
کمالوندی
Khader Adnan Akhiri Mogok Makan
Pengacara Khader Adnan, seorang tahanan Palestina di penjara rezim Zionis Israel, mengabarkan diakhirinya mogok makan Adnan.
Jawad Boulos mengatakan, Adnan mengakhiri mogok makan pada Ahad (28/6) malam setelah tercapai kesepakatan dengan para pejabat rezim Zionis untuk membebaskannya pada 12 Juli. Demikian dilansir Tasnim News.
Khader Adnan merupakan anggota senior Gerakan Jihad Islam Palestina di Tepi Barat.
Ia telah memulai mogok makan sejak 56 hari lalu untuk memprotes penahanannya yang tanpa pengadilan dan tanpa dakwaan di penjara Israel. Kondisinya dilaporkan memburuk.
Selama ini, Adnan telah ditangkap sebanyak delapan kali oleh aparat keamanan Israel, di mana penangkapan terbaru tanggal 17 Desember 2011.
Dalam Setahun, ISIS Eksekusi 3.200 Warga Suriah
Kelompok teroris Takfiri ISIS telah mengeksekusi lebih dari 3.000 warga Suriah termasuk ratusan warga sipil selama setahun lalu.
Sejak 29 Juni 2014 hingga sekarang, tercatat 3.200 kasus eksekusi warga Suriah yang dilakukan oleh ISIS, di mana 1.787 dari mereka adalah warga sipil dan 74 lainnya anak-anak. Demikian dilansir Press TV mengutip Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).
Menurut SOHR, hampir setengah dari warga sipil yang dieksekusi adalah anggota suku Sunni Shaitat yang melawan ISIS tahun lalu di kota Deir Ezzor, Suriah timur. Sementara 930 anggota suku itu dibunuh oleh milisi radikal.
Jumlah tersebut juga termasuk pembantaian baru-baru ini yang dilakukan ISIS di Kobani, utara Suriah.
SOHR telah mendokumentasikan setidaknya 223 eksekusi di Kobani, yang terletak di dekat perbatasan Turki, pada pekan ini.
Menurut kelompok pemantau yang berbasis di Inggris itu, ISIS juga telah mengeksekusi 216 milisi saingan dan pejuang Kurdi serta 900 tentara pemerintah Suriah.
Islam itu Eropa dan Eropa adalah Islam
Judul di atas saya petik dari pidato pejabat tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan. Namanya Federica Mogherini. Pidato itu ia sampaikan dalam konferensi ÔÇÿIslam dan EropaÔÇÖ di Brussels, Belgia, pada Rabu (24/6) lalu. Perempuan Italia ini memperoleh gelar doktor dari perguruan tinggi di Prancis pada 1994. Disertasinya adalah tentang Islam dan politik.
Di depan para peserta seminar -- politisi, akademisi, tokoh agama, dan para pemimpin masyarakat sipil Eropa --, penanggungjawab politik luar negeri dan kebijakan keamanan Uni Eropa itu menjelaskan banyak hal tentang pengaruh positif Islam dan umat Islam di masyarakat Eropa. Katanya, Islam sudah menjadi salah satu ciri dari identitas Eropa.
Menurut Mogherini, masyarakat yang plural adalah masa depan Eropa. Dan, Islam menjadi salah satu sumber dari keberagaman itu. ÔÇÿÔÇÿIslam adalah Eropa dan Eropa adalah Islam,ÔÇÖÔÇÖ ia menegaskan.
Dalam pandangan Mogherini, Islam dan umat Islam telah memberi pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat Eropa. Ia yakin pengaruh itu akan semakin besar pada masa yang akan datang  dan harus diterima bersama (sebagai fakta), dan tidak seharusnya menjadi sumber ketakutan bagi Eropa.
Karena itu, katanya, tidak aneh bila Islam kemudian menjadi salah satu faktor pembentuk wajah Eropa pada saat ini dan akan datang. Oleh sebab itu, lanjutnya, Islam harus menjadi kenyataan yang tak bisa ditolak. ÔÇÿÔÇÿKita tidak boleh takut menyampaikannya di depan publik, meskipun banyak pihak tidak ingin mendengarkannya,ÔÇÖÔÇÖ ujarnya seperti dikutip media al Sharq al Awsat.
Dalam konferensi yang diselenggarakan koalisi partai-partai sosialis demokratik di Parlemen Eropa itu, para pembicara juga menyoroti tentang fenomena munculnya kelompok-kelompok radikal keagamaan. Juga banyaknya pemuda Eropa yang bergabung dengan kelompok teroris di Suriah dan Irak seperti ISIS.  Mereka mengatakan, kelompok-kelompok itu merupakan tantangan bagi politik dalam dan luar negeri Eropa.
Menanggapi hal itu, Federica Mogherini meminta para insan media untuk tidak terlalu membesar-besarkan kelompok-kelompok radikal tersebut. Semakin mereka dibesarkan, katanya, akan makin banyak anak-anak muda Eropa yang tertarik kepada mereka. Mogherini berpandangan, kelompok-kelompok teroris seperti ISIS justeru menjadi musuh utama Islam. ÔÇÿÔÇÿUmat Islamlah yang justeru menjadi korban dari ideologi yang dikembangkan ISIS. Bukan hanya masyarakat Eropa,ÔÇÖÔÇÖ┬á katanya.
Ia mensinyalir ketertarikan para pemuda Eropa pada ISIS antara lain karena mereka sedang mencari jati diri. Mereka kemudian menjadi korban dari lingkup sosial, budaya, dan politik Eropa yang kurang ramah kepada mereka. Mogherini pun mengajak para pemimpin Eropa untuk lebih memperhatikan para anak muda itu, antara lain dengan menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan menolak pemikiran menyimpang lewat program pendidikan dan pengajaran.
Pernyataan para politisi yang tidak ramah kepada Islam, menurutnya,juga ikut memberi andil tentang munculnya ideologi radikal di kalangan anak muda Eropa. Untuk itu ia mengajak para pemimpin Eropa untuk mengikutsertakan anak-anak muda Muslim dalam program politik Eropa yang mengedepankan pluralistik masyarakat.
Beberapa hari sebelum konferensi ini, delegasi Uni Eropa juga telah menggelar pertemuan tahunan dengan para pemimpin agama yang melibatkan tokoh tiga agama besar di Eropa: Kristen, Islam, dan Yahudi. Mereka membahas tentang harmonisasi kehidupan masyarakat majemuk dalam menghadapi ideologi radikal. Menurut ketua majelis ulama Eropa yang bermarkas di Brussels, Khalid Hajji, dialog untuk menciptakan kehidupan yang lebih damai antarpemeluk agama sangat diperlukan dalam menghadapi ideologi radikal.
Menurut Hajji, para peserta pertemuan sepakat untuk terus melanjutkan dialog antarpenganut agama ini. Tujuannya untuk mencari solusi terhadap sikap ekstrim di masyarakat yang disebabkan oleh ideologi radikal dari para pemeluk agama. Hajji juga menyayangkan bahwa sikap dan pernyataan para politisi seringkali justru menjadi pemicu kebencian terhadap suatu agama. Meski ia tidak menyebut nama politisi di Eropa, namun bisa ditebak yang dimaksud adalah para politisi dan pihak-pihak di Eropa yang selama ini selalu menyebarkan kebencian pada Islam dan umat Islam semisal Geert Wilders. Nama yang terakhir ini merupakan politisi Belanda yang dikenal sangat membenci Islam.
Kita tentu menyambut baik pihak-pihak yang terus berusaha untuk menciptakan harmonisasi dan kedamaian di masyarakat, seperti halnya Federica Mogherini. Apalagi dengan posisinya yang tinggi di Uni Eropa, pengaruhnya tentu akan sangat besar, bukan hanya di negara-negara Eropa, tapi juga di dunia. Kehadiran tokoh seperti Mogherini semakin diperlukan di tengah dunia yang selalu dicemaskan oleh aksi-aksi teror seperti yang telah terjadi di Prancis, Kuwait, dan Tunisia dalam waktu yang hampir bersamaan beberapa hari lalu.
Seperti yang pernah saya tulis beberapa kali di rubrik ÔÇÿResonansiÔÇÖ ini bahwa kelompok-kelompok radikal, teroris, dan para simpatisannya tidak bisa hanya dihadapi dengan kekuatan senjata. Bahkan dengan koalisi militer internasional sekalipun. Lihatlah, apa yang terjadi dengan┬á Al Qaida-Taliban di Afghanistan ketika diserang habis koalisi militer pimpinan Amereka Serikat (AS).┬á Orang-orang al Qaida di Afghanistan memang berantakan, namun mereka justeru beranak-pinak dan menyebar ke berbagai negara dengan nama yang berbeda-beda.
Begitu juga dengan ISIS. Setahun lalu, AS menggalang koalisi 40 negara untuk menghabisi negara teroris pimpinan Abu Bakar al Baghdadi itu. Namun, ISIS kini justru lebih kuat dan kekuasaannya lebih luas di Suriah dan Irak.
Sikap radikal alias terorisme lahir dari sebuah ideologi. Sebuah ideologi tidak akan habis atau mati hanya karena serangan koalisi militer atau dihadapi dengan kekuatan bersenjata. Sebuah ideologi harus dihadapi dengan kontra-ideologi alias ideologi tandingan.
Kelompok-kelompok radikal dan ekstrimis juga tidak bisa dihadapi dengan kebencian, seperti yang dilakukan Geert Wilders dan para pengelola majalah Charlie Hebdo di Paris yang melecahkan Islam dan Nabi Muhammad SAW. Atau pun dengan membuat kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW di surat kabar Denmark Jyllands-Posten, atau juga yang dilakukan pendeta Amerika Serikat Terry Jones ketika membakar Alquran.
Kebencian akan melahirkan kebencian serupa. Sikap ekstrim akan juga memunculkan sikap ekstrim di pihak lain. Ujung-ujungnya dunia ini akan dipenuhi dengan berbagai kebencian. Pada akhirnya saling benci akan melahirkan tindakan ekstrim dan bahkan terorisme.
Karena itu, untuk mencegah ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme di masyarakat, yang diperlukan adalah koalisi kelompok-kelompok yang mempromosikan sikap toleran, moderat, dan tidak saling menafikkan. Kita membutuhkan tokoh-tokoh seperti Federica Mogherini, Pangeran Charles dari Inggris, dan lainnya. Mereka dan sejumlah tokoh lainnya di Eropa tidak henti-hentinya mempromosikan sikap terleransi di masyarakat, terutama di antara para pemeluk agama yang berbeda.
Kita tentu berharap akan muncul lebih banyak lagi pihak-pihak yang mempromosikan teleransi di tengah-tengah masyarakat. Bila pihak-pihak itu berkoalisi atau bekerja sama, di satu sisi mereka akan mempersempit gerak mereka-mereka yang menebarkan kebencian pada Islam dan di sisi yang lain akan mencegah munculnya sikap-sikap ekstrimisme di masyarakat.
Rusia Produksi Rudal Supersonik Canggih
Pakar-pakar militer Rusia mengabarkan produksi rudal supersonik Yu-71 di negara ini.
Seperti dilansir Sputnik, para pakar militer Rusia, Ahad (28/6) mengatakan, rudal canggih dan supersonik Yu-71 mampu melewati semua sistem pertahanan rudal yang ada sekarang ini.
Rudal supersonik Yu-71 hingga sekarang telah diuji coba sebanyak empat kali.
Pembuatan rudal tersebut memerlukan waktu beberapa tahun, di mana uji coba terbaru dilakukan pada 26 Februari 2015.
Produksi rudal supersonik Yu-71 merupakan bagian dari agenda Rusia untuk memodernisasi "Pasukan Rudal Strategis" negara ini.
Yu-71, merupakan program rudal rahasia Rusia dengan sandi "Project 4202". Rudal ini memiliki kecepatan hingga 11.200 km perjam.
Menlu Iran Berunding Intensif di Wina
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran telah melakukan pembicaraan bilateral dan intensif dengan timpalannya dari Amerika Serikat dan Jerman, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, dan Wakil Menlu Cina.
Negosiasi Mohammad Javad Zarif dengan John Kerry, Frank-Walter Steinmeier, Federica Mogherini, dan Wang Yi dilakukan pada Ahad (28/6) sore setelah Zarif bertemu dengan timpalannya dari Inggris, Philip Hammond. Demikian dilansir IRNA.
Pertemuan antara Menlu Iran dan AS kali ini merupakan pertemuan keempat mereka selama dua hari ini.
Sementara itu, Menlu Jerman sebelum bertemu dengan timpalannya dari Iran, keluar dari Hotel Coburg dan menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan.
Steinmeier menegaskan komitmen terhadap pernyataan Lausanne dan mengatakan, kesepakatan itu harus diubah ke dalam sebuah teks, dan mungkin ini tampak sederhana, namun ini pekerjaan yang sulit.
Pada Ahad malam, Menlu Iran kembali ke Tehran dan setelah satu hari, ia dijadwalkan kembali ke Wina.
Sebelum meninggalkan Wina, Zarif mengatakan bahwa kepulangannya itu sudah diagendakan sebelumnya.
Tehran dan Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Perancis, Inggris, Amerika Serikat ditambah Jerman) tinggal memiliki sehari lagi untuk mencapai kesepakatan komprehensif tentang isu nuklir Iran, sebab 1 Juli adalah tenggat waktu negosiasi.
Namun berdasarkan sejumlah laporan, perundingan itu kemungkinan akan diperpanjang hingga beberapa hari.
Thailand-Myanmar Musnahkan Narkoba Ratusan Juta Dolar
Pemerintah Thailand membakar tujuh ton narkoba senilai sekitar 600 juta dolar bertepatan dengan Hari Anti-Narkotika Internasional.
Surat kabar Bangkok Post menulis, Departemen Kesehatan Umum dan Kantor Makanan dan Obat (FDA) telah memverifikasi 7,340 kg narkoba sebelum membakarnya pada Jumat (26/6). Demikian dilansir IRNA.
Sementara itu, para pejabat Myanmar mengatakan, narkoba senilai sekitar 245 juta dolar telah dihancurkan dalam tiga tempat termasuk di pusat perdagangan Yangon dan kemudian dibakar.
Asia Tenggara khususnya Segitiga Emas (kawasan di bagian utara Asia Tenggara yang meliputi Burma, utara Laos dan bagian utara Thailand), merupakan pusat penting produksi narkoba di dunia.
Tingkat produksi opium di Segitiga Emas pada 2014 mencapai 762 ton, yaitu tiga kali lipat pada 2006.
Myanmar merupakan produsen opium terbesar di wilayah tersebut dan kedua di dunia setelah Afghanistan.
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), organisasi tingkat dunia yang khusus menangani kejahatan dan narkoba, telah menetapkan 26 Juni sebagai Hari Anti-Narkotika Internasional.
Kesepakatan Nuklir, Peluang Perbaikan Hubungan Iran-Barat
Kementerian Luar Negeri Austria menilai kesepakatan nuklir antara Republik Islam Iran dan Kelompok 5+1 sebagai peluang untuk memperbaikai hubungan antara Tehran dan Barat.
Martin Weiss, juru bicara Kemlu Austria mengatakan, jika negosiasi sampai pada kondisi di mana semua pihak dapat mencapai kesepakatan atas sebuah solusi, maka ini adalah peluang sangat baik bagi Iran untuk meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan Austria dan bahkan dengan dunia internasional. Demikian dilaporkan IRNA, Sabtu (27/6).
Weiss lebih lanjut menyinggung hubungan baik antara Austria dan Iran, dan mengatakan bahwa negaranya telah memiliki Kedutaan Besar dan Pusat Budaya di Tehran.
Di bagian lain pernyataannya, jubir Kemlu Austria menyinggung serangan cyber dan spionase terhadap tempat-tempat penyelenggaraan perundingan antara Iran dan Kelompok 5+1.
"Pencegahan terhadap segala bentuk spionase merupakan hal penting, dan penyelidikan terkait hal ini sedang dilakukan oleh para pakar Austria yang bekerjasama dengan pihak-pihak lain di perundingan ini termasuk Iran," jelas Weiss.
Tim perunding nuklir Iran dan Kelompok 5+1 berada di Wina untuk  melanjutkan penulisan draf Rencana Aksi Bersama.
1 Juli 2015 adalah tenggat waktu negosiasi antara Iran dan Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Inggris, Perancis ditambah Jerman) untuk mencapai kesepakatan final.
Pakistan Kecam Serangan Teroris di Kuwait
Pemerintah Pakistan mengecam serangan teroris di sebuah masjid Muslim Syiah di Kuwait.
Seperti dilansir IRNA, Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam pernyataannya, Jumat (26/6), menyampaikan simpati mendalam kepada keluarga para korban serangan bom bunuh diri di Masjid Imam Jafar Shadiq as di Kuwait.
Disebutkan bahwa rakyat dan pemerintah Pakistan mendoakan para korban terluka serangan tersebut supaya cepat pulih kembali.
Serangan bom bunuh diri di Masjid Imam Shadiq as di distrik al-Sawabir, Kuwait City, telah merenggut nyawa 27 orang dan melukai 227 lainnya.
Insiden tersebut terjadi ketika para jamaah sedang menunaikan shalat Jumat.
Serangan yang dilakukan oleh teroris ISIS itu telah menuai kecaman masyarakat internasional.
Kuwait Perketat Keamanan di Kilang-kilang Minyak
Juru bicara resmi Perusahaan Minyak Nasional Kuwait (KNPC) mengabarkan peningkatan langkah-langkah keamanan di sekitar instalasi minyak di negara ini.
Seperti dilaporkan Sky News, Khaled al-Asousi, Jumat (26/6) mengatakan, langkah-langkah keamanan telah ditingkatkan pasca serangan bom bunuh diri di Masjid Imam Jafar Shadiq as di Kuwait.
Ia menambahkan, meskipun selama beberapa waktu lalu telah diadopsi berbagai tindakan preventif di sekitar kilang-kilang minyak melalui kerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri Kuwait, namun peningkatan langkah-langkah ini sangat penting menyusul ancaman terorisme.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Kuwait, serangan bom bunuh diri di Masjid Imam Shadiq as di distrik al-Sawabir, Kuwait City, telah merenggut nyawa 27 orang dan melukai 227 lainnya.
Insiden tersebut terjadi ketika para jamaah sedang menunaikan shalat Jumat.
Sebarkan Kekerasan, Puluhan Masjid di Tunisa akan Ditutup
Pemerintah Tunisia berencana menutup puluhan masjid yang diduga menyebarkan ajaran kekerasan.
Habib Essid, Perdana Menteri Tunisia mengatakan, pemerintah akan menutup 80 masjid yang keluar dari kontrol dan digunakan untuk menghasut kekerasan. Demikian dilaporkan IRNA mengutip Reuters, Sabtu (27/6).
Menurutnya, penutupan itu akan berlangsung dalam waktu sepekan dan dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri Tunisia.
"Sejumlah masjid terus menyebarkan propaganda dan mereka mendukung terorisme," imbuh Essid dalam jumpa pers, Jumat.
Keputusan tersebut diambil setelah orang-orang bersenjata di tepi pantai dekat Hotel Imperiale Marhaba di Sousse, Tunisia menembaki wisatawan asing secara membabibuta.
Serangan pada Jumat itu telah menewaskan 39 orang termasuk turis dari Inggris, Jerman, Belgia, Prancis dan Irlandia.
Insiden tersebut adalah serangan kedua setelah Maret lalu kelompok militan menewaskan 22 orang, kebanyakan warga asing, di sebuah musim.