کمالوندی

کمالوندی

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengatakan, solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah terkini Dunia Islam adalah mematuhi perintah Al Quran dan tidak tunduk pada tekanan-tekanan Jahiliyah Modern serta bangkit melawan serangan jahiliyah ini.

Ayatullah Khamenei, Rahbar, Sabtu (23/5) bersamaan dengan milad Abul Fadhl Abbas as, dalam pertemuannya dengan para peserta MTQ internasional Tehran menuturkan, ÔÇ£Hari ini, sungguh disayangkan, Dunia Islam menderita kelemahan, kemiskinan, konflik dan perang saudara akibat tekanan pemerintahan-pemerintahan jahil. Satu-satunya cara untuk menghadapi tekanan-tekanan ini adalah mematuhi perintah Al Quran dan memupuk tekad kuat untuk bergerak ke arah tujuan yang tinggi.ÔÇØ

Rahbar menambahkan, ÔÇ£Jika diambil satu langkah menuju tujuan Qurani, maka Allah Swt akan memberikan kekuatan tambahan, dan ini dirasakan oleh rakyat Iran. Dengan perlawanannya atas semua tekanan, rakyat Iran mendapatkan kemampuan dan harapan yang lebih besar.ÔÇØ

Ayatullah Khamenei menilai pemanfaatan pengalaman bangsa Iran dalam melawan kekuatan-kekuatan besar dunia, merupakan solusi bagi masalah-masalah Dunia Islam. ÔÇ£Upaya menciptakan konflik dan perpecahan di antara umat Islam, hari ini menjadi salah satu agenda utama musuh. Oleh karena itu, mereka harus waspada jangan sampai meneriakkan perpecahan dan menjadi corong musuh Islam dan Al Quran,ÔÇØ ujarnya.

Setiap pangkal kerongkongan yang digunakan untuk meneriakkan perpecahan, katanya, adalah corong musuh. Rahbar menjelaskan, ÔÇ£Upaya menciptakan perpecahan lewat isu Sunni-Syiah, Arab-Non-Arab, kesukuan, etnis dan fanatisme kebangsaan, termasuk agenda musuh-musuh umat Islam yang harus dihadapi dengan kesadaran dan tekad yang kuat.ÔÇØ

Menurut Rahbar, ulama, intelektual, penulis, mahasiswa, peneliti, qari dan hafiz Quran memikul tanggung jawab yang lebih besar dalam menyebarluaskan Kebangkitan Islam.

ÔÇ£Masyarakat harus diberi kabar gembira tentang jalan yang ditunjukkan Al Quran,ÔÇØ kata Rahbar.

Ia menandaskan, ÔÇ£Kebangkitan Islam adalah sebuah realitas yang tidak akan pernah musnah, dan dampaknya akan semakin meluas dari hari ke hari.ÔÇØ

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menegaskan bahwa segala bentuk inspeksi atas situs militer Iran tidak akan pernah diizinkan.

Ayatullah Khamenei, Rabu (20/5) pagi di acara wisuda taruna militer Universitas Imam Hussein as menyinggung arogansi baru yang ditunjukkan dalam perundingan nuklir, termasuk permintaan untuk menginspeksi pusat-pusat militer dan dialog dengan ilmuwan-ilmuwan nuklir Iran.

Rahbar menuturkan, "Permintaan ini tidak akan pernah dikabulkan, dan musuh harus tahu bahwa rakyat dan pemerintah Iran tidak akan tunduk pada arogansi dan intimidasi dengan alasan apapun.

Ayatullah Khamenei menilai salah satu tantangan yang dihadapi Republik Islam Iran adalah intimidasi dan arogansi pihak lawan perundingan. "Musuh masih tidak mengenal dengan baik rakyat dan pemerintah Iran dengan terus mengeluarkan kata-kata memaksa, pasalnya rakyat dan pemerintah Iran, yang berasal dari rakyat, tidak akan pernah tunduk pada paksaan sampai kapanpun," ujarnya.

Rahbar menegaskan, setiap kali kita mundur dalam menghadapi arogansi pihak lawan, maka mereka akan bergerak maju. Ia menjelaskan, "Untuk menghadapi arogansi ini harus dibangun tembok kokoh dari tekad, tawakal dan kekuatan nasional."

Menurutnya, rakyat Iran akan mampu melewati tantangan-tantangan ini dengan bertawakal kepada Allah Swt dan percaya diri. "Kami tidak akan membiarkan pihak asing masuk dan menginterogasi ilmuwan serta putra-putra mulia bangsa ini," katanya.

Rahbar melanjutkan, "Para perunding nuklir harus menunjukkan pesan keagungan bangsa Iran dalam perundingan."

Rahbar juga menyinggung soal sejumlah pemberitaan terkait upaya para pengganggu dan beberapa negara kawasan Teluk Persia untuk menyeret perang proxy ke perbatasan Iran. "Jika sampai terjadi gangguan, reaksi Republik Islam Iran akan sangat keras," tegasnya.

Pada saat yang sama Rahbar juga menyoroti propaganda musuh terkait pengucilan Iran dan menerangkan, "Pemerintah Islam sejak awal sampai saat ini selalu memiliki tempat di hati rakyat dan bukti jelasnya, simpati kuat rakyat sejumlah negara dunia kepada pemimpin Iran dalam 36 tahun ke belakang."

 

Rahbar menambahkan, "Pemerintah Iran yang dengan berani terjun di medan tempur ini harus tahu bahwa satu-satunya cara menghadapi musuh yang tidak punya malu, adalah tekad kuat dan tidak reaktif."

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, rakyat Yaman, Bahrain, dan Palestina berada di bawah penindasan dan Iran mendukung bangsa tertindas.

Rahbar menyampaikan hal itu dalam pertemuan dengan para pejabat Iran dan duta besar negara-negara Muslim di Tehran, Sabtu (16/5/2015), bertepatan dengan perayaan Hari MabÔÇÖas, yang menandai pengutusan Muhammad sebagai Rasul Saw.

Ayatullah Khamenei menuturkan, pada bulan haram (suci), kaum musyrik Makkah memilih menghentikan perang, namun sekarang terdapat orang-orang yang membunuh rakyat Yaman di bulan haram.

ÔÇ£Penebar ketidakamanan dan pelaku pembantaian di Yaman adalah beberapa negara di Timur Tengah, tetapi mereka termakan tipuan,ÔÇØ tegas Rahbar.

Menurut Rahbar, Jahiliyah modern dilahirkan dengan kemampuan yang luar biasa dan ratusan kali lipat lebih berbahaya dari Jahiliyah di era permulaan Islam. Tentu saja, Islam hari ini juga sudah memiliki kekuatan yang besar dan tersebar luas di dunia dengan berbagai sarana.

Ayatullah Khamenei kembali menegaskan bahwa Republik Islam Iran semampunya akan mendukung bangsa-bangsa tertindas.

Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei mengatakan, pengalaman Iran selama 35 tahun menunjukkan bahwa bangsa Muslim dengan menjaga dua prinsip yaitu kearifan dan tekad, mampu berhadapan dengan Jahiliyah modern dan mengalahkannya.

Rahbar menyeru negara-negara regional untuk mewaspadai kebijakan arogansi dunia yang menciptakan musuh bayangan dan menakut-nakuti negara-negara tersebut terhadap sesama. ÔÇ£Mereka sedang berusaha mengamankan rezim arogan dan Zionis, dan menciptakan permusuhan di tengah negara-negara Islam. Jadi, kita harus melawan kebijakan yang disebut Jahiliyah modern ini,ÔÇØ tegasnya.

Menurut Ayatullah Khamenei, dalam kondisi sekarang poros utama kebijakan busuk rezim arogan di kawasan adalah menciptakan perang proxy. ÔÇ£Mereka tengah mengejar kepentingannya dan memenuhi brankas perusahaan-perusahaan senjata. Oleh karena itu, negara-negara regional perlu waspada sehingga tidak terjebak dalam kebijakan tersebut,ÔÇØ jelasnya.

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menekankan Amerika Serikat tidak mengejar keamanan di wilayah Teluk Persia dan juga tidak punya kelayakan untuk berbicara tentang itu. Beliau menambahkan, jika kawasan Teluk Persia aman, semua negara regional akan menikmati keamanan tersebut, namun jika Teluk Persia tidak aman, maka ketidakamanan akan dirasakan oleh semua negara.

Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei menerangkan bahwa AS adalah sponsor utama dan arsitek terorisme di dunia. ÔÇ£Washington adalah sponsor utama dan desainer terorisme, sementara Tehran dengan tegas memerangi teroris yang didukung dan didanai oleh AS dan dalam kondisi seperti itu, Iran tetap dituding mendukung terorisme,ÔÇØ tandasnya.

Perdana Menteri Irak mengumumkan, komandan-komandan militer yang melakukan pelanggaran akan diadili. Haider Al Abadi, PM Irak menegaskan, sebuah komite sudah dibentuk untuk menyelidiki sebab mundurnya pasukan Irak dari kota Ramadi, pusat Provinsi Al Anbar.

Al Abadi mengatakan, jika terbukti ada komandan yang bermaksud buruk menginstruksikan bawahannya mundur dari Ramadi, pasti akan diadili di mahkamah militer. Sebelumnya, pasukan Irak, Juni 2014 lalu juga mundur dari kota Mosul, pusat Provinsi Ninawa, sehingga membuka peluang bagi ISIS untuk menduduki kota tersebut. Sejumlah komandan pasukan Irak yang terlibat dalam kasus itu sampai sekarang masih menjalani proses interogasi.

Pada kondisi seperti ini, anggota Parlemen Irak menilai pencopotan Gubernur Ninawa sebagai peringatan bagi para aktor asing.

Alia Nassif, anggota Parlemen Irak dari Koalisi Negara Hukum, dalam pernyataannya menyambut baik pemecatan Atheel Al Nujaifi, Gubernur Ninawa, Utara Irak dan menyebut pencopotan Al Nujaifi sebagai prestasi nasional.

Nassif mengatakan, Al Nujaifi dituduh bekerjasama dan melakukan mata-mata untuk pihak asing, dan menjalin kontak dengan kelompok-kelompok teroris. Pencopotan Al Nujaifi, ujarnya, menjadi peringatan bagi semua pihak yang ingin menerapkan mekanisme asing di Irak. Anggota Parlemen Irak itu menambahkan, Al Nujaifi mengorbankan kepentingan nasional dengan menyerahkan Provinsi Ninawa kepada para teroris Takfiri, ISIS dan mengkhianati bangsanya sendiri.

Dengan suara mayoritas, Parlemen Irak sepakat mencopot Al Nujaifi dari posisinya sebagai Gubernur Ninawa. Di detik-detik pertama serangan ISIS ke Mosul pada 10 Juni 2014, Al Nujaifi menyerahkan kota ini kepada para teroris tanpa memberikan perlawanan sedikitpun dan setelah itu melarikan diri ke Kurdistan, Irak.

Pada saat yang sama, Pemimpin wilayah Kurdistan, Irak mengumumkan tidak akan bekerjasama dengan komite penyelidik yang mengungkap sebab jatuhnya kota Mosul, Utara Irak ke tangan para teroris ISIS.

Shwan Taha, salah satu pejabat wilayah Kurdistan, dalam pertemuan dengan sejumlah pemimpin Kurdi, mengutip Masoud Barzani, Pemimpin Kurdistan, Irak mengatakan, Barzani sampai kapanpun tidak akan pernah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari komite yang menyelidiki sebab jatuhnya kota Mosul.

Bersamaan dengan penegasan petinggi Irak untuk menindak tegas para pengkhianat dan pelanggar, militer Irak berhasil mencapai sejumlah kemenangan dari teroris dan membersihkan beberapa wilayah lain yang diduduki ISIS.  

Operasi besar ÔÇ£Labaik Ya IraqÔÇØ digelar oleh ribuan pasukan sukarelawan rakyat, pasukan suku dan militer Irak. Dalam operasi itu, pasukan gabungan Irak menyerang markas-markas ISIS di beberapa wilayah Timur kota Ramadi dan berhasil merebut dua wilayah strategis Al Sahariya dan Al Habaniya yang terletak di bagian Timur Ramadi.

Komandan Operasi militer Irak mengumumkan, operasi besar pembebasan Ramadi dimulai dari wialayah Hasiba Timur.

Wilayah Hasiba Timur terletak di tujuh kilometer kota Ramadi dan pasukan sukarelawan rakyat bersama militer Irak saat ini sudah ditempatkan di wilayah itu dan siap melancarkan serangan luas ke pusat kota Ramadi.

Di sisi lain, Jenderal Nasser Al Ghannam, Komandan Operasi Al Jazira dan Al Badia, Provinsi Al Anbar mengumumkan, unit-unit tempur Irak sudah sampai di wilayah Baghdadi dan Hadisa, Barat Laut Irak dan siap membersihkan Al Anbar dari para teroris ISIS.   

Dari wilayah Tharthar, Utara kota Ramadi dilaporkan bahwa wilayah ini sudah bersih dari anasir-anasir teroris pasca serangan militer Irak dan sukarelawan rakyat.

Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Yukiya Amano Jumat (29/5) sore merilis laporan terbarunya terkait aktivitas nuklir Republik Islam Iran dan menyerahkannya kepada 35 anggota Dewan Gubernur untuk dikaji. Amano di laporannya seraya mengisyaratkan proses kerjasama Republik Islam Iran dan IAEA menyatakan, organisasi ini membenarkan tidak adanya penyimpangan dalam aktivitas nuklir Tehran.

Laporan Amano membenarkan bahwa Iran melaksanakan komitmennya terkait program aksi bersama yang dikenal dengan kesepakatan Jenewa dan statemen bersama Iran-IAEA yang ditandatangani pada November 2013. Amano juga menekankan seluruh aktivitas nuklir Iran berada di bawah koridor perlindungan komprehensif (safeguards) sepenuhnya berstatus sipil dan tidak ada penyimpangan.

Terkait jawaban Iran terhadap pertanyaan yang diajukan IAEA, juga ditekankan dilaporan terbaru Amano bahwa di tujuh langkah kerjasama timbal balik, Iran telah memberikan informasi yang diperlukan serta bekerjasama dengan baik. Dirjen IAEA di laporannya juga mengisyaratkan pertemuannya dengan Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif di New York pada 27 April 2015 dan mengingatkan bahwa pertemuan tersebut fokus pada mekanisme percepatan penyelesaian masalah yang tersisa dan pengawasan terhadap pembuktian (verifikasi) IAEA terhadap langkah-langkah yang berkaitan dengan nuklir berdasarkan program aksi bersama.

Meski demikian, Amano di sebagian laporannya dengan tema transparansi masalah yang belum terpecahkan menggulirkan berbagai klaim soal pelaksanaan protokol tambahan oleh Iran dan dimensi baru kemungkinan penyelewengan program nuklir Iran ke arah militer (Possible Military Dimensions/PMD). Amano dalam hal ini menunjukkan sikap dualismenya dan memunculkan keraguan serta ambiguitas.

Sebagian besar laporan Amano berkisar mengenai data parsial dan tidak penting berkaitan dengan lokasi, jumlah dan ragam mesin sentrifugal, jumlah bahan baku, laman bahan bakar yang diproduksi, investigasi berulang serta pengambilan sampel. Informasi yang diberikan kepada anggota Dewan Gubernur IAEA dan khususnya perilisannya di media kerap diprotes Republik Islam Iran.

Reza Najafi, wakil Republik Islam Iran di IAEA  seraya mengkritik pola laporan ini menandaskan, telah berulang kali dinyatakan bahwa sikap seperti ini menuai protes berkali-kali dari Gerakan Non-Blok (GNB), namun IAEA masih saja melanjutkan ulahnya tersebut.

Selain itu, Amano di bagian lain laporannya mengisyaratkan tidak dilaksanakannya protokol tambahan oleh Iran, padahal pada dasarnya sampai saat ini protokol tambahan belum juga diterima oleh Iran dan Tehran menyatakan, resolusi Dewan Keamanan PBB terkait urgensitas menerima protokol tambahan adalah ilegal.

Salah satu poin klaim Amano yang kerap diulang dalam berbagai laporan sebelumnya adalah kemungkinan dimensi militer di program nuklir Iran dan penebaran ambiguitas dalam kasus ini. Seraya menjelaskan bahwa IAEA terus melanjutkan verifikasi tidak adanya penyimpangan bahan baku nulir yang telah diumumkan Iran di berbagai situs nuklir serta lokasi di luar reaktor nuklir, Amano mengklaim, IAEA bukan pada posisi memberikan laporan terkait jaminan kebenaran soal tidak adanya aktivitas dan bahan baku nuklir yang belum dijelaskan. Oleh karena itu, menurut Amano, IAEA tidak dapat mengambil kesimpulan bahwa seluruh bahan baku nuklir di Iran dimanfaatkan untuk kepentingan sipil.

Laporan Amano dari satu sisi membenarkan kerjasama berkesinambungan Iran dengan IAEA khususnya dalam koridor kesepakatan Jenewa dan statemen bersama Tehran-IAEA, dan dari sisi lain, terus menebar keraguan serta ambiguitas dengan mengulang klaim sebelumnya. Sikap dualisme ini kian menurunkan kredibilitas IAEA dan laporan yang dirilis oleh dirjen organisasi atom tersebut.

Wakil Iran di IAEA menilai laporan terbaru Amano dan isyaratnya terhadap kemungkinan dimensi militer di program nuklir Iran sebagai bentuk pengulangan klaim sebelumnya dan membuat laporannya tak dapat dijadikan sandaran.

Amano sebelumnya juga mengklaim kemungkinan uji coba nuklir untuk kepentingan militer di Iran. Klaim Amano ini digulirkan tanpa memberikan bukti yang menguatkannya. Di saat negosiasi nuklir antara Iran dan IAEA serta dengan Kelompok 5+1 terus berlanjut, menurut keterangan Zarif, kredibilitas IAEA di proses ini tengah diuji secara serius dan keberhasilannya membutuhkan perhatian besar petinggi organisasi atom tersebut serta langkah praktis dan seruis dari mereka.

Hitung mundur sampai hari terakhir pencapaian kesepakatan nuklir sudah dimulai.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah perundingan nuklir dalam waktu sebulan ke depan, sampai akhir bulan Juni 2015 akan mencapai hasil yang diharapkan, yaitu kesepakatan komprehensif atau kembali menemui jalan buntu ?

Abbas Araqchi, anggota senior tim juru runding nuklir Iran dan Kelompok 5+1, Sabtu malam, pasca berakhirnya perundingan Jenewa pimpinan Mohammad Javad Zarif dan John Kerry, Menteri Luar Negeri Iran dan Amerika Serikat, mengatakan, dalam pertemuan ini, sekali lagi seluruh masalah dikaji ulang, namun friksi dan perbedaan masih tersisa.

Araqchi menerangkan, rencananya putaran perundingan selanjutnya akan digelar Kamis pekan ini dengan dihadiri oleh deputi menlu dan pakar dari Kelompok 5+1 dan Iran.

Setelah pertemuan sehari Jenewa, Menlu Iran kepada IRIB News menjelaskan, dalam sejumlah pertemuan diusahakan agar friksi ini dapat diminimalisir dan dibahas dalam pertemuan tingkat Menlu negara-negara anggota Kelompok 5+1.

Terkait wawancara dengan ilmuwan nuklir dan inspeksi pusat-pusat militer Iran, Zarif menegaskan, sehubungan dengan masalah ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar sudah menyampaikan pandangannya, dan tim juru runding nuklir memperhatikan pandangan itu dengan serius. Rencananya, kata Zarif, akan diupayakan strategi-strategi lain untuk menyelesaikan masalah ini.

Masalah utama dalam perundingan nuklir adalah pembahasan tentang upaya membangun kepercayaan dan pencabutan sanksi-sanksi atas Iran. Akan tetapi di tengah pembahasan masalah-masalah ini, klaim penyimpangan program nuklir Iran ke arah produksi senjata atom terus diulang-ulang.

Klaim yang sama sekali tidak di dasari bukti, dan inspeksi sebelumnya terhadap pusat militer Parchin, juga dilakukan atas dasar klaim-klaim tidak valid semacam ini. Namun pemerintah Amerika terus menyalahgunakan laporan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional, IAEA untuk menjaga simpul-simpul kontrol dan inspeksi anomali yang mereka sebut sebagai upaya untuk menjinakkan Iran dan melanjutkan tekanan atas negara itu.

Berkenaan dengan hal tersebut, beberapa laporan Yukiya Amano, Dirjen IAEA terkait Iran yang disampaikan kepada Dewan Pimpinan IAEA Jumat lalu, disusun atas dasar strategi ini.   

Dalam laporannya, Amano menggunakan istilah-istilah ambigu dan terus mengulang klaim tersebut. Di saat yang sama ia tidak bisa menjustifikasi secara penuh bahwa program nuklir Iran untuk tujuan damai. Padahal, seluruh laporan IAEA, termasuk dalam laporan terbaru Amano, ditegaskan bahwa Iran bekerjasama penuh dengan IAEA, dan Tehran, berdasarkan ÔÇ£Program Langkah BersamaÔÇØ dalam kerangka kesepakatan dengan IAEA, menjawab seluruh pertanyaan lembaga itu.

Pada kenyataannya, Washington, dengan menggunakan sejumlah atmosfir berbeda, dalam prakteknya menjalankan kebijakan ganda dalam perundingan ini. Satu sisi kebijakan itu adalah sikap yang diambil John Kerry, Menlu Amerika dalam perundingan nuklir, dan sisi lainnya, dampak dari keputusan AIPAC, lembaga lobi rezim Zionis Israel untuk mempengaruhi Kongres.

Oleh karena itu, apa yang hari ini disebut-sebut sebagai hambatan perundingan nuklir, sebenarnya adalah pertarungan antara keteguhan Iran membela hak-hak legalnya menghadapi arogansi Amerika. Sekalipun terdapat ambiguitas dan sejumlah keraguan terkait pencapaian hasil dalam perundingan, sebabnya bukan Iran, tapi langkah merusak dan arogansi Amerika sendiri.

Namun demikian, lebih dari 18 bulan perundingan nuklir berdasarkan kerangka kesepakatan 24 November 2013, Jenewa telah berlalu dan negosiasi-negosiasi ini berhasil mendekatkan pandangan kedua pihak. Sejumlah banyak kalangan yang berpandangan positif menegaskan bahwa pihak-pihak perundingan akan mencapai kesepakatan pada waktu yang sudah ditentukan.

Akan tetapi dalam perundingan ini juga terdapat parameter-parameter lain yang dapat berdampak negatif pada hasil perundingan.

Letjen. Nguyen Chi Vinh, deputi menteri pertahanan Vietnam menuntut dukungan masyarakat internasional untuk menyelesaikan kendala perbatasan Hanoi-Beijing. Petinggi Vietnam ini menjelaskan, dukungan masyarakat internasional untuk menyelesaikan kendala ini sedikit banyak cukup urgen bagi Asia.

Dalam kaca mata petinggi Vietnam, langkah Cina baik itu militer, pertahanan dan patroli laut, sebagai langkah arogan di bidang teritorial. Langkah ini tak diragukan lagi akan mengubah keamanan kawasan dan mengubah iklim keamanan di Asia yang tentu saja tidak akan menguntungkan pihak mana pun.

Terkait bahwa negara-negara kawasan dan masyarakat internasional mampu meminta Cina untuk menghormati wilayah negara tetangganya merupakan hal yang mudah, namun juga sulit. Tak diragukan lagi ada sejumlah negara yang tidak memiliki persoalan dengan Cina dan Vietnam serta mereka tidak akan memiliki pertimbangan khusus akan rencana tersebut. Namun negara-negara yang menghendaki untuk memainkan peran di konstelasi regional dan internasional maka langkah mereka terhadap Cina akan sangat memuaskan bagi mereka.

Tapi negara yang memiliki persoalan dan sengketa dengan Cina, maka wajar mereka akan menyambut seruan Vietnam dengan harapan akan mampu menekan Beijing melalui jalur ini. Jepang, Vietnam dan Filipina termasuk negara-negara yang akan mampu menggalang koalisi regional untuk menekan Cina.

Dalam hal ini, petinggi Vietnam menyebut Jepang memiliki kepentingan mendasar dan urgen di Laut Cina Timur dan mereka meminta Tokyo memainkan peran bersejarahnya untuk menerapkan perdamaian dan stabilitas di kawasan. Di situasi seperti ini ada interpretasi bahwa harus ada satu negara yang dapat mengambil keputusan mewakili negara kawasan. Artinya Amerika akan mewakili banyak negara melakukan langkahnya guna mengendalikan Cina. Dengan demikian AS akan dapat memuaskan negara-negara seperti Vietnam.

Ashton Carter, Menteri Pertahanan AS dalam lawatan terbarunya ke Vietnam, dalam sebuah statemennya mengingatkan bahwa Washington akan mengamini permintaan sejumlah negara kawasan terkait penambahan jumlah militernya di Asia. Jika tidak keluar dari konvesi internasional, Amerika akan menerbangkan pesawat militernya di kawasan serta mengirim kapal perangnya ke Asia Timur.

Sementara itu, Beijing menyatakan bahwa Washington memiliki interpretasi keliru dalam menyikapi langkah Cina di Laut Cina Selatan dan Timur. Cina mengungkapkan, reklamasi yang ada seluruhnya demi meningkatkan kerjasama internasional dan memperluas perdamaian di kawasan. Bukan seperti yang dianggap Amerika, Cina ingin membangun pangkalan militer guna menghadapi hegemoni Washington.

Di sisi lain, sangat sulit bagi Amerika maupun sekutu Washington untuk menerima statemen petinggi Cina. Laut Cina Selatan termasuk kawasan laut terluas setelah lima samudera di dunia. Wajar jika tidak ada negara yang bersedia mundur dari kepentingannya.

Cina menandaskan, negara-negara yang mengklaim kepemilikan perairan ini harus menindaklanjuti tuntutannya melalui dialog bilateral dan secara bersahabat, dan bukannya menyeret Amerika masuk ke geografi keamanan dan menjadikan wilayah perairan sebagai poros sengketa. Oleh karena itu, Cina menolak tegas membawa masalah ini menjadi isu internasional.

Sementara itu, Vietnam maupun Filipina dan Jepang terkait Laut Cina Timur berencana mengusung masalah ini menjadi isu internasional dengan maksud menekan Beijing. Cina meski mengisyaratkan kapasitas diplomasi untuk menyelesaikan sengketa seperti ini, namun negara ini terus berusaha mempertahankan wilayah yang mereka klaim sebagai bagian dari teritorialnya. Tak diragukan lagi sikap seperti ini dapat dicermati sebagai strategi militer jangka menengah.

Cina mengungkapkan, langkah provokatif negara tetangga dari satu sisi dan intervensi asing dari sisi lain, kian mempertebal tekad Beijing untuk memperluas kehadiran militernya di perairan tersebut.

Ketua Parlemen Iran mengatakan, beberapa tahun lalu kekuatan-kekuatan besar dunia berusaha menciptakan krisis di Suriah lewat kelompok-kelompok teroris di negara itu.

IRIB News (1/6) melaporkan, Ali Larijani, Ketua Parlemen Iran dalam konferensi pers bersamanya dengan Mohammad Jihad Al Laham, sejawatnya dari Suriah di Tehran menuturkan, ÔÇ£Perlawanan yang dilakukan rakyat Suriah terhadap para teroris Takfiri, berhasil menghancurkan sejumlah banyak target mereka.ÔÇØ

Larijani menjelaskan, ÔÇ£Baru-baru ini bantuan-bantuan untuk kelompok teroris di Suriah dan Irak jumlahnya semakin banyak berkat dukungan negara-negara pro-terorisme dan beberapa negara kawasan.ÔÇØ

Ia menambahkan, ÔÇ£Rakyat Suriah dalam perang melawan terorisme berhasil meraih kemenangan dan Iran sampai kapanpun tidak akan melupakan dukungan pemerintah dan rakyat Suriah atas rakyat Iran sepanjang era perang delapan tahun.ÔÇØ

Menurut Larijani, masalah terorisme tidak terbatas pada satu negara, tapi itu adalah masalah seluruh manusia, dan perang melawan terorisme baik di Suriah maupun di Irak, adalah perang yang menentukan masa depan kemanusiaan.

Ketua Parlemen Iran berharap, pemerintah Suriah dalam perang melawan kelompok-kelompok brutal dapat meraih kemenangan. Ia juga menyinggung perundingan yang dilakukannya dengan Ketua Parlemen Suriah dan menuturkan, ÔÇ£Perundingan yang baik telah dilakukan dan di dalamnya dibahas metode meningkatkan kerja sama dua negara.ÔÇØ

Ketua Parlemen Suriah bersama rombongan malam lalu tiba di Tehran. Selain bertemu dengan ketua Parlemen Iran, Mohammad Jihad Al Laham juga dijadwalkan akan menemui beberapa petinggi Iran lainnya.

Ketua Perhimpunan Ulama Irak kembali menegaskan kewajiban perang melawan kelompok teroris ISIS.

Stasiun televisi Alalam (1/6) melaporkan, Syeikh Khalid Al Mulla mengatakan, ÔÇ£Perang melawan kelompok teroris ISIS untuk membela nyawa, harta dan kehormatan di seluruh penjuru Irak adalah wajib, dan merupakan tugas suci.ÔÇØ

Ia menambahkan, ÔÇ£Kelompok teroris Takfiri, ISIS memiliki anasir-anasir yang tersebar di tengah masyarakat dan sebelum tersebar luas, mereka harus dimusnahkan.ÔÇØ

Syeikh Al Mulla menegaskan bahwa kelompok teroris Takfiri ISIS sama sekali bukan termasuk bagian rakyat Irak, baik itu Ahlu Sunnah, Syiah ataupun Kurdi.

Ketua Perhimpunan Ulama Irak itu memprotes sejumlah mufti Irak yang membenarkan kejahatan-kejahatan ISIS. Ia meminta mufti-mufti itu untuk berhenti melakukan hal tersebut dan menghimbau masyarakat untuk tidak mendengarkan statemen-statemen menyesatkan mereka.

Perhimpunan Ulama Irak, terutama ketuanya sejak serangan ISIS ke negara itu, berulang kali menekankan pentingnya perang melawan kelompok teroris Takfiri ISIS.

Senin, 25 Mei 2015 21:28

Imam Husein Lahir

Tanggal 3 Sya'ban tahun keempat Hijriah, Imam Husein as terlahir ke dunia. Masa-masa indah kehidupan Imam Husein dirasakan saat ia hidup bersama kakeknya, Muhamad Saw. Imam Husein tumbuh besar dalam sebuah keluarga yang dipenuhi dengan kesempurnaan dan keutamaan akhlak. Keberadaan kedua orang tuanya, yaitu Imam Ali as dan Sayidah Fathimah sa yang merupakan dua manusia utama hasil didikan Rasulullah, telah membuat Imam Husein juga menjadi manusia yang dipenuhi dengan keutamaan dan makrifat akan hakikat  ilahiah. Selama hidupnya, saat Islam dihadapkan kepada bahaya, Imam Husein selalu tampil sebagai pembela.

Setelah saudaranya, Imam Hasan as, gugur syahid pada tahun 50 Hijriah, Imam Husein memegang tampuk imamah atau kepemimpinan atas umat Islam. Pada tahun 61 Hijriah, Imam Husein pun mengikuti jejak kakaknya dalam memperjuangkan agama Islam. Pada tahun itu, beliau bersama 72 anggota keluarga dan sahabatnya, bertempur melawan ribuan pasukan Yazid bin Muawiyah di Padang Karbala.

Imam Husein menolak untuk berbaiat atau menyerah kepada penguasa zalim itu. Beliau dan anggota kafilahnya menemui kesyahidan. Kisah tragis gugurnya Imam Husein di Karbala menjadi drama tragedi paling pahit dalam sejarah umat manusia. Akan tetapi, kisah ini justru menjadi sebab tetap tegaknya ajaran Islam di muka bumi ini dan selalu menjadi sumber semangat bagi perjuangan melawan kezaliman. Hari kelahiran Imam Husein di Iran diperingati pula sebagai hari Pasukan Garda Revolusi.