کمالوندی

کمالوندی

Seorang pengamat senior masalah Timur Tengah mengatakan, normalisasi hubungan Iran dan Arab Saudi membutuhkan sebuah dialog tegas, jelas dan realistis dalam rangka kerja sama regional.

Sabah Zanganeh dalam wawancaranya dengan surat kabar Etemad terbitan Tehran, hari ini, Rabu (18/2) menjelaskan bahwa saat ini perubahan khusus tidak terlihat dalam kebijakan luar negeri Saudi pasca naiknya Salman bin Abdulaziz, Raja baru negara itu.

Ia menambahkan, ÔÇ£Meningkatnya krisis di kawasan dan orientasi kelompok-kelompok Takfiri anti-rakyat dan negara kawasan, menambah tekanan bagi Saudi. Oleh karenanya Riyadh akan terpaksa merevisi kebijakan-kebijakannya.ÔÇØ

Pengamat politik Iran itu menilai perubahan di tingkat Kementerian Luar Negeri Saudi menyebabkan penurunan ekstremisme negara ini di arena regional. ÔÇ£Pengawasan Mohammad bin Nayef, Putra Mahkota Saudi atas Kemenlu negara itu akan menciptakan atmosfir yang lebih realistis di lembaga tersebut, dan realisme ini akan merevisi kebijakan luar negeri Saudi,ÔÇØ ujarnya.

Menurut Zanganeh, pengaruh anasir-anasir regional dan transregional telah menghambat proses pemulihan hubungan Tehran-Riyadh. Ia menerangkan, ÔÇ£Ketegangan Iran-Saudi dan kelalaian atas bahaya perang melawan kelompok-kelompok teroris Takfiri di kawasan, pada akhirnya akan menguntungkan rezim Zionis Israel.ÔÇØ

Zanganeh percaya capaian-capaian dari normalisasi hubungan Iran-Saudi adalah persatuan Dunia Islam.

ÔÇ£Normalisasi hubungan ini akan membantu penyelesaian krisis regional,ÔÇØ tandasnya.

Militer Suriah berhasil mengusir para teroris dari sekitar wilayah Nabl dan Al Zahra di Rif Utara, Aleppo.

Situs berita Al Ahed, Lebanon (18/2) melaporkan, pasukan pemerintah Suriah, Selasa (17/2) malam setelah terlibat pertempuran hebat melawan anasir-anasir teroris Front Al Nusra di Rif Utara, Aleppo, berhasil memukul mundur para teroris itu dan mematahkan blokade atas wilayah Nabl-Al Zahra.

Dalam operasi militer itu sejumlah banyak teroris dikabarkan tewas. Wilayah Nabl dan Al Zahra sekian lama dikepung oleh para teroris.

Unit-unit lain militer Suriah di front Utara Aleppo meraih sejumlah kemenangan dan melancarkan beberapa operasi baru di wilayah Shihan Al Maamel. Operasi-operasi itu merupakan bagian dari tahap penyempurnaan blokade jalan-jalan di Timur Aleppo yang diduduki kelompok teroris bersenjata.

Para pengamat meyakini, lengkapnya skenario blokade wilayah Timur Aleppo, dalam prakteknya menunjukkan bahwa keberadaan kelompok teroris bersenjata di kota ini berakhir.

Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan Republik Islam tidak perlu ijin dari kekuatan manapun di dunia untuk membuat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Semua orang harus tahu bahwa Republik Islam Iran tidak akan pernah meminta persetujuan siapa pun untuk menggapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, kata Presiden Rouhani Selasa (17/2) dalam sebuah upacara memperingati Hari Teknologi Antariksa Nasional Iran.

Dalam sambutannya, Presiden Iran juga menyinggung perundingan yang sedang berlangsung Iran dengan kekuatan dunia terkait program energi nuklirnya, dan mengatakan bahwa berinteraksi dengan dunia tidak berarti bahwa Tehran akan merelakan upaya-upaya ilmiah.

Rouhani menegaskan tidak ada yang boleh beranggapan bahwa perundingan dengan dunia berarti bahwa Iran akan berhenti menggapai kemajuan di cabang ilmu tertentu.

Menurutnya, musuh terkadang mencoba mencari alasan soal aktivitas ilmiah Iran untuk menekan bangsa ini. "Tugas kita (dalam perundingan) adalah merebut alasan-alasan itu dari mereka

Menteri Luar Negeri Iran dalam sebuah surat yang ditujukan untuk Sekretaris Jenderal PBB mendesak lembaga dunia itu untuk memperhatikan simbol-simbol universal dan mengganggu terkait Islamphobia yang semakin gencar pasca aksi-aksi teror terakhir.

Kantor Diplomasi Media Kementerian Luar Negeri Iran (7/2) melaporkan, Mohammad Javad Zarif, Menlu Iran melayangkan sebuah surat kepada Ban Ki-moon, Sekjen PBB. Zarif menjelaskan, ÔÇ£Pembunuhan manusia yang tidak bisa dibenarkan dan dilakukan oleh anggota sebuah kelompok teroris telah membangkitkan kemarahan dan kebencian seluruh umat Islam dunia. Aksi-aksi teror itu dikecam secara tegas dan tanpa keraguan oleh Muslimin dunia.ÔÇØ

Zarif menegaskan, kekhawatiran Iran dan Dunia Islam adalah berlanjutnya kebijakan ganda dalam membela kebebasan berpendapat yang dihormati secara universal.

Zarif menuturkan, ÔÇ£Pada tahun 2008, redaktur Charlie Hebdo diperintahkan untuk menulis surat permintaan maaf atas tulisan anti-Yahudi di majalah itu, dan karena ia menolaknya, iapun langsung diberhentikan.ÔÇØ

Menurut Zarif, langkah semacam ini dan ambisi memuat karikatur menghina yang menjelek-jelekkan Muslimin serta menodai nilai-nilai Islam terus dilakukan oleh Charlie Hebdo dan media-media sejenis di Eropa. Langkah ini telah meningkatkan ketegangan di antara masyarakat Muslim Perancis dan Dunia Islam. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Menlu Iran menegaskan, serangan tegas atas nilai-nilai keagamaan Muslim, baik terkait pribadi Nabi Muhammad Saw, Al Quran atau ajaran Islam di masyarakat Barat, baik yang dilakukan lembaga atau tokoh-tokoh politik, media dan dunia maya, sangat disayangkan telah berubah menjadi hal yang biasa.  

Zarif mengatakan, ÔÇ£Saat ini Barat khususnya Eropa, harus lebih dari sekedar melakukan langkah segera mengecam aksi-aksi kekerasan lewat lisan dan praktek. Mereka harus bangkit menemukan akar masalah, pasalnya sejumlah orang dan kelompok pendukung ideologi ekstrem serta terlibat dalam aksi kekerasan di Eropa, lebih besar di Irak dan Suriah, adalah generasi kedua masyarakat Eropa.ÔÇØ

Menlu Iran menyampaikan kekhawatiran Tehran soal meningkatnya terorisme di generasi kedua dan orang-orang terdidik di masyarakat Barat.

Ia menandaskan, ÔÇ£Berlanjutnya analisa-analisa terbaru, yang lebih besar dikarenakan tingginya perekrutan para teroris di Eropa dan Amerika Utara, mengindikasikan ketidakmampuan sistematis lapisan masyarakat ini, yaitu generasi kedua Eropa yang merasa tersingkirkan.ÔÇØ

Sabtu, 07 Februari 2015 00:00

Jack Straw: Pesan Rahbar Iran Luar Biasa

Mantan Menteri Luar Negeri Inggris menilai pesan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar untuk para pemuda Eropa dan Amerika Utara, luar biasa.

IRNA (7/2) melaporkan, Jack Straw, mantan Menlu Inggris menyoroti urgensitas posisi agama Islam di Barat dan menyambut baik pesan Rahbar untuk pemuda Barat. Ia mengatakan, ÔÇ£Pesan ini memiliki urgensitas yang luar biasa dan dengan memperhatikan kondisi saat ini, sangat tepat untuk disampaikan.ÔÇØ

Mantan Menlu Inggris menegaskan bahwa sekarang ini penyampaian agama Islam yang benar menjadi hal yang darurat.

Jack Straw memprotes keras minimnya tanggapan sebagian media Barat atas pesan Rahbar untuk pemuda Eropa dan Amerika Utara.  

Ia menambahkan, ÔÇ£Atmosfer politik di Iran sangat hidup dan dinamis.ÔÇØ

Terkait perbedaan sikap dirinya dengan politisi-politisi Barat lain soal Iran, Jack Straw mengatakan, ÔÇ£Sebuah prinsip dasar dalam diplomasi adalah hubungan internasional yang harus memahami keinginan-keingingan negara lain dan sejarah negara tersebut.ÔÇØ ┬á

Mantan Menlu Inggris juga menyinggung masalah kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam perundingan nuklir Iran dan Kelompok 5+1. Menurutnya, kondisi saat ini positif bagi dicapainya kesepakatan nuklir.

ÔÇ£Kemungkinan kegagalan perundingan adalah sebuah tragedi,ÔÇØ ujarnya.

Ia juga menegaskan hak Iran untuk menggunakan energi nuklir damai.

Jack Straw mengaku cemas dengan meningkatnya Islamphobia di Barat. Ayatullah Khamenei, pasca insiden teror terbaru di Perancis dan kejadian-kejadian serupa di beberapa negara Barat lain, menulis sebuah pesan untuk para pemuda Eropa dan Amerika Latin.

ÔÇ£Sejak dua dekade lalu sampai kini, kurang lebih setelah tumbangnya Uni Soviet, banyak upaya dilakukan untuk memposisikan agama besar Islam menjadi sebuah musuh menakutkan,ÔÇØ tulis Rahbar dalam pesannya.

Rahbar menuturkan, ÔÇ£Sejarah Eropa dan Amerika dipenuhi dengan perbudakan, penjajahan dan penindasan atas kulit berwarna serta non-Kristen, yang memalukan.ÔÇØ

Sumber-sumber media mengabarkan larinya Pemimpin ISIS bersama sejumlah petinggi kelompok teroris itu dari kota Raqqa, Suriah menuju Provinsi Ninawa, Irak.

Situs berita Irak, Al Sumaria News (7/2) melaporkan, sebuah sumber lokal di Ninawa, Utara Irak mengumumkan, ÔÇ£Informasi-informasi akurat membenarkan larinya Abu Bakr Al Baghdadi, Pemimpin ISIS ke Ninawa, Irak pasca meningkatnya serangan-serangan udara koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat ke beberapa pangkalan ISIS di Raqqa, Suriah.

Beberapa waktu lalu sejumlah media mengabarkan, Abu Bakr Al Baghdadi bersama lebih dari 100 teroris ISIS lain, melarikan diri dari Mosul, Irak ke Suriah.

Hotel Bayerischer Hof pada hari Jumat (6/2/2015), menjadi tuan rumah untuk pembicaraan nuklir Iran dan Kelompok 5+1 bersamaan dengan dibukanya Konferensi Keamanan Munich.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry bertemu timpalannya dari Iran, Mohammad Javad Zarif untuk mendiskusikan perkembangan perundingan nuklir antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman.

Penjajakan Kerry dan Zarif bertujuan untuk menetapkan proses perundingan nuklir dan berlangsung selama 2,5 jam. Setelah pertemuan ini, Zarif juga melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Jerman, Frank-Walter Steinmeier. Menlu Iran juga bertemu dengan rekannya dari Oman, Yusuf bin Alawi di sela-sela Konferensi Keamanan Munich. Sebelumnya, Oman menyelenggarakan satu putaran perundingan nuklir Iran dan Kelompok 5+1.

Pada Sabtu (7/2/2015), Zarif akan melanjutkan penjajakannya dengan menlu Inggris, Rusia, dan juga sekjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Menurut agenda, Zarif pada hari Ahad, akan menghadiri sebuah acara diskusi dengan melibatkan Menlu Perancis Laurent Fabius, Menlu AS John Kerry, dan Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier di Konferensi Keamanan Munich.

Para Deputi Menlu Iran, Abbas Araqchi dan Majid Takht-e-Ravanchi turut menemani Zarif selama kunjungan di Munich.

Selama beberapa bulan terakhir, menlu Iran melakukan sejumlah pertemuan bilateral dengan pejabat dari AS, Inggris, Jerman, Rusia, dan Cina. Sebelumnya, menlu Iran dan AS juga telah melakukan dialog di sela-sela Konferensi Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Pertemuan tersebut tentu saja rumit dan kompleks. Akan tetapi dapat menjadi peluang untuk bergerak ke arah tujuan dengan menghapus hambatan-hambatan utama untuk mencapai kesepakatan final. Oleh karena itu, pembicaraan antara Zarif dan Kerry mendapat sorotan luas banyak pihak.

Para pejabat Washington sedang berupaya untuk mempertahankan rezim sanksi sebagai sebuah instrumen untuk menekan Tehran. Kebijakan itu berangkat dari apa yang mereka sebut sebagai ÔÇ£keprihatinan terhadap program nuklir Iran.ÔÇØ Mereka akan menggunakan isu ini sebagai alat politik dalam perundingan nuklir.

Sebagian dari tindakan itu diambil setelah melakukan koordinasi dengan lobi Zionis di Kongres AS. Kebijakan ini jelas bertentangan dengan isi kesepakatan Jenewa.

Selain menerapkan tekanan dan mengajukan tuntutan yang berlebihan, AS juga melihat urgensitas untuk merampungkan perundingan tersebut. Dapat dikatakan bahwa perundingan itu bertujuan untuk mencapai sebuah kesepakatan yang menjamin hak-hak Iran dalam masalah nuklir. Di samping itu, kedua pihak ingin membangun kepercayaan tentang aspek damai program nuklir Iran.

Negosiasi itu membutuhkan sebuah sikap yang seragam yaitu, tekad untuk mencapai kesepakatan final. Tentu saja, sebuah perjanjian yang mengakui hak-hak dan wibawa bangsa Iran. Namun, pertanyaannya di sini adalah, apakah kedua pihak dapat mencapai kesepakatan sesuai dengan tenggat waktu yang sudah disepakati bersama?

Para pejabat Washington tampaknya bergerak lebih agresif setelah dicapainya kesepakatan Jenewa. Akan tetapi, dinamisasi politik itu lebih terfokus untuk mempertahankan sikap-sikap masa lalu dan meneruskan sanksi. Sebenarnya, kebijakan itu telah menghalangi kedua pihak untuk mencapai kesepakatan final.

 

Menlu Iran dalam satu komentarnya di Munich, mengatakan bahwa apa yang mereka (Kelompok 5+1) sampaikan adalah keinginan untuk menyukseskan perundingan, tapi perlu kita lihat apakah mereka juga memiliki tekad politik sehingga keinginan itu sejalan dengan keputusan politik.

Pemimpin wilayah Kurdistan, Irak mengabarkan bahwa pihaknya tidak memiliki persenjataan berat untuk memerangi kelompok teroris ISIS.

Masoud Barzani, Pemimpin Kurdistan, Irak dalam wawancaranya dengan surat kabar Al Hayat, terbitan London menjelaskan, ÔÇ£Jika Peshmerga harus ikut serta dalam pertempuran menentukan dalam mengalahkan ISIS, maka mereka membutuhkan persenjataan berat.ÔÇØ

Menurut Barzani, warga Arab Ahlu Sunnah di Irak adalah orang-orang yang paling dirugikan oleh perang ISIS. Pasalnya, pertempuran ini berlangsung di wilayah-wilayahnya dan menyebabkan kerusakan kota serta desa mereka.

Pemimpin Kurdistan, Irak menambahkan, ÔÇ£Perang melawan ISIS lebih sulit ketimbang pertempuran warga Kurdi melawan Saddam Hussein, dan ISIS sangat berbahaya.ÔÇØ

ÔÇ£Kelompok teroris ISIS melakukan banyak kerusakan di sejumlah negara, dan perwira-perwira tinggi militer veteran Pakistan, Uzbekistan, Kazakhstan, juga rezim Partai Baath bergabung dengan kelompok teroris itu,ÔÇØ katanya.

Pemimpin wilayah Kurdistan, Irak juga memuji bantuan-bantuan Iran kepada Kurdistan, Irak dalam perang melawan ISIS.

Khatib Jumat Tehran, menjelang peringatan kemenangan Revolusi Islam Iran, menilai kehadiran luas masyarakat dalam perayaan kemenangan Revolusi Islam sebagai indikasi kecintaan dan kesetiaan rakyat Iran kepada pemerintahan serta Revolusi Islam.

Ayatullah Ahmad Jannati, Khatib Jumat Tehran, menjelang peringatan kemenangan Revolusi Islam Iran ke-38 dan tibanya Pekan Fajr mengatakan, "Rakyat Iran, dengan hadir di berbagai arena revolusi khususnya partisipasi mereka di acara-acara Pekan Fajr, menjaga dan melindungi Revolusi Islam dari konspirasi musuh."

Khatib Jumat Tehran menambahkan, "Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran, dengan menumbangkan pemerintahan Syah Pahlevi, berhasil mendirikan pemerintahan Islam dan demokratis di Iran."

Ayatullah Jannati juga menekankan keseriusan dalam masalah ekonomi perlawanan oleh rakyat dan pemerintah Iran. "Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menganggap perlawanan ekonomi sebagai jalan untuk mengalahkan sanksi dan mematahkan tekanan-tekanan," ungkapnya.

Khatib Jumat Tehran menegaskan pemanfaatan kekayaan dan potensi dalam negeri para pemuda Iran dalam memerangi dan menggagalkan sanksi-sanksi sepihak Barat. "Kita tidak boleh berharap pada Barat, pasalnya mereka tidak bekerja untuk kepentingan rakyat Iran," ujarnya.

Di bagian lain khutbahnya, Ayatullah Jannati menganggap pesan Rahbar untuk para pemuda Eropa dan Amerika Utara agar mengenal Islam secara mendalam, adalah sebuah langkah bernilai dan bersejarah. Ia menuturkan, "Pengaruh pesan ini akan segera tampak."

Ayatullah Jannati menambahkan, "Barat dan Amerika Serikat ketakutan akan kecenderungan masyarakat dunia terhadap Islam. Karenanya mereka sedang berusaha melancarkan konspirasi atas Islam."

Khatib Jumat Tehran juga menyinggung soal operasi militer Hizbullah, Lebanon terhadap konvoi pasukan rezim Zionis Israel di wilayah pendudukan, Selatan Lebanon. Ia menjelaskan, "Pasukan Hizbullah, selain telah menuntut balas atas darah para syuhada perlawanan, juga membuktikan bahwa mereka tidak akan pernah diam menghadapi serangan-serangan Israel."

Asisten CEO perusahaan senjata Izhevsk (Izhmash) Rusia, Vyacheslav Kartashov menekankan, Moskow tengah berunding dengan Tehran terkait modernisasi sistem rudal Tor-M1.

Seperti dilaporkan Young Journalist Club (YJC), Vyacheslav Kartashov Kamis (29/1) dalam wawancaranya dengan Ria Novosti menambahkan, Rusia dan Iran tengah melakukan negosiasi terkait modernisasi sistem rudal Tor-M1. ÔÇ£Iran banyak memanfaatkan sistem anti rudal Tor-M1 bikinan Rusia,ÔÇØ tambah Kartashov.

Menurut dia, Moskow memberikan suku cadang dan teknisi pelatih kepada Iran serta melanjutkan kerjasama di antara mereka.

Pejabat Rusia ini mengungkapkan, peralatan ini memiliki kemampuan tinggi saat perang. Masih menurut Kartashov, sistem anti rudal Tor didesain untuk mengidentifikasi dan mematahkan senjata modern termasuk rudal Cruise dan misile.

ÔÇ£Sistem anti rudal ini digunakan Iran untuk menjaga instalasi pemerintah dan militer,ÔÇØ ungkap Kartashov.

Rusia pada Januari 2007 merampungkan penyerahan 29 sistem anti rudal Tor kepada Iran. Pada September 2009, Rusia bergabung dengan sanksi PBB terhadap Iran dan hampir seluruh transaksi militernya dengan Tehran dihentikan.