کمالوندی

کمالوندی

Pertemuan Menteri Luar Negeri Iran dan Jerman untuk membahas penyelesaian friksi dalam mencapai kesepakatan potensial nuklir, digelar di Wina, Austria.

IRNA (10/7) melaporkan, Frank Walter Steinmeier, Menlu Jerman, Jumat (10/7) petang waktu Wina, bertemu dengan Mohammad Javad Zarif sejawatnya dari Iran.

Menlu Iran, pada hari yang sama juga menggelar pertemuan segitiga dengan Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa dan John Kerry, Menlu Amerika Serikat di Wina.

Pasca pertemuan segitiga itu, digelar pertemuan internal dan koordinasi Kelompok 5+1.

Philip Hammond, Menlu Inggris berharap dalam beberapa jam ke depan, dengan kerja sama Iran dan Kelompok 5+1, sejumlah masalah dapat diselesaikan.

Uni Eropa juga mengumumkan, “Dengan maksud untuk melanjutkan perundingan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1 di Wina, penundaan sanksi atas Tehran diperpanjang hingga 13 Juli.”

Pemerintah Amerika, Jumat (10/7) mengatakan, ““Untuk memberikan waktu lebih banyak pada perundingan, hingga 13 Juli kami akan melakukan langkah-langkah teknis darurat guna mengokohkan keabsahan kesepakatan nuklir sementara.”

Deputi Menteri Luar Negeri Iran urusan Asia dan Pasifik menyatakan Republik Islam bertekad untuk meraih kesepakatan komprehensif yang adil.

"Iran saat ini berada dalam tahapan penting perundingan untuk menyelesaikan masalah nuklirnya," ujar Ebrahim Rahimpour, seperti dilansir IRNA.

Di bagian lain statemennya yang disampaikan di sela-sela pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) hari Jumat (10/7), Rahimpour menyinggung kebijakan Republik Islam dalam peningkatan hubungan dengan semua negara, terutama 15 negara tetangga.

Iran, tutur Rahimpour, menyambut anggota baru Organisasi Kerjasama Shanghai, dan menilainya akan membantu memperkuat terwujudnya perdamaian dan keamanan yang berkelanjutan di kawasan.

"Republik Islam Iran, kelompok BIRC, Organisasi Kerjasama Shanghai, dan Uni Ekonomi Eurasia memiliki potensi besar bagi kerjasama negara-negara regional, dan transregional," tegasnya.(

Kepala Islamic World Science Citation Center (ISC), Mohammad Javad Dehqani mengatakan tiga universitas Iran berada di antara 100 universitas terbaik di Asia.

“The Times Higher Education (THE) telah merilis daftar peringkat universitas terbaik di Asia untuk tahun 2014-2015 dan Universitas Teknologi Sharif sebagai kampus terbaik di Iran menduduki peringkat 43,” ujar Dehqani kepada wartawan IRIB pada Ahad (5/7/2015).

Setelah Universitas Teknologi Sharif, jelasnya, Universitas Teknologi Isfahan berada di peringkat 61 dan Universitas Sains dan Teknologi Iran untuk pertama kalinya berhasil menempati posisi 69 di antara 100 kampus terbaik di Asia.

Dalam daftar peringkat terbaru itu, Universitas Tokyo, Jepang menduduki tempat pertama sebagai kampus terbaik Asia.  

The Times Higher Education merupakan salah satu lembaga pemeringkat sistem pendidikan yang diakui oleh dunia.

THE dalam menyusun peringkat universitas mempertimbangkan banyak faktor, termasuk standar pendidikan, riset, pencapaian di bidang teknologi dan popularitas kampus tersebut di mata dunia.

Bantuan rakyat Republik Islam Iran kepada warga Palestina yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di Lebanon telah diserahkan. Bantuan yang meliputi bahan-bahan makanan itu diberikan bertepatan dengan malam-malam Lailatul Qadar di bulan suci Ramadhan.

Kedutaan Besar Iran di Beirut, Selasa (7/7) membagikan bantuan bahan-bahan makanan yang meliputi 5.000 paket dari 17 jenis barang kepada warga Palestina yang membutuhkan.

Bantuan tersebut serahkan kepada kelompok-kelompok Palestina di 12 kamp di Lebanon.

Ini adalah tahun ke-12 penyerahan bantuan rakyat Iran kepada warga tertindas Palestina di berbagai kamp di Lebanon.

Saat ini, sekitar 500.000 warga Palestina berada di Lebanon.

Khatib shalat Jumat Tehran mengatakan, muqawama merupakan satu-satunya jalan kemenangan untuk rakyat Palestina dan pembebasan al-Quds dari tangan penjajah.

Ayatullah Sayid Ahmad Khatami dalam khutbah Jumat pekan ini, menyinggung pendudukan bumi Palestina yang sudah lebih dari enam dekade dan mengatakan, pertemuan, perundingan dan perjanjian yang sejauh ini digagas untuk Palestina, tidak memberikan hasil dan sama sekali tidak membawa kebaikan untuk rakyat di wilayah itu.

“Jika sejauh ini ada kemajuan positif yang dicapai untuk pembebasan Palestina, maka kemajuan itu diperoleh melalui intifadah dan muqawama. Budaya muqawama ini juga telah mengantarkan bangsa Iran menuju kemenangan 36 tahun lalu dan mereka mempertahankan budaya ini selama bertahun-tahun,” tambahnya.

Ayatullah Khatami menganggap kejahatan rezim Zionis Israel selama pendudukan mereka, termasuk pembantaian di Sabra dan Shatila dan Gaza serta penghancuran rumah sakit dan masjid-masjid, sebagai noktah hitam anti-kemanusiaan rezim itu. Menurutnya, Israel sudah dekat dengan kehancuran meski menikmati dukungan dari kekuatan-kekuatan global.

Pada kesempatan itu, Ayatullah Khatami menyebut pawai akbar Hari Quds Sedunia tahun ini di seluruh Iran, lebih meriah dan lebih herois dari tahun-tahun sebelumnya. Dia mengatakan, bangsa Iran dengan berlepas tangan dari kaum musyrikin, menyampaikan pesan kepada dunia bahwa mereka tetap komitmen untuk memperjuangkan hak-hak dan cita-cita Revolusi Islam, termasuk pembebasan al-Quds al-Sharif dan kemenangan bangsa Palestina terhadap rezim penjajah.

Menurutnya, negara-negara Islam perlu bersatu untuk menghapus rezim Zionis dan ia menganggap bermanfaat proposal Iran tentang pelaksanaan sebuah referendum di Palestina untuk menyelesaikan masalah di wilayah itu.

“Rakyat Palestina harus memutuskan nasib mereka sendiri dan mereka bisa memberikan legitimasi untuk pihak yang mereka inginkan,” tegas Ayatullah Khatami.

Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khatami menyoroti proses perundingan nuklir dan menerangkan, mencapai sebuah kesepakatan yang baik dan sejalan dengan kepentingan Iran, merupakan sikap tegas Pemimpin Besar Revolusi Islam, para pejabat dari tiga lembaga tinggi negara dan bangsa Iran. Semua pihak termasuk tim perunding nuklir memiliki pandangan yang sama dalam hal ini.

Berkenaan dengan perubahan sikap Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir dan publikasi berita yang simpang siur dalam masalah itu, Ayatullah Khatami menjelaskan, para pejabat Washington melanggar janji dan ini membuktikan bahwa AS sama sekali tidak bisa dipercaya.

Di bagian akhir pidatonya, khatib Jumat Tehran menyampaikan penyesalan atas munculnya tragedi kemanusiaan di Yaman dan menegaskan, rezim Al Saud telah memberi pelayanan prima kepada rezim Zionis dan pada akhirnya kemenangan akan diraih oleh rakyat Yaman.

Pengadilan Tinggi Malaysia menjatuhkan vonis bebas bagi empat wisatawan asing asal Iran, yang didakwa terlibat dalam penyelundupan narkotika.

Keputusan hakim keluar setelah keempat warga Iran itu menjalani masa tahanan selama dua tahun.

IRNA melaporkan, Kepala pengadilan tinggi Malaysia, Muhammad Azman Hussain hari Jumat (10/7) menyatakan jaksa penuntut tidak berhasil menunjukkan bukti kasus narkotika terhadap keempat warga Iran itu.

Pada tahun 2013, empat wisatawan Iran ditangkap di hotel tempat mereka tinggal dengan tudingan menyimpan narkotika. Tapi kemudian, jaksa tidak bisa membuktikan narkotika tersebut milik mereka.

Berdasarkan undang-undang Malaysia yang ditetapkan sejak tahun 1952, orang yang menyimpan maupun membawa lebih dari empat gram narkotika akan dijatuhi hukuman mati.

Kini, sekitar dua ribu warga negara asing yang mendekam di penjara Malaysia dengan dakwaan kasus narkotika sedang menanti masa tahanannya berakhir maupun menunggu eksekusi hukuman mati.

Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran dalam pertemuannya dengan Menteri Kebudayaan Armenia menekankan pentingnya konferensi, budaya untuk politik dan politik untuk budaya.

IRNA (10/7) melaporkan, Ali Jannati, Menbud Iran yang saat ini sedang berada di Yerevan, ibukota Armenia, Jumat (10/7) bertemu dengan Hasmik Poghosyan, Menteri Kebudayaan negara itu. Kedua pihak membahas hubungan budaya dua negara.

Jannati yang rencananya akan berpidato di konferensi “Politik untuk Budaya dan Budaya untuk Politik”, Sabtu (11/7) mengatakan, “Konferensi ini mengusung tema yang sangat penting dan digelar di waktu yang krusial seperti sekarang ini.”

Menbud Iran menambahkan, “Peristiwa-peristiwa di kawasan dan ekstremisme atas nama agama di wilayah ini menegaskan pentingnya konferensi yang digelar atas kerja sama Kementerian Kebudayaan Armenia dengan UNESCO, serta dihadiri oleh beberapa negara.”

Dalam kesempatan itu juga disepakati rencana pembuatan film bersama terkait pariwisata dua negara, digelarnya pekan budaya, penerjemahan dan penerbitan buku-buku Persia ke bahasa Armenia, dan sebaliknya untuk menjaga warisan budaya dua negara.

Sabtu, 11 Juli 2015 11:07

Rahbar: Pengadilan harus Independen

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menegaskan urgensi independensi pengadilan.

Dalam pertemuan dengan pejabat tinggi pengadilan dan mahkamah agung Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menyinggung pentingnya independensi pengadilan dan supremasi hukum.

"[pengadilan] harus tegar berdiri ketika berhadapan dengan berbagai faktor yang melemahkan independensinya seperti: ancaman, intervensi, dan tekanan publik, serta harus berpijak pada prinsip dan metode hukum yang benar," ujar Rahbar Minggu sore (28/6).

Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei mengingatkan bahwa kekuasaan jawatan pengadilan bukan kepentingan kuasa politik, atau partai, tapi berdiri menegakkan kebenaran.

Menurut Rahbar, "Supremasi hukum dan kredibilitas total" jawatan pengadilan sebagai dua faktor berpengaruh dalam mewujudkan independensi pengadilan.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut seruan "netralitas penyair dalam pertarungan antara haq dan batil" sebagai tidak bermakna, dan jika penyair dan seniman bersikap netral terhadap perang antara kebenaran dan kebatilan, maka pada prakteknya ia telah merusak bakat dan nikmat Tuhan yang telah diberikan kepadanya.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengemukakan hal itu dalam pertemuannya dengan para budayawan, sastrawan dan penyair Iran serta penyair-penyair dari India, Pakistan, Afghanistan, Tajikistan dan Azerbaijan, Rabu (1/7) malam, seperti dilaporkan IRNA mengutip situs informasi kantor Rahbar.

Dalam pertemuan yang bertepatan dengan kelahiran Imam Hasan Mujtaba as itu, Ayatullah Khamenei mengucapkan selamat atas kelahiran cucu Rasulullah Saw ini.

Rahbar lebih lanjut menyinggung kemungkinan penggunaan dua arah dari syair sebagai sarana efektif , yaitu bisa digunakan untuk "membimbing audien" atau untuk "menyesatkannya ke arah jalan yang keliru. "

Ayatullah Khamenei menuturkan, hari ini, dengan perkembangan alat-alat baru media, sejumlah pihak berusaha menempatkan syair untuk melayani budaya yang tak terkendali dan untuk mencari keuntungan pribadi serta memuji penindasan.

Menurutnya, upaya itu dilakukan dengan cara menyimpangkan syair dari suasana lembut dan rasa heroik serta revolusioner, dan menjauhkannya dari norma-norma kemanusian serta menempatkannya di bawah pengaruh naluri seksual.

Di bagian lain pidatonya, Rahbar mengapresiasi resistensi sebagian penyair muda dalam melawan upaya tersebut.

Hari ini, kata Ayatullah Khamenei, setiap syair yang anti-penindasan dan  dalam rangka untuk tujuan-tujuan umat Islam termasuk tentang Yaman, Bahrain, Lebanon, Jalur Gaza, Palestina dan Suriah, merupakan aplikasi dari syair yang bijak.  

Rahbar menyebut seruan untuk netral bagi penyair dalam menyikapi peperangan antara haq dan batil sebagai tidak berarti.

Ayatullah Khamenei menegaskan, jika penyair dan seniman bersikap netral atas perang antara kebenaran dan kebatilan, maka dalam prakteknya ia telah merusak bakat dan nikmat yang telah diberikan Tuhan, dan jika syairnya digunakan untuk melayani front kebatilan, maka itu adalah pengkhianatan dan kejahatan.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran lebih lanjut menyinggung peringatan pemboman kimia Sardasht yang dilakukan oleh rezim Baath Irak terhadap penduduk Iran.

Rahbar menilai ketertindasan rakyat Iran itu sebagai contoh penting dan mengejutkan untuk merefleksikan kepada dunia dengan bahasa syair.

Ayatullah Khamenei menuturkan, media-media dunia yang berada di bawah dominasi Amerika Serikat, Inggris dan Zionis, terkadang meluncurkan propaganda kontroversial untuk nyawa seekor hewan, namun media-media ini hanya bungkam atas kejahatan rezim Baath di Sardasht dan kejahatan-kejahatan serupa lainnya seperti pemboman di Yaman dan agresi militer Israel ke Gaza dan Lebanon.

Di awal pertemuan tersebut, lebih dari 20 penyair mebacakan syair-syair mereka di hadapan Ayatullah Khamenei.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut peran guru, dosen dan profesor dalam mendidik generasi pekerja keras, Mukmin, dan pionir serta terdepan sebagai peran yang tak tertandingi.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengemukakan hal itu dalam pertemuannya dengan para guru, dosen, profesor dan anggota delegasi-delegasi ilmiah serta peneliti dari seluruh Iran, Sabtu (4/7) sore.

"Percepatan ilmiah Iran tidak boleh berkurang," kata Rahbar ketika menekankan pentingnya untuk menghindari marginasilasi dalam lingkungan keilmuan.

Ayatullah Khamenei menilai pengaruh alamiah dosen dalam hati dan jiwa mahasiswa sebagai peluang yang luar biasa.

Kalian, kata Rahbar, harus memanfaatkan peluang ini untuk mendidik para pemuda yang religius dan memiliki kehormatan nasional, penuh motivasi, berakhlak, memiliki rasa percaya diri dan harapan atas masa depan. Dan didiklah "lengan-lengan" kuat untuk kemajuan Iran, tegasnya.

Ayatullah Khamenei menyebut kemandirian dari ketergantungan asing, pemahaman benar tentang posisi Iran dan kepekaan serta ketegasan dalam melawan upaya rongrongan terhadap kemandirian bangsa negara ini sebagai keistimewaan lain yang diperlukan bagi para generasi muda.

"Para dosen terhormat akan mendidik generasi seperti ini dengan metode dan karakter mereka," tuturnya.  

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran lebih lanjut menyebut para dosen sebagai para komandan perang lunak.

Rahbar menuturkan, sebagaimana para komandan dalam Perang Pertahanan Suci selama delapan tahun, kalian harus berpartisipasi nyata dalam peperangan penting ini untuk memimpin para mahasiswa, yaitu para perwira perang lunak, di mana medan ini adalah sebuah "pertahanan suci."

Ayatullah Khamenei menyebut prestasi Iran yang berada di peringkat ke-16 di sektor ilmu pengetahuan dunia sebagai hasil dari upaya tanpa henti di berbagai universitas dan pusat ilmiah selama beberapa tahun terakhir.

Percepatan ilmiah yang menjadi kebanggaan Iran, kata Rahbar, hari ini telah berkurang, dan para pejabat harus melipatgandakan upayanya agar gerakan kemajuan ilmiah tidak tertinggal, dan percepatannya harus sesuai dengan kebutuhan Iran.  

Di bagian lain pidatonya, Rahbar menfokuskan pentingnya upaya serius para pejabat untuk pengembangan ilmiah disektor humaniora.

Menurutnya, pengembangan tersebut penting, di mana hal ini memerlukan semangat internal di universitas-universitas dan pusat-pusat seperti Dewan Tinggi Revolusi Budaya dan Dewan Pengembangan Humaniora, serta membutuhkan dukungan dari badan-badan eksternal.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut peran para dosen dan badan-badan manajemen ilmiah negara dalam melawan propaganda musuh sebagai penting.

"Tujuan musuh menerapkan sanksi, tidak ada hubungannya dengan aktivitas nuklir atau persoalan lain seperti Hak Asasi Manusia dan terorisme, sebab, mereka sendiri merupakan pusat utama terorisme dan anti-HAM," jelasnya.

Rahbar mengatakan, tujuan musuh adalah mencegah bangsa Iran mencapai posisi peradaban yang selayaknya, di mana kita harus melanjutkan gerakan penuh kebanggaan negara ini dengan mengenal dan memahami detil posisi kita, serta dalam hal ini, peran para dosen dan pusat-pusat ilmiah sangat menonjol.

 

Di permulaan pertemuan tersebut, beberapa dosen menjelaskan pandangan-pandangan mereka tentang berbagai isu.