کمالوندی

کمالوندی

Salah satu surat kabar Liberia mengungkap peran Amerika Serikat dalam memproduksi dan menyebarkan virus mematikan Ebola di Afrika.

Fars News (1/10) melaporkan, Daily Observer, koran terbesar Liberia, Barat Afrika merilis bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa Amerika adalah produsen dan penyebar virus Ebola.

Menurut surat kabar itu, Amerika dengan melakukan operasi rahasianya di Afrika yang diberi sandi "MoU 200", memasukkan produksi dan penyebarluasan virus mematikan Ebola ke dalam agenda kerjanya.  

Dalam sebuah artikel yang ditulis Prof. Cyril Broderick di surat kabar itu terungkap bahwa virus Ebola merupakan salah satu organisme yang sudah mendapat modifikasi genetik (GMO) yang diproduksi oleh perusahaan industri militer Amerika sebagai senjata bilogis.

Prof. Cyril Broderick menuturkan, "Semua uji coba rahasia perusahaan militer Amerika itu dilakukan di negara-negara Afrika."

Tujuan dilakukannya operasi rahasia Amerika ini di Afrika adalah untuk mengurangi populasi penduduk negara-negara benua tersebut.

Menurut Daily Observer operasi MoU 200 dilakukan dengan kerjasama sebagian negara Afrika sendiri termasuk Afrika Selatan.

Gelombang epidemi penyakit Ebola muncul pada bulan Maret 2012 di Guinea dan setelah itu menyebar ke sejumlah negara tetangganya.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan kemungkinan penyebaran penyakit mematikan ini ke Pantai Gading, negara tetangga Liberia.

Ï¿Ï│┘àÔÇîϺ┘ä┘ä┘çÔÇîϺ┘äÏ▒Ï¡┘à┘åÔÇîϺ┘äÏ▒Ï¡█î┘à

Ϻ┘äÏ¡┘àÏ» ┘ä┘ä┘ç Ï▒Ï¿ Ϻ┘äÏ╣Ϻ┘ä┘à█î┘å ┘ê ÏÁ┘ä┘êϺϬ Ϻ┘ä┘ä┘ç ┘ê Ϭϡ█îϺϬ┘ç Ï╣┘ä█î Ï│█îÏ» Ϻ┘äϺ┘åϺ┘à ┘àÏ¡┘àÏ»┘ì Ϻ┘ä┘àÏÁÏÀ┘ü█î ┘ê Ïó┘ä┘ç Ϻ┘äÏÀ█îÏ¿█î┘å ┘ê ÏÁϡϿ┘ç Ϻ┘ä┘à┘åϬϼϿ█î┘å

Musim haji kembali tiba ibarat musim semi yang membawa kesegaran, kebeningan spiritual serta keagungan dan kebesaran Ilahi, dan menerbangkan kalbu-kalbu mukmin perindu ibarat kupu-kupu yang beterbangan mengelilingi Ka'bah, pusat tauhid dan persatuan. Mekah, Mina, Mash'ar dan Arafat, menjadi tempat persinggahan insan-insan beruntung yang memenuhi panggilan, "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji...", (Q.S. al-Hajj: 27) dan memperoleh kehormatan menghadiri jamuan Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Pemurah. Di sinilah rumah yang diberkati dan pusat hidayah, yang darinya terpancar ayat-ayat Ilahi yang jelas, dan di sanalah naungan keamanan yang terbentang menaungi semua orang.

Cucilah hati dengan zamzam kesucian, dzikir dan kekhusyukan. Bukalah mata batin dengan ayat-ayat Haq yang terang. Tunjukkanlah keikhlasan dan ketundukan yang merupakan tanda penghambaan hakiki. Ingatlah berulang kali kenangan akan sosok ayah yang dengan ketaatan dan kepatuhan membawa Ismailnya ke tempat pengorbanan. Dengan cara ini, kenalilah jalan terang dan jelas yang terpampang di depan kita untuk mencapai persahabatan dengan Tuhan Yang Maha Mulia. Melangkahlah di jalan itu dengan tekad keimanan dan niat yang tulus.

Maqam Ibrahim adalah salah satu tanda yang jelas. Tempat pijakan kaki Ibrahim (as) di sisi Ka'bah yang mulia adalah tanda satu-satunya yang menunjukkan keagungan derajat Ibrahim. Maqam Ibrahim adalah maqam keikhlasan, kerelaan dan pengorbanan; maqam kegigihan melawan tuntutan nafsu dan emosi kasih sayang seorang ayah, serta kegigihan melawan kekuasaan kufur, syirik dan hegemoni Namrud di zamannya.

Kedua jalan keselamatan ini sekarang terpampang di hadapan kita semua, umat Islam. Keteguhan, keberanian dan tekad kuat kita masing-masing akan membawa kita ke tempat tujuan yang menjadi cita-cita dari seruan para pembawa pesan dan risalah Ilahi dari Adam hingga Nabi terakhir, serta janji kemuliaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka yang mengikuti jalannya.

Dalam pertemuan agung umat Islam ini, sangat tepat jika jamaah haji memaparkan isu-isu terpenting Dunia Islam. Masalah paling mendesak saat ini adalah isu kebangkitan dan revolusi di sejumlah negara Islam yang penting. Antara musim haji tahun lalu dan musim haji tahun ini terjadi beragam peristiwa signifikan di Dunia Islam yang berpotensi membalik nasib umat Islam dan memberi kabar gembira akan hari esok yang cerah, penuh kemuliaan serta kemajuan materi dan spiritual. Kekuasaan thaghut-thaghut diktator, korup dan dependen di Mesir, Tunisia dan Libya terguling, sementara di sejumlah negara lain, gelombang kebangkitan rakyat terus mengguncang pilar-pilar istana kekuasaan dan kekayaan, untuk menghancurkan dan melenyapkannya.

Lembaran sejarah umat kita yang baru dibuka ini telah menguak banyak fakta yang kesemuanya adalah bagian dari ayat-ayat Ilahi yang terang dan memberi kita pelajaran yang memberi kehidupan. Fakta-fakta ini mesti menjadi perhitungan bagi bangsa-bangsa Muslim dalam semua hal.

Pertama, di tengah bangsa-bangsa yang selama puluhan tahun berada di bawah hegemoni politik asing sekarang telah muncul generasi muda yang dengan rasa percaya diri yang patut dipuji siap menerjang bahaya, bangkit melawan rezim-rezim kuasa, dan gigih berjuang untuk mengubah keadaan.

Berikutnya, meski rezim-rezim Sekular berkuasa penuh dan terus berusaha -baik secara terbuka maupun tersembunyi- untuk menyingkirkan agama di negara-negara itu, namun Islam dengan pengaruh dan kehadirannya yang agung justeru menjadi pelita petunjuk bagi hati dan lisan. Ibarat mata air yang memancar deras, Islam mengalir dalam perkataan dan perilaku jutaan orang dan memberi kesegaran serta kehidupan dalam setiap pertemuan dan tindakan. Menara-menara yang mengumandangkan adzan, mushalla, takbir dan syiar-syiar Islam adalah bukti nyata yang mengungkapkan fakta ini, sementara pemilihan umum di Tunisia belum lama ini adalah realita tak terbantahkan yang membenarkan klaim ini. Tak diagukan lagi bahwa di negara Islam manapun, hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dengan bebas akan sama dengan hasil yang diperoleh dalam pemilu di Tunisia.

Masalah berikutnya adalah bahwa perkembangan yang terjadi dalam setahun ini telah menunjukkan kepada semua bahwa Allah yang Maha Mulia dan Kuasa telah memberi kekuatan yang sangat besar pada tekad dan kemauan rakyat, dan tak ada kekuatan apapun yang bisa mengalahkannya. Dengan kekuatan pemberian Allah ini, rakyat mampu mengubah nasib sendiri dan mendatangkan pertolongan Allah untuk diri mereka.

Masalah lainnya adalah, bahwa negara-negara arogan, khususnya Amerika Serikat (AS), berkat trik-trik politik dan militer, selama berpuluh tahun telah mengusai rezim-rezim kawasan. Akibatnya, mereka merasa tak ada lagi hambatan yang menghalangi untuk semakin memperluas kekuasaan ekonomi, budaya dan politik atas kawasan yang vital di dunia ini. Namun kini, mereka menjadi sasaran penolakan dan kebencian bangsa-bangsa regional. Yakinlah bahwa pemerintahan yang lahir dari revolusi-revolusi ini tak akan tunduk kepada peta kekuasaan yang menghinakan di masa lalu. Peta geografis politik kawasan akan terbentuk di tangan bangsa-bangsa ini demi kemuliaan dan kemerdekaan penuh mereka.

Berikutnya adalah bahwa perangai distorsi dan hipokritas rezim-rezim Barat telah terkuak di depan mata rakyatnya sendiri. Di Mesir, Tunisia dan Libya -masing-masing dengan bentuknya sendiri-, AS dan Eropa dengan sekuat tenaga berusaha mempertahankan bonekanya. Ketika tekad rakyat unggul, mereka menebar senyum persahabatan yang menipu.

Hakikat-hakikat yang bernilai dan ayat-ayat Ilahi yang terkuak bersama transformasi dalam setahun terakhir di kawasan masih banyak lagi. Bagi orang yang mau merenung, tidak sulit untuk melihat dan memahaminya.

Meski demikian, hari ini semua umat Islam khususnya bangsa-bangsa yang kini bangkit memerlukan dua hal penting;

Pertama, keberlanjutan resistensi dan sekuat tenaga menjauhkan kelemahan pada tekad dan semangat. Al-Qur'an menyebutkan perintah Allah kepada Nabi yang agung;

┘üϺÏ│Ϭ┘é┘à ┘â┘àϺ Ϻ┘àÏ▒Ϭ ┘ê ┘à┘å ϬϺϿ ┘àÏ╣┘â ┘ê ┘äϺϬÏÀÏ║┘êϺ
"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas..." (Q.S. Huud: 112)

┘ü┘äÏ░┘ä┘â ┘üϺϻÏ╣ ┘ê ϺÏ│Ϭ┘é┘à ┘â┘àϺ Ϻ┘àÏ▒Ϭ
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu.." (Q.S. al-Syuura: 15)

Melalui lisan Musa (as), disebutkan pula :

┘ê ┘éϺ┘ä ┘à┘êÏ│┘è ┘ä┘é┘ê┘à┘ç ϺÏ│ϬÏ╣┘è┘å┘êϺ ϿϺ┘ä┘ä┘ç ┘ê ϺÏÁÏ¿Ï▒┘êϺÏî Ϻ┘å Ϻ┘äϺÏ▒Ï ┘ä┘ä┘ç ┘è┘êÏ▒Ͻ┘çϺ ┘à┘å ┘èÏ┤ϺÏí ┘à┘å Ï╣ϿϺϻ┘ç ┘ê Ϻ┘äÏ╣Ϻ┘éϿϮ ┘ä┘ä┘àϬ┘é┘è┘å
"Musa berkata kepada kaumnya, ÔÇÿMohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Q.S. al-A'raf: 128)

Bagi bangsa-bangsa yang telah bangkit, manifestasi agung dari ketaqwaan di saat ini adalah dengan tidak menghentikan gerakan yang terberkati ini, dan tidak tertipu oleh apa yang sudah diraih pada tahap ini. Inilah bagian penting dari taqwa yang pemiliknya telah dijanjikan dengan penghormatan ÔÇÿkesudahan yang baik'.

Kedua, kecerdasan dalam menghadapi tipu daya kaum arogan internasional dan adidaya yang merasa terpukul dengan fenomena kebangkitan dan revolusi-revolusi ini. Mereka tak akan diam berpangku tangan. Dengan segenap kekuatan politik, militer dan finansial, mereka terjun ke tengah medan untuk mengembalikan pengaruh dam kekuasaannya di negara-negara ini. Alat yang mereka gunakan adalah iming-iming, ancaman dan tipuan. Pengalaman membuktikan bahwa di tengah kelompok elit selalu ada orang-orang yang bisa termakan oleh alat-alat itu. Ketakutan, kerakusan dan kelalaian, disadari atau tidak, membuat mereka melayani kepentingan musuh. Mata anak-anak muda, kalangan cendekiawan dan para ulama harus terus memantau dengan cermat.

Bahaya terbesar adalah intervensi dan infiltrasi kubu kekafiran dan arogansi dalam membentuk tatanan politik baru di negara-negara ini. Mereka akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencegah terbentuknya sistem negara yang bercirikan Islam dan kerakyatan. Mereka yang peduli dengan negara-negara ini dan mereka yang mementingkan kehormatan, martabat dan kemajuan negaranya harus berusaha agar keislaman dan kerakyatan secara utuh menjadi landasan sistem yang baru. Undang-undang Dasar memainkan peran yang menonjol dalam hal ini. Persatuan nasional dan pengakuan akan keberagaman madzhab, suku dan etnis adalah kunci kemenangan di hari esok.

Bangsa-bangsa pemberani yang telah bangkit di Mesir, Tunisia, dan Libya serta bangsa-bangsa lain yang sadar dan berjuang harus menyadari bahwa kunci keselamatan mereka dari tipu daya dan makar AS dan arogan Barat lainnya hanya bisa didapat dengan mengubah konstelasi kekuatan dunia agar berpihak kepada mereka. Untuk bisa menyelesaikan sendiri masalahnya secara tuntas dengan kubu penguasa global, umat Islam harus menjadi kekuatan besar dunia. Cita-cita ini hanya bisa diwujudkan dengan kerjasama, empati dan persatuan negara-negara Islam. Inilah wasiat Imam Khomeini yang tak akan pernah terlupakan.

Dengan alasan Gaddafi yang bengis dan diktator, AS dan NATO selama beberapa bulan menyerang Libya dan rakyatnya. Padahal, sebelum munculnya gerakan rakyat Libya yang pemberani, Gaddafi termasuk sahabat dekat yang mereka rangkul. Melalui tangannya, mereka menjarah kekayaan Libya dan untuk membuatnya terlena, mereka menjabat erat bahkan mencium tangannya... Setelah rakyat Libya bangkit, mereka menjadikan kekuasaan Gaddafi sebagai alasan untuk menghancurkan semua infrastruktur Libya. Negara manakah yang mampu mencegah terjadinya tragedi pembantaian rakyat dan penghancuran Libya oleh NATO? Selama cakar dan taring adidaya Barat yang buas belum dipatahkan ancaman bahaya seperti ini akan terus membayangi negara-negara Islam. Untuk menyelamatkan diri darinya hanya ada satu cara yaitu dengan membentuk kutub kekuatan Dunia Islam.

Barat, AS dan Zionisme saat ini sudah semakin lemah. Kesulitan ekonomi, kegagalan beruntun di Afghanistan dan Irak, protes rakyat di AS dan negara-negara Barat lainnya yang mengakar kuat dan semakin meluas dari hari ke hari, perjuangan dan pengorbanan rakyat Palestina dan Lebanon, kebangkitan gagah berani rakyat Yaman, Bahrain dan sejumlah negara lain yang berada di bawah pengaruh AS, semua itu membawa kabar gembira yang spektakuler untuk umat Islam, terlebih di negara-negara revolusi yang baru. Kaum mukmin, laki-laki dan perempuan, di seluruh dunia khususnya di Mesir, Tunisia, dan Libya harus memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan ini untuk membentuk kekuatan internasional Islam. Kalangan elit dan para pemimpin gerakan revolusi harus bertawakkal kepada Allah dan percaya akan janji pertolongan dariNya. Hendaknya mereka menghiasi lembaran sejarah umat Islam yang baru terbuka ini dengan kinerja membanggakan yang akan mendatangkan keridhaan Ilahi dan membuka pintu pertolongan Allah.

Dan salam sejahtera atas hamba-hamba Allah yang saleh

Sayyid Ali Khamenei

5 Aban 1390 HS/ 27 Oktober 2011 M
29 DzulQa'dah 1432 H

Ï¿Ï│┘à Ϻ┘ä┘ä┘ç Ϻ┘äÏ▒Ï¡┘à┘å Ϻ┘äÏ▒Ï¡█î┘à
┘ê Ϻ┘äÏ¡┘àÏ» ┘ä┘ä┘ç Ï▒Ï¿ Ϻ┘äÏ╣Ϻ┘ä┘à█î┘å ┘ê Ϻ┘äÏÁ┘äϺϮ ┘ê Ϻ┘äÏ│┘äϺ┘à Ï╣┘ä█î Ï│█îÏ» Ϻ┘äÏú┘åÏ¿█îϺÏí ┘ê Ϻ┘ä┘àÏ▒Ï│┘ä█î┘å ┘ê Ï╣┘ä█î Ïó┘ä┘ç Ϻ┘äÏÀ█îÏ¿█î┘å ┘ê ÏÁϡϿ┘ç Ϻ┘ä┘à┘åϬϼϿ█î┘å

Tibanya musim haji harus dipandang sebagai hari besar bagi umat Islam. Kesempatan emas yang ada pada hari-hari yang sangat berharga ini setiap tahunnya adalah sarana menakjubkan bagi umat Islam yang jika dikenal dengan baik dan dimafaatkan dengan semestinya akan mampu mengatasi banyak masalah yang ada di Dunia Islam.

Haji adalah mata air anugerah Ilahi yang memancar. Masing-masing dari Anda semua, para hujjaj yang berbahagia, saat ini memperoleh keberuntungan yang besar untuk membersihkan hati dan jiwa sebaik mungkin dengan amalan-amalan dan manasik yang penuh kesucian dan maknawiyah. Raihlah bekal untuk seluruh kehidupan Anda dari sumber rahmat, kemuliaan dan kekuatan ini. Di medan pendidikan dan pelatihan Ilahi ini kalian bisa mempelajari kekhusyukan dan penyerahan diri di hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih; kepeduliaan untuk melaksanakan kewajiban yang dipikulkan di pundak seorang Muslim; semangat, gerak dan tindakan dalam melakukan pekerjaan untuk agama dan dunia; kasih sayang dan sifat memaafkan dalam pergaulan dengan saudara; keberanian dan percaya diri menghadapi peristiwa-peristiwa yang sulit; harapan kepada bantuan dan inayah Allah di semua tempat dan dalam segala hal; dan singkatnya Anda bisa belajar untuk menjadi insan Muslim yang sejati. Lalu, kalian akan pulang membawa oleh-oleh diri yang terhiasi dengan semua hiasan itu dan membawa kekayaan spiritual haji untuk negara serta bangsa kalian dan akhirnya untuk umat Islam.

Hari ini, umat Islam sangat memerlukan keberadaan manusia-manusia yang bisa menggandengkan pemikiran dan tindakan seiring dengan keimanan, kemurnian hati dan keikhlasan, dan yang mampu memadukan perlawanan terhadap musuh-musuh yang pendendam dengan penempaan diri, spiritualitas dan keruhanian. Inilah satu-satunya jalan keselamatan bagi masyarakat besar Muslim dari segala musibah dan derita yang dialaminya sejak zaman dahulu, baik yang secara jelas dilakukan oleh musuh maupun yang terjadi karena lemahnya tekad, iman dan kearifan.

Tak diragukan bahwa era saat ini adalah era kebangkitan dan penemuan jatidiri umat Islam. Hakikat ini dapat disaksikan dengan jelas melalui tantangan-tantangan yang tengah dihadapi oleh negara-negara Islam. Tepat dalam kondisi seperti ini, tekad dan kemauan yang bersandarkan pada keimanan, tawakkal, kearifan dan kebijaksanaan bisa menghantarkan bangsa-bangsa Muslim kepada kemenangan dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada dan membawanya kepada kemuliaan, sehingga kehidupan mereka akan diwarnai dengan harga diri dan kehormatan. Kubu di depan sana yang tak kuasa menyaksikan kebangkitan dan kehormatan umat Islam telah terjun ke tengah medan dengan segenap kekuatannya. Kubu itu mengerahkan seluruh sarana dan fasilitas keamanan, urat saraf, militer, ekonomi dan corong media untuk membuat umat Islam pasif, untuk menumpas mereka dan membuat mereka sibuk dengan diri mereka sendiri. Dengan mencermati kondisi negara-negara Asia Barat mulai dari Pakistan dan Afghanistan hingga Suriah, Irak, Palestina dan negara-negara kawasan Teluk Persia juga negara-negara di utara Afrika dari Libya, Mesir dan Tunisia sampai Sudan dan sejumlah negara lainnya akan terkuak banyak fakta yang sebenarnya. Perang saudara; fanatisme buta bernuansa agama dan madzhab; instabilitas politik; merebaknya terorisme yang keji; munculnya kelompok-kelompok dan aliran-aliran ekstrim yang bertindak layaknya suku-suku yang kebuasannya terekam dalam sejarah saat dengan mudah membelah dada manusia dan mencabik-cabik hatinya; kelompok-kelompok bersenjata yang membantai anak-anak dan perempuan, memenggal kepala para pria dan dan menodai kehormatan; bahkan dalam sejumlah kasus mereka melakukan kejahatan-kejahatan yang memalukan dan menjijikkan itu dengan nama dan dengan mengusung bendera agama; semua itu adalah produk konspirasi setan yang dibuat oleh kubu arogansi, dinas-dinas keamanan asing, dan antek-antek rezim pemerintahan yang menjadi kaki tangan mereka di kawasan ini. Kondisi dalam negeri sejumlah negara membuat konspirasi itu berpotensi untuk terjadi, menenggelamkan bangsa-bangsa ini ke dalam kekelaman dan menuangkan kegetiran pada kehidupan mereka. Dalam situasi dan kondisi seperti ini bisa dipastikan bahwa negara-negara Muslim tidak bisa diharapkan mampu mengisi kekosongan material dan spiritual mereka dan tak akan mampu mencapai kemakmuran, kemajuan sains dan wibawa internasional yang mestinya diperoleh berkat kebangkitan dan penemuan jatidiri. Kondisi yang memprihatinkan ini bisa membuat mandul kebangkitan Islam, meredupkan kesiapan mental yang sudah muncul di tengah Dunia Islam, menyeret bangsa-bangsa Muslim kembali kepada stagnansi, keterasingan dan dekandensi untuk masa yang lama, dan membuat isu-isu utama dan urgen bagi mereka seperti penyelamatan Palestina dan pembebasan bangsa-bangsa Muslim dari cengkeraman Amerika Serikat (AS) dan zionisme terlupakan.

Penanganan secara mendasar bagi semua itu bisa diringkas dalam dua kalimat kunci yang keduanya merupakan pelajaran paling menonjol dari haji, yaitu:
Pertama, persatuan dan persaudaraan umat Islam di bawah panji tauhid.
Dan kedua, mengenal musuh dan melawan konspirasi-konspirasi serta modus-modus yang digunakannya.

Memperkuat spirit persaudaraan dan solidaritas adalah pelajaran besar yang didapat dari haji. Di sini, bahkan dilarang berdebat dan berbantah-bantahan dengan orang lain. Pakaian yang sama, amalan yang sama, gerakan yang sama dan perilaku yang ramah di sini berarti kesamaan dan persaudaraan semua orang yang meyakini dan mencintai poros tauhid ini. Inilah jawaban Islam yang jelas kepada pemikiran, keyakinan dan ajakan yang menganggap sekelompok dari umat Islam yang meyakini Ka'bah dan tauhid berada di luar Islam. Anasir takfiri yang sekarang ini dipermainkan oleh kebijakan zionisme yang licik dan para pelindungnya di Barat, kelompok yang melakukan berbagai macam kejahatan besar, menumpahkan darah umat Islam dan orang-orang yang tak berdosa, juga mereka yang mengaku beragama dan mengenakan pakaian ulama namun terus menerus meniupkan api perselisihan Syiah, Sunni dan lainnya, mereka semua harus menyadari bahwa pelaksanaan manasik haji membuktikan kebatilan apa yang mereka klaim. Sungguh mengherankan, mereka yang menganggap ritual berlepas tangan (bara'ah) dari musyrikin sebagai perdebatan yang dilarang -padahal ritual ini berakar pada amalan yang dilakukan Nabi Besar Saw-, tapi justeru merekalah orang-orang yang sangat berperan dalam menciptakan konflik berdarah di tengah umat Islam.

Saya, seperti juga banyak ulama Islam yang lain dan mereka yang punya kepedulian kepada umat Islam, kembali mengumumkan bahwa setiap ucapan dan tindakan yang bisa mengobarkan api perselisihan di tengah umat Islam, demikian juga pelecehan terhadap apa yang dianggap sakral oleh setiap kelompok Muslim atau aksi pengkafiran salah satu madzhab Islam, semua itu adalah perbuatan yang melayani kubu kekafiran dan syirik, dan pengkhianatan terhadap Islam yang diharamkan dalam syariat.

Mengenal musuh dan modus-modusnya adalah pondasi kedua. Pertama, keberadaan musuh-yang menyimpan dendam jangan sampai dilalaikan dan dilupakan. Ritual melempar jumrah yang dilakukan beberapa kali dalam manasik haji adalah ritual simbolik untuk menunjukkan kesiagaan selalu. Kedua, jangan sampai salah dalam mengenal musuh utama yang hari ini adalah kubu arogansi dunia dan jaringan zionisme durjana. Ketiga, modus-modus yang digunakan oleh musuh untuk menciptakan perpecahan di tengah umat Islam, menyebarkan kebejatan politik dan akhlak, ancaman dan bujukan terhadap kalangan elit, tekanan ekonomi terhadap bangsa-bangsa, menciptakan keragu-raguan terhadap keyakinan-keyakinan yang ada dalam Islam harus dianalisa dengan baik. Seiring dengan itu, orang-orang yang secara sadar atau tidak menjadi kaki tangan mereka juga harus dikenali dengan cara ini.

Negara-negara arogansi terutama AS dengan memanfaatkan sarana-sarana media massa yang luas dan canggih sengaja menutupi wajah mereka yang sebenarnya. Dengan mengklaim diri sebagai pihak yang membela hak asasi manusia dan demokrasi mereka melakukan tindakan penipuan opini umum bangsa-bangsa di dunia. Di saat mereka mengaku membela hak bangsa-bangsa di dunia, dengan jiwa dan raga bangsa-bangsa Muslim hari demi hari semakin merasakan percikan api fitnah yang mereka kobarkan. Dengan pandangan sekilas terhadap bangsa Palestina yang tertindas yang setiap hari selama puluhan tahun menjadi korban kebiadaban rezim Zionis Israel dan para pembelanya; pandangan sekilas tehadap negara-negara seperti Afghanistan, Pakistan dan Irak yang kehidupan rakyatnya terasa getir akibat terorisme yang lahir dari rahim kebijakan kubu arogansi dan kaki tangannya di kawasan; pandangan sekilas terhadap Suriah yang menjadi bulan-bulanan aksi dendam kubu hegemoni internasional dan antek-anteknya di kawasan dan kini tenggalam dalam perang saudara yang berdarah-darah hanya karena negara itu membela muqawamah dan perlawanan terhadap zionisme; pandangan sekilas terhadap Bahrain atau Myanmar yang masing-masing dalam bentuknya tersendiri saat orang-orang Muslim yang menderita di sana terlupakan sementara musuh-musuh mereka dilindungi; pandangan sekilas terhadap bangsa-bangsa lain yang bertubi-tubi menjadi sasaran ancaman agresi militer, embargo ekonomi atau aksi pengacauan keamanan oleh AS dan sekutu-sekutunya, semua itu menunjukkan kepada semua orang wajah para pemimpin sistem hegemoni yang sebenarnya.

Kalangan elit politik, budaya dan agama di seluruh wilayah di Dunia Islam harus merasa berkewajiban untuk membongkar fakta-fakta ini. Ini adalah kewajiban normatif dan agama bagi kita semua. Negara-negara di utara Afrika yang, sayangnya, saat ini terancam konflik internal yang mendalam punya kewajiban yang lebih besar untuk peduli akan tanggung jawab besar ini, yaitu mengenal musuh beserta modus dan taktik-taktiknya. Berlanjutnya konflik di antara kelompok-kelompok kebangsaan dan kelalaian akan ancaman perang saudara di negara-negara ini adalah bahaya besar yang kerugiannya bagi umat Islam tidak bisa diatasi dalam masa yang singkat.

Tentunya, kita tidak meragukan bahwa bangsa-bangsa yang sudah bangkit di kawasan yang telah melahirkan kebangkitan Islam, dengan izin Allah tak akan membiarkan jarum sejarah berputar balik ke masa lalu dan era kekuasaan para pemimpin yang bejat, dependen dan diktator kembali terulang. Akan tetapi kelalaian akan konspirasi kekuatan-kekuatan arogansi dalam menebar fitnah dan melakukan intervensi yang destruktif akan menyulitkan mereka dan akan menunda lahirnya era kemuliaan, keamanan dan kemakmuran sampai beberapa tahun kemudian. Dari lubuk hati yang dalam kami percaya akan kemampuan rakyat dan kekuatan tekad, keimanan dan kearifan rakyat yang telah diberikan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Bijaksana. Kenyataan inilah yang kami saksikan dengan mata kepala sendiri dan telah kami rasakan selama tiga dekade di Republik Islam Iran. Tekad kami adalah mengajak bangsa-bangsa Muslim untuk meneladani pengalaman saudara-saudara mereka di negara yang berwibawa dan tak mengenal kata lelah ini.

Kepada Allah Swt saya memohon kebaikan untuk kondisi umat Islam dan tertolaknya tipu daya musuh. Kepada Allah saya memohon terkabulnya haji, kesehatan fisik dan jiwa serta kekayaan besar spiritual untuk Anda semua, para hujjaj Baitullah.

Wassalamu'alaikum wa rahmatullah
Sayyid Ali Khamenei

Sabtu, 13 September 2014 00:00

HTI, LIPIA, ISIS hingga Filsafat Islam

Oleh: Muhammad Maruf

Setidaknya jika diperhatikan akhir-akhir ini terdapat dua  isu berita yang menyedot emosi masa, lokal maupun internasioanal. Pertama kasus budaya penggal kepala oleh ISIS dan kompetisi presiden RI, Jokowi versus Prabowo. Dua isu ini menyedot banyak energi dan pada titik tertentu menggelisahkan nasib peradaban. Islam sebagai salah satu elemen pembangun peradaban, menjadi ajang bulan-bulanan kekuatan jahat, alih-alih mengarahkan dan mendorong gerak peradaban dunia makin beradab, Islam menjadi kelihatan ringkih, kurus, serba salah, dan kalah. Pertanyaan, apa yang menarik dari Islam? Jika yang terlihat dan terbaca di koran-koran oleh orang awam hanya yang buruk-buruk saja. Seolah display kemakmuran, kemajuanan sains, seni dan budaya maju hanya untuk etalase negara-negara pemenang perang dunia II.

Jika diperhatikan dengan jujur, emosi sebagian umat Islam yang tidak terbiasa berpikir rasional, tidak terlatih membaca media dengan baik, belum khatam memahami relasi agama dan politik dengan baik, bingung menghadapi perbedaan telah menjadi target kekuatan kekuatan jahat. Namun, di tengah pesimisme kondisi umat tersebut, ada saja cerita-cerita inspiratif yang layak dikonsumsi oleh umat. Berita ini dari rumah kontrakan belakang UIN Ciputat-Jakarta, untuk sampai kesana banyak jalan berliku yang menantang kesabaran. Penghuni kontrakan ini adalah Cipta Bakti.

Belum genap seminggu Cipta merampungkan gelar MA, studi Filsafat Islam di ICAS-Universitas Paramadina dengan nilai sangat memuaskan. Sebelumnya Cipta mengasah bahasa Arab, fiqh, dan ushul fiqhnya di LIPIA dan pernah sepuluh tahun aktif di Hizbut Tahrir Indonesia. Karena kemampuan bahasa Arab dan pemahaman agama yang baik, Cipta pernah ditawari menjadi jubir Hizbut Tahrir DPD Jakarta. Dikarenakan alasan tertentu, Cipta lebih memilih memperdalam bidang yang telah sejak lama membuatnya penasaran, Filsafat Islam, dan meninggalkan Hizbut Tahrir. Pilihan Cipta ini unik karena real sebagian kalangan muslim, Filsafat Islam masih menjadi studi yang tidak disarankan dan cenderung dianggap merusak iman. Cerita selanjutanya, mari kita ikuti hasil wawancara  berikut  23/8.

Irib: Umur anda belum genap 30, sudah beristri dan memiliki buah hati, apa yang anda rasakan setelah anda berhasil lulus S2 di bidang master Filsafat Islam?

Cipta: Saya merasa sangat bahagia bisa menyelesaikan suatu jenjang pendidikan tinggi ini. Saya juga sangat berterima kasih pada keluarga saya, termasuk istri dan anak saya, yang telah memberikan dukungan yang tak ternilai, sehingga saya bisa mencapai kebahagiaan tersebut. Di atas itu semua tentu saja saya bersyukur kepada Allah al-Haqq al-Qayyum yang telah melimpahkan kebahagiaan ini kepada saya yang faqir, yang tak memiliki apapun ini. La hawla wa la quwwata illa bih.

Namun demikian, sebenarnya yang utama bukanlah selesainya jenjang pendidikan formal saya ini, melainkan pengetahuan yang saya dapatkan selama kuliah di ICAS-Paramadina ini. Saya benar-benar mendapat pencerahan. Pandangan saya tentang Filsafat Islam, Tasawwuf/Irfan, dan masa depan peradaban Islam yang sebelumnya dipengaruhi oleh aliran Ibn Taimiyyah versi LIPIA dan Taqiyuddin al-Nabhani versi Hizbut Tahrir benar-benar berbalik seratus delapan puluh derajat. Bagi saya, ini baru awal perjalanan saya yang sesungguhnya dalam Filsafat Islam. Moga Allah selalu menuntun saya untuk memahami al-Kitab, hikmah, dan memerdekakan diri dari ego.

Irib: Sejauh ini adakah penentangan dari pihak keluarga atau komunitas anda, kenapa anda begitu bersemangat studi Filsafat Islam?

Cipta: Keluarga mempercayai saya. Jadi tak ada sedikit pertentangan pun dari mereka.

Teman-teman saya yang terpengaruh oleh Ibn Taimiyyah atau Taqiyuddin al-Nabhani banyak yang menyayangkan pilihan saya untuk mendalami secara serius Filsafat Islam. Sebagian mereka telah mewanti-wanti saya sejak awal. Wajar saja, mereka memandang Filsafat Islam itu sumber kemunduran umat, merusak agama, bidÔÇÖah, dan seterusnya. Bagi mereka para filosof itu seperti monster yang mendewakan rasionalitas dan anti agama.

Jujur saja, saya sendiri awalnya mempelajari Filsafat Islam termotivasi oleh semangat berpolemik membela keyakinan agama yang dipahami seperti oleh kawan-kawan saya itu. Namun makin dipelajari, justru saya makin tulus tertarik pada bidang ini. Saya juga semakin sadar bahwa persepsi saya (dan kawan-kawan saya) sebelumnya tentang Filsafat Islam itu tidak benar. Saya dan kawan saya itu tidak paham sama sekali Filsafat Islam, bahkan hal yang paling sederhana sekalipun tentangnya.

Kemudian saya memutuskan untuk mendalami Filsafat Islam secara serius, full time, dan sangat antusias. Awalnya bagi saya ini bukan keputusan yang mudah, karena cukup banyak hal yang harus saya korbankan untuk mengambil pilihan tersebut. Namun akhirnya saya sangat bersyukur telah memilihnya. Ini karena semakin jelas dalam benak saya bahwa Filsafat Islam itu sangat penting bagi masa depan peradaban Islam secara khusus dan peradaban kemanusiaan secara umum. Saya sangat optimis bahwa Filsafat Islam, terutama pasca Mulla Shadra, sebagai suatu tradisi filsafat yang berhasil berkoherensi dengan teks wahyu dan sufisme merupakan salah satu kunci kemajuan peradaban Islam kedepan. Ini bukan asal spekulasi atau sekedar wishful thinking, melainkan didasarkan pada fakta. Fakta menunjukan bahwa tradisi Filsafat Islam seperti ini telah berhasil melahirkan tokoh-tokoh berlimpah yang bukan sekedar layak disebut filosof, melainkan juga para ahli makrifat (ÔÇÿurafa) yang genuine, ahli agama, dan teladan yang salih. Bukankah masa depan peradaban Islam membutuhkantokoh-tokoh seperti ini? Ini di level individu. Di level masyarakat, saya memandang bahwa Republik Islam Iran sebagai produk dari kepemimpinan tokoh seperti ini bisa menjadi bukti kongkrit masyarakat berperadaban Islam yang maju. Tentu saja, negara lain tidak harus menjadi seperti Iran. Tapi tetap, Iran adalah contoh kongkrit yang baik dalam konteks sosialnya sendiri.

Irib: Anda sebelumnya pernah kuliah di LIPIA dan aktif di organisasi Hizbut Tahrir, tetapi kenapa anda tertarik dan menekuni Filsafat Islam, kenapa anda menganggap Filsafat Islam itu penting?

Cipta: Sekali lagi, saya memandang bahwa Filsafat Islam itu adalah salah satu kunci kemajuan peradaban Islam. Di samping itu, sebenarnya ada banyak alasan untuk memposisikan Filsafat Islam sebagai sesuatu yang penting, penjelasanya seperti ini.

Individu manusia adalah individu yang rasional, sehingga mereka butuh penjelasan rasional terhadap berbagai hal yang mereka temui dalam hidup ini, terutama tentang hal-hal yang penting. Masalahnya adalah manusia itu seringkali sudah merasa telah berpikir dan bersikap rasional sekalipun kenyataannya adalah sebaliknya. Ini karena sebenarnya ia tidak pernah sungguh-sungguh mempelajari prinsip-prinsip berpikir rasional, seperti diajarkan ilmu logika. Sebagian mereka juga menolak untuk memikirkan hal-hal tertentu karena dianggap di luar jangkauan akal manusia, padahal sebenarnya mereka hanya membebek pada perkataan sebagian tokoh saja dan tidak pernah serius mempelajari berbagai prinsip, batasan, alat, dan hal lainnya yang berkaitan dengan pengetahuan manusia, seperti yang didiskusikan dalam epistemologi. Mereka juga sering menuduh para wali sebagai berkhayal, bahkan musyrik, padahal tuduhan mereka itu sebenarnya diakibatkan oleh kemiskinan cakrawala ontologi mereka. Jadi mereka butuh logika, epistemologi, dan ontologi; dengan kata lain, filsafat. Kenapa Filsafat Islam dan bukan filsafat secara umum? Menurut saya, ini karena Filsafat Islam lah yang terbaik.

Irib: Bagaimana anda memandang agama Islam, adakah perbedaan sebelum dan sesudah belajar Filsafat Islam?

Cipta: Saya akui, setelah mempelajari Filsafat Islam, pemahaman saya tentang agama Islam berubah cukup mendasar. Dulu saya sangat literalis. Sekarang saya mengerti bahwa di balik hal-hal literal itu ada realitas yang sangat luas, bahkan tanpa batas. Dulu saya memahami Islam sebagai himpunan doktrin yang harus diimani dan suatu set perintah-larangan yang harus ditaati agar urusan dunia rapi dan di akherat dapat istana megah berisi bidadari-bidadari sexy. Sekarang saya sadar bahwa Rasulullah Saw, para Imam as, dan para wali ra, mengajarkan kita agama ini untuk kembali ke al-Haqq. Dasar ini berimplikasi sangat besar pada persoalan-persoalan cabang dalam keberagamaan saya. Ini di satu sisi.

Di sisi lain, saya juga merasa setelah mempelajari Filsafat Islam saya lebih toleran terhadap perbedaan, khususnya perbedaan pilihan keberagamaan dan kemazhaban, karena saya jadi mengerti alasan epistemologis dan ontologis kenapa perbedaan itu ada. Sikap toleran ini sangat kita butuhkan saat ini.

Irib: Setelah anda belajar Filsafat Islam, apakah anda merasa iman anda makin merosot atau malah makin bertambah?

Cipta: Saya merasa keimanan saya terhadap kebenaran ajaran Islam makin bulat. Justru dulu saya sempat merasa jenuh dengan agama Islam yang hanya berorientasi fiqh dan syariah. Dengan mempelajari Filsafat Islam, terutama yang telah menggandeng ÔÇÿirfan, saya menemukan kesegaran kembali.

Irib: Sejauh ini apakah anda merasa dikucilkan dari komunitas anda?

Cipta: Komunitas saya secara umum ada tiga jenis: keluarga, masyarakat sekitar, dan kawan-kawan dekat. Untuk keluarga, sekali lagi, tidak ada persoalan, demikian pula masyarakat sekitar. Namun untuk yang ketiga, kawan-kawan dekat saya dahulu adalah teman satu almamater LIPIA dan kawan-kawan di Hizbut Tahrir. Setelah lulus kuliah, teman-teman satu almamater saya memang secara praktis berpencar dan jarang berinteraksi secara langsung. Namun, pilihan saya untuk menjadi pendukung Filsafat Islam, apalagi Neoshadrian school, menjauhkan saya secara pikiran dari rekan-rekan sealmamater saya yang berhaluan salafisme atau terpengaruh olehnya. Sebagian kawan saya sering menyerang sikap-sikap saya di media sosial, walau lama-lama juga mereka diam.

Dengan kawan-kawan di Hizbut Tahrir, setelah saya memutuskan keluar, tentu saja saya sudah tidak menjadi bagian dari mereka lagi. Otomatis, relasi keorganisasian saya dengan mereka menjadi nihil. Namun jelas juga, secara pemikiran dan keagamaan saya menjadi berseberangan dengan kawan-kawan di Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir itu memperjuangkan suatu paket pemikiran dan cita-cita politik. Salah satu pikiran yang mereka perjuangkan adalah pandangan bahwa filsafat dan tasawwuf adalah sebab kemunduran umat, dan cita-cita politik mereka adalah bahwa persoalan utama umat sekarang adalah kembali ke sistem khilafah (versi mereka). Sikap saya sekarang jelas menjadi oposisi bagi perjuangan pemikiran dan politik mereka. Sebagian kawan menganggap saya pengkhianat perjuangan, sebagian menganggap saya nyeleneh, sebagian menganggap saya keasyikan dengan pencarian kepuasan intelektual, sebagian menganggap saya melangit, dan seterusnya, intinya memang saya benar-benar berpisah dari mereka, baik secara struktur organisasi, pemikiran, ataupun perjuangan politik. Tentu saja, sebagian mereka masih menjaga relasi pertemanan dengan saya.

Irib: Kita tahu bahwa mahasiswa LIPIA dan orang yang aktif di Hizbut Tahrir adalah muslim yang wajib kita hormati, terlepas pengetahuan agama yang mereka yakini, akan tetapi dalam hal proses diskusi ilmiah seringkali tidak cair, apakah ada  hubunganya secara langsung mapun tidak langsung dengan Filsafat Islam?

Cipta: Tentu saja, orang yang belajar filsafat secara umum (bukan hanya filsafat Islam) akan terbiasa dengan diskusi rasional, tidak seperti para pengikut atau aktivis komunitas-komunitas teologis. Jadi diskusi dengan orang-orang terakhir ini akan tidak cair, diselimuti oleh debu-debu prejudis teologis yang tebal dan emosional.

Khusus berhubungan dengan Filsafat Islam, Salafisme LIPIA dan Nabhanisme Hizbut Tahrir memang memposisikannya sebagai musuh pemikiran dan keagamaan. Wajar saja, suasana panas dan sensitif itu lebih terasa ketika mendiskusikannya dengan mereka. Bagi mereka, dialog dengan pembela Filsafat Islam sama dengan perang melawan kebatilan. Ya, perang.

Irib: Kita tahu isu terpanas umat Islam sekarang adalah ISIS, apakah ada hubunganya ISIS dengan nasib Khilafah?

Cipta: Saya sepuluh tahun di Hizbut Tahrir dan mengambil S1 di bidang fiqh-ushul fiqh (Sunni) di LIPIA-Universitas Islam Imam Muhammad bin SuÔÇÖud (pusatnya di Riyadh). Saya cukup paham bahwa secara fiqh, mazhab-mazhab sunni yang pro khilafah memiliki konsep yang beragam tentang sistem pemerintahan ini. Saya tidak pernah berpikir bahwa salah satu model khilafah adalah seperti yang dipertontonkan oleh ISIS. Saya secara personal merasa sangat miris dengan adanya aliran seperti itu yang mengatasnamakan Islam.

Jika kita lihat, yang benar-benar memperjuangkan sistem khilafah di dunia sunni saat ini hanyalah kelompok jihadis seperti al-Qaida dan ISIS, dan Hizbut Tahrir yang non-jihadis. Khilafah yang dipertontonkan ISIS ini jelas akan merugikan kampanye khilafahnya al-Qaida dan Hizbut Tahrir, terlepas dari penolakan kedua kelompok terakhir ini atas khilafah ISIS.

Namun demikian, yang terpenting bagi saya adalah masyarakat muslim pada umumnya. Saya punya refleksi tersendiri dengan adanya kasus khilafah ISIS ini. Bagi saya ISIS adalah wujud┬á terekstrim dari pemahaman terhadap agama Islam yang tidak didasarkan pada rasionalitas dan ÔÇÿirfan. Khawarij barangkali merupakan contoh serupa mereka di awal sejarah Islam pasca wafatnya Rasulullah Saw. Agama itu tidak bisa sekedar diserahkan pada orang-orang yang hapal al-Quran, hadits, fasih bahasa Arab, dan rajin ibadah, tanpa rasionalitas dan derajat kewalian. ISIS (dan ÔÇ£jihadis-jihadisÔÇØ lainnya) adalah produk tafsir agama dari orang-orang seperti itu. ISIS memang yang terkestrim, namun yang tidak seekstrim ISIS pun menunjukan kesuraman yang serupa. Di sinilah, kembali, mari kita tengok Filsafat Islam, mari kita tengok irfan!

Irib: Setelah anda belajar Filsafat Islam, bagaimana konsep khilafah menurut anda?

Cipta: Khilafah sebenarnya berhubungan dengan ontologi. Secara ontologis, realitas ini merupakan kumpulan dari beragam esensi yang hakikat terdalamnya adalah eksistensi yang tunggal nan bergradasi, dari wujud paling sempurna (Allah) hingga wujud yang mendekati ketiadaan (materi). Manusia itu adalah makhluk yang wujudnya ada di dunia materi namun bisa menggapai ÔÇ£pertemuanÔÇØ dengan Allah secara rohani. Namun kebanyakan manusia hanyalah makhluk material dengan jiwa yang tak jauh berbeda dari binatang ternak, bahkan bisa lebih buruk dari itu. Oleh karena itu lah perlu adanya perantara yang menghubungkan Allah sebagai puncak wujud dengan makhluk-makhluk material yang antara ada dan tiada ini. Perantara inilah yang disebut khalifah, wakil Allah. Mereka bisa ditugaskan menjadi rasul, nabi, imam, atau tidak. Yang pasti mereka semua adalah insan kamil (manusia sempurna), atau para wali yang kamil. Mereka ini ada untuk mengajak kita kembali ke Allah, ke wujud sempurna, menjadi insan kamil juga. Orang seperti ini juga yang bisa menjadi pemimpin masyarakat dengan Islam.

Ini bukan sekedar spekulasi filosofis, melainkan juga realitas yang disaksikan langsung oleh para wali (ÔÇÿurafa) dan menjadi kesepakatan mereka. Ini juga telah dijelaskan sejak dahulu oleh para penafsir al-Quran dan hadits yang ahli makrifat. Inilah khilafah.

Khilafah itu bukan asal ada kekuasaan, ada persatuan, ada pemimpin (orang Quraisy pula), dan dideklarasikan negara Islam, dengan penafsiran Islam yang didasarkan pada kalbu-kalbu yang buta. Tanpa khalifah insan kamil, khilafah itu jadi lebih seperti yang digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai Dajjal!!!

Irib: Dalam kontek internasional, tegaknya khilafah yang diyakini sebagian umat Islam terus didorong oleh kekuatan media mainstream jahat dan menghasilkan adu domba antar umat Islam saling bunuh, pemberontak Suriah versus rezim Assad, dan sekarang adu domba terus digencarkan di Irak dengan modus lain, menurut anda apakah ide khilafah ini rawan dan menjadi jebakan bagi umat Islam?

Cipta: Bukan sekedar rawan dijadikan jebakan, buat saya ide khilafah tanpa insan kamil itu adalah jebakan itu sendiri. Jebakan yang akan menghalangi kita dari suluk menuju al-Haqq. Wa Allah al-MustaÔÇÖan.

Irib: Kita tahu sebagian umat Islam yang rasional sedang berjuang membangun peradaban dunia dengan ilmu pengetahuan termasuk dengan gigih mempopulerkan belajar Filsafat Islam, menurut anda apakah upaya ini signifikan, karena gerakan budaya pengetahuan selalu terasing dan hanya pelengkap berita di media?

Cipta: Menurut saya usaha ini signifikan. Terutama ketika telah didukung oleh negara, seperti yang terjadi di Iran. Alhamdulillah.

Namun demikian, di sisi lain, tentu saja perjuangan ini harus dilanjutkan dan disempurnakan. Kita terus saja berjuang. Kita yakin Islam yang benar itu cepat atau lambat akan menang, dengan turunnya al-Mahdi af, sebagaimana telah dikabarkan sejak dahulu oleh Rasulullah saw.

Irib: Anda meneliti relasi tubuh dan jiwa, membanding psikologi- filsafat Bunge dengan Neosadrian apa menariknya, toh penelitian neuroscience mutakhir makin menambah dan mempermudah kebutuhan manusia, apa yang anda tidak setuju?

Cipta: Saya bukan menolak pengembangan neurosains. Motif saya meneliti topik tersebut justru karena saya mendukung riset-riset saintifik, termasuk neurosains, namun dengan menempatkannya pada posisi yang pas. Melalui penelitian tersebut saya mencoba melancarkan kritik filosofis kepada para materialis, khususnya Mario Bunge, yang mengklaim bahwa riset neurosains mengukuhkan kebenaran para materialis bahwa tidak ada entitas-entitas immaterial seperti jiwa, kalbu, dan roh. Menurut saya klaim semacam ini perlu dikritisi, diantaranya karena berimplikasi pada penolakan atas realitas pengalaman wahyu pada nabi dan kasyf para wali dengan dalil neurosains. Sebagaimana dikatakan banyak pakar, baik di dunia Islam ataupun di Barat, seringkali ada carut-marut antara klaim filosofis dengan klaim saintifik, termasuk dengan klaim teologis-dogmatis; salah satunya seringkali dianggap sejalan atau bertentangan dengan yang lainnya. Saya melihat filsafat Neosadrian bisa memberikan penjelasan yang mantap tentang persoalan tersebut dan solusinya.

Irib: Apa saja buku yang sudah anda baca untuk menunjang penelitian anda?

Cipta: Saya membaca karya-karya utama Mario Bunge, dari mulai karya sistem filsafatnya, yaitu Treatise on Basic Philosophy (8 jilid); karya-karyanya yang membahas subjek tertentu, seperti Matter and Mind, Medical Philosophy, Philosophy of Psychology, Causality in Modern Science, dan Philosophy of Science (2 jilid); juga karya-karyanya yang bersifat diskursif, seperti Philosophy in Crisis dan Scientific Materialism.

Untuk filsafat Mulla Shadra saya membaca al-Asfar jilid 1, 2, 3, 4, 5, dan 8, namun saya memberikan perhatian serius pada jilid 8 saja karena spesifik membahas jiwa; juga beberapa bagian dari Syawahid Rububiyyah.

Untuk filsafat Neoshadrian saya membaca serius karya Syekh Hasan Zadeh Amuli yang khusus membahas jiwa, yaitu ÔÇÿUyun MasaÔÇÖil al-Nafs dan Syarh-nya; al-Hujaj al-Balighah ÔÇÿala Tajarrud al-Nafs al-Nathiqah, al-Nur al-Mutajalli fi al-Zhuhur al-Zhilli, dan Ittehad-e ÔÇÿAqil be MaÔÇÖqul. Untuk memahami prinsip-prinsip ontologi dan epistemologi umum Neoshadrian saya juga membaca serius karya Sayyid ÔÇÿAllamah TabatabaÔÇÖi, Bidayah al-Hikmah dan syarh-nya oleh Sayyid Syekh Kamal al-Haidari dan Syekh ÔÇÿAbdul Jabbar al-RifaÔÇÖi. Juga karya Syekh Muhammad Taqi Mesbah Yazdi dalam terjemah Arab, al-Manhaj al-Jadid fi TaÔÇÖlim al-Falsafah. Mereka adalah orang-orang yang mengagumkan.

Itu yang utama.Tentu saja ada berbagai sumber lain yang saya rujuk sebagai pendukung penelitian tersebut.

Irib: Kajian anda adalah Filsafat Sains (neuroscience) dan neosadrian, tentu saja pemahaman anda tentang pikiran, ruh dan jiwa lebih baik,  akan tetapi berbagai peristiwa umat Islam terkadang kental dengan nuansa politik, dan reaksi umat Islam terkadang reaktif, apa ada hubungan antara pemahaman agama dengan kondisi ruh seseorang?

Cipta: Sekali lagi, manusia itu adalah subjek yang memiliki beragam modus eksistensi, dari mulai insan kamil, hingga subjek yang lebih buruk dari binatang ternak. Demikian pula yang dijelaskan oleh Syekh Hasan Zadeh dalam Sarh al-ÔÇÿUyun. Ini semua tergantung dari gerak yang dijalani orang individu manusia. Beliau juga menjelaskan bahwa jiwa itu kan berawal dari potensialitas yang ada pada konstruk jasad. Konstruk jasad ini menyimpan potensi-potensi modus eksistensi subjek tadi. Orang yang terus bersikap kasar, reaktif, banyak mencaci maki, itu hakikatnya sedang mengaktualkan potensi-potensi hewan buas yang ada pada dirinya. Sebenarnya agama Islam kita ini kan mengajari kita untuk melawan hawa nafsu. Secara filosofis ini bisa dijelaskan sebagai ajakan untuk mengaktualkan potensi kita untuk mewujud dalam modus eksistensi yang sempurna, yaitu yang berada di atas materi, seperti akal dan roh.

Sederhananya, kembali, umat Islam itu butuh belajar bersikap rasional yang sebenarnya dan butuh belajar ÔÇÿirfan, agar dia bisa menjadi manusia sejati, bukan sekedar hewan yang struktur otaknya tak jauh dari simpanse. Ini perlu pembelajaran dan latihan (riyadhoh). Marilah kita sama-sama menjalaninya!

Irib: Kita ambil contoh, lepas dari kepentingan kekuatan jahat dan niat menegakkan khilafah, ISIS sering mempertontonkan budaya memotong kepala kemudian di upload di youtube, kira-kira apa analisa anda, tentang kondisi ruh mereka? Apa hubungan antara pemahaman agama dengan kondisi ruh seseorang?

Cipta: Itu bahkan tidak bisa disebut ruh. Sebagaimana dinyatakan di dalam al-Quran, ruh manusia itu ditiupkan oleh Allah. Jadi, langsung dari Allah. Sikap kejam itu adalah sikap binatang buas. La hawla wa la quwwata illa billah. Ngeri sekali saya menyaksikan perilaku seperti itu. Para ÔÇÿurafa (sufi) akan bilang bahwa sifat-sifat seperti itu adalah musuh kita. Musuh kita yang sebenarnya adalah berbagai sifat buruk yang ada di dalam diri kita sendiri.┬á Mereka itu barangkali merasa sedang berjihad melawan musuh, padahal jiwa mereka sendiri sedang dijajah oleh musuh yang sebenarnya, syaithan. Saya jadi ingat penjelasan Imam Khomeini qs dalam Syarh ÔÇÿArbaÔÇÖin Haditsan, ketika beliau menjelaskan hadits jihad melawan diri kita sendiri (nafs). Beliau menjelaskan bahwa sebenarnya di dalam diri kita itu banyak sekali penjajahnya, di dalam persepsi inderawi kita, di dalam khayal kita, di dalam wahm kita, banyak penjajahnya. Rasulullah saw memerintahkan kita untuk mengusir penjajah-penjajah itu, bahkan memandangnya lebih akbar dari jihad melawan musuh-musuh eksternal. Ya, lihatlah ISIS!Itu ÔÇ£jihadÔÇØnya orang yang sebenarnya terjajah. Wal ÔÇÿiyadz billah.

Irib: Dalam kutipan tesis, anda menyimpulkan. Pertama, teori identitas mental dan otak tidak bisa diterima. Kedua, perkembangan studi saintifik yang menguatkan adanya relasi antara status otak dan status mental tidak menjustifikasi validitas teori identitas mental dan otak, juga tidak memfalsifikasi dualitas esensi keduanya. Ketiga, ontologi materialisme tidak bisa diterima. Keempat, ontologi sistemisme dan emergentisme bisa diterima dengan batasan pada entitas ragawi. Kelima, sekalipun terdapat banyak titik temu pada prinsip epistemologi realisme dan rasio-empirisisme, namun prinsip saintisme dan fallibilisme Bunge yang berhubungan dengannya tidak bisa diterima.

KiraÔÇôkira, dengan berbekal kesimpulan anda, apa penjelasanya, satu sisi orang merasa paling benar imanya, tentunya berimplikasi paling rajin ibadahnya, paling baik akhlaqnya, rasa kasih sayang┬á paling tinggi, keberanian di depan musuh paling tinggi, tetapi faktanya menunjukkan sebaliknya?

Cipta: Itu kan jelas sikap-sikap sombong. Sikap sombong itu walau hanya secuil akan menghijab kita dari bertemu Allah. Bagaimana bisa orang yang salih punya sikap/perasaan seperti itu?! Itu kontradiktif!

Secara filosofisÔÇöyang berhubungan dengan penelitian saya, begini. Sebagian kondisi psikis itu memang memiliki kausa material, sebutlah kondisi otak. Menurut temuan studi neurosaintifik, koneksi antara sel-sel otak itu bersifat plastik, maksudnya dinamik, mengikuti banyak faktor. Sifat plastik seperti ini diikuti kemampuan otak untuk ÔÇ£mempelajariÔÇØ sesuatu, dengan kata lain merespon suatu faktor (kausa) dengan suatu pola koneksi tertentu. Nah ini akan menjadi kausa bagi kondisi psikis seseorang, misalkan orang yang sombong. Artinya, secara filosofis dan saintifik, sifat sombong itu memang bisa terhubung dengan kondisi tertentu dari otak.

Di antara faktor penentu pola koneksi otak adalah genetik dan lingkungan. Dari sini wajar saja jika kita menyaksikan bahwa memang sebagian orang itu cenderung sombong atau sebaliknya. Namun Islam mengajari kita bahwa kita harus bisa melampaui faktor-faktor natural seperti genetik dan lingkungan. Kita harus bisa merdeka dari kungkungan alam. Kita itu harus bergerak untuk bisa jadi khalifah Allah di muka bumi, bukan tetap menjadi hewan di bumi.

Irib: Banyak filsuf muslim pada abad pertengahan berjasa bagi ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, akan tetapi banyak juga filsuf muslim sekaligus menjadi pemimpin umat, anda pilih yang mana?

Cipta: Menurut saya persoalannya bukan ÔÇ£memilih yang manaÔÇØ, melainkan bahwa kita sangat butuh filsuf yang ÔÇÿarif, yang insan kamil, yang mimpin umat. Makin sempurna kemampuan seseorang untuk memanifestasikan asma dan sifat fiÔÇÖliyah Allah, berarti dia makin sempurna.

Irib: Setelah wafatnya Caknur,anak-anak muda muslim banyak meninggalkan Filsafat Islam dan cenderung larut dalam politik dan tertarik mencoba-coba dan akhirnya tergelincir jadi koruptor, apa komentar anda?

Cipta: Ia, sayang sekali. Banyak faktor tentunya. Hanya saja, alhamdulillah tetap ada yang terus memperjuangkan hidupnya Filsafat Islam dengan tulus dan niat yang baik. Moga Allah selalu menolong usaha seperti ini.

Di sisi lain, saya berpikir begini, tampaknya sebagian orang meninggalkan Filsafat Islam karena bahasannya dirasa sulit, atau dianggap kurang relevan dengan berbagai persoalan yang mereka sering hadapi. Pada dasarnya, memang, seperti dijelaskan oleh Syekh al-Thusi tentang pernyataan Ibn Sina dalam al-Isyarat wa al-Tanbihat di awal pembahasan TabiÔÇÖiyat (fisika filosofis), bahwa belajar Filsafat (Islam) yang serius itu menuntut kita menghindarkan diri dari persoalan-persoalan partikular yang terindera. Karena kita ditarik untuk masuk ke alam intelijibel (maÔÇÖqulat), ke universalia-universalia. Namun demikian, menurut saya salah satu jalan keluarnya adalah dengan mendialogkan Filsafat Islam ini dengan isu-isu yang lebih hangat, up to date, walau tidak berarti harus ÔÇ£sangat praktis dan partikularÔÇØ. Penelitian saya yang disinggung sebelumnya jugaÔÇödiantaranya, dimotivasi oleh hal seperti ini.

Irib: Apa rekomendasi anda agar peradaban Islam  khususnya di Indonesia bisa maju?

Cipta: Mari kita sebarkan Islam yang toleran, kita sebarkan Filsafat Islam, dan kita sebarkan ÔÇÿirfan!Juga mari kita awali dan iringi semua itu dengan jihad menaklukan penjajah-penjajah yang ada di dalam diri kita masing-masing!

Pemilu 2014 segera digelar, mesin partai dan para caleg sibuk merayu rakyat. TV, koran, sosial media, atribut spanduk memenuhi ruang publik. Pemerintah dan partai  bekerja serius, inilah yang ditunggu-tunggu, menjadi penguasa, kapan lagi? Energi SDM dan anggaran negara tersedot, semua merayakan dengan tanpa menengok ke belakang, maju terus, jalan lurus demi rakyat Indonesia. Demi kesejahteraan, demi cita-cita Indonesia lebih baik, dan demi yang lain terus dipompa, dijajakan. Ketepatan, konsistensi antara ucapan dan isi perbuatan tidak penting lagi, seolah yang mendengar sudah tahu, ujung dari pemilu adalah sihir siapa yang paling sakti

Sihir itu ada di sandal Jokowi, tepatnya jika Jokowi dipakai sandal jepitpun, dia akan menjadi pemenang. Ucapan itu mengalir mantap darI Sri Bintang Pamungkas. Dengan nada lugas dan tegas, Bintang mengatakan, reformasi tidak terjadi, demokrasi tidak terjadi, kesejahteraan tidak terjadi. Semua itu akibat ulah partai, Suharto orang partai, Habibie orang partai, Megawati orang partai, SBY orang partai, partai dan orang partailah yang pelaku penjualan aset negara, tanpa ragu diucapkan Bintang. Lalu pemilu, tolak saja, seolah Bintang mengatakan pemilu adalah siklus perampokan aset negara.

28/3 usai Jumat, di Perpustakaan Nasional. Bintang menumpahkan kerusakan negeri ini, diundang Petisi Kedaulatan, rembuk bersama aktifis, dengan judul kembalikan kekayaan nasional!!! Yusron, salah fasilitator, mengatakan, kita hari ini memasuki seri ke-4, dialog pengembalian aset nasional. Kita akan terus road show. Yusron mengatakan, inti dari berbangsa yang paling mendasar adalah penguasaan aset oleh anak negri. Demokrasi, pemilu, pergantian pemimpin hanya sarana saja. Sayangnya tidak ada hubungan signifikan, pemilu dan kesejahteraan rakyat.

Beda nuansa dengan Bintang.  Sayuti, mantan aktifis UI lebih memaknai pengembalian aset dengan analisi makna dan simbol. Tapi keduanya sama-sama resah dan jiwa keduanya tetap aktifis. Sayuti dengan sedikit memainkan intonasi suara, mengatakan, semua itu salah kita, karena kita lalai. Tidak ada revolusi yang menyalahkan orang lain, negara lain, kitalah yang salah. Salah karena membiarkan, segelintir orang menguasa aset, salah karena kita diam dipermainkan media, partai dan pemerintah.

Paket kejahatan begitu rapi dioperasionalkan, semua terukur, penguasaan aset kekayaan Indonesia adalah bagian dari paket kejahatan yang disiapkan dan mereka bersatu, dan anehnya kita tidak ragu dan malas bersatu di bawah panji pancasila. Sila pertama, adalah pemersatu bahwa kita sama-sama mahkluk Tuhan, mahkluk ciptaan yang sama-sama punya potensi secara fitrah mengenal kebaikan, kebenaran. Sila pertama, adalah prinsip kaum monoteis, tauhid. Tauhid maknanya kita adalah cahaya yang bersumber dari yang satu, dan redupnya cahaya itu, karena kita sendiri yang membesarkan kegelapan. Maka resep dikala melawan manusia srigala dalam di ruang gelap, jika kita menyerang dari segala penjuru, srigala akan bisa menyesuaikan, dan kita merasa serigala terus menang, maka bukalah atap, agar cahaya masuk, dan serigala akan mati dan kalah. Cahaya itu adalah kuatnya keyakinan kita akan makna tauhid yang bisa merasakan pengetahuan  dan kesadaran. Bukan disiksa dengan  akal, analisa. Pikiran yang lemah menganggap kegelapan lebih besar dari cahaya.

Kesalahan kita, kata Sayuti, menganggap media menciptakan iblis, dan kita mengakui iblis itu besar. Kita kalah sebelum bertanding, karena kita terus membesarkan iblis, pikiran kitalah yang mendikte kita kecil, dan kejahatan itu besar, asing itu besar, pemilik modal itu besar, semua selain nilai kemanusiaan kita, kita anggap besar dan nyata, padahal yang nyata dan besar adalah pemilik kebenaran, pemilik cahaya, dan sumber pengetahuan, Tuhan sendiri. Itulah makna sila pertama. Sayuti meringkas, resep perubahan ada pada manusia, bukan pada yang lain. Sedang sila berikutnya, kedua, ketiga, dan keempat, kelima hanyalah turunan dari sila pertama. Resep perubahan ada pada sila pertama, siapa yang ingin merubah dan mengembalikan aset nasional, rubahlah cara kita memaknai sila pertama pancasila. Inilah maksud dari berpikir dalam koridor makna dan simbol.

Berpikir, merealisasikan sila pertama, adalah menghayati dan hidup dengan bingkai tauhid. Tauhid, yakni sila pertama adalah berpikir menyeluruh,  manusia, alam dan Tuhan pada satu helaan nafas. Mengendalikan aset adalah mengendalikan  kekayaan alam agar manusia Indonesia mampu kembali pada sumber cahaya, sumber pengetahuan, pemilik tunggal sang wajibul wujud, Tuhan semesta alam. Sedang manusia bersama alam semesta hanya mumkinul wujud (wujud mumkin) saja dan terus menerus  dalam keadaan bergantung pada sang wajibul wujud (wajib ada). Kita sudah diberi kesempatan hidup di alam Indonesia, maka jika mati, yang penting menemukan jalan kembali sesuai dengan peta yang ditunjukkan Tuhan, hindari jalan gelap, pikul tanggung jawab!!!

Sabtu, 13 September 2014 00:00

Inggris dan Nasib Sebuah Imperium Dunia

Pada masa lalu ungkapan ini kerap didengungkan bahwa mentari akan terus menyinari bendera imperium Inggris Raya dan tidak akan tenggelam. Di abad 19, raja Inggris memiliki wilayah jajahan yang tersebar di setiap belahan dunia. Koloni dan jajahan Inggris ini mencakup ratusan juta orang. Kekayaan dan berbagai tambang yang mengalir ke istana dari wilayah jajahan membuat raja, pangeran dan penghuni istana imperium Barat ini bergelimang dengan kemewahan.

Kini di awal dekade kedua abad 21, imperium yang pernah berjaya ini kini wilayahnya semakin kecil dan hanya berupa sebuah pulau kecil yang terletak di timur laut Eropa, sejumlah wilayah di kepulauan Irlandia dan sejumlah wilayah jajahan yang tak terlalu banyak. Jika kali ini Skotlandia memutuskan untuk keluar dari persemakmuran Inggris yang telah berusia 300 tahun, maka bendera imperium Inggris pun di wilayahnya sendiri tidak akan berkibar.

Namun pertanyaannya di sini adalah apa sebenarnya yang menimpa imperium Inggris Raya sehingga mitra terdekatnya, yakni Skotlandia tidak merasa bahagia berada di bawah naungan istana Buckingham? Nasib imperium Inggris Raya menjadi topik menarik untuk membahas muncul serta tenggelamnya sebuah kekuatan dunia. Imperium ini mengalami masa keemasannya ketika produk industri dibarengi dengan petualangan laut. Inggris Raya saat itu harus bersaing dengan Spanyol yang menjarah emas daerah jajahannya dan Inggris akhirnya berubah menjadi kekuatan tak terkalahkan.

Selama abad 18-20, Inggris merupakan kekuatan ekonomi pertama dunia dan London dikenal sebagai kota terkaya dunia. Di tahun-tahun pertama terbentuknya imperium ini, kehidupan berbeda warga Inggris dan penghormatan mereka terhadap kekebasan berpendapat, kebebasan mazhab serta prinsip-prinsip demokrasi di samping kekuatan militer mereka, membuat imperium ini berhasil menaklukkan banyak daerah di dunia. Namun tak lama, imperium ini menempuh jalur seperti imperium dunia lainnya yang menjajah wilayah lain dengan memanfaatkan kekuatan militernya.

Meski demikian, wilayah imperium Britania yakni kepulauan Inggris sangat kecil untuk mengelola keunggulannya ini. Oleh karena itu, sejalan dengan kian besarnya komitmen militer dan keamanan London untuk mempertahankan imperiumnya, kemampuan ekonomi negara ini pun merosot tajam dan di akhir abad 19, Britania akhirnya harus bertekuk lutut terhadap kekuatan baru dunia, Amerika Serikat.

Transformasi pasca perang dunia kedua menunjukkan bahwa petinggi Britania berharap mampu mempertahankan negara modern yang terdiri dari Inggris, Wales, Skotlandia dan Irlandia utara dalam bendera Inggris Raya dengan melepas secara bertahap wilayah jajahannya.

Meski demikian, penjajahan selama beberapa abad oleh Britania masih tetap menyedot ekonomi negara ini, bahkan untuk menciptakan kehidupan sesuai standar Eropa di negara ini pun sulit diwujudkan. Kondisi tersebut sampai kini masih terus berlanjut di Inggris. Dengan naiknya pemerintahan konservatif dan liberal demokrat di tahun 2010, Inggris menerapkan program penghematan ekonomi. Hal ini satu sisi dilakukan London untuk mengatasi warisan era kolonialisme dan dari sisi lain, melindungi negara dari terulangnya krisis parah ekonomi tahun 2007-2008.

Kebijakan ini pada akhirnya membuahkan gerakan berpisah dari Britania mulai merembet hingga ke utara kepulauan Inggris yakni Skotlandia. Terlepas dari itu, pada 18 September mendatang, warga Skotlandia akan menggelar referendum apakah tetap berada di bawah Inggris atau memisahkan diri dari Inggris Raya. Jika janji yang dikeluarkan istana Buckingham untuk memberi wewenang lebih besar kepada Edinburgh selama wilayah ini tetap bergabung dengan Inggris terealisasi, maka fenomena memisahkan diri dari pemerintah pusat di Irlandia utara akan semakin besar. Namun jika Skotlandia merdeka kondisi imperium Britania Raya semakin terpuruk.

Berbagai pemberitaan menyebutkan putaran baru pengunduran diri dan pemecatan para pejabat Israel menyusul kekalahan rezim Zionis dalam perang terbaru dengan muqawama Gaza. Dalam hal ini, pengunduran diri Panglima Polisi Distrik Pusat Israel dan juga rencana pengunduran diri direktur kantor Perdana Menteri Israel, merupakan berita terhangat terkait gelombang pengunduran diri para pejabat Israel sebagai dampak dari kekalahan dalam Perang 51 Hari di Gaza.

Eyal Haimovsky, direktur kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan, setelah liburan nanti dia akan mengundurkan diri dari jabatannya. Dia menduduki posisi tersebut sejak dua setengah tahun lalu dan pengumuman pengunduran dirinya mengindikasikan bahwa gelombang pengunduran diri serta pemecatan para pejabat Israel telah sampai ke kantor Netanyahu. Masalah ini tentunya menjadi peringatan genting bagi Netanyahu.

Sementara itu, berbagai berita menyinggung berlanjutnya gelombang pengunduran diri para pejabat militer dan keamanan rezim Zionis pasca kekalahan dalam perang Gaza dengan berbagai macam alasan dan dalam hal ini Panglima Polisi Distrik Pusat  Israel, Bruno Stein, juga terpaksa mengundurkan diri.

Para pejabat militer Israel pekan lalu juga memutuskan untuk mengganti Panglima Divisi Regional Gaza saat ini dengan mantan panglima divisi tersebut Mickey Adelstein.

Kegagalan militer rezim Zionis dalam perang terbaru melawan Jalur Gaza juga talah membuat Menteri Peperangan Israel, Moshe Yaalon, memecat Panglima Angkatan Udara Israel, Hagi Topolansky.

Di sisi lain, PM Israel Benjamin Netanyahu juga sedang berencana menunjuk Yuval Ganot sebagai calon kepala staf gabungan angkatan bersenjata rezim Zionis menggantikan Benny Gantz.

Dalam beberapa pekan terakhir juga terjadi perang verbal antarpara pejabat Zionis yang diikuti dengan pengunduran diri banyak pejabat. Ini mengindikasikan dalamnya perselisihan di antara para pejabat Israel menyusul kekalahan mereka dalam perang Gaza. Para pengamat politik menilainya sebagai tsunami politik.

Setelah kekalahan rezim Zionis dalam perang terbaru di Gaza, banyak pejabat politik dan militer Israel yang mengundurkan diri atau terpaksa mundur. Akan tetapi Netanyahu dan sejumlah pejabat tinggi rezim Zionis berusaha menjauhkan diri dari gelombang pengunduran diri tersebut dengan berbagai trik.

Kekalahan telak rezim Zionis dalam perang ketiga melawan Gaza itu sedemikian menyakitkan sehingga parlemen Zionis cepat-cepat membentuk sebuah komite untuk menyelidiki sebab-sebab kegagalan rezim ini dalam perang di Gaza. Komite tersebut dengan memanggil Netanyahu untuk mendengar penjelasannya, pada intinya telah mempersingkat tugas mereka.

Pada hakikatnya, perluasan kritik internal terhadap Netanyahu pada akhirnya tidak akan menyisakan alasan baginya untuk tetap bertahan di jabatannya.

Eskalasi perselisihan antara para pejabat Israel itu membuat rezim ini berada di tepi jurang tragedi politik baru yang akan sulit bagi Tel Aviv untuk keluar darinya. Kekalahan perang di Gaza membuat kondisi politik rezim Zionis penjajah Palestina itu carut marut dan ini merupakan bukti dari dampak pukulan muqawama Palestina terhadap Israel yang mampu menggetarkan seluruh pilar Israel.

Sabtu, 13 September 2014 00:00

Mengapa Popularitas Obama Anjlok ?

Empat puluh lima hari menjelang digelarnya pemilu sela AS, sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa popularitas presiden Barack Obama semakin merosot. Polling yang dipublikasikan Foxnews itu mengungkapkan bahwa 58 persen responden menyatakan ketidakpuasannya terhadap program pemulihan ekonomi Obama.

Dilaporkan, hanya 57 persen responden yang optimis terhadap masa depan negaranya. Angka tersebut menurun dibandingkan dua tahun sebelumnya yang mencapai 66 persen. Jajak pendapat lainnya mengungkapkan bahwa sambutan para pemuda, perempuan dan minoritas terhadap kebijakan Obama juga semakin menurun.

Tampaknya polling ini menghembuskan angin yang tidak menggembirakan bagi Obama dan Partai Demokrat. Walaupun masa depan politik Obama tidak ditentukan langsung melalui pemilu sela ini, tapi lima tahun kinerja Obama sebagai presiden AS memberikan pengaruh bagi nasib kandidat partai Demokrat. Diprediksi, mayoritas kursi DPR dan sepertiga kursi Senat akan dikuasai Partai Republik. Partai mana yang akan meraih mayoritas kursi Senat, kini menjadi masalah penting bagi kubu Demokrat maupun Republik.

Jika Januari tahun mendatang sejak dimulainya babak baru Kongres, Senat berada di bawah kontrol Republik, maka Gedung Putih yang berada di era dua tahun terakhir pemerintahan Obama akan mengalami masalah. Sebaliknya, kemenangan Republik dalam pemilu sela November mendatang memberikan peluang lebih besar baginya untuk merebut Gedung Putih dari rivalnya di tahun 2016 mendatang.

Nasib kursi Kongres pun berubah ditentukan oleh tingkat kepuasan warga AS terhadap pemimpin mereka saat ini. Jika mayoritas konstituen puas terhadap kondisi lapangan kerja, pekerjaan dan kesejahteraan sosial mereka saat ini, maka kandidat dari buku Demokrat akan kembali terpilih. Tapi jika tidak, maka partai Republik akan merebutnya.

Kini, data statistik menunjukkan bahwa ekonomi AS telah keluar dari era resesi, meskipun pun demikian pertumbuhan ekonominya tidak menggembirakan. Tingkat pengangguran di AS hingga kini masih tinggi berada di kisaran enam persen. Pemerintah pun menghadapi defisit anggaran yang besar.

Pemerintah Gedung Putih pun tidak memperhatikan masalah kesejahteraan kalangan berpenghasilan rendah. Padahal salah satu janji Obama dengan program "Obama care" adalah mewujudkan asuransi kesehatan yang murah bagi kalangan bawah. Pada saat yang sama, Obama justru melancarkan perang baru berbiaya besar dengan dalih menumpas terorisme di Timur Tengah.

Kami menjadikan persatuan sebagai prinsip dan bila kita juga merasa ada kewajiban syaariat, tapi bila dalam melaksanakannya bakal muncul ketegangan dan menghancurkan persatuan, sudah barang tentu melaksanakan hal yang kita anggap kewajiban syariat itu menjadi haram dan menjaga persatuan adalah wajib.

Pasca wafatnya Imam Khomeini ra, para pejabat tinggi negara menyikapi masalah yang terjadi secara cerdas dan kokoh. Semua pribadi dan lembaga yang dianggap musuh dapat berinvestasi pada mereka ternyata menyikapi konspirasi musuh dengan tegar, jujur dan ikhlas. Mulai dari keluarga kantor, keluarga Imam Khomeini dan anak-anaknya, hingga para pejabat negara, ulama dan tokoh masyarakat kita dengan baik, tegar, tegas, cerdas, ikhlas menyikapi masalah ini. Kejadian ini pada hakikatnya membuat musuh kebingungan.

Di barisan selanjutnya para pejabat negara ternyata juga memiliki sikap yang sama. Sementara masyarakat umum, sejujurnya dalam kesucian dan keikhlasan mereka tidak patut diragukan. Dalam periode ini, semua menunjukkan sikap yang benar. Sudah semestinya kewaspadaan dan perhatian pada konspirasi musuh senantiasa mendapat perhatian. Ketika musuh berkeinginan menciptakan perselisihan, biasanya mereka tidak menjelaskan niatnya secara transparan, tapi mereka menyampaikan ucapannya bagi benak kelompok yang merasa memang benar ucapan itu dan harus menyikapnya dengan protes. Sampai di sini kewaspadaan merupakan satu hal yang penting dan harus menghadapi konspirasi musuh.

Saya tidak dapat melupakan peristiwa di musim semi 1365 Hs, hari ketika Imam Khomeini ra terbaring di rumah sakit. Beliau mengalami masalah jantung dan telah terbaring di sana sekitar sepuluh atau lima belas hari. Waktu itu saya tidak berada di Tehran. Agha Haj Ahmad, anak Imam yang mulia, menelpon saya dan meminta agar saya segera ke Tehran. Saya langsung paham ada masalah bagi Imam Khomeini ra. Waktu itu juga saya berangkat dan seteah menyelesaikan perjalanan selama beberapa jam, saya tiba di Tehran. Saya termasuk orang pertama dari pejabat negara yang, mungkin sekitar sepuluh jam setelah beliau dilarikan ke rumah sakit, berada di sisi beliau. Pada waktu itu, saudara Hashemi Rafsanjani tengah berada di medan perang dan tidak ada orang lain lagi yang mengetahui masalah ini.

Saya melewati hari-hari yang sangat mendebarkan dan sulit. Saya menemui Imam. Ketika telah dekat dengan pembaringannya, saya tak dapat menahan diri dan langsung menangis. Beliau memandang saya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Setelah itu beliau mengucapkan beberapa patah kata. Karena ucapan beliau pendek, saya menghapalnya dan kemudian keluar dari ruangan lalu menulis ucapan beliau. Agha Sanei juga berada di ruang itu. Saya meminta bantuannya agar dapat menuliskan ucapan Imam sesuai dengan yang disampaikannya.

Kami sangat khawatir ketika jantung Imam Khomeini ra mengalami masalah. Ketika saya tiba, beliau telah siap menghadapi kejadian yang mungkin akan terjadi. Mestinya, ungkapan paling penting yang ada dalam benak beliau dalam kondisi sangat sensitif seperti itu kepada kami. Beliau berkata, ÔÇ£Kalian harus kuat dan jangan sampai merasa lemah. Bertawakallah kepada Allah. Asyiddau ÔÇÿAlal Kuffar Ruhamau Bainahum.[1] Bila kalian bersatu, niscaya tidak ada yang dapat melakukan sesuatupun terhadap kalian.ÔÇØ Menurut saya, wasiat Imam Khomeini ra dapat diringkas dalam beberapa kalimat ini.

Beliau benar-benar seorang hakim dan bukti sempurna dari ucapan ÔÇ£Shairurat al-Insan ÔÇÿAlaman ÔÇÿAqliyan Mudhahiyan Lil ÔÇÿAlamil ÔÇÿAiniÔÇØ. Manusia merasa semua hakikat dunia terejawantahkan pada dirinya. Beliau melihat dan memahami segala sesuatu dengan jelas dan terang benderang sesuai dengan cahaya jiwa, pandangan rahmani dan hikmahnya, bukan dengan argumentasi dan penyusunan silogisme biasa, sementara orang lain berusaha menyampaikan dirinya ke sana dengan bantuan tongkatnya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Madhe Khourshid; Gozideh-i az Khaterat Hazrate Ayatollah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Darbare-ye Shakhsiyat-e Imam Khomeini ra, Rahbar-e Kabir-e Engqhelab Eslami, Entesharat Enqelab Eslami, 1391 HS, Tehran, cetakan pertama.



[1] . QS. al-Fath: 29, ÔÇ£Orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.ÔÇØ

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran menyatakan Amerika Serikat dengan alasan pemberantasan terorisme sedang melanjutkan unilateralisme dan pelanggaran kedaulatan negara-negara.

IRNA melaporkan, Ali Shamkhani dalam sidang Dewan Tinggi Jameeh Modarrisin Hauzah Ilmiah Qom mengatakan, ÔÇ£Upaya Amerika Serikat untuk menciptakan aliansi anti-terorisme dengan disertai sejumlah negara yang termasuk di antara pendukung para teroris, mencurigakan dan tidak transparan.ÔÇØ

Shamkhani menegaskan bahwa aksi Amerika Serikat ini adalah dalam rangka menyimpangkan opini umum dunia atas peran porosnya dan juga negara-negara pendukungnya dalam mempersenjatai dan memperkuat kelompok-kelompok teroris dengan alasan penggulingan pemerintah Suriah.

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran menambahkan, Amerika Serikat dengan tujuan melaranggar kedaulatan negara-negara selain untuk melarikan diri ke depan, memasukkan kelanjutan unilateralisme dan pengabaian lembaga-lembaga internasional dalam program kerjanya serta untuk tampil sebagai pahlawan ala film-film Holywood dalam menyelesaikan krisis yang diciptakannya sendiri.

Wakil Pemimpin Besar Revolusi Islam di Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran ini juga menilai upaya kolektif global dalam pemberantasan terorisme secara jujur, transparan dan tanpa diskriminasi, sebagai cara Republik Islam Iranyang tidak dapat diubah .(