کمالوندی

کمالوندی

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, Brigadir Jenderal Sayid Hasan Firouzabadi, menilai operasi teror di Semenanjung Sinai, utara Mesir, menguntungkan rezim Zionis.

Fars News melaporkan, Brigjen Firouzabadi menilai serangan ke pangkalan militer Mesir di Sinai itu mencurigakan dan mengatakan, ÔÇ£Para penyerang Semenanjung Sinai, siapapun mereka, sadar atau tidak, telah membantu rezim Zionis Israel.ÔÇØ

Pejabat tinggi militer Iran ini menegaskan, ÔÇ£Para pejuang Islam berada di gurun Sinai untuk mencegah agresi rezim Zionis ke wilayah-wilayah Islam termasuk Semenanjung Sinai yang strategis, dan merupakan kebodohan jika mereka menjadi sasaran serangan.ÔÇØ

Para teroris pada Kamis petang (29/1) menyerang markas polisi di kota el-Arish di utara Sinai. Disebutkan bahwa dalam serangan teror tersebut lebih dari 120 orang tewas dan terluka.(

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyatakan, Iran harus terus membuat kemajuan lebih banyak di bidang nanoteknologi dan bioteknologi, yang dapat berfungsi sebagai model untuk kemajuan di sektor lain.

Rahbar mengemukakan pernyataan itu dalam kunjungan ke sebuah pameran yang menampilkan prestasi nanoteknologi terbaru Iran, Sabtu (31/1).

Ayatullah Khamenei menambahkan bahwa mempertahankan unsur-unsur yang telah membawa kemajuan diperlukan untuk terus mencapai lebih banyak prestasi.

Rahbar juga menegaskan bahwa "perencanaan yang akurat" dan "stabilitas dalam manajemen" merupakan salah satu faktor yang dapat berkontribusi pada kemajuan berkesinambungan dalam nanoteknologi.

Ayatollah Khamenei menambahkan bahwa motivasi politik tidak boleh mempengaruhi bidang ilmiah dan penelitian di negara itu.

Pemimpin lebih lanjut menyinggung permusuhan kekuasaan intimidasi kepada bangsa Iran karena independensi politik, sosial dan pendekatan intelektualnya seraya mengatakan, "Permusuhan ini terungkap dengan sendirinya di berbagai bidang. Jadi, kita harus membuat diri kita kuat setiap hari untuk mencapai kekuatan yang diperlukan."(

Seorang diplomat Amerika Serikat menyebut aksi militer rezim Zionis Israel menyerang pejuang Hizbullah, Lebanon di wilayah Quneitra, Selatan Suriah atas perintah langsung Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri rezim itu, sebagai sebuah kebodohan.

Surat kabar Lebanon, Al Safir (31/1) melaporkan, seorang diplomat Amerika yang enggan mengungkap identitasnya, baru-baru ini dalam wawacara dengan petinggi Lebanon mengatakan, "Benyamin Netanyahu, PM Israel melakukan kesalahan strategis dengan melakukan serangan ke Quneitra."

Diplomat Amerika ini juga memprotes langkah Netanyahu dan menambahkan, "Ada kemungkinan kebijakan PM Israel akan berujung dengan pecahnya perang baru di kawasan yang tidak mungkin dicegah."
Serangan mengejutkan Rabu pekan lalu yang dilakukan para pejuang Hizbullah atas konvoi kendaraan lapis baja Israel di wilayah pertanian Sheeba, Selatan Lebanon, menewaskan dan melukai sejumlah tentara Israel.

Anggota senior Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), meminta Republik Islam Iran meningkatkan bantuan finansial dan persenjataan untuk perjuangan menghancurkan rezim Zionis.

Televisi al-Manar Lebanon melaporkan, Mahmoud al-Zahar, anggota senior Hamas pada Jumat (30/1) menyatakan, Hamas mendukung seluruh program muqawama di setiap tempat dan waktu.

Al-Zahar juga menekankan bahwa dukungan terhadap Palestina harus menjadi tujuan muqawama dan dia menyeru Republik Islam Iran meningkatkan bantuan finansial dan persenjataannya guna memperluas operasi muqawama melawan musuh Zionis dan upaya pemusnahan Israel.

Pejabat tinggi Hamas ini menambahkan bahwa Palestina siap bekerjasama menyeluruh dengan semua pihak untuk menyelesaikan masalah Palestina, mengingat Palestina adalah masalah utama dunia Arab dan Islam dan bentrokan yang terjadi di negara-negara Arab sangat sampai membuat masalah Palestina terlupakan.

Al-Zahar di bagian lain pernyataannya juga meminta Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah, untuk melanjutkan koordinasi dan kerjasama dengan Hamas untuk perencaan bagi warga Palestina di luar negeri.(

Anggota Biro Politik Ansarullah, Yaman menilai keputusan Konferensi Nasional dalam menyelesaikan krisis di negara itu menentukan.

Daifallah Al Shami, anggota Biro Politik Ansarullah, Sabtu (31/1) dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Alalam terkait posisi menentukan keputusan Konferensi Nasional Yaman mengatakan, "Tujuan digelarnya Konferensi Nasional adalah menekan kalangan politik untuk menemukan jalan keluar dari krisis Yaman."

Daifallah Al Shami menambahkan, "Jika negosiasi dan konsultasi politik tidak berhasil mencapai sebuah solusi serius, Konferensi Nasional Yaman akan mengambil keputusan-keputusan menentukan."

Anggota Biro Politik Ansarullah menjelaskan, "Partai dan gerakan-gerakan politik harus menemukan solusi krisis Yaman, pasalnya negara tidak bisa dibiarkan mengalami kevakuman politik dan terus terjebak dalam masalah, hambatan keamanan serta politik."

Al Shami menegaskan, "Konferensi Nasional Yaman akan mengakhiri aktivitasnya setelah mengambil keputusan-keputusan yang menentukan masa depan dan nasib Yaman."

Konferensi Nasional Yaman digelar selama tiga hari dengan dihadiri oleh kelompok-kelompok politik negara itu sejak Jumat kemarin. Konferensi yang digelar di Sanaa, ibukota Yaman itu berada di bawah pengawasan Ansarullah dengan tujuan untuk menentukan visi nasional terkait masa depan politik di Yaman.

Bulan Muharram atau yang biasa dikenal bulan Asyuro (Suro) dan diyakini sebagai tahun baru Islam ini merupakan salah satu bulan yang menjadi perhatian lebih, terutama di kalangan umat Islam. Bahkan ada pula yang meyakininya sebagai bulan keramat, bulan nahas dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri, ragam budaya, agama, serta berbagai keyakinan lainnya melengkapi khazanah tentang Asyuro yang terbungkus tradisi oleh masing-masing penganutnya. Sehingga di bulan Asyuro ini, banyak sekali ritual-ritual yang dilakukan baik oleh kalangan Muslim maupun non Muslim.

Berbagai tradisi itu antara lain, membuat bubur merah-putih, mencuci keris, membaca doa-doa, menyantuni anak yatim dengan memegang kepalanya, dan ritual lainnya.

ÔÇ£Kita semua percaya bahwa tidak ada kekuatan apapun kecuali kekuatan Tuhan. Kalau kita mencuci keris itu bukan memuja, tapi betul-betul dibersihkan (bagian dari budaya). Sementara rentang waktu dari tanggal 1 sampai 10 Muharram, ada peristiwa Asyuro yang mengingatkan kita pada syahidnya Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhammad Saw, yang berani menghadapi kematian dengan gagah walaupun kepalanya dipenggal, lalu diarak. Peristiwa berdarah ini begitu masuk ke Indonesia menjelma dalam berbagai ragam tradisi dan kebudayaan.ÔÇØ

Demikian disampaikan Masud Thoyib, Sekpres Pembina Dewan Budaya TMII.

Di Jakarta, tradisi Muharram diekspresikan dalam berbagai macam bentuk. Salah satunya, yang dilakukan warga Condet, Jakarta Timur. Di bawah koordinasi organisasi Pemuda dan Remaja Islam Masjid JamiÔÇÖ Al-Ikhlas (Prisma), warga menggelar aneka kegiatan positif berupa lomba-lomba, festival, marawis, menggambar kaligrafi dan sebagainya. Acara ini sudah rutin diadakan setiap tahun.

Anak-anak memperingati Tahun Baru Islam
Sementara untuk menelisik tradisi-tradisi lainnya, ABI Press menghubungi beberapa narasumber di daerahÔÇôdaerah.

Saat terhubung dengan Irfan Jailani, di Sumenep Madura, ia menceritakan tradisi membuat bubur merah-putih yang sering dibuat ketika masuk bulan Shafar.

Ia menuturkan, dalam bahasa Madura, bulan Muharram disebut dengan bulan Sora. Ketika bulan Sora, orang-orang Madura membuat bubur tajin dan menyebutnya Tajin Sora (Bubur Asyura) terbuat dari bubur nasi dengan kuah ketan. Kemudian memasuki bulan Shafar orang Madura membuat Tajin Mera Pote (Bubur Merah Putih) karena bubur itu terdiri dari dua warna. Warna putih dari santan dan warna merah dari gula, dan di dalamnya ada bola bola yang terbuat dari tepung ketan. Biasanya antar tetangga saling bersedekah bubur selama Muharram. Dalam pandangan tradisional orang Madura, bulan Muharram dianggap sebagai bulan nahas, sehingga dilarang melakukan perjalanan jauh pada bulan tersebut.

Kalau orang awam, pemahamannya masih menganggap bahwa pada bulan tersebut rawan kecelakaan, atau bulan yang membawa aura negatif. ÔÇ£Hanya di kalangan kaum santri yang masih setia pada ajaran-ajaran kyai terdahulu saja yang paham bahwa bulan Muharram adalah bulan terbunuhnya Sayyidina Husein di Karbala,ÔÇØ tutur Irfan. ÔÇ£Bahkan ada seorang Kyai yang bernama Raden Murtadla, Pondok Pesantren Loteng Pasar Sore sampai melarang permainan sepak bola karena mengingatkan pada kepala Sayyidina Husein yang pernah dijadikan permainan dengan kaki oleh Yazid,ÔÇØ Irfan menambahkan.

Tajin Suro MaduraÔÇ£Kalau persoalan makna Tajin Mera Pote (Tajin Sora), merah itu menggambarkan darah Sayyidina Husein, putih itu menggambarkan kesucian perjuangan beliau dan bola-bola ketan adalah gambaran kepala beliau,ÔÇØ ungkap Irfan.

Tidak hanya di Madura, bubur merah-putih (bubur Asyuro) ini kerap dijumpai di tempat lain. Namun demikian menurut Irfan, tak banyak yang mengetahui maknanya. Selain bubur Asyuro, menurut Irfan masih banyak di daerahnya ritual-ritual, contohnya prosesi ijazah ilmu kebatinan, karena dianggap sebagai bulan kramat dan istijab. ÔÇ£Kalau yang ini, saya tidak paham darimana sumber riwayatnya,ÔÇØ pungkas Irfan.

Sementara dari Cirebon, ABI Press terhubung dengan Ammar Abdullah. Ia pun bercerita ihwal kegiatan Muharram di sana. ÔÇ£Malam satu Syuro kemarin ada pawai keliling,ÔÇØ tutur Ammar. Ia kemudian menjelaskan makna pawai tersebut kepada ABI Press. Menurutnya, acara tersebut untuk mengokohkan kembali Cirebon sebagai Kota Wali. ÔÇ£Pawai tersebut untuk mengajak masyarakat agar menghindari maraknya perjudian, merosotnya moral dan akhlak serta banyaknya peredaran miras di masyarakat Cirebon. Dengan perayaan 1 Muharram, mengajak masyarakat meninggalkan itu semua karena tidak sejalan dengan predikat Cirebon sebagai Kota Wali,ÔÇØ terang Ammar. ÔÇ£Tapi sayang, kemarin tidak sempat foto-foto,ÔÇØ pungkasnya.

Di Jogja, ABI Press terhubung dengan Fajar. Ia tak begitu tahu tentang tradisi-tradisi Asyuro di daerahnya. ÔÇ£Ada yang puasa, tapi belum tahu tentang adanya perayaan,ÔÇØ tutur Fajar. ÔÇ£Oh ya, saya pernah dengar di Bengkulu ada perayaan 10 Muharram. Masyarakat datang untuk berdoa di suatu tempat yang mereka sebut Karbala. Tampaknya, itu sisa Mazhab Syiah yang dulu berkembang di sana,ÔÇØ pungkas Fajar.

Tidak begitu banyak orang tahu tentang makna ritual-ritual dan budaya yang berhubungan dengan Asyuro, namun dari beberapa keterangan di atas, tampaknya memang erat kaitannya dengan peristiwa gugurnya Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhammad Saw.

Bagi kalangan Muslim bermazhab Syiah, peristiwa itu sangat disakralkan. Karena berkenaan dengan wafatnya salah satu manusia terbaik pilihan Allah. Tidak hanya tentang kesyahidan, namun juga pesan yang begitu besar yang disampaikan dalam peristiwa yang terjadi di Karbala itu. Singkatnya, Husein di mata muslim Syiah, adalah simbol keadilan, simbol perlawanan terhadap kezaliman.

Sebab itulah Muslim Syiah memiliki tradisi berbeda dengan tradisi lainnya. Muslim Syiah lebih meresapi makna Asyuro dengan duka, sekaligus meresapi makna perjuangan Sayyidina Husain sebagai simbol inspirasi. Hal itu dapat dilihat misalnya di Islamic Cultural Centre (ICC) Jakarta. Sebagai salah satu pusat kebudayaan Islam bermazhab Syiah, pada tanggal 1 hingga 10 Muharram selalu mengadakan peringatan dalam bentuk doa-doa dan ceramah sebagai bentuk saling mengingatkan.

Tak hanya di ICC, di beberapa daerah lain, Muslim Syiah pun melakukan hal yang sama.

Senin, 26 Januari 2015 00:00

Manfaat Tawakal Kepada Allah Swt

Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah  buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah bergantung kepada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannya tetap terjaga.

Ilmu pengetahuan, industri, seni dan teknologi, menjadi sumber prestasi bagi manusia. Dengan ilmu dan teknologi manusia dapat mencapai kemakmuran materi dan memiliki berbagai fasilitas dalam kehidupannya, serta banyak hal yang awalnya tidak diketahui manusia menjadi tampak jelas baginya.

Dewasa ini, banyak fenomena yang telah dipahami oleh ilmu manusia, namun ada satu poin yang menjadi perenungan dan harus ditinjau ulang oleh para pakar, yaitu kemajuan dan kemampuan materi tidak mampu memenuhi kebutuhan ruh dan jiwa manusia seperti kebutuhan akan ketentraman, ketenangan, rasa optimis dan harapan akan masa depan.

Saat ini, banyak problem yang mengancam masyarakat, di mana kecemasan dan depresi adalah yang paling umum dialami mereka. Ilmu psikologi, bimbingan dan psikiatri dengan berbagai metodenya, berupaya memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Berbagai aliran pengobatan psikologi, mulai dari terapi perilaku, terapi psikoanalitik dan pengobatan yang didasarkan pada nalar dan emosi serta bentuk pengobatan yang lainnya, diterapkan demi membantu manusia menghilangkan problemnya. Selain berbagai metode pengobatan tersebut, agama datang untuk membantu manusia dan memberikan strategi psikologis khusus untuk menghadapi masalah-masalah kejiwaan.

Tawakal kepada Allah Swt adalah salah satu metode yang dapat membantu manusia. Berbagai riset dan pengamatan empiris menekankan akan hal itu, dimana tawakal kepada Allah Swt dapat mengurangi rasa cemas dan depresi, bahkan berbagai penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah psikologis, serta menciptakan ketentraman, keberanian, optimisme, percaya diri dan kesabaran bagi manusia. Dalam Islam ditegaskan bahwa tawakal kepada Allah Swt sebagai salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan manusia.

Secara etimologi, tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan menyerahkan permasalahan kepada pihak lain. Tawakal menunjukkan adanya kelemahan dan ketergantungan kepada pihak lain. Dalam Al-QurÔÇÖan, kata tawakal berjumlah 42 dalam segala bentuk, tunggal atau jamak, berkonotasi memasrahkan diri, memercayakan serta menyerahkan segala permasalahan kepada Allah Swt. Sedangkan secara istilah, ┬ásalah satu definisi tawakal adalah bentuk ketergantungan dan kepasrahan yang benar kepada Allah swt sebagai zat yang berkuasa mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya dengan senantiasa melakukan ikhtiar (usaha) sebagaimana yang diperintahkan-Nya.

Bertawakal bukan berarti tidak melakukan ikhtiar, tetapi lebih dari itu, tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT sembari senantiasa melakukan ikhtiar. Rahasia dan hakikat tawakal adalah kepasrahan jiwa kepada Allah swt, karena itu segala bentuk ikhtiar tidak akan ada manfaatnya, jika dilakukan tanpa kepasrahan kepada Allah.

Ketika manusia menghadapi masalah dan merasa dirinya sendiri tidak mampu menyelesaikan masalah itu, maka ia akan menyerahkan masalah tersebut kepada seseorang yang mampu menyelesaikannya, dan dengan jalan tersebut ia telah meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu, jika yang diwakilkan adalah seseorang yang berilmu, mampu dan berkualitas, serta memiliki minat dan simpati tinggi kepada yang mewakilkan, maka penyerahan tersebut akan memiliki nilai tinggi dan kemungkinan berhasilnya pun akan lebih besar.

Kenyataan ini sesuai dengan tawakal manusia kepada Allah Swt. Manusia senantiasa menghadapi masalah dalam hidupnya, dan mengingat manusia memiliki banyak keterbatasan dan tidak mampu menyelesaikan masalahanya sendiri, maka untuk menutupi ketidakmampuan dan kelemahannya, selain menggunakan faktor alamiah dan materi, ia harus bersandar kepada kekuatan tak terbatas Allah Swt dan percaya kepada-Nya, serta memohon pertolongan Allah Swt supaya sukses dalam mengatur urusan kehidupannya. Allah Swt sebagai pencipta manusia lebih mengetahui segala sesuatu yang menguntungkan atau merugikan manusia dan tentunya Dia lebih penyanyang dari segalanya. 

Sebagaimana keutamaan akhlak yang lain, tawakal juga memiliki berbagai sebab dan sumber. Namun dapat dikatakan bahwa pennyebab utama tawakal adalah iman dan yakin kepada zat suci Allah Swt dan keindahan serta keagungan-Nya. Ketika manusia menyadari kekuatan dan ilmu tak terbatas Allah Swt dan melihat dunia sebagai panggung anugerah tak terbatas-Nya, maka ia dengan penuh keyakinan akan bertawakal dan menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Saat manusia berada dalam masalah, Ia akan berpegang hanya kepada Allah Swt dan selain berusaha, ia juga akan memohon keberhasilan kepada-Nya.

Percaya penuh kepada Allah Swt demi meraih ketenangan jiwa dapat menghilangkan kecemasan dan kegelisaan, sehingga manusia dengan mudah dapat melangkah untuk meraih hasilnya. Salah satu ciri orang yang bertawakal adalah di saat bahagia ia tidak terlalu berbangga, dan tatkala kebahagiaan itu lenyap, ia juga tidak terlalu gelisah dan sedih, namun ia semaksimal mungkin berupaya memenuhi keperluannya dan menyerahkan hasilnya kepada Allah Swt. Ia yakin bahwa Allah Swt akan menolongnya.

Manusia seperti itu bagaikan orang yang berlindung di benteng yang kuat dan musuh tidak dapat menjangkaunya. Oleh sebab itu, orang-orang mukmin tatkala menghadapi masalah, mereka langsung berlindung di bawah benteng tawakal, di mana tak seorang pun dapat menembus benteng tersebut. Dengan begitu kegelisahan dan ketakutan tidak ada artinya bagi mereka.

Banyak ayat Al-Quran dan riwayat yang menjelaskan tentang tawakal. Dalam tujuh ayat secara berulang disebutkan kalimat yang artinya orang-orang yang beriman harus bergantung hanya kepada Allah Swt. Kalimat tersebut secara jelas menerangkan hubungan antara iman dan tawakal.

Dalam surat Ash-Shuara ayat 61 dan 62, Allah Swt berfirman, ÔÇ£Maka tatkala kedua kelompok itu saling melihat, para pengikut Musa berkata ketakutan, "Sesungguhnya Firaun dan kaumnya hampir menyusul dan kemudian membunuh kita." (61) ÔÇ£Musa berkata, "Sesungguhnya perlindungan Allah selalu menyertai ke mana aku pergi. Dia senantiasa memberikan kepadaku jalan keselamatan." Demikianlah, Musa berusaha menenangkan Bani Israil dan membuang jauh-jauh dari pikiran mereka perihal ketersusulan yang menakutkan itu.ÔÇØ (62)

Kedua ayat tersebut mengisahkan tentang Nabi Musa as dan kaumnya. Ketika kaum Nabi Musa as melihat bala tentara Firaun yang mengejar mereka, mereka ketakutan dan menyatakan bahwa mereka tidak akan mampu menghadapai tentara Firaun. Namun Nabi Musa as menenangkan mereka dan mengingatkan kaumnya bahwa Allah Swt bersama mereka.

Pada hakikatnya, salah satu metode efektif yang dilakukan semua nabi dalam menghadapi masalah adalah tawakal kepada zat tak terbatas Allah Swt. Manusia yang bertawakal, dalam dirinya akan timbul energi dan kekuatan serta akan menemukan kesabaran yang berkesinambungan demi mencapai tujuan-tujuannya.

Selain itu, ia akan menemukan arti dari segala peristiwa yang ia alami dalam kehidupannya. Pemahaman tersebut dapat membantunya dalam menafsirkan fenomena kehidupannya, sehingga terlepas dari sesuatu yang tidak berguna dan tak berarti. Manusia seperti ini tidak akan pernah merasa putus asa dan akan terus berupaya demi mencapai tujuannya, namun jika mereka tidak mendapat hasil yang diinginkan, mereka menilai bahwa ada kebaikan di balik itu.

Terkait hal itu,┬á Allah Swt dalam surat al-Baqara ayat 216 berfirman, ÔÇ£....Mungkin saja di dalam hal-hal yang tidak kalian sukai itu terdapat kebaikan, dan sebaliknya, di dalam hal-hal yang kalian sukai justru terdapat keburukan. Allah sungguh mengetahui maslahat yang kalian ketahui. Maka, sambutlah apa yang diwajibkan kepada kalian.ÔÇØ

Salah satu sisi lain dari tawakal kepada Allah Swt adalah harapan manusia kepada anugerah Allah tatkala mengalami kondisi yang sulit. Munculnya harapan untuk terbebas dari kegelisahan dan problem, serta harapan untuk mendapat pertolongan Allah Swt dalam memerangi kebatilan, merupan dampak dari tawakal. Orang yang bertawakal merasa yakin akan mendapat pertolongan Allah Swt, sehingga ia tidak tenggelam dalam masalah yang ia hadapi.

Manfaat lain dari tawakal adalah memiliki hati dan kemandirian yang kuat dalam mengambil keputusan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ÔÇ£Barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling dicintai masyakarat, maka ia harus bertakwa, dan barang siapa ingin manjadi orang terkuat di masyarakat, maka ia harus bertawakal kepada Allah Swt, dan.....ÔÇØ

Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah  buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah bergantung kepada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannnya tetap terjaga.

Terkait hal itu, dalam surat al-Anfal ayat 49, Allah Swt berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang menyerahkan segala urusan mereka kepada Allah dengan penuh keimanan dan harapan, serta menyandarkan diri hanya kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan segala kebutuhan dan memenangkan atas musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuat kekuasaan-Nya dan Mahabijaksana dalam pemeliharaan-Nya.

Dengan tawakal, urusan materi dan maknawi manusia akan teratur. Ia akan mendapat rizki yang tidak pernah ia bayangkan dan pikirkan sebelumnya dan ia akan menjalani hidupnya di jalan yang benar dengan rasa puas dan optimis. Rasa puas tersebut dapat menjauhkan manusia dari penyakit-penyakit jiwa dan akhlak.

Senin, 26 Januari 2015 00:00

Kewajiban haji dan umrah dalam islam

-          Pengertian haji dan Umrah

Pengertian haji menurut syaraÔÇÖ adalah : menuju kaÔÇÖbah untuk beribadah dengan melakukan beberapa perbuatan yaitu : Ihram, Wukuf, Thawaf, SaÔÇÖI dan Thawaf Nisa(Perempuan).

Sedangkan pengertian umrah menurut syaraÔÇÖ adalah : menuju kaÔÇÖbah untuk beribadah dengan melakukan amalan-amalan berikut yaitu ihram, thawaf, saÔÇÖI, thawaf nisa dan cukur atau memotong rambut.

-          Hukum Haji dan Umrah

Hukum Haji

Haji sebagai salah satu ibadah dalam islam menjadi rukun Islam kelima hukumnya wajib sekali seumur hidup bagi setiap orang Islam yang memenuhi syarat, berdasarkan firman Allah SWT:

... ┘ê┘Ä ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï╣┘Ä┘ä┘ë Ϻ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘É Ï¡┘Éϼ┘æ┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¿┘Ä█î┘ÆÏ¬┘É ┘à┘Ä┘å┘É ÏºÏ│Ϭ┘ÄÏÀϺÏ╣┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘Ä█î┘Æ┘ç┘É Ï│Ï¿┘É█î┘äϺ┘ï

(Ïó┘ä Ï╣┘àÏ▒Ϻ┘å 97)

Artinya:

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah
(Q.S. AUImran;97)

 

Senin, 26 Januari 2015 00:00

Mengenal Populasi Muslim Dunia

Saat ini jumlah populasi muslimin dunia tercatat mencapai satu setengah miliar jiwa atau sekitar 23 persen dari seluruh penduduk bumi. Umat Islam tersebar di lebih dari 120 negara, sementara di 35 negara, warga Muslim tercatat sebagai mayoritas sementara di sekitar 29 negara, umat Islam adalah warga minoritas yang berpengaruh. Di 28 negara, Islam ditetapkan sebagai agama resmi seperti di Republik Islam Iran, Mesir, Kuwait, Irak, Maroko, Pakistan dan Arab Saudi.

Dari seluruh negara di dunia, Indonesia menempati urutan teratas jumlah populasi Muslim terbanyak dengan lebih dari 200 juta jiwa , menyusul setelahnya Pakistan dengan lebih dari 170 juta jiwa dan India dengan 160 juta jiwa. Tempat keempat hingga keenam diduduki oleh Bangladesh, Mesir dan Nigeria. Sementara Iran, Turki, Aljazair dan Maroko berada di urutan berikut.

Berdasarkan data yang dihimpun tahun 1980, populasi umat Islam tercatat sebanyak 800 juta jiwa. Jumlah itu membengkak menjadi 1,3 miliar jiwa pada tahun 2004. Sejak tahun 1995, India tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan warga Muslim paling pesat di dunia disusul kemudian oleh Pakistan, Indonesia, Nigeria dan Bangladesh. Perkembangan dan meningkatnya jumlah populasi Muslim di dunia khususnya di Eropa menjadi fenomena yang menarik perhatian para sosiolog. Fenomena ini ditanggapi oleh para pemimpin negara-negara Barat dengan sinis dan dianggap sebagai bahaya yang mengancam kepentingan mereka.

Peningkatan populasi umat Islam tidak bisa lepas dari kian membaiknya indeks kesehatan di negara-negara Islam yang disertai dengan menurunnya angka kematian bayi. Banyak pakar yang meyakini bahwa negara-negara Barat menutup mata dari membaiknya kondisi kesehatan dan kemajuan kedokteran di negara-negara Muslim sehingga mengaitkan pertumbuhan pesat populasi Muslim dunia dengan peningkatan angka kelahiran semata. Padahal, keberhasilan negara-negara Islam dalam menekan angka kematian bayi merupakan faktor yang sangat signifikan.

Dewasa ini ada dua pandangan dan analisa tentang demografi umat Islam di dunia yang menunjukkan bahwa masalah kependudukan, khususnya menyangkut umat Islam dipengaruhi oleh kondisi politik. Pandangan pertama melihat dari ketaatan dalam melaksanakan ibadah dan kewajiban beragama. Untuk itu, mereka yang digolongkan ke dalam komunitas Muslim hanya mereka yang melaksanakan shalat dan aktif dalam kegiatan agama. Sementara pandangan kedua dengan cakupanyang lebih luas adalah memasukkan kecenderungan budaya dan keagamaan, sehingga menyebut semua orang yang menerima Islam sebagai bagian dari komunitas Muslim. Tentunya jika parameter pertama yang menjadi ukuran, mayoritas umat Yahudi dan Kristen akan dikeluarkan dari kelompok agama mereka, karena sebagian besar tidak mengikuti ritual keagamaan yang mereka anut.

Pertumbuhan populasi umat Islam di dunia dianggap sebagai ancaman oleh sejumlah rezim Barat dengan mengesankannya sebagai revolusi populasi kependudukan dunia oleh umat Islam. Hal itu sengaja dilakukan sebagai upaya dari Islamophobia yang memang sedang digalakkan oleh Barat. Padahal dalam 30 tahun terakhir, keluarga Muslim cenderung menguragi jumlah anak yang tentunya berakibat pada menurunnya jumlah populasi umat. Tahun 1975 tercatat rata-rata keluarga Muslim memiliki 6,5 anak. Angka ini menurun menjadi 4 anak pada tahun 2004, bahkan di sejumlah negara Muslim penurunan terjadi lebih drastic menjadi 2,6 anak dalam setiap keluarga. Kondisi yang lebih parah terjadi di masyarakat Muslim di Indonesia, Aljazair dan negara-negara Asia tengah termasuk Rusia. Sementara kondisi di Turki dan Azerbaijan sama dengan kebanyakan masyarakat Eropa. Memang di sejumlah kawasan, mengingat peningkatan jumlah warga Muslim di wilayah yang berdekatan dengan kawasan non Muslim terjadi peningkatan yang signifikan akibat pertumbuhan internal atau imigrasi umat Islam dalam skala besar.

Timur Tengah, Eropa, Rusia dan India adalah kawasan di mana demograsi kependudukan sangat menentukan pergeseran kondisi sosial, politik dan budaya. Sebelum memasuki penjelasan masalah ini perlu dicermati unsur geopolitik dan hubungannya dengan benturan dan gesekan antar umat beragama di kawasan tersebut. Dengan demikian, besarnya jumlah populasi akan menentukan keunggulan satu kelompok. Misalnya, di Palestina, pertumbuhan polulasi warga Arab dibanding warga Yahudi sangat menentukan perimbangan kekuatan warga Palestina. Tahun 2004, di wilayah yang oleh Barat disebut Israel, jumlah populasi warga Arab mencapai satu juta 70 ribu jiwa atau sekitar 16 persen dari total warga Israel. Dari jumlah itu 450 ribu berusia di bawah 15 tahun. Pertumbuhan warga Arab dilihat dari angka kelahiran anak mencapai 3,4 persen sementara angka ini di kalangan warga Yahudi tidak lebih dari 1,4 pesen.

Masih tentang Palestina. Di wilayah otonomi jumlah populasi warga mencapai 3,5 juta jiwa. Di Gaza warga Palestina tercatat sebanyak 1,25 juta jiwa dengan pertumbuhan 4 persen. Tercatat, pertumbuhan populasi warga Palestina tiga kali lipat lebih besar dari pertumbuhan warga Yahudi. Di sela-sela masalah pengungsi Palestina yang belum juga tuntas, populasi warga Palestina lebih besar dua kali lipat dibanding warga Yahudi. Israel, yang mengklaim diri sebagai negara Yahudi di tengah lautan umat Islam hanya memiliki populasi 7,5 juta jiwa. Sementara, negara-negara yang bertetangga dengan Palestina pendudukan yaitu Negara-negar Arab-Islam yang terdiri dari Lebanon, Suriah, Jordania dan Mesir memiliki populasi penduduk lebih dari 100 juta jiwa. Israel semakin terjepit dengan menurunnya angka imigrasi warga Yahudi ke Palestina.

Yang lebih menarik adalah berkurangnya populasi warga Kristen di sejumlah negara Timur Timur Tengah seperti Mesir, Suriah, Lebanon dan Palestina. Tahun 1914, warga Kristen mencapai 26 persen populasi negara-negara ini. Namun data tahun 1995 angka itu menurun drastis menjadi 9,2 persen.

Kondisi yang terjadi di Rusia juga menarik perhatian para pemerhati. Pendataan yang dilakukan tahun 1989 menunjukkan bahwa populasi warga Muslim Rusia tercatat sebanyak 12 juta jiwa atau delapan persen dari total kependudukan negara itu. Sementara pada tahun 2002 dicatat peningkatan populasi warga Muslim menjadi lebih dari 14 juta jiwa. Seuumlah sumber tak resmi bahkan menyebutkan angka yang mencapai 20 juta jiwa. Tahun 2005, Ketua Dewan Mufti Rusia Ainuddin mengatakan bahwa jumlah warga Muslim di Rusia mencapai 23 juta jiwa. Diperkirakan bahwa salah satu faktornya adalah imigrasi warga Muslim dari negara-negara Muslim bekas Uni Soviet ke Rusia. Dengan demikian, Islam menempatkan diri sebagai agama mayoritas kedua di Rusia.

Data tahun 1991 menyebutkan adanya 300 masjid di Rusia. Jumlah ini meningkat menjadi delapan ribu masjid pada saat ini. Ketika Uni Soviet runtuh dan Republik Federasi Rusia terbentuk, tidak ada satipun pusat pendidikan agama Islam di sana. Namun kini minimal ada 50 sampai 60 sekolah Islam yang memberikan pendidikan agama kepada lebih dari lima ribu pelajar Muslim. Tahun 1991, hanya 40 warga Muslim Rusia yang menunaikan ibadah haji. Akan tetapi angka itu meningkat menjadi 13500 orang pada tahun 2005. Data tak resmi menyebutkan bahwa di ibukota Moskow terdapat 1,5 juta warga Muslim dengan enam masjid. Dengan demikian, Moskow menjadi ibukota Eropa dengan populasi jumlah warga Muslim terbesar. Sebagian kalangan bahkan memprediksikan bahwa kedepannya Rusia bakal menjadi negara dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam.

Imigrasi orang Islam ke Amerika terjadi secara bertahap. Pada abad 19, kelompok-kelompok Muslim didatangkan ke Amerika untuk menggarap pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh orang-orang keturunan Eropa. Setelah berakhinya perang saudara di Negara itu dan sebelum pecahnya Perang Dunia I, pemerintah Amerika mendatangkan orang-orang Arab dari Suriah, Lebanon, Jordania dan Palestina untuk bekerja di sana. Mereka umumnya beragama Kristen namun ada pula kelompok Muslim di antara mereka, meliputi Muslim Sunni, Syiah, Alawi dan Druz.

Setelah berakhirnya Perang Dunia I yang disusul dengan runtuhnya imperium Utsmani terjadi gelombang kedua imigrasi orang Islam ke Amerika. Mereka umumnya berasal dari negara-negara yang dulunya berada di bawah kendali pemerintahan Utsmani. Pemetaan kependudukan berdasarkan etnik dalam undang-undang keimigrasian Amerika yang di awal abad 20 lebih banyak diperuntukkan bagi warga Eropa, jumlah imigran Muslim di Amerika masih sangat terbatas.

Gelombang ketiga imigrasi dimulai pada trahun 1930. Saat itu, berdasarkan undang-undang keimigrasian Amerika warga Muslim berhak untuk mengundang sanak keluarganya berhijrah ke Amerika. gelombang keempat imigrasi terjadi pasca Perang Dunia II dan berlanjut sampai dekade 1960. Kebanyakan mereka yang berhijrah ke Amerika pada periode ini adalah pedagang, mahasiswa, dan teknisi di berbagai bidang. Mereka memilih berhijrah ke AS karena faktor ekonomi, budaya, pendidikan, dan sosial. Dengan adanya perubahan mendasar pada undang-undang keimigrasian di Amerika pada tahun 1965, pemerintah setempat menghapuskan pemetaan imigrasi berdasarkan etnis dan kebangsaan untuk digantikan dengan keahlian dan unsur ekonomi. Undang-undang ini kembali membuka peluang bagi sebagian warga Muslim untuk berpindah ke Amerika.

Gelombang kelima imigrasi berbarengan dengan terjadinya transformasi di tingkat global, kemelut di sejumlah negara Islam dan keterbatasan yang didapat di benua Amerika. Imigrasi gelombang, umumnya terjadi dengan tujuan wilayah Amerika utara dan Amerika Serikat. Imigran Muslim terbanyak pada periode ini berasal dari Pakistan, Bangladesh, Afghanistan, Iran, Indonesia, Malaysia, India, negara Arab, Palestina, Turki dan Afrika utara. Imigran Muslim ke Amerika semakin meningkat karena dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya perang Arab-Israel yang terjadi pada tahun 1967 dan 1973, perang saudara di Lebanon pada dekade 1970-80, dan pendudukan negara-negara Islam seperti Afghanistan yang dijajah oleh Uni Soviet. Transformasi lain yang berpengaruh adalah serangan Israel ke Lebanon, dua perang yang terjadi di Irak, kemerdekaan negara-negara Kaukasus dari Uni Soviet, dan pergolakan politik di wilayah utara Afrika.

Setengah abad yang lalu, para sosiolog dan pakar ilmu politik di Dunia Barat tak pernah menduga bahwa Islam di kemudian hari bakal menjadi satu kekuatan besar dalam tatanan internasional. Sebab, sampai saat itu, pengaruh umat Islam dalam percaturan politik, ekonomi, budaya dan regional sangat kecil. Di Amerika utara dan Amerika Serikat, komunitas Muslim dan aktivitas mereka tak pernah dipertimbangkan. Namun sejak tiga dekade silam, tepatnya setelah kemenangan revolusi Islam di Iran, semua prediksi dan peta kekuatan mendadak berubah. Islam kini menjadi satu kekuatan besar yang diperhitungkan oleh semua pihak dalam percaturan internasional.

Sejauh ini belum ada data akurat tentang populasi Muslim di Amerika. Sebab sensus kependudukan di negara itu yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali tidak menyertakan madzhab dan agama dalam pendataan. Karenanya, jumlah warga Muslim di negara tidak lebih dari perkiraan saja. Dalam datanya, pemerintah AS menyatakan bahwa sejak kemerdekaan Amerika sampai tahun 1965 jumlah imigran Muslim yang datang ke negara ini sangat kecil dibanding imigran dari negara-negara dan masyarakat non-Muslim. Ditambahkan bahwa jumlah imigran Muslim yang datang ke Amerika antara tahun 1820 sampai 1965 tercatat sebanyak 520 ribu orang yang kebanyakannya berasal dari kawasan Balkan di Eropa, Turki, India, Pakistan, dan Bangladesh.

Sementara itu, dari tahun 1966 sampai tahun 1980, imigran yang datang ke Amerika dari negara-negara Muslim meningkat hingga 800 ribu orang. Meski mayoritas mereka beragama Islam namun sebagian menganut agama lain seperti Kristen dan Yahudi. Jumlah imigran dari negara-negara Muslim kembali menunjukkan peningkatan mencapai 920 ribu jiwa pada dekade 1980 dan lebih dari satu juta jiwa antara tahun 1990 sampai 1997. Dengan penjelasan tadi, berarti jumlah imigran dari negara-negara Muslim yang datang ke AS antara tahun 1820 sapai 1997 mencapai total 3,3 juta jiwa atau hanya lima persen dari keseluruhan jumlah imigran yang mencapai 64 juta jiwa.

Saat ini populasi warga Muslim di AS diperkirakan berjumlah minimal enam juta dan maksimal 10 juta jiwa. Dari sekitar 10 juta warga Muslim sebagian besar menganut mazhab Ahlussunnah dan sekitar dua juta jiwa mengaikuti madzhab Syiah. Sebagian besar Muslim Syiah di Amerika berasal dari Iran yang diperkirakan jumlah mereka mencapai satu juta jiwa. Selain dari Iran, warga Muslim Syiah di Amerika berasal dari Irak, Lebanon, Afghanistan, Arab Saudi, Pakistan, India, Azerbaijan, Tajikistan, Turkmenistan, Suriah dan negara-negara lain. Pada dekade 1970 dan 1960, Syiah di Amerika tergolong sebagai komunitas muslim yang aktif di kancah politik. Mereka memiliki andil besar dalam menggalang persatuan di antara umat Islam di Amerika.

Kecenderungan kepada Islam di kalangan Afro Amerika menarik perhatian para pakar kependudukan. Sebagian besar mereka bermadzhab Sunni dan hanya sebagian kecil yang mengikuti madzhab Syiah. Kelompok Muslim Amerika keturunan Afrika ini biasanya menunjukkan identitas keislaman lewat nama dan tradisi mereka.

Tingkat kecenderungan untuk memeluk Islam di Amerika pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 20 ribu kasus. 63 persen di antaranya berkenaan dengan warga keturunan Afrika, 27 persen wawrga kulit putih dan sembilan persen dari entis Hispanik. Belum lama ini Radio Amerika seksi siaran bahasa Farsi dalam sebuah laporannya membahas tentang perkembangan Islam di Amerika. Laporan ini dimulai dengan suara adzan. Reporter selanjutnya mengatakan bahwa suara adzan ini bukan berasa dari salah satu jalanan di Jakarta atau sebuah desa di Pakistan, tetapi dari menara Pusat Islam Washington yang berada di jalan Massachusset Washington tempat kebanyakan kedutaan besar asing berada. Pertumbuhan Islam di Amerika sedemikian pesat dan hal ini diakui oleh para petinggi Gedung Putih.

Mantan Menteri Luar Negeri AS Madeline Albright dalam sebuah pidatonya di Asosiasi Asia di New York menyebut Islam sebagai agama yang tumbuh pesat lebih cepat dibanding agama yang lain di Amerika. Sebagian besar warga Muslim Amerika tinggal di New York yang jumlah diperkirakan mencapai satu juta jiwa. Setelah New York, Los Angeles menempati urutan kedua disusul oleh Washington dan Detroit tempat kebanyakan imigran Arab Muslim memilih bertempat tinggal. Di New Yrok terdapat 50 masjid dan pusat agama Islam yang sebagiannya dikelola oleh Louis Farrakhan.

Berbagai kalangan memprediksikan bahwa pada sepuluh tahun mendatang, Eropa harus membenahi kembali identitasnya dan menerima agama Islam dengan ajarannya yang mulia dan peradaban yang besar sebagai bagian dari budaya yang tak terpisahkan dari Eropa. Prediksi ini mengemuka sejalan dengan pertumbuhan warga Muslim di benua ini. Memang sejauh ini belum ada data yang pasti mengenai poplasi jumlah warga Muslim mengingat tidak pernah ada upaya lembaga-lembaga resmi untuk mendatanya. Tahun 2010, sebuah koran Jerman menerbitkan laporan mengenai populasi warga Muslim Eropa yang diklaimnya mencapai 15 juta jiwa atau 3,3 persen dari total 455 juta penduduk benua ini.

Dari seluruh negara Eropa Barat, Jerman, Perancis, Austria dan Belanda dal;ah Negara dengan warga muslim terbanyak. Empat persen warga Jerman atau 3,2 juta jiwa beragama Islam. Angka ini sekaligus menempatkan warga Muslim sebagai minoritas terbesar di Jerman. Dari jumlah itu, 2,4 juta jiwa berasal dari etnis Turki sementara sisanya adalah imigran asal bekas Yugoslavia, Arab dan Iran. Di Inggris dengan populasi warga sebesar 60 juta jiwa, dua juta tercatat sebagai warga Muslim atau 3 persen dari total penduduk negara itu. Kebanyakan mereka berasal dari negara bekas jajahan Britania khususnya Pakistan dan Bangladesh. Di Perancis dengan pendudukan 60 juta jiwa, enam juta jiwa beragama Islam yang umumnya pendatang. Populasi warga Muslim Perancis didominasi oleh keturunan Turki.

Belanda, negara dengan penduduk 16 juta jiwa, 900 ribu warganya beragama Islam. di Austria, 340 ribu warga Muslim tercatat sebagai bagian dari masyarakat negara itu dengan total penduduknya yang berjumlah 8,1 juta jiwa. Warga muslim Austria umumnya datang dari Bosnia, diikuti oleh pendatang dari Turki, dan imigran dari negara-negara Muslim lainnya. Di Belgia dengan penduduknya yang berjumlah 10,3 juta jiwa, 380 ribu orang atau 3,7 persen beragama Islam yang kebanyakan datang dari Maroko dan Turki. Sementara itu, 70 persen warga Albania yang berjumlah 3,1 juta jiwa beragama Islam. Di Bosnia Herzegovina, 1,5 juta warga dari total 5,4 juta jiwa adalah warga Muslim. Di Denmark dengan penduduknya sebanyak lima juta jiwa, lima persen warganya beragama Islam. Di Italia, jumlah warga Muslim mencapai 850 ribu jiwa atau setara dengan 1,4 persen penduduk. Di Spanyol yang mengakui Islam sebagai salah satu agama resmi, terdapat sekitar satu juta warga yang beragama Islam. Jumlah ini kurang lebih sama dengan 2,5 persen dari total penduduk di negara itu. Di Swedia jumlah warga Muslim mencapai 300 ribu jiwa dari sembilan juta penduduknya yang mayoritas beragama Kristen.

Beberapa waktu lalu, The Guardian menurunkan laporan dari Pusat Riset Piu di Eropa tentang pertumbuhan populasi warga Muslim yang sangat signifikan. Diprediksikan bahwa dalam 20 tahun ke depan, populasi warga Muslim di Inggris akan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi di Eropa. Pusat riset lainnya di eropa bahkan menyebutkan angka yang jauh lebih tinggi. para pakar strategis Barat sebelumnya sudah memperingatkan akan terbentuknya komunitas Eropa Muslim pada tahun 2050. Faktor yang melahirkan fenomena ini adalah peningkatan imigrasi Muslim ke Eropa yang meningkat tajam disertai dengan kelahiran anak Muslim yang tinggi, dan di sisi lain menurunnya populasi warga pribumi di negara-negara Eropa. Apalagi, kepercayaan agama di tengah komunitas warga Eropa terhadap agama mereka juga semakin menurun.

Riset yang dilakukan oleh lembaga penelitian Kristen menunjukkan bahwa penurunan partisipasi warga Kristen dalam acara-acara ritual keagamaan di gereja. Riset ini menyebutkan bahwa di Inggris, hanya 6,3 persen warga Kristen yang setiap minggunya datang ke gereja untuk menghadiri acara keagamaan. Disebutkan pula bahwa dalam 15 tahun terakhir sekitar empat ribu gereja tepaksa ditutup dan dijual atau dialihfungsikan karena sepi pengunjung. Sebagian kalangan memprediksikan bahwa dalam beberapa tahun mendatang jumlah orang Kristen di Eropa yang beralih agama dan memeluk agam Islam akan mengalami peningkatan yang signifikan. Contohnya di Glasco, ada sekitar 200 orang yang asalnya beragama Kristen beralih ke agama Islam.

Para pemerhati mengatakan bahwa loyalitas warga Muslim di Eropa dan ketaatannya dalam menjalankan ritual keagamaan jauh lebih besar dibanding warga Kristen. Mereka rajin pergi ke masjid dan getol memedalam pengetahuan akan agama mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, generasi muda Muslim di Eropa justeru nampak lebih taat dalam beragama ketimbang orang tua mereka. Fenomena ini ditanggapi dengan sinis oleh sejumlah kalangan sehingga memunculkan isu yang menyebutkan tentang Eropa Islam. Isu inilah yang disinggung oleh Bernard Louis, salah seorang pakar budaya Barat dalam suratnya kepada Pemimpin umat Katolik dunia Paus Benediktus XVI. Dalam surat yang dikirin tahun lalu itu, Louis memperingatkan Paus akan kemungkinan jatuhnya Eropa ke tangan umat Islam di masa mendatang.

Pusat penelitian Piu dalam sebuah laporannya menyinggung soal penurunan polulasi warga Eropa seraya menambahkan bahwa pada tahun 2048, Perancis akan menjadi negara Republik Islam karena pertumbuhan populasi Muslim yang pesat yang di sana. Kondisi yang sama bakal dialamai Jerman pada sekitar tahun 2050. Koran Inggris The Guardian dalam laporannya menyebutkan bahwa bahaya yang lebih besar justeru muncul karena tidak adanya tindakan yang semestinya di Eropa terhadap warga Muslim khususnya di Inggris. Guardian menambahkan, diprediksikan bahwa pertumbuhan populasi warga Muslim bakal terjadi lebih pesat di Eropa barat dan utara.

Kenyataan bahwa Islam adalah agama yang sejalan dengan fitrah manusia sering diabaikan. Padahal faktor itulah yang menjadi pemicu ketertarikan banyak orang kepada agama ini. Alih-alih membuka mata dan menerima kenyataan yang ada, para penguasa rezim-rezim Eropa justeru mem,andang perkembangan Islam dan pertumbuhan jumlah warga Muslim di Eropa sebagai ancaman. Dengan memutarbalikkan fakta dan mengesankan Islam sebagai agama kekerasan dan anti damai, para pemimpin Eropa berusaha menjauhkan warganya dari Islam. Akibatnya propaganda Islamphobia gencar dilakukan oleh rezim-rezim itu. Seiring dengan itu, kubu nasionalis ekstrim di Eropa sengaja membesar-besarkan jumlah populasi umat Islam untuk mengesankannya sebagai ancaman besar bagi masyarakat Eropa. Padahal, jika dilihat dari prinsip demokrasi yang diagung-agungkan oleh Barat, seharusnya warga Muslim berhak hidup damai di kawasan itu.

Alhasil, seperti ditulis oleh The Guardian, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 populasi warga Muslim di sembilan negara Eropa termasuk Perancis, Rusia dan Belgia akan meningkat menjadi lebih dari 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa untuk sepuluh tahun mendatang, Eropa sudah harus mempersiapkan diri mengubah identitasnya dan menerima Islam sebagai bagian dari peradaban Eropa.