÔÇ£Aku selalu menyempatkan diri untuk ibadah. Kadang teman-teman satu tim menyaksikan tingkahku, tapi mereka bisa mengerti kalau aku seorang Muslim dan mereka menghormati keyakinanku. Banyak dari mereka yang penasaran dan ingin tahu tentang kegiatan ibadahku, terutama di bulan Ramadhan. Mereka heran mengapa aku tidak makan sesuatu dan mereka mengajukan banyak pertanyaan seputar masalah ini. Meski begitu aku tetap merasa nyaman dan aku menikmati kegiatan ibadahku.ÔÇØ

 
Senin, 22 Juni 2015 18:55

Bersama Kafilah Ramadhan (3)

Manusia di samping dimensi jasmani juga memiliki dimensi ruhani. Masing-masing dari dimensi itu membutuhkan program-program khusus untuk mencapai kesempurnaan prima. Salah satu program untuk memperkuat dan menumbuhkan dimensi spiritual adalah takwa. Takwa merupakan sebuah kondisi di mana manusia meninggalkan perbuatan dosa dan memilih untuk mematuhi perintah-perintah Tuhan serta menghambakan diri kepada-Nya. Oleh karena itu, jika manusia ingin menumbuhkan aspek spiritual dan mencapai kesucian jiwa, mereka harus mengendalikan hawa nafsunya dan menghapus semua rintangan yang menghalangi pertumbuhan itu.

Salah satu amalan yang efektif dalam hal ini adalah ibadah puasa. Allah Swt menjelaskan tentang peran puasa dalam mewujudkan takwa pada diri seseorang. Surat al-Baqarah ayat 183 dengan tegas menerangkan bahwa tujuan dari puasa adalah untuk mencapai ketakwaan dan penggunaan kata La'alla (supaya/agar) untuk menegaskan bahwa puasa tidak hanya bermakna takwa, tapi juga sebuah latihan untuk membentuk dan menumbuhkan ketakwaan itu sendiri. Dalam ajaran Islam, salah satu jalan utama untuk mencapai ketakwaan yang sempurna adalah melatih diri dengan puasa.

Puasa meski tampak sebagai kegiatan yang meliburkan hal-hal seperti, makan, minum, hawa nafsu, dan sejenisnya, namun sebenarnya manusia sedang melatih takwanya dengan cara melawan hawa nafsu dan godaan-godaan lain. Ramadhan dan puasa merupakan ajang latihan selama satu bulan, di mana manusia secara sadar dan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt, meninggalkan tuntutan-tuntutan hawa nafsunya. Dalam ibadah yang dijalankan dengan kesadaran dan tekad ini, seseorang memanfaatkan semua sarana yang bisa mempertebal iman ÔÇô seperti, shalat berjamaah, shalat sunnah, tadarus, dan tahajud ÔÇô demi mencapai hakikat takwa.

Dalam al-Quran, syarat untuk menjadi penghuni surga dan menikmati semua kesempurnaan lain adalah menyandang predikat takwa. Dalam banyak ayat, al-Quran menganggap surga dan nikmat-nikmatnya sebagai milik orang-orang yang bertakwa; mereka yang meninggalkan semua larangan dan menempatkan dirinya di jalan kesempurnaan kemanusiaan.

Mengenai nikmat-nikmat surga yang diberikan untuk kaum Mukmin, Allah Swt dalam surat al-Hijr ayat 45-48 berfirman, ÔÇ£Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman, Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.ÔÇØ ┬á

Di bulan Ramadhan, ruh takwa dalam diri manusia dapat dihidupkan dengan cara berpuasa dan mematuhi perintah-perintah Allah Swt. Tidak ada keraguan bahwa dimensi internal manusia tersimpan berbagai naluri dan nafsu seperti, nafsu makan dan minum, cinta kepada diri sendiri dan harta benda dan sejenisnya, di mana semua itu penting untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, naluri dan hawa nafsu itu kadang keluar dari batas alamiahnya dan mendominasi seluruh wujud manusia. Orang yang berpuasa ÔÇô dengan menahan rasa lapar dan haus serta batasan-batasan lain ÔÇô secara signifikan mampu memadamkan bara api hawa nafsu dan naluri hewani tersebut.

Oleh sebab itu, berpuasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tapi juga meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat. Rasul Saw dalam sebuah khutbah di penghujung bulan SyaÔÇÖban menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan Ramadhan kepada kaum Muslim dan ketika itu Imam Ali as bertanya, ÔÇ£Perbuatan apakah yang paling utama di bulan ini?ÔÇØ Rasul Saw menjawab, ÔÇ£Menjauhi dan menghindari dosa.ÔÇØ

Pada dasarnya, memelihara takwa bukan sebuah perkara yang rumit dan mustahil dilakukan, tapi setiap kebaikan yang dikerjakan oleh manusia dan setiap keburukan yang ditinggalkan oleh mereka, dengan sendirinya perkara ini sudah termasuk contoh dari memelihara takwa dalam hidup. Bulan Ramadhan merupakan momentum terbaik untuk menaati perintah Allah Swt dan memelihara ketakwaan. Mengatasi masalah orang lain, mengabdi kepada masyarakat, menjauhi barang haram, serta tidak meremehkan ibadah, semua perkara ini merupakan bentuk dari ketakwaan itu sendiri. Dengan melatih dan membiasakan diri dalam perbuatan baik, maka orang yang berpuasa telah menanamkan tradisi baik dalam dirinya untuk selalu menjauhi larangan Allah Swt. Cara ini akan membuat hatinya bersih dan bersinar.

Takwa berarti menjaga diri dari perkara yang dibenci oleh Allah Swt. Individu yang meninggalkan perbuatan buruk dan menanggung semua kesulitan demi meraih ridha Allah Swt, maka ia juga akan mendapat perhatian khusus dari-Nya. Rasul Saw bersabda, ÔÇ£Wahai Abu Dzar, perhatikanlah selalu Allah Swt dan keridhaan-Nya sehingga engkau juga memperoleh perhatian-Nya.ÔÇØ (Bihar al-Anwar, jilid 77)

Dalam buku Tadzkiratul Awliya karya Syeikh Attar Naishaburi dikisahkan, ÔÇ£Seorang arif berjanji kepada dirinya untuk tidak mengambil keuntungan lebih dari 5 persen dari niaganya. Suatu hari ia membeli beberapa karung kacang almond seharga 60 dinar. Harga almond di pasar tiba-tiba melambung naik. Seorang agen datang ke toko orang arif itu untuk membeli almond dan ia pun menanyakan harganya. Arif tersebut menjawab, ÔÇÖ63 dinar tuan.ÔÇÖ Agen itu berkata, ÔÇÿharga almond ini pantasnya 90 dinar!ÔÇÖ Arif itu menjawab, ÔÇÿiya benar demikian, tapi aku sudah berjanji untuk tidak meraup untung lebih dari 5 persen. Aku sudah merusak harga pasar, tapi aku tidak mengingkari janjiku.ÔÇÖ Beberapa hari kemudian pasar di kota itu terbakar dan semua toko berserta aset milik mereka hangus dilalap api, namun toko orang arif itu tidak terbakar dan selamat dari kobaran api. Inilah balasan Allah Swt, ia sudah memilih jalan takwa dan Allah Swt juga melindunginya.ÔÇÖÔÇØ

Ramadhan dengan segala keindahannya kembali menyapa rumah-rumah kaum Muslim. Mereka dengan penuh suka cita berusaha menunaikan kewajiban agamanya dengan sempurna sehingga bisa menghadirkan senyum merekah di penghujung Ramadhan. Perasaan gembira ini selalu mengundang tanda tanya bagi kebanyakan warga non-Muslim. Mereka menganggap puasa hanya terbatas pada menahan lapar dan haus dan mereka merasa kesulitan jika harus memikul beban tersebut. Rasa penasaran ini kadang mendorong mereka untuk mencoba berpuasa sehingga mengetahui alasan kecintaan umat Islam terhadap bulan Ramadhan dan ibadah puasa.

Sebut saja Rahul, ia adalah seorang pemuda dari India. Dia termasuk salah satu dari mereka yang penasaran dengan aktivitas kaum Muslim di bulan puasa. Bulan Ramadhan akhirnya membawa Rahul mengenal ajaran-ajaran luhur Islam dan ia pun memilih masuk Islam. Berkenaan dengan keputusannya untuk memeluk Islam, Rahul berkata, ÔÇ£Aku sudah menjadi seorang Muslim selama beberapa bulan. Aku dibesarkan di sebuah keluarga seperti semua keluarga di India mengikuti ajaran Hindu. Sebagian dari mereka menyembah berhala, sebagian yang lain mendewakan binatang seperti sapi, dan sisanya menganggap matahari sebagai tuhannya. Aku juga dibesarkan di lingkungan seperti itu dan keyakinan tersebut membuatku hidup dalam kesesatan.ÔÇØ

Rahul lebih lanjut mengisahkan perjalanan hidupnya dan berujar, ÔÇ£Dengan izin Tuhan, aku kemudian merantau ke Oman, sebuah negara Muslim. Untuk pertama kalinya di sana aku mengenal kaum Muslim dan selama tiga tahun tinggal di Oman, aku memperoleh banyak pengetahuan tentang Islam dan menemukan kebenaran. Waktu tiga tahun itu berperan sangat besar dalam mengantarkanku ke gerbang kebenaran serta mengubah pemikiran dan akidahku.ÔÇØ

Ibadah puasa memunculkan pertanyaan pada diri Rahul dan membangkitkan rasa ingin tahunya. Ia kemudian melakukan penelitian untuk mengetahui filosofi puasa dan bulan Ramadhan. Jawaban yang diberikan oleh teman-temannya dan hasil yang diperoleh dari kajiannya memberi pengaruh besar bagi Rahul. Ia memutuskan ikut berpuasa bersama teman-temannya dan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka. Rahul berkisah, ÔÇ£Aku sengaja berpuasa sebelum masuk Islam untuk mengobati rasa penasaranku dan itu hanya sebatas tidak makan dan minum, tapi kini aku berpuasa dengan niat ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ramadhan bagiku sekarang bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi aku juga mengisinya dengan shalat, doa, sedekah, dan tadarus.ÔÇØ

Atas dasar ketertarikannya yang sangat besar terhadap Ramadhan dan ibadah puasa juga telah membuatnya memperoleh hidayah, Rahul akhirnya mengganti namanya dengan Rayyan, karena Allah Swt akan memasukkan orang-orang yang berpuasa ke dalam surga melalui Babul Rayyan.

 
Senin, 22 Juni 2015 18:54

Bersama Kafilah Ramadhan (2)

Kita bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk menjadi tamu Allah Swt di bulan Ramadhan dan menikmati limpahan rahmat dan karunia-Nya di bulan suci ini. Keagungan bulan puasa dapat disimak dalam surat al-Baqarah ayat 185, Allah Swt berfirman, ÔÇ£Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang bathil.ÔÇØSalah satu ciri khas utama Ramadhan adalah adanya kewajiban puasa bagi umat Islam di sepanjang bulan itu. Puasa adalah sebuah kewajiban bagi seorang Muslim dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt, dengan cara meninggalkan makan dan minum mulai dari terbit fajar sampai azan maghrib selama satu bulan penuh, kadang berjumlah 29 hari dan kadang bisa sampai 30 hari.

Allah Swt menjelaskan tentang kewajiban berpuasa dalam al-Quran ayat 183 dan 184 surat al-Baqarah, ÔÇ£Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.ÔÇØ

Dalam ayat tersebut Allah Swt menyeru kaum Muslim dengan kalimat yang indah dan lembut. Nada bicara seperti inimemberi angin sejuk bagi orang-orang yang berpuasa dan membuat mereka mudah menjalaninya. Ayat tersebut juga mengingatkan bahwa ibadah puasa tidak hanya diwajibkan untuk umat ini, tapi juga sudah dijalankan oleh umat-umat terdahulu. Meski kewajiban berpuasa memiliki waktu khusus, namun dalam kondisi tertentu kewajiban ini masih bersifat fleksibel yaitu, orang-orang karena dalam perjalanan, jatuh sakit, atau tidak mampu menjalaninya di waktu khusus tersebut, mereka bisa menggantikannya di hari lain atau membayar kafarah.

Allah Swt kemudian menerangkan tentang manfaat dan filosofi berpuasa yaitu untuk mencapai derajat takwa. Kabar gembira ini membuat kaum Muslim menyambut dengan antusias datangnya bulan Ramadhan.Hakikat ibadah puasa membawa kebaikan bagi orang-orang yang menunaikannya dan mereka memperoleh rahmat Tuhan. Oleh karena itu, orang-orang Mukmin menyambut bulan Ramadhan dengan penuh cinta dan rasa senang.

Bulan Ramadhan merupakan momentum pensucian jiwa dan introspeksi diri, kesempatan untuk berkhalwat dengan Tuhan, waktu untuk menguji keikhlasan, dan kesempatan untuk membuka lembaran hati serta membaca kembali buku amalan kita. Untuk itu kita perlu bersikap mawas diri ketika menghadiri jamuan Ilahi ini. Allah Swt menyediakan aneka hidangan untuk kaum Muslim mulai dari bangun sahur yang penuh berkah, buka puasa bersama dengan nuansa religius, melakukan tadarus bersama dan khatam Quran,dan kegiatan shalat tahajud yang membawa ketentraman jiwa. Ini adalah sebagian hidangan di bulan penuh berkah dan kita mendapat kehormatan untuk menjadi tamu Allah Swt, sehingga kita bisa mencicipinya sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Perasaan senang merupakan salah satu dari nikmat Allah Swt, di mana beragam motivasi berperan dalam menghadirkan perasaan ini. Sebagian orang menikmati partisipasinya di forum-forum dan diskusi ilmiah, sebagian memperoleh kesenangan saat mencicipi menu-menu favoritnya, dan sebagian yang lain justru menikmati kesenangan di atas penderitaan orang lain dan membunuh manusia tak berdosa. Namun kelezatan spiritual merupakan derajat tertinggi dari perasaanjiwa untuk manusia.

Perasaan itu muncul ketika kita menanamkansifat-sifat baik dan mulia dalam diri, tidak merampas hak-hak orang lain, memiliki sifat pemaaf meski kita mampu untuk menuntut balas, atau berinfak kepada orang miskin pada saat kita sendiri dalam kesulitan. Kelezatan spiritual ini mencapai puncaknya dengan puasa di bulan Ramadhan, kegiatan shalat berjamaah, tadarus, dan munajat di pertengahan malam yang memenuhi sekat-sekat hati manusia.

Ahmed, seorang mualaf dari ┬áSan Francisco, Amerika Serikat berkisah, ÔÇ£Aku belajar di sekolah Katolik di Florida sebelum memeluk Islam. Di luar jam belajar biasanya aku membaca buku-buku lain. Di sebuah buku yang berbicara tentang Islam, aku menemukan bahwa kaum Muslim harus berpuasa. Puasa yaitu menahan rasa lapar dan haus serta belajar mengendalikan emosi. Mencerna masalah ini tentu saja bukan perkara mudah bagiku. Setelah memeluk agama Islam, aku berpuasa untuk pertama kali pada usia 19 tahun. Pada waktu itu aku dengan penuh bangga memberi tahu teman-teman satu kamar bahwa aku ingin berpuasa di bulan Ramadhan. Ini adalah untuk pertama kalinya bagiku, di mana berbuat sesuatu bukan karena kedua orang tua atau mengejar nilai kelas.ÔÇØ

 

Ahmed lebih lanjut menuturkan, ÔÇ£Aku berpuasa untuk Dzat yang tidak bisa aku lihat, tapi seluruh wujudku merasakan kehadirannya. Momen ini adalah hari terbaik dan mungkin hari yang paling penting dalam hidupku. Teman-temanku yang bukan Muslim mengira bahwa berpuasa hanya menahan lapar dan haus. Namun, ketika aku menjelaskan perasaanku kepada mereka mulai dari pensucian jiwa dan ketenangan batin, mereka mulai menyadari perubahan batinku. Sebenarnya, aku sedang merasakan kelezatan spiritual dengan berpuasa dan mungkin sebelum ini aku tidak pernah merasakannya dalam situasi apapun.ÔÇØ

Bulan Ramadhan merupakan momentum untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Bulan ini memberi kekuatan kepada manusia untuk menemukan jati dirinya dan kemudian menapaki jalan Tuhan. Berpuasa adalah ibadah khusus di bulan ini. Puasa punya banyak kekhususan yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah lain. Ibadah puasa benar-benar sangat istimewa di mana Allah Swt dalam sebuah hadis Qudsi berfirman, ÔÇ£Puasa adalah untukku dan Aku yang akan membalasnya.ÔÇØSalah satu alasan keistimewaan puasa mungkin karena keikhlasan yang ada di dalamnya. Berbeda dengan jenis ibadah lain yang bisa disaksikan oleh khalayak, puasa adalah sebuah amal ibadah yang tersembunyi.

Ketika kita mendirikan shalat, gerak-gerik kita mulai dari sujud dan rukuÔÇÖ menjadi petunjuk bahwa kita sedang shalat. Demikian juga dalam masalah khumus dan zakat atau infak. Paling tidak para amil zakat mengetahui perkara ini. Ibadah haji, jihad dan semua amal ibadah lain juga seperti itu. Akan tetapi tidak demikian dengan puasa. Puasa sama sekali tidak bisa diidentifikasi dari gerakan badan atau perilaku lahiriyah dan selama seseorang belum memberi tahu pihak lain, maka tidak ada yang mengerti kondisi lahiriyah orang yang sedang berpuasa. Imam Ali as berkata, ÔÇ£Puasa adalah ibadah antara hamba dan penciptanya. Tidak ada yang mengetahui perkara itu kecuali Sang Khalik dan tidak ada yang memberi ganjarannya kecuali Tuhan.ÔÇØ

Pada dasarnya, ibadah puasa secara alamiah mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas dan berbuat sesuatu karena Allah Swt. Orang yang menjalani puasa selama satu bulan, maka pekerjaan ini merupakan sebuah latihan ikhlas baginya. Keistimewaan lain ibadah ini adalah; puasa merupakan sarana untuk menumpas musuh Allah Swt. Senjata syaitan adalah syahwat dan ia memperoleh kekuatan dengan mengkonsumsi makanan dan minuman. Rasulullah Saw bersabda, ÔÇ£Syaitan laksana darah yang mengalir dalam diri manusia, oleh karena itu persempitlah jalur mereka dengan menahan lapar.ÔÇØ

Ikhlas merupakan puncak dari fase kesempurnaan spiritual. Ikhlas adalahmensucikan niat dari selain Allah Swt dan melaksanakan ibadah hanya untuk-Nya. Di mata orang yang ikhlas, pujian dan celaan berkedudukan sama, sebab ia beribadah hanya untuk memperoleh keridhaan Tuhan dan bukan keridhaan orang lain. Seorang ahli ibadah berkisah, ÔÇ£Selama 30 tahun aku selalu mendirikan shalat berjamaah di masjid di barisan pertama. Suatu hari aku datang terlambat dan barisan pertama sudah penuh terisi, lalu aku berdiri di barisan kedua. Aku malu karena orang-orang di sekitar menyaksikanku shalat di barisan kedua. Tiba-tiba aku tersadar bahwa penilaian masyarakat ternyata penting bagiku. Kemudian aku mengerti bahwa semua shalatku tercemari oleh riyaÔÇÖ dan tidak ada keikhlasan di dalamnya.ÔÇØ

Ikhlas dan pensucian amal perbuatan dari selain Tuhan memiliki beberapa tingkatan. Rasul Saw bersabda, ÔÇ£Dengan sarana ikhlas, keunggulan derajat orang-orang yang beriman akan terwujud.ÔÇØ Dari riwayat ini dapat diketahui bahwa ikhlas memiliki beberapa derajat dan kedudukan orang beriman juga diukur dengan kadar keikhlasan mereka. Derajat pertama adalah rasa takut dari neraka dan derajat lain karena kerinduan kepada surga. Derajat utama adalah bahwa manusia tidak mendambakan hal lain kecuali Allah Swt. Imam Ali berkata, ÔÇ£Aku tidak menyembah-Mu karena takut terhadap siksa dan rakus akan surga, tapi aku beribadah karena menemukan Engkau pantas untuk disembah.ÔÇØ

Senin, 22 Juni 2015 18:53

Bersama Kafilah Ramadhan (1)

Allah Swt dalam kehidupan manusia menciptakan momen-momen yang sarat dengan keutamaan dan kedudukan yang tinggi; hari-hari yang penuh rahmat laksana kesejukan angin sepoi yang menyirami kesegaran bagi jiwa dan raga manusia serta memberi mereka semangat baru.Momen-momenitu mengajak manusia untuk bangkit dari tidur dan mengambil jarak dari gemerlap dunia serta merasakan kehadiran Sang Pencipta dan nikmat-nikmat spiritual.Terpaan angin sepoi bisa membawa kita ke poros rahmat Tuhan dan mendorong kita bergegas menuju ke pangkuan-Nya.

Bulan Ramadhan merupakan salah satu dari momen keemasan dalam hidup manusia dan kini para penduduk langit dan malaikatmenyambut gembira kedatangan bulan suci ini. Bulan agung telah tiba dan menebarkan semerbak harum aroma spiritual di tengah masyarakat dan membangunkan jiwa-jiwa yang lalai. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan suci, refleksi dari pancaran rahmat Ilahi dan pengampunan-Nya.Ramadhan adalah bulan Allah Swt, bulan diturunkannya al-Quran dan bulan yang paling mulia di sepanjang tahun. Di bulan ini, pintu-pintu langit dan pintu surga dibuka, sementara gerbang-gerbang neraka ditutup rapat. Ibadah di bulan ini diberi ganjaran berlipat ganda dan Lailatul Qadar yang ada di dalamnya lebih baik dari seribu bulan ibadah.

Di penghujung bulan SyaÔÇÖban, Rasulullah Saw menyampaikan sebuah khutbah seputar keutamaan dan keagungan Ramadhan dan beliau bersabda, ÔÇ£Wahai hamba Tuhan! Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya merupakan paling utamanya hari, malam-malamnya adalah paling utamanya malam, dan detik-detiknya termasuk paling utamanya detik. Inilah bulan ketika kalian diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini, nafas kalian dihitung sebagai tasbih, tidur kalian ibadah, amal kalian diterima, dan doa kalian diijabah. Bermohonlah kepada Allah Tuhan kalian dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Dia membimbing kalian untuk menunaikan puasa dan membaca kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini.ÔÇØ

Ramadhan adalah bulan penyucian diri, bulan pembersih jiwa dan batin, bulan untuk melepas diri dari cengkraman syaitan dan hawa nafsu, bulan untuk bertasbih, dan bulan untuk kembali ke jalan Allah Swt. Bulan ini merupakan kombinasi dari kemudahan dan kesulitan. Dari satu sisi, manusia harus berjuang menahan rasa lapar dan haus, memerangi hawa nafsu, menjaga tutur kata, dan menghindari banyak makan. Dari sisi lain, mereka merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta, menghirup aroma wangi pengampunan, dan menyirami diri dengan pancaran rahmat Tuhan.

Ramadhan dengan segala pesonanya kembali mendatangi rumah-rumah manusia dan menghadirkan rasa gembira dalam hati kaum Muslim. Mereka menghitung hari untuk menyambut bulan mulia, rasa gembira juga mengguncang jiwa orang-orang yang baru memperoleh hidayah memeluk agama Islam.Bagi mereka ini adalah pengalaman pertama berpuasa dan menikmati keindahan Ramadhan.

Marcos adalah seorang pemuda dari Filipina dan sekarang memilih nama Ahmad Mukmin setelah memeluk agama Islam. Dia sudah tak sabar menanti datangnya bulan Ramadhan dan berkata, ÔÇ£Saya sebelum ini mengejek bulan Ramadhan dan konsep puasa dalam Islam. Selama 10 tahun saya tinggal di Uni Emirat Arab, ibadah puasa yang dijalankan kaum Muslim adalah mimpi buruk bagi saya. Sebuah bulan di mana kita semua membatasi diri di rumah-rumah dan menutup toko-toko kita di kota. Tidak hanya perkara ini yang membuat saya membenci bulan Ramadhan. Sebelumnya saya percaya puasa adalah sebuah bentuk siksaan terhadap jiwa dan raga manusia.ÔÇØ

Akan tetapi, Marcos setelah melakukan kajian dan penelitian yang panjang memilih memeluk agama Islam dan mulai memahami makna hakiki berpuasa. Pandangannya tentang bulan puasa juga berubah total. Setelah masuk Islam, Marcos menunaikan ibadah puasa selama beberapa hari dan mengenai pengalaman pertamanya itu ia berkisah, ÔÇ£Selama ini saya belum pernah merasakan kedamaian seperti ini. Sekarang saya memahami tentang pengaruh-pengaruh puasa bagi dimensi spiritual manusia. Ibadah puasa selain bukan menyiksa diri, tapi justru sangat bermanfaat bagi kesehatan.ÔÇØ

Marcos lebih lanjut menuturkan, ÔÇ£Berpuasa satu bulan selama setahun adalah sebuah pekerjaan yang sangat rasional dan oleh karena itu, Tuhan mewajibkan puasa untuk hamba-Nya sekali dalam satu tahun dan bukan kewajiban sepanjang tahun.Ramadhan kini telah menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan bagi saya. Sebuah pengalaman yang sarat dengan kedamaian dan kegembiraan. Saya tak sabar menanti datangnya bulan Ramadhan.ÔÇØ

Penantian datangnya Ramadhan juga dilakukan oleh Amina, seorang mualaf yang tinggal di Yordania. Wanita yang sebelumnya bernama Caroline ini menganggap puasa sebagai latihan untuk melatih kesabaran, mengendalikan hawa nafsu, dan meningkatkan derajat spiritual. Dia menyebut ibadah shalat dan membaca al-Quran sebagai amal shaleh untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Berkenaan dengan puasa, Amina yang berasal dari Afrika Selatan ini berkata, ÔÇ£Puasa adalah sebuah jalan baik untuk meningkatkan kedamaian jiwa. Di bulan puasa, kaum Muslim menahan diri dari makan dan minum mulai dari azan subuh sampai terbenamnya matahari dan mendekatkan jiwa mereka ke sisi Tuhan.ÔÇØ

Ramadhan adalah bulan Allah Swt, sebuah momentum untuk mengingat-Nya.Refleksi kecintaan yang paling kecil adalah mengingat Dzat yang kita cintai. Pecinta harus selalu mengingat kekasih dan mengingatnya merupakan jalan utama untuk membuktikan kecintaan. Para pemuka agama menganggap zikir sebagai sebuah keharusan untuk meningkatkan derajat orang Mukmin guna mencapai keridhaan Tuhan. Sebab, berzikir bukan hanya menggerakkan lisan,tapi kehadiran seorang pecinta di hadapan Sang Kekasih. Zikir adalah penyatuan antara orang yang jatuh cinta dengan Dzat yang ia cintai. Imam Ali as berkata, ÔÇ£Zikir adalah kebersamaan dengan kekasih.ÔÇØ Pada dasarnya orang yang selalu mengingat Tuhan, Dia juga akan mengingat hambanya itu. Dan ini adalah pengertian dari kecintaan dan kebersamaan dengan Tuhan.

Tubuh manusia membutuhkan makanan dan minuman untuk meneruskan kelangsungan hidupnya, begitu juga dengan jiwa manusia, ia jugamemerlukan nutrisi untuk melanjutkan kehidupan spiritual dan menapaki derajat kemanusiaan. Imam Ali as menyebut zikir dan mengingat Tuhan sebagai sumber kekuatan jiwa seseorang. Adapun berkenaan dengan keutamaan dan berkah zikir di bulan puasa, Imam Ali Zainal Abidin as dalam munajatnya memperkenalkan zikir sebagai sumber kehidupan hati dan berseru, ÔÇ£Ya Tuhanku! Hatiku hidup dengan mengingat-Mu dan api kegelisahan dan kesakitan hanya padam dengan bermunajat kepada-Mu.ÔÇØ

Salah satu dari kriteria berzikir di bulan Ramadhan adalah kelezatan dan kenikmatannya. Rasulullah Saw dalam doa harian bulan Ramadhan berseru, ÔÇ£Ya Allah! Anugerahkan kepadaku di dalamnya kelezatan dan kenikmatan berzikir kepada-Mu.ÔÇØ Selama manusia belum merasakan kelezatan dan kenikmatan beribadah kepada Allah Swt, maka mereka belum mampu memahami arti penghambaan dan zikir serta belum menikmati dampaknya dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi. Kelezatan hidup akan terasa ketika dihabiskan dengan mengingat kekasih dan tidak melewati sedetik pun tanpa menyebutnya.

Oleh karena itu, orang yang memahami kehadiran permanen kekasih dan mengerti hakikatnya, mereka akan menikmati kehidupan yang damai dan suci.Bulan Ramadhan adalah momentum terbaik untuk menggapai kehidupan yang damai bertaburan rahmat Tuhan. Ramadhan adalah bulan untuk memperbanyak munajat. Allah Swt membuka pintu rahmat seluas-luasnya pada bulan ini dan manusia dapat memohon apa saja yang mereka inginkan. Sebenarnya, salah satu tugas orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan adalah berdoa dan memohon kebutuhan-kebutuhannya kepada Allah Swt. Seorang hamba harus selalu menjulurkan tangannya kepada Sang Pencipta untuk memohon segala kebutuhan.

 
Senin, 22 Juni 2015 18:51

Menuju Tuhan di Bulan Suci

Waktu begitu cepat berlalu. Entah yang keberapa kali siklus siang dan malam telah kita lewati dalam kehidupan ini. Anak-anak tumbuh menjadi remaja, kemudian beranjak dewasa dan tua. Satu-persatu datang, dan pergi meninggalkan alam dunia ini. Lalu, apa yang sudah disiapkan untuk menyambut datangnya kematian yang tidak pernah diduga dan dipastikan, kapan akan datang menjemput. Rutinitas kehidupan acapkali membuat kita lalai untuk mempersiapkan diri menyambut kematian dan mengisi kehidupan ini sesuai tuntunan agama.

Datangnya bulan suci Ramadhan menjadi momentum yang baik bagi manusia untuk merenungkan perjalanan hidupnya. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang baik terhadap Ramadhan sesuai dengan al-Quran serta bimbingan Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya. Orang yang berpuasa harus merenungkan mengapa Allah swt mewajibkan berpuasa? Mengapa dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan tidak boleh makan dan minum, serta hal lainnya yang sebelumnya halal ?

Di bulan agung ini, Allah swt menganugerahkan hadiah tertinggi dan terbesar bagi umat manusia yaitu al-Quran. Saking pentingnya ibadah di bulan suci Ramadhan, Imam Sajad dalam doanya berkata, "Tuhanku sampaikan salawat bagi Muhammad dan Ahlul baitnya, dan anugerahilah kami kemampuan untuk bisa memahami keutamaan bulan Ramadhan dan memuliakannya".

Rasulullah Saw dalam salah satu sabdanya menyatakan bahwa bulan suci Ramadhan adalah bulan ketika pintu-pintu langit dibuka. Bulan ini juga disebut sebagai bulan Tuhan. Orang yang berpuasa di bulan suci Ramadhan dalam keadaan spiritual dan moralitas tertinggi. Sebab, Puasa adalah anugerah besar yang dihadiahkan Allah swt kepada manusia untuk menyempurnakan spiritualnya.

Di dalam puasa ada kenikmatan spiritual yang tidak akan didapatkan di mana pun selainnya. Tapi, untuk meraih kenikmatan spiritual tersebut membutuhkan kesadaran yang tinggi dan perjuangan yang besar. Sebab tidak sedikit orang yang berpuasa di bulan suci Ramadhan, tapi tidak meraih kenikmatan maknawi tersebut.

Beruntunglah orang yang bisa menggunakan waktunya di bulan suci Ramadhan untuk meraih kenikmatan maknawi dan menyempurnakan kualitas spiritualitasnya. Tidak mengherankan jika orang-orang yang beriman dengan suka cita menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Terkait hal ini, Rasulullah Saw bersabda, "Jika seorang hamba mengetahui keutamaan bulan suci Ramadhan, maka ia dengan segenap jiwa dan raga akan mencintainya, [bahkan] menghendaki seluruh bulan dalam setahun sebagai bulan Ramadhan".

Ramadhan adalah musim semi ibadah. Bulan suci ini adalah kawah candra dimuka bagi penyucian diri manusia. Di bulan agung ini jalan mendekatkan diri kepada Allah semakin singkat dan cepat. Dalam salah satu Khutbahnya menjelang kedatangan bulan suci Ramadhan, Rasulullah Saw bersabda, "Wahai manusia! Bulan Tuhan yang dipenuhi berkah, rahmat dan ampunan-Nya telah datang kepada kalian. Bulan yang terbaik di sisi Tuhan. Siangnya adalah hari yang terbaik, dan malam harinya pun yang terbaik. Setiap saat adalah yang terbaik. Di bulan jamuan ilahi ini, Allah swt menganugerahkan keutamaan dan penghormatan yang tinggi,".

Rasulullah Saw dalam khutbahnya mengingatkan jangan sampai ada seorang pun yang tidak mendapatkan rahmat dan magfirahnya di bulan suci Ramadhan. Nabi Muhammad Saw menasehatkan supaya di bulan ini lebih banyak berbuat kebajikan seperti: bersedekah kepada orang yang membutuhkan, menghormati orang tua, menyayangi anak kecil dan yang lebih muda, menjalin silaturahmi, menjaga mata dan telinga dari dosa, menyayangi anak yatim, bertaubat dari dosa, dan berdoa, terutama ketika shalat,".

Ibadah di bulan suci Ramadhan tidak hanya puasa. Untuk memanfaatkan anugerah besar ini berbagai amal ibadah dianjurkan untuk dikerjakan. Bulan Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk menyempurnakan diri, menyucikan hati dan pikiran serta perbuatan dari dosa, serta meminta ampunan Allah swt.

Salah satu amalan terbaik di bulan suci Ramadhan adalah membaca al-Quran. Meskipun membaca al-Quran dalam setiap saat berpahala dan sangat dianjurkan, tapi di bulan suci Ramadhan keutamaannya sangat besar. Sebab, al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan. Turunnya al-Quran di bulan suci ini secara keseluruhan, dan sekali di malam lailatul Qadar.

Dalam sebuah hadis disebutkan, "Segala sesuatu ada musim seminya, dan musim semi al-Quran adalah Ramadhan." Oleh karena itu, keutamaan membaca al-Quran di bulan suci Ramadhan lebih tinggi dibandingkan bulan lainnya. Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang membaca satu ayat al-Quran di bulan Ramadhan, maka pahalanya lebih utama dari membaca seluruh al-Quran di bulan lain,". Bulan suci Ramadhan juga merupakan kesempatan yang baik untuk memahami kandungan mulia ayat suci al-Quran.

Amalan lain yang dianjurkan dilakukan di bulan suci Ramadhan adalah memberi makanan berbuka kepada orang lain yang berpuasa. Terkait hal ini, Rasulullah Saw bersabda, "Siapapun yang memberi makanan untuk berbuka bagi yang berpuasa, maka pahalanya sama seperti membebaskan seorang budak dan menghapus dosa-dosanya, ".

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Bagaimana dengan orang yang tidak mampu [memberi makan untuk berbuka] ?". Nabi Muhammad Saw menjawab, "Ia bisa berikan susu, atau air maupun beberapa butir kurma. Allah swt akan memberikan pahala." Memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa

merupakan amalan mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, di sejumlah negara Islam digelar acara berbuka puasa bersama di masjid sebagai bentuk perwujudan dari seruan Rasulullah Saw tersebut.

Di bulan suci Ramadhan sangat dianjurkan untuk memperbanyak berdoa, memohon ampunan dan bermunajat. Sangat banyak doa khusus yang dianjurkan dibaca di bulan suci Ramadhan dengan kandungan maknanya yang dalam. Ada doa yang dibaca khusus di siang hari, malam hari, waktu sahur dan menjelang berbuka puasa.

Dari sekian doa, salah satunya adalah doa Imam Sajad yang dikenal dengan doa Abu Hamzah Tsomali. Doa ini biasa dibaca di waktu sahur. Abu Hamzah adalah salah seorang pengikut setia Imam Sajad, dan doa ini diajarkan oleh Imam Sajad kepadanya. Oleh karena itu, dikenal sebagai doa Abu Hamzah.

Doa dan munajat di malam hari, terutama malam yang kemungkinan Lailatul Qadr sangat dianjurkan. Al-Quran menjelaskan bahwa Lailatul Qadr lebih utama dari 1.000 bulan.Terkait hal ini, Rasulullah Saw bersabda,"Barang siap yang terjaga di malam Qadr, dan mukmin serta meyakini hari pembalasan, maka seluruh dosanya akan diampuni,". Di malam itu, seorang Mukmin memohon ampunan dari Allah untuk dirinya dan orang lain. Di malam mulia ini sangat dianjurkan untuk membaca doa Jausyan Kabir, selain membaca al-Quran, shalat dan doa lainnya.

Di bulan suci Ramadhan sangat dianjurkan untuk makan sahur. Dalam hadis dijelaskan bahwa Mukmin jangan sampai tidak makan sahur meskipun dengan beberapa butir kurma. Rasulullah Saw bersabda, "Malaikat memohonkan ampunan untuk orang-orang yang berdoa dan makan di waktu sahur,".

Seluruh rangkaian ibadah di bulan suci Ramadhan menjadikan manusia menyucikan dirinya dan menyempurnakan spiritualitasnya. Rasulullah dalam sebuah pidatonya menyambut bulan suci Ramadhan bersabda, "karunia ilahi, inayah dan rahmat Allah swt  ada di bulan ini. Barang siapa yang menghendaki nikmat ilahi, maka harus memanfaatkan setiap saat [dari bulan Ramadhan],".

 

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, masalah nuklir berhubungan dengan semua komponen negara dan tim perunding Iran bergerak dalam koridor yang sudah ditetapkan secara tertulis dan lisan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam.

Rouhani menyampaikan hal itu dalam pertemuan bersama antara pemerintah dan parlemen pada Ahad (21/6/2015) sore di Tehran.

Menurutnya, negosiasi nuklir sudah memasuki tahap sensitif dan menandaskan, ÔÇ£Negosiasi merupakan isu yang berhubungan dengan semua Iran dan kami berharap dengan bantuan parlemen dan dukungan rakyat, selain bisa mewujudkan hak-hak bangsa dan menjamin kepentingan negara, juga dapat mencapai hasil yang bisa diterima dan menggembirakan.ÔÇØ

Rouhani menyebut negosiasi nuklir sebagai salah satu pembicaraan terpenting diplomatik Iran dan menambahkan, misi penting ini berjalan sesuai dengan arahan Pemimpin Besar Revolusi Islam, Dewan Tinggi Keamanan Nasional dan Undang-Undang Dasar.

Pada kesempatan itu, Ketua Parlemen Iran Ali Larijani juga menyoroti perkembangan terkini perundingan nuklir dan mengatakan, ÔÇ£Saya berharap negosiasi nuklir Iran dengan Kelompok 5+1 mencapai hasil yang baik dan semua harus berupaya untuk mendukung menteri luar negeri dan tim perunding Iran.ÔÇØ

ÔÇ£Tema penting lainnya adalah bahwa sikap saling curiga terhadap sesama dalam isu-isu nasional seperti masalah nuklir sangat merugikan, kadang secara keliru dikutip dan diekspose di media dan sebagian pihak juga membuat keputusan yang keliru berdasarkan analisa-analisa yang salah itu. Jadi, saat ini kita lebih membutuhkan sikap sehati dan sekata dan semua harus saling percaya,ÔÇØ tegas Larijani.

Menurutnya, kekuatan-kekuatan regional juga sedang mengeluarkan biaya demi mempertahankan kepentingannya, tentu saja dua perang Irak dan Afghanistan memperlihatkan kelemahan analisa dan kalkulasi Amerika Serikat dan setelah hal itu terungkap, gerakan-gerakan ekstrim dan teroris mulai unjuk diri.

ÔÇ£Tentu saja, di kawasan juga ada negara-negara yang terjebak dalam keangkuhan, di mana masalah ini merugikan mereka sendiri dan negara-negara lain,ÔÇØ ujarnya.

 

Dokumen perjanjian kerja sama keamanan dan militer antara Iran dan Suriah ditandatangani dalam pertemuan bersama menteri dalam negeri kedua negara.

Mayjen Mohammad Ibrahim Al Shaar, Mendagri Suriah, Ahad (21/6) tiba di Tehran disambut Babak Dinparast, Wakil Mendagri Iran untuk urusan internasional.

Seperti dilaporkan kantor media Kemendagri Iran, tujuan kunjungan Al Shaar ke Tehran adalah untuk menandatangani dokumen perjanjian kerja sama keamanan dan militer Iran-Suriah.

Selain itu lawatan Al Shaar juga dimaksudkan untuk membahas transformasi regional, memperdalam hubungan bilateral dan negosiasi terkait perkembangan Suriah dalam perang melawan kelompok-kelompok teroris.

Mendagri Suriah dalam kunjungan dua hari ke Iran dijadwalkan bertemu dengan Presiden Hassan Rouhani, Abdolreza Rahmani Fazli, Mendagri, Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional, dan Brigjen Hossein Ashtari, Komandan Polisi Iran.

 

Armada ke-35, Angkatan Laut Iran, Senin (22/6) dilepas ke perairan bebas untuk menjaga keamanan jalur pelayaran kapal-kapal Iran.

IRNA (22/6) melaporkan, Armada ke-35 AL Iran yang terdiri dari kapal logistik Bandar Abbas dan kapal perusak Alvand, mulai bertugas pasca masuknya kembali Armada ke-34 ke wilayah Iran.

Laksamana Habibollah Sayyari, Komandan AL Iran menyebut tugas armada laut Iran di perairan bebas adalah untuk menjaga keamanan jalur pelayaran dan perang melawan para teroris.

Armada ke-34 AL Iran, 8 April lalu diberangkatkan ke wilayah Utara Samudra Hindia, Teluk Aden, Selat Bab Al Mandeb dan Laut Merah.

Berdasarkan arahan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, armada-armada laut Iran hadir di perairan bebas dunia seperti India, Sri Lanka, garis khatulistiwa, perairan Indonesia, Selat Malaka, laut Cina, Samudra Pasifik, Terusan Suez, Laut Mediterania dan Samudra Hindia Utara serta Selatan.

Armada-armada laut Iran sampai saat ini tercatat 2.700 kali bertempur dan menggagalkan aksi teror para perompak laut di perairan bebas.