
کمالوندی
Fakta Sunni Di Negeri Syiah
Tidak hanya masjid, jumlah pengikut Ahlusunnah, guru agama dan pelajar Sunni di sana pun mengalami peningkatan. Masih di Provinsi Kermanshah, setelah Revolusi Islam, pengikut Ahlusunnah mengalami peningkatan tiga kali lipat dari yang awalnya 123 jiwa menjadi 420 jiwa. Peningkatan itu pun adalah salah satu bukti tak terbantah bahwa hak-hak Muslim Sunni di negeri berpenduduk mayoritas Syiah ini juga sangat diperhatikan
Sunni dan Syiah merupakan dua mazhab besar Islam di dunia. Baik Sunni (SyafiÔÇÖi, Maliki, Hanafi, dan Hambali) maupun Syiah (JaÔÇÖfari/Itsna ÔÇÿAsyariyah, Ismailiyah dan Zaidiyah) diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari Islam sehingga meniscayakan terciptanya hubungan harmonis yang dilandasi sikap saling penghormatan satu sama lain antara keduanya. Hal ini pun telah dikuatkan dalam sebuah kesepakatan bersama yang dikenal dengan┬áRisalah Amman. Risalah itu merupakan hasil konferensi persatuan umat Islam di Amman, Yordania tahun 2005 silam yang dihadiri oleh 200-an ulama Muslim dari 50 negara.
Hubungan harmonis antar mazhab tentu akan memberikan dampak positif bagi perkembangan Islam yang┬árahmatan lil ÔÇÿalamin. Dengan menjadi agama penebar cinta kasih, keadilan dan persaudaraan, dimungkinkan Islam bakal menjadi salah satu agama dengan pemeluk terbanyak di dunia. Tak heran, jika usaha memecah-belah umat Islam selalu dilakukan oleh kelompok yang tidak suka dengan perkembangan pesat agama yang satu ini.
Bentuk adu-domba bisa bermacam-macam. Namun yang popular hingga saat ini adalah kampanye negatif tentang Sunni dan Syiah yang selalu dikesankan saling bermusuhan. Sebut saja misalnya pemberitaan tentang pembantaian pihak Syiah terhadap Sunni di Iran, Irak, Suriah, dan sebagainya, yang secara faktual jauh panggang dari api. Atau tuduhan klise bahwa akidah Syiah bertentangan dengan Islam, Syiah punya Al-Quran sendiri, Syiah mengkafirkan sahabat dan istri Nabi dan seterusnya. Bagi kalangan awam, isu yang sangat potensial dikonsumsi tanpa konfirmasi itulah yang kemudian dapat menjadi ancaman bagi persatuan umat Islam.
Bagaimanakah kondisi riil hubungan antar pengikut kedua mazhab besar Islam ini di berbagai negara, terutama di Timur Tengah yang selama ini selalu menjadi bahan acuan pemberitaan media pengadu-domba antar sesama Muslim di Tanah Air?
Untuk itu, tim ABI Press mulai menggali informasi dari beberapa Muslim Sunni yang pernah berhubungan langsung dengan Muslim Syiah di negeri Iran. Mengingat, Iran merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim Syiah.
Salah satunya adalah Muhammad Zuhdi Zaini. Pendiri Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Iran ini termasuk salah seorang Muslim Sunni yang telah sekian lama hidup di negeri mullah itu. Kehadirannya di Iran dapat dimaknai mewakili Muhammadiyah sebagai ormas Islam Sunni terbesar ke dua di Indonesia.
Saat kami konfirmasi, benarkah isu yang selama ini beredar bahwa kalangan Muslim Sunni di Iran diperlakukan dengan cara yang tidak semestinya oleh pemerintah setempat? Jika benar, kenapa bisa ormas Sunni bisa berdiri dengan aman tanpa halangan di sana?
Kepada┬áABI Press┬áZuhdi menegaskan bahwa isu penindasan Sunni di Iran hanyalah kabar yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. ÔÇ£Bahkan di sana, setiap komunitas memiliki perwakilan di parlemen, termasuk Sunni,ÔÇØ ungkapnya. Berbeda dengan Indonesia, menurut Zuhdi, moralitas dan intelektualitas di Iran sangat tinggi sehingga di sana lebih toleran. ÔÇ£Berbeda dengan Indonesia yang moralitas dan intelektualitasnya rendah sehingga menyebabkan intoleransi di mana-mana,ÔÇØ tambahnya.
Terkait berdirinya PCIM di Iran sejak 2005 lalu, lazimnya perwakilan atau cabang ormas dari negara lain, ia mengakui ada sedikit kendala pada awalnya. Namun, setelah dia kenalkan ormas Muhammadiyah lebih jauh kepada pemerintahan Iran, Muhammadiyah menjadi satu-satunya organisasi Sunni dari Indonesia yang diterima di sana.
Adakah cerita terkait hubungan tidak harmonis antara penganut Sunni-Syiah di sana?
Ditanya soal itu, Zuhdi justru menceritakan pengalaman pribadi yang menurutnya sangat menarik saat menyelesaikan disertasi S3-nya tahun 2004 silam sebelum PCIM berdiri di sana. ÔÇ£Anehnya, ulama yang menjadi dosen pembimbing datang ke rumah saya, bukan saya yang mendatanginya. Dan ketika dia tahu printer saya rusak, besoknya dia pula yang membawakan printer dari rumahnya. Tidak hanya itu, waktu komputer saya rusak pun, besoknya dia bawakan teknisi juga. Itu yang membuat saya heran,ÔÇØ ungkapnya.
Selain Zuhdi, Fulan, salah seorang pelajar Iran asal Indonesia juga menegaskan bahwa selama dia berada di negeri itu, tidak pernah sekalipun dirinya menemukan Muslim Sunni dikucilkan di sana. ÔÇ£Di sini semuanya dianggap sama, tidak ada yang dibeda-bedakan,ÔÇØ tuturnya.
Setidaknya, penuturan dua orang Indonesia yang sudah sekian lama hidup dan bergaul secara langsung dengan masyarakat Syiah di Iran, dapat menjadi data pelengkap dari informasi terkait perkembangan masjid Sunni yang berhasil kami dapat dari buku berjudul ÔÇ£Khidmat Republik Islam Iran terhadap Minoritas AhlusunnahÔÇØ terbitan Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta, 2012 lalu.
Buku itu menyebut pengaruh signifikan kemenangan Revolusi Islam Iran terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat di sana, tak terkecuali di bidang agama. Dalam hal ini, khususnya perlindungan terhadap hak-hak minoritas yang mengalami kemajuan pesat sejak awal tumbangnya rezim otoriter Syah Reza Pahlevi yang dibekingi Amerika itu.
Misalnya tentang perkembangan jumlah masjid Sunni di Iran. Dari data yang diambil dari buku terbitan ICC tersebut, tercatat ada 12.222 masjid Sunni di sana. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah masjid Sunni sebelum Revolusi Islam Iran. Salah satu contohnya di Provinsi Kermanshah yang jumlah masjidnya sekarang ada 420, padahal sebelum Revolusi Islam hanya berjumlah 123.
Tidak hanya masjid, jumlah pengikut Ahlusunnah, guru agama dan pelajar Sunni di sana pun mengalami peningkatan. Masih di Provinsi Kermanshah, setelah Revolusi Islam, pengikut Ahlusunnah mengalami peningkatan tiga kali lipat dari yang awalnya 123 jiwa menjadi 420 jiwa. Peningkatan itu pun adalah salah satu bukti tak terbantah bahwa hak-hak Muslim Sunni di negeri berpenduduk mayoritas Syiah ini juga sangat diperhatikan.
Nampaknya, isu permusuhan Sunni-Syiah sedikit demi sedikit mulai terbantah, dan harapan baru terwujudnya persatuan umat Islam mulai menampakkan titik terang.
Hal itu yang setidaknya dirasakan oleh Dr. Suryadinata, Pembantu Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia adalah salah satu akademisi Islam bermazhab Sunni yang ingin menghadiri Haul Imam Khomeini (ulama Syiah) di Iran akhir bulan ini.
Dalam perbincangan dengan ABI Press ia mengaku, kehadirannya ke Iran adalah bentuk penghormatannya sebagai sesama Muslim kepada tokoh besar pemimpin Revolusi Islam itu sekaligus ingin menjawab rasa penasaran atas isu yang selama ini berkembang, yang mengatakan bahwa Sunni selalu ditindas di negeri yang penduduknya mayoritas Syiah itu. Itulah menurutnya salah satu bentuk upaya tabayyun seorang Muslim agar tidak mudah percaya begitu saja dengan kabar yang beredar tanpa konfirmasi, melainkan berupaya optimal mencari tahu sendiri kebenarannya.
Ayatullah Al-Uzhma Sayyid Ali Huseini Sistani
Lebih dari setengah abad kuliah-kuliah Ayatullah Al-Uzhma Khu`i r.a. merupakan pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Ratusan mujtahid dan faqih lahir berkat klinik ilmiah beliau.
Ayatullah Al-Uzhma Sistani adalah satu dari sekian banyak murid beliau yang paling menonjol. Beliau adalah seorang mujtahid kaliber dan berbudi luhur.
Kelahiran
Ayatullah Al-Uzhma Sistani lahir di kota Masyhad pada tahun 1349 H. dan dari keluarga ruhaniawan yang taat beragama.
Setelah menamatkan ilmu-ilmu dasar dan tingkat menengah (suthuh), beliau mulai mengkaji ilmu rasional dan teologi di bawah bimbingan guru-guru besar hauzah. Di kota kelahirannya pula beliau memulai kajian-kajian Bahtsul Kharij fiqih dan menyelesaikannya dengan baik di bawah bimbingan Allamah Mirza Mahdi Isfahani r.a.
Pada tahun 1368 H., beliau berhijrah ke kota Qom. Di sana beliau melanjutkan karir ilmiahnya di bidang ilmu fiqih dan ushul fiqih di bawah asuhan sejumlah ulama dan ahli hukum setempat, termasuk marja (pemegang otoritas ijtihad) besar masa itu, Ayatullah Al-Uzhma Sayid Burujerdi r.a. yang menjadi gurunya dalam ilmu ushul dan fiqih. Selain itu, Sayid Sistani juga belajar banyak ilmu lainnya, khususnya ilmu Rijal dan hadis pada beliau.
Pada kesempatan lain, beliau juga hadir dalam rangkaian kuliah-kuliah Sayid Hujjat Kuhkamarei r.a., seorang ahli hukum tersohor dan ulama-ulama lainnya secara intensif.
Genap 3 tahun mengenyam pendidikan agama di Qom, Ayatullah Al-Uzhma Sistani kembali ke Najaf, Irak; pusat kegiatan ilmiah dan spiritual, pada tahun 1371 H.
Di Najaf, beliau mengikuti kuliah mujtahid-mujtahid kaliber dunia secara intensif, seperti Ayatullah Al-Uzhma Hakim. Di bidang fiqih dan ushul, beliau lebih aktif mengikuti kuliah-kuliah Ayatullah Al-Uzhma Khu`i r.a., dan selama sepuluh tahun, Ayatullah Sistani mengikuti satu paket lengkap ilmu ushul yang diberikan oleh Syeikh Husein Al-Hilli.
Pada tahun 1381 H., beliau membuka kuliah perdananya dengan kajian spesial kitab┬áAl-Makasib, karya Syeikh Anshari r.a. kemudian dilanjutkan dengan mensyarahi kitab┬áAl-'Urwatul WutsqÔÇÖ. Selang 3 tahun kemudian, beliau memulai paket spesial di bidang ushul. Beliau menutup paket ushul yang ketiga pada bulan SyaÔÇÖban 1411 H. Sebagian besar kuliah-kuliah ilmiah beliau ditranskrip oleh murid-muridnya.
Sang Jenius
Dalam setiap kajian dan kuliah guru-guru besar, Ayatullah Al-Uzhma Sistani selalu tampil dengan potensi dan kapasitas inteligensi yang luar biasa. Beliau tampak unggul di tengah-tengah peserta kuliah.
Kritik dan sense kepekaan ilmiahnya tidak kalah tajamnya dengan kecakapannya dalam menganalisa permasalahan fiqih dan ilmu rijal, ataupun pengenalannya yang luas akan teori-teori yang berkembang di berbagai bidang keilmuan.
Perlu dicatat bahwa dalam masalah kejeniusan terdapat keserupaan ketat antara beliau dan Syahid Shadr r.a. Ijazah ijtihad yang diterimanya dari dua guru besar; Ayatullah Al-Uzhma Khu`i r.a. dan Allamah Syeikh Husein Al-Hilli r.a. adalah bukti atas derajat intelegensi beliau.
Dan bukan rahasia lagi, jika Ayatullah Al-Uzhma Khu`i r.a. tidak pernah memberikan ijazah tertulis kepada satu pun dari murid-muridnya selain kepada Ayatullah Al-Uzhma Sistani dan Ayatullah Syeikh Ali Falsafi.
Bahkan pada tahun 1380 H., beliau telah menerima ijazah ijtihad tertulis dari pakar hadis adihulung masa itu, Allamah Buzurg Tehrani yang mengagumi wawasan pengetahuan beliau di bidang ilmu rijal dan hadis. Artinya, belum genap 31 tahun, Ayatullah Al-Uzhma Sistani telah mencapai derajat keilmuan yang tinggi.
Karya Ilmiah
Hampir 34 tahun yang lalu, Ayatullah Al-Uzhma Sistani telah memulai kuliah spesial fiqih, ushul dan Rijal. Di sepanjang tahun-tahun itu, beliau menyelesaikan kajian-kajiannya seputarmakasib, thaharah, shalat, qadha`, khumus dan beberapa kaidah-kaidah fiqih seperti riba, taqiyah dan ilzam. Khusus di bidang ushul, beliau telah menyelesaikan kuliah-kuliah ushulnya selama tiga putaran. Sebagian dari bahasan putaran-putaran ini, seperti prinsip-prinsip praktis, kini sedang diproses untuk segera diterbitkan.
Bahkan Syeikh Mahdi Murwarid, Allamah Sayid Habib Huseiniyan, Sayid Murtadha Isfahani, Allamah Sayid Ahmad Madadi, Syeikh Baqir Irawani dan ulama-ulama serta pengajar-pengajar ulung Bahtsul Kharij, acap kali merujuk kepada kajian-kajian beliau sebagai referensi dan obyek pengembangan ilmiah mereka.
Di samping kegiatan mengajar dan mendidik, Ayatullah Al-Uzhma Sistani sangat produktif sekali melahirkan karya-karya tuils, termasuk mentraskrip kuliah guru-guru besar beliau, diantaranya:
1) Syarah kitab Al-'Urwahtul Wutsqa
2) Kajian-kajian Ushul
3) Bab Qadha`
4) Bab┬áBaiÔÇÖ
5) Risalah tentang Pakaian Mayat
6) Risalah tentang kaidah Yad
7) Risalah tentang Shalat Musafir
8) Risalah tentang kaidah┬áTajÔÇÖwuz wal FarÔÇÖgh
9) Risalah tentang Qiblat
10) Risalah tentang Taqiyah
11) Risalah tentang Kaidah Ilzam
12) Risalah tentang Ijtihad dan Taklid
13) Risalah tentang Kaidah La Dharara wa La Dhirar
14) Risalah tentang Riba
15) Risalah tentang Nilai Validitas (Hujjiyah) Surat-surat Ibnu Abi ÔÇÿUmair
16) Kritik atas Risalah Tashhih Asanid Ardabili
17) Syarah Masyayikhah At-Tahdzibain
18)Risalah tentang aliran ulama klasik tentang nilai validitas hadis
Dan beberapa karangan serta risalah ilmiah lain berkenaan dengan hukum-hukum khusus bagi mukallid.
Metode Kajian
Terdapat sejumlah keistimewaan metodologi yang dimiliki oleh Ayatullah Al-Uzhma Sistani yang tidak ditemukan dalam metode-metode kajian guru-guru besar kontemporer di sepanjang kajian-kajian ushul, diantaranya:
Sering kali pendekatan sejarah mampu menguak aspek dan dimensi-dimensi hakikat suatu masalah serta memperjelas cara pandang dan penyelesaian yang pernah diajukan para ahli.
Sebagai contoh, sebuah hadis menyebutkan bahwa Nabi SAWW (di perang Khaibar) menyatakan haram memakan daging keledai. Sebagaian fuqaha` mempelajari redaksi hadis ini secara harfiah; huruf demi huruf, sehingga mereka sampai pada sebuah kesimpulan bahwa daging tersebut berdasarkan hadis di atas adalah haram.
Padahal, jika kita cermati situasi dan kondisi yang melingkupi penyabdaan hadis tersebut, kita akan menyingkap inti maksud Nabi SAWW di balik hadis itu. Perang melawan kaum Yahudi Khaibar memerlukan banyak perlengkapan senjata, yang hanya mungkin dibawa oleh hewan-hewan seperti kuda, unta dan keledai. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa maksud hadis itu adalah larangan demi suatu maslahat temporal kondisi saat itu menuntut suatu perintah yang bukan kategori penetapan hukum syariÔÇÖat; haram ataupun makruh.
Lebih dari itu, hendaknya seorang faqih mengenal dengan cermat hadis-hadis Ahlul Bayt a.s. dan perawi-perawinya, karena pengetahuan ilmu Rijal bagi seorang mujtahid merupakan keharusan mutlak.
Kehandalan dan pengalaman beliau dalam beristimbat nampak pada kesimpulan-kesimpulan hukumnya yang unik dan berbeda dengan pendapat-pendapat yuridis yang umum di kalangan fuqaha`.
Adapun metodologi fiqih beliau dapat kita urut sebagai berikut:
a). Perbandingan antara fiqih syiÔÇÖah dan pelbagai mazhab Islam. Tidak syak lagi, mengenal pemikiran fiqih Ahlussunnah di masa-masa penyusunan kitab-kitab induk hadis dapat menyempurnakan pemahaman kita akan maksud-maksud para imam ma'shum a.s. dari suatu hadis dan riwayat.
b). Pemanfaatan disiplin ilmu-ilmu hukum kontemporer pada sebagian bab-bab fiqih, seperti menelaah undang-undang dasar negara Irak, Mesir dan Prancis. Ketika membahas bab BaiÔÇÖ┬á(jual-beli) dan┬áKhiyarat, karena pengenalan metode-metode yuridis terkini banyak memperkaya pengalaman-pengalaman sang mujtahid atau faqih, dan membantunya dalam menganalisa kaidah-kaidah fiqih serta memperluas wawasan tipikal pemikirannya, untuk kemudian menerapkan poin-poin penting yang didapatkannya.
c). Ayatullah Al-Uzhma Sistani berupaya menspesifikasikan sebagian kaidah-kaidah fiqih, pada saat sebagian banyak mujtahid kita menggunakan kaidah-kaidah itu utuh seperti awal mereka menerimanya dari mutahid-mujtahid terdahulu.
Kepribadian yang Luhur
Siapa saja yang bergaul dan bersua dengan beliau dari dekat, akan dengan mudah mengenal sebuah kepribadian karakteristik dan ideal. Keluhuran pribadi Ayatullah Al-Uzhma Sistani menempatkan dirinya sebagai sosok teladan yang unggul dan ulama rabbani.
Berikut contoh mulia dari etika mulia Ayatullah Al-Uzhma Sistani yang pernah saya saksikan:
Meski tidak jarang situasi yang demikian memberi banyak manfaat bagi pelajar-pelajar itu sendiri. Namun pada saat yang sama, kekasaran dan ketegangan bukanlah cara yang sehat dalam diskusi, bahkan acapkali melemahkan semangat diskusi para pelajar, menyia-nyiakan waktu dan tujuan Ilmiah.
Berbeda dengan kuliah-kuliah Ayatullah Al-Uzhma Sistani dan peserta-pesertanya. Interaksi antara pengajar dan pelajar berlangsung dalam atmosfir yang sopan dan damai. Hal itu nampak lebih jelas lagi ketika beliau menanggapi pertanyaan-pertanyaan remeh, bahkan tak berdasar. Keistimewaan lain dari kuliah-kuliah beliau, mengulang-ulang sebuah jawaban sehingga pelajar memahami benar obyek bahasan. Jika pelajar bersikeras pada pandangan pribadinya, beliau selalu memilih diam.
Di hauzah Najaf, Ayatullah Hakim dan Ayatullah Khu`i r.a. dikenal sebagai simbol etika terpuji, dan segala yang kusaksikan dari kepribadian Ayatullah Sistani tidak kurang dari akhlak guru-guru beliau.
Di akhir setiap pelajaran, beliau selalu meminta murid-murid untuk bertanya. Beliau selalu menekankan pada murid-murid agar menghormati para guru dan ulama, serta bersikap sesopan dan seramah mungkin dalam bertanya atau berdiskusi dengan mereka. Di samping itu, beliau banyak menukil kisah-kisah budi luhur guru-guru beliau.
Maka, jika ulama-ulama itu menghadapi bahaya yang mengancam maslahat dan keutuhan umat Islam atau hauzah seperti pergolakan sosial atau kerancuan di sebagian ajaran-ajaran Islam, mereka pasti segera hadir di tengah kemelut, karena mereka menyadari benar bahwa setiap ulama mesti hadir dengan ilmunya dalam situasi-situasi yang sulit. Di sini, Ayatullah Al-Uzhma Sistani dalam situasi-situasi demikian lebih memilih diam, sebagaimana dalam menanggapi situasi pasca meninggalnya Ayatullah Burujerdi dan Ayatullah Hakim r.a. dan munculnya individu-individu tak bertanggung jawab serta persaingan mereka dalam memperebutkan kedudukan. Ayatullah Sistani konsisten dengan pendirian kuatnya itu. Beliau sama sekali tidak pernah mau memperjudikan tujuan utamanya dengan kepuasan duniawi, derajat, kedudukan dan kekuasaan.
Kedudukan MarjaÔÇÖ
Sebagian guru-guru besar hauzah ilmiah Najaf menuturkan bahwa setelah wafatnya Ayatullah Nashrullah Mustanbat, sekelompok ulama menemui Ayatullah Khu`i r.a. dan memohon kepada beliau agar mempersiapkan pengganti yang memiliki kriteria marja di hauzah ilmiah Najaf. Maka, Ayatullah Khu`i r.a. menunjuk Ayatullah Sistani, karena tingkat keilmuan, ketakwaan dan kepribadiannya yang kuat. Hal ini bermula dari shalat jamaah yang dipimpin beliau di mihrab Ayatullah Khu`i r.a. kemudian membahas dan mengomentari risalah dan aliran ilmiah beliau.
Ketika Ayatullah Khu`i r.a. wafat, beliau adalah satu dari para pelayat jenazah Almarhum. Beliau pula yang memimpin shalat jenazah untuknya.
Setelah itu, beliau mulai memegang kendali kepemimpinan hauzah ilmiah dan mulai mengirim dan memberikan bagian dan hak-hak (jaminan santunan sosial) serta menyampaikan kuliah-kuliah di atas mimbar Ayatullah Khu`i r.a.
Dengan demikian, Ayatullah Sistani nampak populer di Irak, negara-negara teluk Persia, India, dan Afrika, khususnya di kalangan remaja. Ayatullah Sistani merupakan salah satu mujtahid kaliber dengan kedalaman ilmunya. Mayoritas guru-guru besar hauzah Ilmiah Qom,Iran dan Najaf, Irak memberikan kesaksian atas kedudukan ilmu beliau.
Akhirnya, kami memohon kepada Allah SWT, agar selalu mencurahkan berkah beliau kepada kaum muslimin.
Biografi Singkat Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s.
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. dilahirkan di Madinah pada tanggal 17 Rabi'ul Awal 83 H. Ayahnya adalah Imam Muhammad Baqir a.s. dan ibunya adalah Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar.
Namanya adalah Ja'far, julukannya adalah Ash-Shadiq dan panggilannya adalah Abu Abdillah.
Ia syahid di Madinah diracun oleh Manshur Ad-Dawaniqi pada tanggal 25 Syawal 148 H. dalam usianya yang ke-65 tahun. Ia dikuburkan di pekuburan Baqi'.
Akivitas Imam Shadiq dalam Menyebarkan Islam
Imam Shadiq a.s. telah memusatkan seluruh tenaga dan pikirannya dalam bidang keilmuan, dan hasilnya, ia berhasil membentuk sebuah "hauzah" pemikiran yang telah berhasil mendidik fuqaha` dan para pemikir kaliber dunia. Dengan demikian, ia telah meninggalkan warisan ilmu yang sangat berharga bagi umat manusia. Di antara murid-muridnya yang ternama adalah Hisyam bin Hakam, Mukmin Ath-Thaaq, Muhammad bin Muslim, Zurarah bin A'yan dan lain sebagainya.
Gebrakan ilmiah Imam Shadiq a.s. telah berhasil menguasai seluruh penjuru negeri Islam sehingga keluasan ilmunya dikenal di seluruh penjuru negara dan menjadi buah bibir masyarakat.
Abu Bahar Al-Jaahizh berkata: "Imam Shadiq telah berhasil menyingkap sumber-sumber ilmu di muka bumi ini dan membuka pintu ilmu pengetahuan bagi seluruh umat manusia yang sebelumnya belum pernah terjadi. Dengan ini, ilmu pengetahuannya menguasai seluruh dunia".
Tujuan utama kegiatan ilmiah dan budaya Imam Shadiq a.s. adalah menyelamatkan umat manusia dari jurang kebodohan, menguatkan keyakinan mereka terhadap Islam, mempersiapkan mereka untuk melawan arus kafir dan syubhah yang menyesatkan dan menangani segala problema yang muncul dari ulah penguasa waktu itu.
Usaha Imam Shadiq a.s. tersebut --dari satu sisi-- adalah untuk melawan arus rusak akibat situasi politik yang terjadi pada masa dinasti Bani Umaiyah dan Bani Abasiyah. Penyelewengan akidah yang terjadi pada masa itu banyak difaktori oleh penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani, Persia dan India, dan bermunculannya aliran-aliran berbahaya seperti Ghulat, kaum zindiq, pemalsu hadis, ahlur raiy dan tasawuf. Aliran-aliran inilah yang telah menyiapkan lapangan bagi tumbuhnya banyak penyelewengan saat itu. Imam Shadiq a.s. melawan mereka, dan dalam bidang keilmuan, ia mengadakan dialog terbuka dengan mereka sehingga alur pemikiran mereka diketahui oleh khalayak ramai.
Dan dari sisi lain, ia juga --dengan usahanya tang tak kenal lelah-- telah berhasil menyebarkan akidah yang benar dan hukum-hukum syariat, memasyarakatkan ilmu pengetahuan dan mempersiapkan para ilmuwan guna mendidik masyarakat.
Imam Shadiq a.s. menjadikan masjid Rasulullah SAWW di Madinah sebagai pusat kegiatan. Masyarakat datang berbondong-bondong  dari berbagai penjuru untuk menanyakan berbagai masalah dan mereka tidak pulang dengan tangan kosong.
Di antara "figur-figur" yang pernah menimba ilmu dari Imam Shadiq a.s. adalah Malik bin Anas, Abu Hanifah, Muhammad bin Hasan Asa-Syaibani, Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu 'Uyainah, Yahya bin Sa'id, Ayub As-Sijistani, Syu'bah bin Hajjaj, Abdul Malik bin Juraij dan lain-lain.
Imam Shadiq a.s. memerintahkan kepada para pengikutnya untuk tidak berlindung kepada penguasa zalim dan melarang mereka untuk mengadakan kerja sama dalam bentuk apa pun dengannya. Ia juga mewasiatkan kepada mereka untuk melakukan taqiyah supaya para musuh tidak menyoroti gerak-gerik mereka.
Imam Shadiq a.s. menganjurkan kepada semua masyarakat untuk mendukung perlawanan yang dipelopori oleh Zaid bin Ali melawan dinasti Bani Umaiyah. Ketika berita kematian Zaid bin Ali sampai ke telinganya, ia sangat terpukul dan sedih. Ia memberikan santunan kepada setiap keluarga yang suaminya ikut berperang bersama Zaid bin Ali sebesar 1000 Dinar. Begitu juga, ketika pemberontakan Banil Hasan a.s. mengalami kekalahan total, ia sangat sedih dan menyayangkan ketidakikutsertaan masyarakat dalam pemberontakan tersebut. Meskipun demikian, ia enggan untuk merebut kekuasaan. Hal ini ditangguhkannya sehingga umat betul-betul siap untuk mengadakan sebuah perombakan besar-besaran, ia dapat menyetir alur pemikiran yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan dapat memperbaiki realita politik dan sosial yang sudah betul-betul bobrok.
Imam Sahdiq dalam Pandangan para Tokoh
Fuqaha` dan para ilmuwan yang hidup pada masa Imam Shadiq a.s. serta mereka yang hidup sesudah itu memujinya dengan penuh keagungan dan keluasan ilmu pengetahuan. Mereka antara lain:
-
Abu Hanifah, pemimpin dan imam mazhab Hanafiah. Ia berkata: "Aku tidak pernah melihat orang yang lebih alim dari Ja'far bin Muhammad". Dalam kesempatan lain ia juga berkata: "Jika tidak ada dua tahun (belajar kepada Ja'far bin Muhammad), niscaya Nu'man akan celaka". Nama asli Abu Hanifah adalah Nu'man bin Tsabit.
- Malik, pemimpin dan imam mazhab Malikiah. Ia pernah berkata: "Beberapa waktu aku selalu pulang pergi ke rumah Ja'far bin Muhammad. Aku melihatnya selalu mengerjakan salah satu dari tiga hal berikut ini: mengerjakan shalat, berpuasa atau membaca Al Quran. Dan aku tidak pernah melihatnya ia menukil hadis tanpa wudhu`".
- Ibnu Hajar Al-Haitsami berkata: "Karena ilmunya sering dinukil oleh para ilmuwan, akhirnya ia menjadi buah bibir masyarakat dan namanya dikenal di seluruh penjuru negeri. Para pakar (fiqih dan hadis) seperti Yahya bin Sa'id, Ibnu Juraij, Malik, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin 'Uyainah, Abu Hanifah, Syu'bah dan Ayub As-Sijistani banyak menukil hadis darinya".
-
Abu Bahar Al-Jaahizh berkata: "Ilmu pengetahuan Ja'far bin Muhammad telah menguasai seluruh dunia. Dapat dikatakan bahwa Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri adalah muridnya, dan hal ini cukup untuk membuktikan keagungannya".
-
Ibnu Khalakan, seorang sejarawan terkenal menulis: "Dia adalah salah seorang imam dua belas mazhab Imamiah dan termasuk salah seorang pembesar keluarga Rasulullah yang karena kejujurannya ia dijuluki dengan ash-shadiq. Keutamaan dan keagungannya sudah dikenal khalayak ramai sehingga tidak perlu untuk dijelaskan. Abu Musa Jabir bin Hayyan Ath-Thurthursi adalah muridnya. Ia menulis sebuah buku sebanyak seribu halaman yang berisi ajaran-ajaran Ja'far Ash-Shadiq dan memuat lima ratus pembahasan".
Masa Imam Shadiq a.s. adalah masa melemahnya pemerintahan Bani Umaiyah dan menguatnya kekuatan Bani Abasiyah. Dua kelompok ini saling tarik-menarik kekuatan dan berperang demi merebut dan mempertahankan kekuasaan.
Sejak Hisyam bin Abdul Malik berkuasa, perang politik Bani Abasiyah sudah dimulai. Pada tahun 129 H. mereka mulai mengadakan pemberontakan bersenjata, dan akhirnya, pada tahun 132 H. mereka mencapai kemenangan. Pada masa-masa itu Bani Umaiyah sedang menghadapi berbagai problema politik sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengadakan penekanan serius terhadap Syi'ah. Bani Abasiyah pun karena mereka ingin merebut kekuasaan atas nama membela keluarga Rasulullah SAWW dan membalas dendam atas darah mereka yang sudah terteteskan, mereka tidak berani mengadakan penekanan terhadap para pengikut Ahlul Bayt a.s.
Atas dasar ini, periode tersebut adalah sebuah periode tenang bagi Imam Shadiq a.s. dan para pengikutnya meskipun sangat relatif. Ia menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya dengan memulai sebuah gebrakan kebudayaan yang tidak tanggung-tanggung. Karena ia yang berhasil menyebarkan fiqih dan ilmu Ahlul Bayt a.s. dengan pesat serta mempermantap hukum dan teologi Syi'ah, akhirnya mazhab Syi'ah dikenal dengan nama mazhab Ja'fari.
Imam Shadiq a.s. menghadapi segala aliran pemikiran dan akidah yang berkembang pada waktu itu. Dengan segala upaya ia telah menjelaskan Islam dan tasyayyu' di hadapan mereka dan berhasil membuktikan keunggulan pemikiran Syi'ah dibandingkan dengan aliran-aliran pemikiran tersebut.
Imam Shadiq a.s. mendidik murid-muridnya sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Hasilnya, setiap orang dari mereka memiliki spesialisasi dalam ilmu-ilmu tertentu, seperti hadis, tafsir, fiqih dan kalam.
Hisyam bin Salim bercerita bahwa pada suatu hari kami duduk di hadapan Imam Shadiq a.s. Tidak lama kemudian seseorang yang berkewarganegaraan Syam minta izin untuk masuk. Setelah ia masuk, Imam berkata kepadanya: "Duduklah! Apa yang kau inginkan?".
Ia menjawab: "Saya mendengar bahwa engkau menjawab semua pertanyaan orang. Aku datang untuk berdebat denganmu".
"Dalam bidang apa?", tanya Imam kembali.
"Dalam bidang bacaan Al Quran", jawabnya pendek.
Imam Shadiq a.s. menoleh kepada Hamran seraya berkata: "Hamran, orang ini adalah milikmu!"
Orang Syam itu kembali berkata: "Aku ingin berdebat denganmu, bukan dengan Hamran".
"Jika engkau dapat mengalahkan Hamran, berarti engkau telah mengalahkanku", ia menimpali.
Dengan terpaksa ia menerima untuk berdebat dengan Hamran. Setiap pertanyaan yang dilontarkan dijawab dengan tegas dan berdalil oleh Hamran hingga akhirnya ia merasa kalah dan kecapaian.
"Bagaimana engkau melihat Hamran?", tanya Imam a.s.
"Sungguh Hamran sangat cerdik. Setiap pertanyaan yang kulontarkan, dijawabnya dengan tepat", jawabnya.
Setelah itu ia berkata kembali: "Saya ingin berdebat denganmu berkenaan dengan bahasa dan sastra Arab".
Imam a.s. menoleh kepada Aban bin Taghlib seraya berkata: "Berdebatlah dengannya!"
Aban pun tidak memberi kesempatan kepadanya untuk mengelak dan berdalih serta akhirnya ia menyerah.
"Aku ingin berdebat mengenai fiqih denganmu", lanjutnya.
Imam a.s. menoleh kepada Zurarah seraya berkata: "Berdebatlah dengannya!" Ia pun mengalami nasib yang sama.
"Aku ingin berdebat denganmu berkenaan dengan ilmu kalam", katanya lagi.
Imam a.s. menunjuk Mukmin Ath-Thaaq untuk melayaninya. Dan tidak lama kemudian ia pun mengalami nasib yang sama.
Begitulah seterusnya ketika ia meminta untuk berdebat berkenaan dengan masalah kemampuan (seseorang) untuk melakukan kebaikan dan keburukan, tauhid dan imamah, Imam a.s. menunjuk Hamzah Ath-Thayyar, Hisyam bin Salim dan Hisyam bin Hakam untuk melayaninya. Dan mereka dapat melaksanakan tugas mereka masing-masing dengan baik.
Melihat peristiwa yang sangat menyenangkan itu Imam Shadiq a.s. tersenyum bahagia.
Pada kesempatan ini kami haturkan kepada para pembaca budiman hadis-hadis suci pilihan yang pernah diucapkan oleh Imam Shadiq a.s. selama ia hidup.
"Seyogianya setiap muslim yang mengenal kami (Ahlul Bayt) untuk mengecek setiap amalannya setiap hari dan malam. Dengan demikian ia telah mengontrol dirinya. Jika ia merasa berbuat kebaikan, maka berusahalah untuk menambahnya, dan jika ia merasa mengerjakan  keburukan, maka beristigfarlah supaya ia tidak hina di hari kiamat".
"Jika Syi'ah kami mau beristiqamah, niscaya malaikat akan bersalaman dengan mereka, awan akan menjadi pelindung mereka (dari terik panas matahari), bercahaya di siang hari, rezekinya akan dijamin dan mereka tidak akan meminta apa pun kepada Allah kecuali Ia akan mengabulkannya".
"Barang siapa yang menipu, menghina dan memusuhi  saudaranya (seiman), maka Allah akan menjadikan neraka sebagai tempat kembalinya. Dan barang siapa merasa dengki terhadap saudaranya, maka imannya akan meleleh sebagaimana garam meleleh (di dalam air)"
"Janganlah kalian terbawa arus mazhab dan aliran! Demi Allah, berwilayah kepada kami tidak akan dapat digapai kecuali dengan wara`, usaha yang keras di dunia, dan menolong saudara-saudara seiman. Dan tidak termasuk Syi'ah kami orang yang menzalimi orang lain"
"Barang siapa yang percaya kepada Allah, maka Ia akan menjamin segala yang diinginkannya, baik yang berkenaan dengan urusan dunia maupun akhiratnya, dan akan menjaga baginya apa yang sekarang tidak ada di tangannya. Sungguh lemah orang yang enggan membekali diri dengan kesabaran untuk menghadapi sebuah bala`, tidak mensyukuri nikmat dan tidak mengharapkan kelapangan di balik sebuah kesulitan".
"Bersilaturahmilah kepada orang yang memutus tali hubungan denganmu, berikanlah orang yang enggan memberimu, berbuat baiklah kepada orang yang berbuat jahat kepadamu, ucapkanlah salam kepada orang yang mencelamu, berbuat adillah kepada orang yang memusuhimu, maafkanlah orang yang menzalimimu sebagaimana engkau juga ingin diperbuat demikian. Ambillah pelajaran dari pengampunan Allah yang telah mengampunimu. Apakah engkau tidak melihat matahari-Nya menyinari orang yang baik dan orang yang jahat dan air hujan-Nya turun kepada orang-orang yang saleh dan bersalah?".
"Pelankanlah suaramu, karena Allah yang mengetahui segala yang kau simpan dan tampakkan. Ia telah mengetahui segala yang engkau inginkan sebelum kalian meminta kepada-Nya".
"Segala kebaikan ada di depan matamu dan segala keburukan juga ada di depan matamu. Engkau tidak akan melihat kebaikan dan keburukan (sejati) kecuali di akhirat. Karena Allah azza wa jalla telah menempatkan semua kebaikan di surga dan semua keburukan di neraka. Hal itu dikarenakan surga dan nerakalah yang akan kekal".
Islam itu telanjang. Bajunya adalah rasa malu, hiasannya adalah kewibawaan, harga dirinya adalah amal saleh dan tonggaknya adalah wara`. Segala sesuatu memiliki asas, dan asas Islam adalah kecintaan kepada kami Ahlul Bayt".
"Beramallah sekarang di dunia demi kebahagiaan yang kau  harapkan di akhirat".
"Tidak ada seorang pun yang membantu salah seorang pengikut kami walaupun dengan satu kalimat kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga tanpa hisab".
"Jauhilah riya`, karena sifat riya` akan memusnahkan amalanmu, jauhilah berdebat, karena berdebat itu akan menjerumuskanmu ke dalam jurang kehancuran dan jauhilah permusuhan, karena permusuhan itu akan menjauhkanmu dari Allah".
"Jika Allah menghendaki kebaikan atas seorang hamba, maka Ia akan membersihkan jiwanya. Dengan itu, ia tidak akan mendengar kebaikan kecuali ia akan mengenalnya dan tidak melihat kemungkaran kecuali ia akan mengingkarinya. Kemudian Ia akan mengilhamkan di hatinya sebuah kalimat yang akan mempermudah segala urusannya".
"Mintalah afiat kepada Tuhan kalian. Bersikaplah wibawa, tenang dan milikilah rasa malu".
"Perbanyaklah doa, karena Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya. Ia telah menjanjikan kepada mereka untuk mengabulkan (doa-doa mereka). Pada hari kiamat Ia akan menghitung doa-doa mereka sebagai sebuah amalan yang pahalanya adalah surga".
"Cintailah orang-orang miskin yang muslim, karena orang yang menghina dan bertindak sombong terhadap mereka, ia telah menyimpang dari agama Allah dan Ia akan menghinakannya dan murka atasnya. Kakek kami SAWW pernah bersabda: "Tuhanku telah memerintahkanku untuk mencintai orang-orang miskin yang muslim".
"Jangan menghasut orang lain, karena akar kekufuran adalah hasud dan iri dengki".
"Tiga amalan dapat menumbuhkan benih kecintaan: memberi hutang, rendah diri dan berinfak".
"Tiga amalan penimbul benih permusuhan: kemunafikan, kezaliman dan kesombongan".
"Tiga hal tidak dapat diketahui kecuali dalam tiga kondisi: penyabar tidak akan dikenal kecuali dalam kondisi marah, pemberani tidak akan diketahui kecuali ketika perang dan saudara tidak akan diketahui kecuali ketika (kita) membutuhkan".
Imam ar-Ridha As, Teladan Pejuang yang Sabar
Nama : Ali.
Gelar : Ridha.
Panggilan : Abu Hasan.
Ayah : Musa Al-Kazhim as.
Ibu : Najmah.
Kelahiran : Madinah, 11 DzulqaÔÇÖdah 148 H.
Wafat : 203 H.
Makam : Thus, Masyhad-Iran
 
Hari Lahir
Imam Ali Ar-Ridha as lahir pada 11 DzulqaÔÇÖdah 148 H. di Madinah. Ayah beliau adalah Imam Musa Al-Kazim as dan ibunya seorang wanita mukmin nan saleh, bernama Najmah. Imam as menghabiskan masa kanak-kanaknya di sisi sang ayah.
Imam Musa as berwasiat dan memberi isyarat kepada sahabat-sahabatnya mengenai keimamahan putranya, Ali Ar-Ridha.
Ali bin Yaqthin berkata, ÔÇ£Pernah aku bersama Abdus Saleh (salah satu gelar Imam Musa KazimÔÇöpenj.). Tiba-tiba datang Ali Ar-Ridha as, lalu beliau (Imam Musa) berkata, ÔÇ£Wahai Ali bin Yaqthin, dialah penghulu anak-anakku.ÔÇØ
Hisyam menambahkan, ÔÇ£Sesungguhnya aku beritakan kepadamu bahwa dia adalah Imam setelahku.ÔÇØ
Demikian pula salah seorang sahabat pernah bertanya tentang imam sepeninggalnya. Imam Musa as memberi isyarat kepada anaknya, Ali Ar-Ridha sembari berkata, ÔÇ£Dialah Imam (pemimpin) setelahku.ÔÇØ
Pada masa itu, situasi amat menguatirkan, sehingga Imam Musa as berwasiat kepada para sahabatnya agar merahasiakan keimamahan putranya itu.
Budi Pekerti Yang Agung
Para Imam Ahlulbait as adalah manusia-manusia pilihan. Mereka dipilih oleh Allah SWT untuk membimbing masyarakat secara benar dan menjadi contoh yang paling unggul untuk mencapai derajat kemanusiaan dan akhlak mulia.
Ibrahim bin Abbas mengatakan, ÔÇ£Aku tidak pernah mendengar Abul Hasan Ar-Ridha as mengatakan sesuatu yang merusak kehormatan seseorang, juga tidak pernah memotong pembicaraan seseorang hingga ia menuntaskannya, dan tidak pernah menolak permintaan seseorang tatkala dia mampu membantunya. Beliau tidak pernah menjulurkan kakinya ke tengah majelis. Aku tidak pernah melihatnya meludah, tidak pernah terbahak-bahak ketika tertawa, karena tawanya adalah senyum. Di waktu-waktu senggang, beliau menghamparkan suprah dan duduk bersama para pembantu, mulai dari penjaga pintu sampai pejabat pemerintahan. Dan barang siapa yang mengaku pernah melihat keluhuran budi pekerti seseorang seperti beliau, maka janganlah kau percaya.ÔÇØ
Seorang laki-laki menyertai Imam Ar-Ridha dalam perjalanannya ke Khurasan. Imam mengajaknya duduk dalam sebuah jamuan makan. Beliau mengumpulkan para tuan dan budak untuk menyiapkan makanan dan duduk bersama. Orang itu lalu berkata, ÔÇ£Wahai putra Rasulullah, apakah engkau mengumpulkan mereka dalam satu jamuan makan?ÔÇØ
ÔÇ£Sesungguhnya Allah SWT adalah satu. Manusia lahir dari satu bapak dan satu ibu. Mereka berbeda-beda dalam amal perbuatanÔÇØ, demikian jawab Imam as.
Salah seorang dari mereka berkata, ÔÇ£Demi Allah, tidak ada yang lebih mulia di muka bumi ini selain engkau, wahai Abul Hasan (panggilan Imam Ar-Ridha)!ÔÇØ
Imam menjawab, ÔÇ£Ketakwaanlah yang memuliakan mereka, wahai saudaraku!ÔÇØ
Salah seorang bersumpah dan berkata, ÔÇ£Demi Allah, engkau adalah sebaik-baik manusia.ÔÇØ
Imam menjawabnya, ÔÇ£Janganlah engkau bersumpah seperti itu. Sebab orang yang lebih baik dari aku adalah yang lebih bertakwa kepada Allah. Demi Allah, Dzat yang menorehkan ayat ini,┬áÔÇÿKami ciptakan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa.ÔÇÖÔÇØ
Pernah suatu saat, Imam Ali Ar-Ridha as berbincang-bincang dengan masyarakat. Mereka bertanya tentang masalah-masalah hukum. Tiba-tiba seorang warga Khurasan masuk dan berkata, ÔÇ£Salam atasmu wahai putra Rasulullah! Aku adalah seorang pengagummu dan pecinta ayahmu serta para datukmu. Aku baru saja kembali dari haji dan aku kehilangan nafkah hidupku. Tak satu harta pun tersisa lagi padaku. Jika engkau sudi membantuku sampai di negeriku, sungguh nikmat besar Allah atasku, dan bila aku telah sampai, aku akan menginfakkan jumlah uang yang kau berikan kepadaku atas namamu, karena aku tidak berhak menerima infak.ÔÇØ
Dengan nada lembut, Imam Ar-Ridha as berkata kepadanya, ÔÇ£Duduklah, semoga Allah mengasihanimu!ÔÇØ
Kemudian Imam melanjutkan perbincangannya dengan masyarakat sampai mereka bubar. Setelah itu, Imam bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar. Tak lama kemudian, beliau mengeluarkan tangannya dari balik pintu sambil berkata, ÔÇ£Mana orang Khurasan itu?ÔÇØ
Orang Khurasan itu mendekat dan Imam berkata, ÔÇ£Ini 200 Dinar. Pergunakanlah untuk perjalananmu dan janganlah engkau menafkahkan hartamu atas nama kami.ÔÇØ
Orang Khurasan itu mengambilnya dengan penuh rasa syukur, lalu meninggalkan Imam as.
Setelah itu Imam keluar dari kamar. Salah seorang sahabat bertanya, ÔÇ£Kenapa engkau menyembunyikan wajahmu dari balik pintu, wahai putra Rasulullah?ÔÇØ
Imam berkata, ÔÇ£Agar aku tidak melihat kehinaan pada raut wajah orang yang meminta. Tidakkah kau mendengar Rasulullah saw bersabda, ÔÇÿBerbuat baik dengan sembunyi-sembunyi adalah sama seperti tujuh puluh kali ibadah haji, dan orang yang terang-terangan dalam berbuat jahat sungguh terhina, dan orang yang sembunyi dalam melakukannya akan diampuni.ÔÇÖÔÇØ
Jangan Merasa Bangga!
Ahmad Al-Bazanthi adalah salah seorang ulama terkemuka dan seringkali melakukan surat-menyurat dengan Imam Ali Ar-Ridha. Kemudian, ia mengakui kebenaran kedudukan beliau sebagai imam.
Al-Bazanthi pernah menceritakan pengalamannya berikut ini:
ÔÇ£Imam Ar-Ridha as memintaku datang menjumpainya dan mengirimkan keledai kepadaku sebagai kendaraan. Sesampainya di sana, kami duduk dalam sebuah pembahasan. Hingga tiba waktu IsyaÔÇÖ, kami melaksanakan shalat. Seusai shalat, Imam meminta kepadaku untuk bermalam. Aku menjawab, ÔÇÿTidak demi jiwaku yang menjadi tebusanmu, aku tidak membawa mantel (selimut) dan pakaian.ÔÇÖ
Beliau berkata kepadaku, ÔÇÿAllah akan melewatkan malammu dalam keadaaan sehat dan kami akan tidur di atap rumah.ÔÇÖ
Sementara Imam turun, aku berkata pada diriku sendiri, ÔÇÿSungguh aku telah mendapatkan kemulian dari Imam yang aku tidak temukan pada orang lain. Aku telah tertipu oleh setan.ÔÇÖ
Di waktu subuh, Imam membangunkanku sambil memegang tanganku. Kepadaku beliau menuturkan, ÔÇÿSuatu hari, Amirul Mukminin Ali as menengok ShaÔÇÖsaÔÇÖah bin Sauhan yang tengah sakit. Ketika dia hendak bangun, Amirul Mukminin berkata kepadanya, ÔÇÿWahai ShaÔÇÖsaÔÇÖah, janganlah engkau merasa bangga terhadap saudara-saudaramu hanya karena aku menjengukmu.ÔÇÖ
Seakan-akan Imam membaca apa yang terlintas dalam benak Al-Bazanthi. Beliau menasehatinya dan mengingatkan kakeknya, Imam Ali bin Ali Thalib as bagaimana menjenguk salah seorang sahabatnya.
Nasihat untuk Saudara
Zaid adalah saudara Imam Ali Ar-Ridha as. Dia melakukan pemberontakan di kota Bashrah dan membakari rumah orang-orang Abbasiyah, sehingga dia digelari dengan Sang Api.
Khalifah MaÔÇÖmun segera mengirim pasukan besar dan terjadilah pertempuran sengit. Di sana, Zaid menyerah dan meminta damai. Namun, akhirnya ia tertangkap dan dipenjara.
Tatkala Imam Ali Ar-Ridha as diangkat oleh MaÔÇÖmun sebagai pengganti khalifah, MaÔÇÖmun memutuskan untuk mengirimkan Zaid kepada Imam. Imam as sangat marah atas perbuatan saudaranya yang membakar rumah dan merampas harta benda rakyat tanpa hak.
Kepada saudaranya Imam as berkata, ÔÇ£Hai Zaid, apa yang membuat engkau tertipu hingga engkau menumpahkan darah dan merampok? Apakah kau tertipu oleh perkataan orang-orang Kufah, bahwa Fatimah as telah disucikan rahimnya sehingga Allah mengharamkan anak keturunannya dari api neraka? Celakalah engkau! Sesungguhnya yang dimaksudkan Rasul saw dari sabda itu bukanlah aku, bukan pula kau. Akan tetapi, Hasan dan Husain. Demi Allah, sesungguhnya keselamatan dari api neraka itu tidak akan didapati kecuali dengan ketaatan kepada Allah SWT. Apakah kau mengira akan masuk surga dengan tetap bermaksiat kepada Allah? Kalau begitu, kau lebih besar daripada Allah dan dari ayahmu, Musa bin JaÔÇÖfar as!ÔÇØ
Zaid berkata,ÔÇØBukankah aku saudaramu?ÔÇØ
Imam menjawab, ÔÇ£Ya, kau adalah saudaraku selama kau taat kepada Allah. Bagaimana Nabi Nuh as memohon,┬áÔÇÿTuhanku, sesungguhnya anakku dari keluargaku dan janjimu pasti nyata dan engkau maha pengasih.ÔÇÖ┬áDan bagaimana Allah membalasnya,┬áÔÇÿWahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah dari keluargamu, karena dia bukan perbuatan saleh.ÔÇÖ┬áDemi Allah, wahai Zaid! Tidak seorang pun akan mendapatkan kedudukan di sisi Allah kecuali ketaatan kepada-Nya.ÔÇØ
Di Majelis MaÔÇÖmun
MaÔÇÖmun mengumpulkan para pemuka agama dan tokoh-tokoh mazhab Islam, lalu memerintahkan mereka untuk berdiskusi dengan Imam Ali Ar-Ridha as. MaÔÇÖmun melakukan itu hanya untuk menjatuhkan Imam di hadapan soal-soal mereka.
Imam as bertanya kepada seorang sahabatnya yang bermana Hassan Naufal, ÔÇ£Apakah engkau tahu mengapa MaÔÇÖmun mengumpulkan para pemuka agama dan tokoh mazhab itu?ÔÇØ
Naufal menjawab, ÔÇ£Dia ingin sekali mengujimu.ÔÇØ
Imam berkata, ÔÇ£Senangkah engkau melihat saat-saat MaÔÇÖmun menyesali perbuatannya?.ÔÇØ
ÔÇ£TentuÔÇØ, jawab Naufal.
Imam berkata, ÔÇ£Yaitu tatkala dia mendengar jawabanku dari kitab Taurat terhadap penganut Taurat, jawabanku dari kitab Injil tehadap penganut Injil, jawabanku dari kitab Zabur terhadap penganut Zabur, dan jawabanku dari kitab Ibraniyyah terhadap kaum Sabiah.ÔÇØ
Imam Ali Ar-Ridha as menyiapkan perjalanannya bersama sahabatnya ke istana Khalifah. Setelah sampai dan istirahat sejenak, diskusi pun dimulai.
Jatsliq berkata, ÔÇ£Saya tidak ingin berdiskusi dengan orang yang menggunakan Al-QurÔÇÖan sebagai dalilnya, karena aku mengingkarinya, dan juga orang yang menggunakan hadis Nabi Muhammad, karena aku tidak mempercayai kenabiannya.ÔÇØ
Imam Ar-Ridha as berkata, ÔÇ£Jika aku berdalil dengan kitab Injil, apakah engkau akan beriman?ÔÇØ
ÔÇ£Tentu, saya akan menerimanyaÔÇØ, begitu tegas Jatsliq.
Lalu Imam Ali Ar-Ridha as membacakan beberapa ayat Injil yang di dalamnya Nabi Isa as mengabarkan kedatangan nabi setelahnya, sebagaimana yang juga diberitakan oleh Hawariyyun (sabahat setia Nabi Isa). Imam juga membacakan sebagian ayat dari Injil Yohanes.
Jatsliq dengan penuh keheranan berkata, ÔÇ£Demi kebenaran Isa Al-Masih, aku tidak pernah menyangka bahwa di antara ulama muslim ada orang sepertimu.ÔÇØ
Kemudian Imam Ali Ar-Ridha berpaling kepada pemuka Yahudi dan berdalil dengan ayat-ayat Taurat dan Zabur.
Tak ketinggalan pula, Imran Ash-Shabi yang ahli dalam ilmu Kalam. Dia bertanya kepada Imam tentang keesaan Tuhan dan masalah-masalah Kalam lainnya.
Ketika masuk waktu Zhuhur, Imam as bangkit untuk melaksanakan shalat. Setelah itu, beliau melanjutkan diskusi dengan Imran sampai dia mengakui kebenaran agama Allah yang hak. Lalu dia menghadap Kiblat dan bersujud kepada Allah untuk menyatakan keislamannya.
Perjalanan ke Marv
Tak seorang pun tahu alasan sebenarnya yang mendorong Khalifah MaÔÇÖmun untuk meminta Imam Ali Ar-Ridha as menjadi penggantinya kelak.
Ketika Imam as tinggal di Madinah Al-Munawwarah, tiba-tiba datang perintah Khalifah kepada beliau untuk melakukan perjalanan ke Marv.
Imam as menyiapkan perjalanannya ke Khurasan. Beliau tiba di kota Bashrah, lalu bertolak menuju Baghdad, kemudian singgah di kota Qom yang mendapatkan sambutan begitu hangat dari masyarakat di sana. Kala itu, Imam menjadi tamu salah seorang penduduk, dan semenjak hari itu ditetapkanlah hari berdirinya ÔÇ£Madrasah Ar-Ridhawiyyah.ÔÇØ
Di Naisyabur
Naisyabur merupakan salah satu kota tua dan pusat ilmu pengetahuan, lalu runtuh dan hancur ketika penyerangan bangsa Mongol.
Iring-iringan kafilah Imam Ali Ar-Ridha as dijemput oleh masyarakat di sana dengan penuh suka cita, sementara ratusan ulama dan pelajar berdiri paling depan.
Para ulama dan ahli hadis berkumpul di sekitar para pengiring Imam, sedang di tangan mereka buku dan alat menulis. Mereka menunggu Imam meriwayatkan hadis-hadis dari kakeknya Rasulullah saw, sampai-sampai di antara mereka ada yang memegang tali kekang tunggangan Imam dan berkata, ÔÇ£Demi kebenaran ayahmu yang suci, riwayatkanlah kepada kami hadis sehingga kami dapat mendapatkan ilmu darimu.ÔÇØ
Imam as berkata, ÔÇ£Aku mendengar ayahku Musa bin JaÔÇÖfar berkat, ÔÇÿAku mendengar Ayahku, JaÔÇÖfar bin Muhammad berkata, ÔÇÿAku mendengar ayahku Muhammad bin Ali berkata, ÔÇÿAku mendengar ayahku Ali bin Husain berkata, ÔÇÿAku mendengar ayahku Husain bin Ali berkata, ÔÇÿAku mendengar ayahku Ali bin Abi Thalib berkata, ÔÇÿAku mendengar Rasulullah saw bersabda, ÔÇÿAku mendengar Jibril berkata, ÔÇÿAku mendengar Allah berfirman, ÔÇ£Kalimat La Ilaha illallah adalah bentengku. Barang siapa masuk ke dalam bentengku, niscaya ia terbebas dari azabku.ÔÇÖÔÇØ
Hadis ini terkenal dengan Hadis Silsilah Dzahabiyah (Untaian Emas). Sebanyak dua ribu perawi mencatat hadis ini.
Imam Ali Ar-Ridha as meninggalkan Naisyabur pada waktu pagi. Di tengah perjalanan masuk waktu Zhuhur, Imam as meminta air untuk berwudhu. Akan tetapi, para pengikutnya sulit mendapatkan air.
Imam menggali tanah. Tiba-tiba muncul mata air. Beliau berwudhu bersama orang-orang yang menyertainya. Hingga sekarang ini, mata air itu masih mengalir.
Imam Ar-Ridha as dan rombongan tiba di Sina Abad dan beliau menyandarkan punggungnya ke salah satu batu besar di gunung itu. Masyarakat di sana adalah pengrajin kuali dan periuk untuk keperluan masak. Imam memohon kepada Allah untuk memberkahi mereka dan meminta untuk dibuatkan periuk.
Imam as masuk ke rumah Hamid bin Qahthabah Ath-ThaÔÇÖi dan masuk ke qubah yang di dalamnya terdapat kuburan Harun Ar-Rasyid. Di samping kuburan itu, beliau menuliskan sesuatu lalu berkata, ÔÇ£Ini adalah tanahku, dan di sinilah aku akan dikuburkan. Allah akan menjadikannya tempat ziarah bagi pengikutku. Demi Allah, barangsiapa yang menziarahiku, maka wajib baginya ampunan dan rahmat Allah melalui syafaat kami Ahlulbait.ÔÇØ
Kemudian, beliau melakukan shalat dua rakaat dan sujud yang lama sambil bertasbih sebanyak lima ratus kali.
Di Marv
Sampailah Imam Ali Ar-Ridha as di Marv. MaÔÇÖmun berusaha menampakkan rasa hormat dengan cara menyambut beliau dan mengadakan pesta penyambutan. Dia mengharapkan Imam supaya sudi menduduki kursi khalifah. Akan tetapi, beliau menolaknya.
Imam Ali Ar-Ridha as tahu benar akan maksud yang disembunyikan oleh MaÔÇÖmun. Dia telah membunuh saudaranya sendiri, Muhammad Amin, lantaran haus kekuasan dan kekhalifahan. Lalu, bagaimana mungkin dia mau turun tahta?
MaÔÇÖmun berusaha menarik simpati masyarakat dengan menampakkan kecintaannya kepada Ahlulbait. Dia menetapkan kewajiban menaati Imam sebagai calon penggantinya, walaupun dengan cara-cara paksa.
Di hadapan permintaan MaÔÇÖmun yang penuh dengan pemaksaan dan bahkan ancaman itu, akhirnya Imam Ridha as menerima untuk dijadikan penggantinya kelak dengan syarat, bahwa beliau tidak ikut campur dalam urusan-urusan pemerintahan.
Segera kepingan-kepingan uang dicetak dengan nama Imam, dan MaÔÇÖmun membiarkan masyarakat memakai pakaian hitam sebagai lambang orang-orang Abbasiyah, dan memakai pakaian hijau sebagai lambang orang-orang Alawiyah (keturunan Imam Ali bin Abi Thalib as).
Lebih dari itu, MaÔÇÖmun bahkan menikahkan anak perempuannya dengan Imam Ar-Ridha as dan menikahkan anak perempuannya yang lain dengan putra beliau, yaitu Muhammad Al-Jawad as.
Shalat Hari Raya
Imam Ali Ar-Ridha as dibaiat sebagai calon pengganti Khalifah pada 5 Ramadhan 201. Setelah 25 hari, tibalah hari pertama dari bulan Syawal, yaitu Hari Raya Idul Fitri. Satu hari sebelumnya, MaÔÇÖmun memerintahkan Imam Ar-Ridha as untuk menjadi imam shalat hari raya Idul Fitri.
Imam merasa keberatan. Tetapi MaÔÇÖmun bersikeras pada keputusannya, dan mengirim utusan untuk memata-matai gerak-gerik beliau.
Imam as menerima dengan satu syarat, yaitu melakukan shalat hari raya sesuai dengan ajaran Rasulullah saw dan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as.
MaÔÇÖmun menyetujui syarat itu dan memerintahkan tentaranya untuk bersiap-siap menjemput Imam esok pagi.
Masyarakat berkerumun di jalan-jalan dan di atap-atap rumah, sementara pasukan berbaris sambil menunggu Imam as keluar.
Matahari terbit menampakkan garis kemilauan emas dan menyelimuti bumi dengan panas dan cahayanya.
Imam Ali Ar-Ridha as mandi dan memakai pakaian dan serban putih sambil membiarkan salah satu ujungnya jatuh di depan dadanya dan ujung lainnya terurai di antara kedua bahunya. Beliau memakai wewangian dan memegang tongkat. Beliau memerintahkan orang-orang terdekatnya serta para pembantunya untuk melakukan hal yang sama. Dan, Imam pun keluar bersama mereka tanpa alas kaki.
Beberapa langkah kemudian, Imam Ar-Ridha as mengangkat suaranya sambil mengumandangkan takbir; Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Imam muncul dari dalam rumah, sedangkan pasukan istana serta komandannya melihat Imam bersama kelompok besar berjalan di samping kuda-kuda mereka. Mereka pun hanyut dan segera turun dari kuda, lalu melepaskan sepatu-sepatu mereka dan ikut berjalan mengiringi Imam as dengan kaki telanjang.
Imam bertakbir di pintu gerbang. Masyarakat juga ikut bertakbir sehingga gema takbir membahana ke seluruh penjuru kota. Mereka keluar dari rumahnya masing-masing dan tumpah-ruah ke jalan-jalan.
Berkali-kali masyarakat menghadiri shalat hari raya yang dilaksanakan dengan penuh kemegahan dan kemewahan yang jauh dari dari makna takbir. Kali ini mereka menyaksikan hari raya besar yang penuh dengan semangat Islam yang dibawa oleh Nabi saw dan kini dihidupkan kembali oleh cucunya, Imam Ali Ar-Ridha as.
Mata-mata yang mengintai gerakan Imam dan masyarakat segera melaporkan hasil pengawasannya kepada MaÔÇÖmun. Dia malah kuatir terhadap dampak yang akan muncul apabila Imam melanjutkan perjalanannya untuk melaksanakan shalat hari raya dan menyampaikan khutbah.
MaÔÇÖmun segera mengutus seseorang untuk menemui Imam Ar-Ridha as yang masih dalam perjalanan. Kepada beliau, ia menyampaikan pesan secara lisan, ÔÇ£Sungguh kami telah membuatmu kepayahan, wahai putra Rasulullah. Kami senang bila Anda istirahat. Untuk itu, kembalilah!ÔÇØ
Imam as kembali, sementara masyarakat bertanya-tanya. Sungguh mereka telah terpesona oleh sosok beliau yang mengingatkan mereka akan kerendahan hati ayah dan kakeknya.
Tujuan MaÔÇÖmun
Tak seorang pun yang mengingkari kelicikan dan muslihat MaÔÇÖmun dalam berpolitik, sebagaimana yang dia lakukan di balik penetapannya atas Imam Ali Ar-Ridha as sebagai pengganti kekhalifahannya. Tentu, ada maksud-maksud tertentu yang disembunyikan MaÔÇÖmun, di di antaranya:
1. Mengharapkan dukungan orang-orang Alawiyah yang ingin membalas dendam kepada pemerintahan Abbasiyah dan bertekad melakukan berbagai pemberontakan dan kerusuhan, yaitu dengan mengangkat Imam as sebagai penganti kekhalifahannya kelak dan mengganti pakaian hitam dengan pakaian hijau.
2. Merangkul orang-orang Alawiyah dengan cara melibatkan mereka dalam pemerintahan agar masyarakat mengetahui, bahwa pemberontakan yang mereka lakukan hanya karena ingin kekuasaan dan kesenangan, bahwa mereka tidak ingin menegakkan keadilan, tetapi tujuan mereka adalah untuk memperoleh harta kekayaan.
3. MaÔÇÖmun berusaha mengumpulkan tokoh-tokoh Alawiyah di ibu kota negara lalu melakukan penangkapan atas mereka, satu persatu, seperti yang terjadi pada Imam Ar-Ridha as.
Tentunya, Imam as mengetahui seluruh tipu-daya MaÔÇÖmun dan berusaha menggagalkannya dalam banyak kesempatan dan sikap beliau, seperti dalam diskusi dengan para pemuka agama, salat haru raya, dan syarat beliau atas MaÔÇÖmun agar tidak ikut campur dalam urusan negara dan politik.
DiÔÇÖbil Al-KhuzaÔÇÖi
Pada masa itu, syair mendapat perhatian khusus dan penghargaan yang tinggi. Syair juga biasa ditempatkan pada surat-surat kabar untuk menyebarluaskan berita, seruan, ataupun maksud-maksud politik. Penguasa memberi dukungan dan imbalan yang besar untuk mengukuhkan pemerintahan mereka.
Sebagian penyair menolak bujukan pemerintah dan tetap teguh dalam mempertahankan kebenaran, sekalipun dalam keadaan serbakurang dan tertindas, sebagaimana yang dilakukan oleh pujangga DiÔÇÖbil Al-KhuzaÔÇÖi.
Sejarah mencatat pertemuan DiÔÇÖbil dengan Imam Ali Ar-Ridha. Abu Shalt Al-Hirawi meriwayatkan, ÔÇ£DiÔÇÖbil menjumpai Imam Ar-Ridha as di Marv dan berkata, ÔÇÿWahai putra Rasulullah, aku telah membuat syair dan aku berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak membacakan kepada seseorang sebelum engkau mendengarkannya.ÔÇÖ
Imam as menyambutnya dan mengucapkan banyak terima kasih, lalu mempersilahkan untuk menyenandungkannya. Di antara bait-bait syair DiÔÇÖbil ialah:
Kediaman-kediaman manusia suci
kini telah sunyi dari pengunjung.
Rumah wahyu tidak lagi
dituruni kabar-kabar langit.
Pusara di Kufah dan
yang lainnya di Thaibah (BaqiÔÇÖ),
pula yang di Fakh
senantiasa tercurah salawatku.
Dan pusara di Baghdad,
milik jiwa yang suci
Tercurahkan rahmat Sang Pengasih
dalam ruang-ruang kedamaian.
Imam lalu menyambutnya,
Pusara di Thus betapa besar
Dera nestapa yang menimpanya.
DiÔÇÖbil dengan penuh keheranan bertanya, ÔÇÿAku tidak pernah tahu, siapakah pemilik pusara itu?ÔÇÖ
ÔÇÿItulah pusaraku, wahai DiÔÇÖbil,ÔÇØ jawab Imam as.
Sang penyair melanjutkan senandung syairnya yang menyisipkan penderitaan dan musibah yang terus menerus menimpa Ahlulbait. Imam as menangis, dan air matanya berderai menghangatkan pipinya.
Imam memberikan 100 Dinar sebagai hadiah kepada DiÔÇÖbil. Namun, ia merasa berat menerimanya, dan meminta dari beliau sehelai kain untuk mendapatkan berkah darinya. Imam menghadiahkan jubah dari bulu yang ditenun sebagai tambahan dari uang 100 Dinar.
DiÔÇÖbil memohon diri. Dalam perjalanan pulang, ia dan kafilahnya dihadang oleh segerombolan perampok. Seluruh harta benda mereka dirampas. Sambil duduk membagi hasil rampasan, salah seorang perampok melantunkan satu bait puisi:
Aku melihat mereka membagi-bagi harta rampasan.
Di tangan mereka harta rampasan dari emas.
Mendengar bait itu, DiÔÇÖbil bertanya kepada perampok tersebut, ÔÇ£Siapa yang membuat puisi tadi?ÔÇØ
ÔÇ£Ini puisi DiÔÇÖbilÔÇØ, jawabnya.
ÔÇ£Akulah DiÔÇÖbilÔÇØ, kata DiÔÇÖbil memperkenalkan diri.
Para perampok itu pun segera mengembalikan harta-harta kafilah yang bersamanya dengan penuh hormat, serta meminta maaf kepada mereka.
DiÔÇÖbil dan kafilahnya melanjutkan perjalanan sampai di kota Qom. Di sana, sebagian masyarakat berebut ingin menukar baju Imam dengan seribu Dinar, namun DiÔÇÖbil menolaknya. Di tengah itu, datanglah sekelompok pemuda dari luar kota Qom menginginkan sepotong (secarik) dari pakaian Imam untuk mengambil berkah dengan imbalan 1000 Dinar. Maka, DiÔÇÖbil pun merelakannya.
Ketika sampai di rumahnya, DiÔÇÖbil mendapati istrinya menderita sakit di bagian matanya. Ia memeriksakannya, kepada satu tabib ke tabib yang lain. Tapi, mereka semua mengatakan, ÔÇ£Sudah tidak ada gunanya kamu mengobatinya, karena istrimu akan menderita kebutaan.ÔÇØ
DiÔÇÖbil merasa sedih sekali. Tiba-tiba ia teringat potongan baju Imam. Kemudian dia melilitkannya di mata sang istri dari awal malam hingga esok harinya. Tatkala istri DiÔÇÖbil terjaga, ia tidak merasakan sakit sedikit pun berkat keramat Imam Ali Ar-Ridha as.
Hari Kesyahidan
Setelah MaÔÇÖmun merasa jenuh dan putus asa membujuk Imam Ali Ar-Ridha as dengan kekuasaan, sementara beliau tetap teguh dan bersih dari kepentingan dunia, MaÔÇÖmun senantiasa mencari-cari kesempatan untuk membunuh beliau.
Di Baghdad, orang-orang Abbasiyah mengumumkan pembangkangannya. Lalu mereka membaiat orang-orang kaya sebagai khalifah pengganti MaÔÇÖmun, karena kuatir akan berpindahnya kekuasaan dan kekhalifahan ke tangan orang-orang Alawiyah.
Untuk menarik simpati mereka di Baghdad dan tetap mengakuinya sebagai khalifah, MaÔÇÖmun merencanakan pembunuhan terhadap Imam. Dia bubuhkan racun ganas di dalam anggur.
Imam as meninggal karena racun itu dan kembali ke haribaan Allah dalam keadaan syahid dan teraniaya.
Imam Ali Ar-Ridha as syahid pada tahun 203 H. dan dimakamkan di kota Thus (Masyhad, Iran).
Sementara itu, MaÔÇÖmun menampakkan dirinya sedih di hadapan masyarakat dengan tujuan menepis kecurigaan dan tuduhan mereka terhadapnya. Dia pun ikut serta mengantarkan jenazah suci Imam as dan berjalan tanpa alas kaki sambil menangis.[]
Mutiara Hadis Imam Ali Ar-Ridha
ÔÇó ÔÇ£Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada orang tuanya, maka dia tidak bersyukur kepada Allah SWT.ÔÇØ
ÔÇó ÔÇ£Barang siapa yang selalu mengawasi dirinya, niscaya akan beruntung, dan barang siapa melalaikannya, pasti akan merugi.ÔÇØ
ÔÇó ÔÇ£Sebaik-baik akal adalah kesadaran seseorang akan dirinya sendiri.ÔÇØ
ÔÇó ÔÇ£Bila seorang mukmin marah, maka kemarahannya tidak akan mengeluarkan dirinya dari bersikap benar. Dan jika ia senang, maka kesenangannya tidak akan menghanyutkannya ke dalam kebatilan. Dan jika ia punya kekuatan, ia tidak akan merebut lebih dari haknya.ÔÇØ
ÔÇó ÔÇ£Sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang menceritakan kejelekan orang dan orang yang mendengarkannya serta orang yang banyak bertanya.ÔÇØ
Pernyataan Terbuka Majma' Ahlul Bait tentang Tragedi Kemanusiaan di Irak
Lembaga internasional non pemerintah  Majma' Ahlul Bait as telah mengeluarkan kecaman terhadap aksi kekerasan yang dilakukan kelompok teroris di  Irak. Aksi teror yang brutal tersebut disebut sebagai perilaku biadab yang telah keluar dari norma-norma adab dan kemanusiaan, yang ditolak oleh seluruh agama dan mazhab di dunia, baik sunni maupun syiah.
Berikut pernyataan Majma Ahlul Bait atas tragedi berdarah yang terjadi dan masih berlangsung di Irak:
Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ ϼ┘ÄÏ▓┘ÄϺÏí┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘ÅÏ¡┘ÄϺÏ▒┘ÉÏ¿┘Å┘ê┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ╣┘Ä┘ê┘Æ┘å┘Ä ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘ü┘ÄÏ│┘ÄϺϻ┘ïϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘è┘Å┘é┘ÄϬ┘æ┘Ä┘ä┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘è┘ÅÏÁ┘Ä┘ä┘æ┘ÄÏ¿┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘ê┘Æ Ï¬┘Å┘é┘ÄÏÀ┘æ┘ÄÏ╣┘Ä Ïú┘Ä┘è┘ÆÏ»┘É┘è┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏ¼┘Å┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ï«┘É┘ä┘ÄϺ┘ü┘ì Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘è┘Å┘å┘Æ┘ü┘Ä┘ê┘ÆÏº ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É █Ü Ï░┘Ä┘░┘ä┘É┘â┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï«┘ÉÏ▓┘Æ┘è┘î ┘ü┘É┘è Ϻ┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘Æ┘è┘ÄϺ █û ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏóÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘î Ï╣┘ÄÏ©┘É┘è┘à┘î
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, - Surah al-Maidah ayat 33.
Umat Islam merasa terluka dan dukacita akibat fenomena menyakitkan yang terjadi di bumi risalah wahyu dan negara yang dihuni para Imam suci di mana kelompok teroris  telah mempertontonkan pengkhianatan dan tindakan kepengecutan secara nyata di ibu pertiwi peradaban kemanusiaan serta tanah air Irak yang dikasihi.
Tidak dapat dipungkiri, justru dibalik tragedi tersebut terlibat juga beberapa negara arab yang bekerjasama dengan negara adi kuasa dan gerakan zionisme internasional. Kelompok tersebut tidak beriman pada Islam, juga tidak beramal dengan nilai kemanusiaan dan akhlak yang telah menjadikan warga sipil sunni dan syiah di berbagai wilayah Irak yang sejak bertahun-tahun lamanya hidup damai kini menjadi sasaran korban sembelihan dan kezaliman di rumah-rumah mereka, tempat ibadah, pasar dan lain-lain.
Kami di Majma' Ahlul Bait menyatakan secara tegas dan telah memberi kecaman sejak dua tahun yang lalu di dalam surat terbuka kepada para ulama Islam, pemerintah Irak, para pemimpin partai dan politik, tokoh masyarakat dan kelompok agama di Irak mengenai konspirasi dan fitnah yang melanda Irak dalam rangka menggugat keamanan dan kestabilan serta meenjarah kekayaan rakyat Irak. Kami telah meminta seluruh komponen masyarakat Irak agar berkerja demi merealisasikan persatuan dan saling bergandeng tangan untuk menghadapi konspirasi Takfiri dan tipu daya musuh asing dengan membangun Irak yang makmur, stabil, aman, saling pengertian dan bersaudara.
Kami di Majma' Jahani Ahlul Bait menyatakan dukungan sepenuhnya  kepada ulama-ulama marja', pemimpin agama, politik dan sosial yang bertekad menyatakan perang melawan terorisme, Takfiri, dan  ISIS. Mengenai perkara ini kami juga menyatakan dukungan sepenuhnya kepada fatwa marja' agama Ayatullah Sayid Ali al-Sistani, yang menyerukan  pengangkatan senjata di kalangan rakyat Irak demi menghadapi kelompok  Takfiri yang sedang melakukan kerusakan di atas muka bumi.
Kami juga mendukung ketegasan pemerintah Irak yang gagah dan berani dalam menghadapi kezaliman teroris Takfiri yang diupah oleh beberapa negara Arab dan asing. Kami berharap inspirasi rakyat Irak, penganut agama Islam dan bangsa Arab terhadap keganasan mereka menjadi penyebab kembalinya keamanan dan kestabilan di negara yang dikasihi ini.
Dengan ini, kami menyeru seluruh masyarakat internasional dan organisasi hak asasi manusia terutama sekali para ulama Syiah dan Sunni agar menunaikan tanggung jawab kemanusiaan dan agama masing-masing terhadap pertumpahan darah rakyat sipil serta mengutuk perbuatan sadis yang berkaitan dengan kelompok militan  Salafi dan Wahabi ini, dengan menyatakan bahwa mereka adalah penjahat perang yang melakukan kesalahan anti kemanusiaan. Sekiranya mereka tidak bangkit menghadapi tragedi kemanusiaan ini sudah tentu akan membawa kepada akibat buruk seperti semakin berkobarnya fitnah dan perpecahan antar mazhab, suku, perpecahan Irak yang akan merembes pada negara-negara tetangga.
Majma' Ahlul Bait 
16 Syaban 1435/12 Juni 2014
Majma Jahani Ahlul Bait Kecam Vonis Mati Syaikh Nemr
Majma Jahani Ahlul Bait as dengan keluarnya vonis hukuman mati dari Mahkamah Arab Saudi atas sejumlah aktivis Islam Saudi termasuk di dalamnya Syaikh Nemr Baqir al Nemr menyatakan kecamannya.
Berikut diantara pernyataan sikap Majma Jahani Ahlul Bait as yang mengecam kebijakan Penguasa Arab Saudi yang tidak berpihak pada kebenaran dan keadilan.
Dengan penuh keheranan dan kekhawatiran yang mendalam atas keluarnya vonis Mahkamah Arab Saudi untuk menghukum mati 26 warga Saudi bersama dengan pemimpin mereka Hujattul Islam wa Muslimin Syaikh Nemr Baqir al Nemr kami menyampaikan bela sungkawa.
Dalam pandangan kami, kebijakan tersebut bertentangan dengan Kitab dan Sunnah serta nilai-nilai HAM, karenanya kami menyatakan kecaman atas keluarnya keputusan yang tidak adil dan zalim tersebut. Penguasa Arab Saudi dalam jangka waktu yang lama telah menciptakan fitnah perselisihan dan peperangan di kawasan-kawasan pemukiman Syiah dengan menghembuskan isu-isu sektarian dan mazhabi. Yang puncaknya adalah dengan menangkapi ulama Syiah Syaikh Nemr Baqir al Nemr dan kemudian menjatuhinya hukuman mati. Sementara alasan vonis tersebut tidak lain hanya karena Syaikh Nemr dan pengikutnya menuntut hak-hak mereka sebagai warga negara yang selama ini diabaikan oleh penguasa. Yang diinginkan Syaikh Nemr dan pengikutnya adalah tegaknya keadilan dan terwujudnya persatuan Islam.
Karenanya, Majma Jahani Ahlul Bait dalam lanjutan pernyataan sikap ini menuntut kepada organisasi-organisasi internasional yang bergerak di bidang HAM dengan segera mengambil sikap yang tegas untuk menolak vonis dan hukuman yang tidak adil tersebut.
Kepada para ulama dan organisasi-organisasi Islam kami juga menyerukan sebelum terlambat untuk menyakan tekad menyatakan penolakan atas keputusan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan tersebut.
Majma Jahani Ahlul Bait
Sabda Rasulullah Saw
Rasulullah Saw. bersabda: "Wahai Ali, ada tiga hal yang termasuk akhlak yang utama: Hendaklah engkau menyambung tali silatu rahmi dengan orang yang memutuskannya, memberi orang yang tidak pernah memberimu dan memaafkan orang yang berbuat aniaya padamu."
┘äϺ┘à┘ÅϩϺ┘ç┘ÄÏ▒┘ÄÏ®┘Ä ÏúÏ¡Ï│┘Ä┘å┘Å ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘à┘ÅÏ┤Ϻ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏ®┘É 1-Tidak ada perlindungan yang lebih baik daripada musyawarah ┘ï ┘èϺ Ï╣┘Ä┘ä┘è┘æ┘Å! Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘â┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘äÏÁ┘æ┘ÉÏ»┘é┘É ┘ê┘äϺϬ┘ÄÏ«Ï▒┘Åϼ ┘à┘É┘å ┘ü┘è┘â┘Ä ┘â┘ÉÏ░Ï¿┘ÄÏ®┘î ÏúÏ¿┘ÄϻϺ┘ï ┘ê┘äϺϬ┘ÄϼϬ┘ÄÏ▒┘ÉϪ┘Ä┘å┘æ┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘ëÔÇÅ Ï«┘É┘èϺ┘å┘ÄÏ®┘ì ÏúÏ¿┘ÄϻϺ 2-Wahai Ali, hendaklah engkau berkata benar dan jangan sekali-kali engkau berdusta dan berani untuk berkhianat. ┘èϺ Ï╣┘Ä┘ä┘è┘æ┘Å ! Ͻ┘Ä┘äϺϽ┘î ┘à┘É┘å ┘à┘Ä┘âϺÏ▒┘É┘à┘É Ïº┘äÏúÏ«┘äϺ┘é┘É : Ϭ┘ÄÏÁ┘É┘ä┘Å ┘à┘Ä┘å ┘é┘ÄÏÀ┘ÄÏ╣┘Ä┘â┘Ä ┘êϬ┘ÅÏ╣ÏÀ┘É┘è ┘à┘Ä┘å Ï¡┘ÄÏ▒┘Ä┘à┘Ä┘â┘ÄÔÇÅ┘êϬ┘ÄÏ╣┘ü┘Å┘ê Ï╣┘Ä┘à┘æ┘Ä┘å Ï©┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Ä┘â┘ÄÏø 3-Wahai Ali, ada tiga hal yang termasuk akhlak yang utama: Hendaklah engkau menyambung tali silatu rahmi dengan orang yang memutuskannya, memberi orang yang tidak pernah memberimu dan memaafkan orang yang berbuat aniaya padamu. ┘èϺ Ï╣┘Ä┘ä┘è┘æ┘Å! Ͻ┘Ä┘äϺϽ┘î ┘à┘Ä┘å ┘ä┘Ä┘à ┘è┘Ä┘â┘Å┘å ┘ü┘è┘ç┘É ┘ä┘Ä┘à ┘è┘Ä┘é┘Å┘à ┘ä┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘à┘Ä┘ä┘î : ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏ╣┘î ┘è┘Äϡϼ┘ÅÏ▓┘Å┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘å ┘à┘ÄÏ╣ϺÏÁ┘É┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ÉÔÇÅ┘êÏ╣┘É┘ä┘à┘î ┘è┘ÄÏ▒Ï»┘æ┘Å Ï¿┘É┘ç┘É Ï¼┘Ä┘ç┘ä┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘ü┘è┘ç┘É ┘êÏ╣┘Ä┘é┘ä┘î ┘è┘ÅϻϺÏ▒┘è Ï¿┘É┘ç┘É Ïº┘ä┘å┘æÏºÏ│┘ÄÏø 4-Wahai Ali, ada tiga hal yang bila seseorang tidak memilikinya maka amalnya tidak akan membaik: wara` yang mencegahnya dari berbuat maksiat kepada Allah, ilmu yang dapat menyelamatkannya dari sikap bodoh orang yang jahil dan akal yang dengannya ia bergaul secara baik dengan masyarakat. ┘à┘Ä┘å ÏúϬ┘ëÔÇÅ Ï║┘Ä┘å┘É┘è┘æÏº┘ï ┘ü┘ÄϬ┘ÄÏÂ┘ÄÏ╣ÏÂ┘ÄÏ╣┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å Ï░┘Ä┘ç┘ÄÏ¿┘Ä Ï½┘Å┘ä┘ÅϽϺ Ï»┘è┘å┘É┘ç┘É 5-Barangsiapa mendatangi orang kaya lalu ia merendahkan diri di hadapannya maka sepertiga agamanya telah lenyap. ┘èϺ Ï╣┘Ä┘ä┘è┘æ┘Å! ┘â┘Å┘ä┘æ┘Å Ï╣┘Ä┘è┘å┘ì ϿϺ┘â┘É┘è┘ÄÏ®┘î ┘è┘Ä┘ê┘à┘Ä Ïº┘ä┘é┘É┘èϺ┘à┘ÄÏ®┘É ÏÑ┘ä┘æÏº Ͻ┘äϺϽ┘Ä ÏúÏ╣┘è┘Å┘å┘ì : Ï╣┘Ä┘è┘å┘î Ï│┘Ä┘ç┘ÄÏ▒┘ÄϬ ┘ü┘è Ï│┘ÄÏ¿┘è┘ä┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ÉÔÇÅ┘êÏ╣┘Ä┘è┘å┘î Ï║┘ÅÏÂ┘æ┘ÄϬ Ï╣┘Ä┘å ┘à┘ÄϡϺÏ▒┘É┘à┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘êÏ╣┘Ä┘è┘å┘î ┘üϺÏÂ┘ÄϬ ┘à┘É┘å Ï«┘ÄÏ┤┘Ä┘èÏ®┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ÉÏø 6-Wahai Ali, semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga mata: Mata yang bergadang di jalan Allah, mata yang dipejamkan karena untuk menghindari hal yang dilarang oleh Allah, dan mata yang menangis karena takut pada Allah. ┘èϺ Ï╣┘Ä┘ä┘è┘æ┘Å! ÏÀ┘êÏ¿┘ëÔÇÅ ┘ä┘ÉÏÁ┘êÏ▒┘ÄÏ®┘ì ┘å┘ÄÏ©┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ÏÑ┘ä┘Ä┘è┘çϺ Ϭ┘ÄÏ¿┘â┘è Ï╣┘Ä┘ä┘ëÔÇÅ Ï░┘Ä┘åÏ¿┘ì ┘ä┘Ä┘à ┘è┘ÄÏÀ┘æ┘Ä┘ä┘ÉÏ╣ Ï╣┘Ä┘ä┘ëÔÇÅ Ï░┘ä┘É┘â┘Ä Ïº┘äÏ░┘æ┘Ä┘åÏ¿┘É ÏúÏ¡┘ÄÏ»┘î Ï║┘Ä┘èÏ▒┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ÉÏø 7- Wahai Ali, beruntunglah wajah yang dipandang oleh Allah, yaitu wajah yang menangis karena dosa yang tiada seorangpun yang mengetahui dosa tersebut selain Allah. ┘ä┘É┘ä┘à┘ÅÏ▒ϺϪ┘è Ͻ┘Ä┘äϺϽ┘Å Ï╣┘Ä┘äϺ┘àϺϬ┘ì : ┘è┘Ä┘åÏ┤┘ÄÏÀ┘Å ÏÑÏ░Ϻ ┘âϺ┘å┘Ä Ï╣┘É┘å┘ÄÏ» Ϻ┘ä┘å┘æÏºÏ│┘É ┘ê┘è┘Ä┘âÏ│┘Ä┘ä┘Å ÏÑÏ░Ϻ ┘âϺ┘å┘Ä ┘ê┘Äϡϻ┘Ä┘ç┘ÅÔÇÅ┘ê┘è┘ÅÏ¡┘ÉÏ¿┘æ┘Å Ïú┘å ┘è┘ÅÏ¡┘à┘ÄÏ»┘Ä ┘ü┘è ϼ┘Ä┘à┘èÏ╣┘É Ïº┘äϺ┘Å┘à┘êÏ▒┘ÉÏø 8-Tanda orang yang berbuat riyaÔÇÖ itu ada tiga: Bersemangat jika banyak orang, bersikap malas jika sendirian dan suka dipuji dalam banyak hal. ┘ä┘Ä┘èÏ│┘Ä ┘è┘Ä┘åÏ¿┘ÄÏ║┘è ┘ä┘É┘äÏ╣Ϻ┘é┘É┘ä┘É Ïú┘å ┘è┘Ä┘â┘ê┘å┘Ä Ï┤Ϻϫ┘ÉÏÁϺ┘ï ÏÑ┘ä┘æÏº ┘ü┘è Ͻ┘Ä┘äϺϽ┘ì : ┘à┘ÄÏ▒┘Ä┘à┘æ┘ÄÏ®┘ì ┘ä┘É┘à┘ÄÏ╣ϺÏ┤┘ì Ïú┘ê Ï«┘ÅÏÀ┘ê┘ÄÏ®┘ì┘ä┘É┘à┘ÄÏ╣Ϻϻ┘ì Ïú┘ê ┘ä┘ÄÏ░┘æ┘ÄÏ®┘ì ┘ü┘è Ï║┘Ä┘èÏ▒┘É ┘à┘ÅÏ¡┘ÄÏ▒┘æ┘Ä┘à┘ìÏø 9-Orang yang berakal tidak seyogianya...kecuali dalam tiga hal: memperbaiki kehidupan, melangkah untuk (bersiap) menuju hari kiamat, atau menikmati sesuatu yang tidak diharamkan. ┘èϺ Ï╣┘Ä┘ä┘è┘æ┘Å! ÏÑ┘è┘æÏº┘â┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘â┘ÉÏ░Ï¿┘Ä Ïø ┘ü┘ÄÏÑ┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘â┘ÉÏ░Ï¿┘Ä ┘è┘ÅÏ│┘Ä┘ê┘æ┘ÉÏ»┘ŠϺ┘ä┘ê┘Äϼ┘ç┘Ä 10- Wahai Ali, hati-hati jangan sampai engkau berbohong karena berbohong itu menghitamkan wajah. ┘èϺ Ï╣┘Ä┘ä┘è┘æ┘Å! ┘äϺϬ┘ÄÏ¡┘ä┘É┘ü Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘âϺÏ░┘ÉϿϺ┘ï ┘ê┘äϺ ÏÁϺϻ┘É┘éϺ┘ï ┘à┘É┘å Ï║┘Ä┘èÏ▒┘É ÏÂ┘ÄÏ▒┘êÏ▒┘ÄÏ®┘ì ┘ê┘äϺ Ϭ┘ÄϼÏ╣┘Ä┘ä Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä Ï╣┘ÅÏ▒ÏÂ┘ÄÏ®┘ï┘ä┘É┘è┘Ä┘à┘è┘å┘É┘â┘Ä ┘üÏÑ┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘äϺ┘è┘ÄÏ▒Ï¡┘Ä┘à┘Å ┘ê┘äϺ ┘è┘ÄÏ▒Ï╣┘ëÔÇÅ ┘à┘Ä┘å Ï¡┘Ä┘ä┘Ä┘ü┘Ä Ï¿┘ÉϺÏ│┘à┘É┘ç┘É ┘âϺÏ░┘ÉϿϺ┘ïÏø 11- Wahai Ali, janganlah engkau bersumpah dusta kepada Allah, atau bersumpah secara benar namun dalam keadaan tidak perlu (tidak mendesak), dan janganlah Allah engkau jadikan sebagai modal sumpahmu karena Allah tidak akan merahmati dan melindungi orang yang bersumpah dusta atas nama-Nya. ┘èϺ Ï╣┘Ä┘ä┘è┘æ┘Å! ÏÑ┘è┘æÏº┘â┘Ä ┘êϺ┘ä┘ä┘æ┘ÄϼϺϼ┘ÄÏ®┘Ä Ïø ┘ü┘ÄÏÑ┘å┘æ┘Ä Ïú┘Ä┘ê┘æ┘Ä┘ä┘Ä┘çϺ ϼ┘Ä┘ç┘ä┘î ┘êÏóÏ«┘ÉÏ▒┘Ä┘çϺ ┘å┘ÄϻϺ┘à┘ÄÏ®┘îÏø 12- Wahai Ali, janganlah engkau bersikap keras kepala karena sikap itu diawali dengan kebodohan dan diakhiri dengan penyesalan. ┘ê┘ÄÏú┘à┘æÏº Ï╣┘Ä┘äϺ┘à┘ÄÏ®┘ŠϺ┘ä┘å┘æÏºÏÁ┘ÉÏ¡┘É ┘ü┘ÄÏúÏ▒Ï¿┘ÄÏ╣┘ÄÏ®┘î : ┘è┘Ä┘éÏÂ┘è Ï¿┘ÉϺ┘äÏ¡┘Ä┘é┘æ┘É ┘ê┘è┘ÅÏ╣ÏÀ┘è Ϻ┘äÏ¡┘Ä┘é┘æ┘Ä ┘à┘É┘å ┘å┘Ä┘üÏ│┘É┘ç┘É ┘ê┘è┘ÄÏ▒ÏÂ┘ëÔÇÅ ┘ä┘É┘ä┘å┘æÏºÏ│┘Ä ┘àϺ ┘è┘ÄÏ▒ÏÂϺ┘ç┘Å ┘ä┘É┘å┘Ä┘üÏ│┘É┘ç┘É ┘ê┘äϺ┘è┘ÄÏ╣Ϭ┘ÄÏ»┘è Ï╣┘Ä┘ä┘ëÔÇÅ ÏúÏ¡┘ÄÏ»┘ìÏø 13-Tanda orang yang memberikan nasihat ada empat: mengadili dengan kebenaran, menerapkan kebenaran meskipun pada dirinya, memperlakukan masyarakat sebagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri dan ia tidak berbuat aniaya pada seseorangpun. ÏÀ┘Å┘êÏ¿┘ëÔÇÅ ┘ä┘É┘à┘Ä┘å Ïú┘å┘ü┘Ä┘é┘Ä Ïº┘ä┘ü┘ÄÏÂ┘ä┘Ä ┘à┘É┘å ┘àϺ┘ä┘É┘ç┘É ┘êÏú┘àÏ│┘Ä┘â┘Ä Ïº┘ä┘ü┘ÄÏÂ┘ä┘Ä ┘à┘É┘å ┘é┘Ä┘ê┘ä┘É┘ç┘ÉÏø 14-Beruntunglah seseorang yang mendermakan kelebihan hartanya dan mencegah kelebihan lidahnya. ÏÀ┘Å┘êÏ¿┘ëÔÇÅ ┘ä┘É┘à┘Ä┘å Ï¡┘ÄÏ│┘æ┘Ä┘å┘Ä ┘à┘ÄÏ╣┘Ä Ïº┘ä┘å┘æÏºÏ│┘É Ï«┘Å┘ä┘é┘Ä┘ç┘Å ┘êÏ¿┘ÄÏ░┘Ä┘ä┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à ┘à┘ÄÏ╣┘ê┘å┘ÄϬ┘Ä┘ç┘Å ┘êÏ╣┘ÄÏ»┘ä┘Ä Ï╣┘Ä┘å┘ç┘Å┘à Ï┤┘ÄÏ▒┘æ┘Ä┘ç┘ÅÏø 15- Beruntunglah seseorang yang bersikap baik pada masyarakat dan membantu mereka serta menjauhkan keburukannya dari mereka. ┘à┘Ä┘äÏ╣┘ê┘å┘î ┘à┘Ä┘å Ïú┘ä┘é┘ëÔÇÅ ┘â┘Ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘å┘æÏºÏ│┘ÉÏø 16-Terlaknatlah seseorang yang mengandalkan (kebutuhannya) atas orang lain. Ϻ┘Ä┘äÏ╣┘ÉϿϺϻ┘ÄÏ®┘Å Ï│┘ÄÏ¿Ï╣┘ÄÏ®┘Å ÏúϼÏ▓ϺÏí┘ì Ïú┘üÏÂ┘Ä┘ä┘Å┘çϺ ÏÀ┘Ä┘ä┘ÄÏ¿┘ŠϺ┘äÏ¡┘Ä┘äϺ┘ä┘ÉÏø 17-Ibadah itu mempunyai tujuh bagian dimana yang paling utama darinya adalah mencari (rezeki) yang halal. Ïú┘üÏÂ┘Ä┘ä┘Šϼ┘É┘çϺϻ┘É Ïº┘Å┘à┘æ┘ÄϬ┘è Ϻ┘åϬ┘ÉϩϺÏ▒┘ŠϺ┘ä┘ü┘ÄÏ▒┘Äϼ┘ÉÏø 18-Sebaik-baik jihad umatku adalah menunggu masa kelapangan. Ï│ϺϪ┘É┘ä┘êϺ Ϻ┘äÏ╣┘Å┘ä┘Ä┘àϺÏí┘Ä ┘êϫϺÏÀ┘ÉÏ¿┘Å┘êϺ Ϻ┘äÏ¡┘Å┘â┘Ä┘àϺÏí┘Ä ┘êϼϺ┘ä┘ÉÏ│┘Å┘êϺ Ϻ┘ä┘ü┘Å┘é┘ÄÏ▒ϺÏí┘ÄÏø 19-Bertanyalah kepada para ulama, berdialoglah dengan orang-orang yang bijak dan bergaullah dengan kaum yang fakir. ┘ü┘ÄÏÂ┘ä┘ŠϺ┘äÏ╣┘É┘ä┘à┘É ÏúÏ¡┘ÄÏ¿┘æ┘Å ÏÑ┘ä┘Ä┘ë┘æ┘Ä ┘à┘É┘å ┘ü┘ÄÏÂ┘ä┘É Ïº┘äÏ╣┘ÉϿϺϻ┘ÄÏ®┘É Ïî ┘êÏú┘üÏÂ┘Ä┘ä┘Å Ï»┘è┘å┘É┘â┘Å┘à Ϻ┘ä┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏ╣┘Å 20-Keutamaan ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah wara`. ┘à┘Ä┘å Ϭ┘Ä┘üϺ┘é┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘üϬ┘Ä┘é┘ÄÏ▒┘ÄÏø 21-Barangsiapa yang berpura-pura bersikap miskin maka ia menjadi miskin. ┘à┘ÅϻϺÏ▒ϺϮ┘ŠϺ┘ä┘å┘æÏºÏ│┘É ┘å┘ÉÏÁ┘ü┘ŠϺ┘äÏÑ┘è┘àϺ┘å┘É ┘êϺ┘äÏ▒┘æ┘É┘ü┘é┘Å Ï¿┘É┘ç┘É┘à ┘å┘ÉÏÁ┘ü┘ŠϺ┘äÏ╣┘Ä┘èÏ┤┘ÉÏø 22-Berbuat baik terhadap masyarakat adalah separo keimanan dan bersikap lemah lembut terhadap mereka adalah separo kehidupan. ┘ä┘Ä┘èÏ│┘Ä ┘à┘É┘å┘æÏº ┘à┘Ä┘å Ï║┘ÄÏ┤┘æ┘Ä ┘à┘ÅÏ│┘ä┘É┘àϺ┘ï Ïú┘ê ÏÂ┘ÄÏ▒┘æ┘Ä┘ç┘Å Ïú┘ê ┘àϺ┘â┘ÄÏ▒┘Ä┘ç┘ÅÏø 23-Bukan termasuk golongan kami orang yang menipu seorang Muslim, atau membahayakannya atau memperdayanya. Ï▒┘ÄÏ¡┘É┘à┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘ÄϿϻϺ┘ï ┘éϺ┘ä┘Ä Ï«┘Ä┘èÏ▒Ϻ┘ï ┘ü┘ÄÏ║┘Ä┘å┘É┘à┘Ä Ïú┘ê Ï│┘Ä┘â┘ÄϬ┘Ä Ï╣┘Ä┘å Ï│┘Å┘êÏí┘ì ┘ü┘ÄÏ│┘Ä┘ä┘É┘à┘ÄÏø 24-Semoga Allah merahmati seorang hamba yang mengatakan kebaikan lalu ia mendapatkan manfaat karenanya atau diam dari keburukan lalu ia selamat. Ï«┘É┘èϺÏ▒┘Å┘â┘Å┘à ÏúÏ¡Ï│┘Ä┘å┘Å┘â┘Å┘à ÏúÏ«┘äϺ┘éϺ┘ï Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘è┘å┘Ä ┘èÏú┘ä┘É┘ü┘ê┘å┘Ä ┘ê┘è┘ÅÏñ┘ä┘Ä┘ü┘ê┘å┘ÄÏø 25-Yang terpilih dari kalian adalah orang yang terbaik akhlaknya, yaitu mereka oranng-orang yang mencari keharmonisan (persatuan) dan menerimanya. ┘à┘Ä┘å Ïú┘ä┘é┘ëÔÇŠϼ┘É┘äϿϺϿ┘Ä Ïº┘äÏ¡┘Ä┘èϺÏí┘É ┘äϺÏ║┘É┘èÏ¿┘ÄÏ®┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘ÅÏø 26-Barangsiapa telah menanggalkan pakaian rasa malunya maka mencelanya tidak dapat dianggap sebagai ghibah. ┘à┘Ä┘å ┘âϺ┘å┘Ä ┘è┘ÅÏñ┘à┘É┘å┘Å Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘è┘Ä┘ê┘à┘É Ïº┘äÏóÏ«┘ÉÏ▒┘É ┘ü┘Ä┘ä┘è┘Ä┘ü┘É ÏÑÏ░Ϻ ┘ê┘ÄÏ╣┘ÄÏ»┘ÄÏø 27- Barangsiapa berimana kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memenuhi janjinya bila berjanji. Ϻ┘Ä┘äÏú┘àϺ┘å┘ÄÏ®┘ŠϬ┘Äϼ┘ä┘ÉÏ¿┘ŠϺ┘äÏ▒┘æ┘ÉÏ▓┘é┘Ä ┘êϺ┘äÏ«┘èϺ┘å┘ÄÏ®┘ŠϬ┘Äϼ┘ä┘ÉÏ¿┘ŠϺ┘ä┘ü┘Ä┘éÏ▒┘ÄÏø 28-Amanat itu mendatangkan rezeki, sedangkan khianat itu menyebabkan kefakiran. ┘å┘ÄÏ©┘ÄÏ▒┘ŠϺ┘ä┘ê┘Ä┘ä┘ÄÏ»┘É ÏÑ┘ä┘ëÔÇÅ ┘êϺ┘ä┘ÉÏ»┘Ä┘è┘ç┘É Ï¡┘ÅÏ¿┘æ┘ÄϺ┘ï ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘àϺ Ï╣┘ÉϿϺϻ┘ÄÏ®┘îÏø 29-Pandangan seorang anak terhadap kedua orang tuanya yang berlandaskan cinta pada keduanya dianggap sebagai suatu ibadah. ┘à┘Ä┘å┘É Ïº┘éϬ┘ÄÏÁ┘ÄÏ»┘Ä ┘ü┘è ┘à┘ÄÏ╣┘èÏ┤┘ÄϬ┘É┘ç┘É Ï▒┘ÄÏ▓┘Ä┘é┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘à┘Ä┘å Ï¿┘ÄÏ░┘æ┘ÄÏ▒┘Ä Ï¡┘ÄÏ▒┘Ä┘à┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ÅÏø 30-Barangsiapa yang bersikap hemat dalam hidupnya maka Allah akan memberi-Nya rezeki dan barangsiapa yang menyia-nyiakan (hal itu) niscaya Allah akan mencegah kita untuk mendapatkan bagian kita. Ïú┘éÏ▒┘ÄÏ¿┘Å┘â┘Å┘à ┘à┘É┘å┘æ┘è Ï║┘ÄϻϺ┘ï ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘à┘Ä┘ê┘é┘É┘ü┘É ÏúÏÁÏ»┘Ä┘é┘Å┘â┘Å┘à ┘ä┘É┘äÏ¡┘ÄÏ»┘èϽ┘É ┘êÏóϻϺ┘â┘Å┘à ┘ä┘É┘äÏú┘Ä┘àϺ┘å┘ÄÏ®┘É ┘êÏú┘ê┘üϺ┘â┘Å┘àÔÇÅÏ¿┘ÉϺ┘äÏ╣┘Ä┘çÏ»┘É ┘êÏúÏ¡Ï│┘Ä┘å┘Å┘â┘Å┘à Ï«┘Å┘ä┘éϺ┘ï ┘êÏú┘éÏ▒Ï¿┘Å┘â┘Å┘à ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘å┘æÏºÏ│┘ÉÏø 31-Orang yang paling dekat denganku esok di hari kiamat adalah orang yang benar ucapannya dan orang yang paling tepat untuk mencegah amanat adalah orang yang paling mampu menepati janji serta orang yang paling baik akhlaknya dan paling dekatnya orang dari kalian. ┘à┘Ä┘å Ï╣┘Ä┘à┘É┘ä┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘ëÔÇÅ Ï║┘Ä┘èÏ▒┘É Ï╣┘É┘ä┘à┘ì ┘âϺ┘å┘Ä ┘àϺ ┘è┘Å┘üÏ│┘ÉÏ»┘Å Ïú┘âϽ┘ÄÏ▒┘Ä ┘à┘É┘à┘æÏº ┘è┘ÅÏÁ┘ä┘ÉÏ¡┘ÅÏø 32-Barangsiapa yang bekerja tanpa dilandasi dengan ilmu maka pekerjaannya lebih banyak gagalnya daripada pertumbuhannya. ┘à┘Ä┘å ÏúÏ░ϺÏ╣┘Ä ┘üϺϡ┘ÉÏ┤┘ÄÏ®┘ï ┘âϺ┘å┘Ä ┘â┘Ä┘à┘ÅϿϻ┘É┘è┘çϺ ┘ê┘à┘Ä┘å Ï╣┘Ä┘è┘æ┘ÄÏ▒┘Ä ┘à┘ÅÏñ┘à┘É┘åϺ┘ï Ï¿┘ÉÏ┤┘Ä┘ëÔÇÅÏí┘ì ┘ä┘Ä┘à ┘è┘Ä┘à┘ÅϬ Ï¡┘ÄϬ┘æ┘ë ┘è┘ÄÏ▒Ϭ┘Ä┘â┘ÉÏ¿┘Ä┘ç┘ÅÏø 33- Barangsiapa yang menyebarkan hal yang keji maka ia seperti pemulanya. Dan barangsiapa yang mencela secara keji, seorang mukmin tidak meninggal dunia kecuali ia sendiri merasakan kesalahan yang sama ÏúÏ▒Ï¿┘ÄÏ╣┘î ┘à┘É┘å Ï╣┘Ä┘äϺ┘àϺϬ┘É Ïº┘äÏ┤┘æ┘Ä┘éϺÏí┘É : ϼ┘Å┘à┘Å┘êÏ»┘ŠϺ┘äÏ╣┘Ä┘è┘å┘É ┘ê┘é┘ÄÏ│┘ê┘ÄÏ®┘ŠϺ┘ä┘é┘Ä┘äÏ¿┘É ┘êÏ┤┘ÉÏ»┘æ┘ÄÏ®┘ŠϺ┘äÏ¡┘ÉÏ▒ÏÁ┘É ┘ü┘èÔÇÅÏÀ┘Ä┘ä┘ÄÏ¿┘É Ïº┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘èϺ ┘êϺ┘äÏÑÏÁÏ▒ϺÏ▒┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘äÏ░┘æ┘Ä┘åÏ¿┘É 34-Ada empat hal yang menjadi tanda kesembuhan: Bekunya mata, kerasnya hati, sangat rakus dalam mencari dunia dan tetap menjalankan dosa. Ϻ┘ÉÏ│Ϭ┘ÄÏ╣┘è┘å┘Å┘êϺ Ï╣┘Ä┘ä┘ëÔÇŠϺ┘Å┘à┘êÏ▒┘É┘â┘Å┘à Ï¿┘ÉϺ┘ä┘â┘ÉϬ┘àϺ┘å┘É Ïø ┘ü┘ÄÏÑ┘å┘æ┘Ä ┘â┘Å┘ä┘æ┘Ä Ï░┘É┘è ┘å┘ÉÏ╣┘à┘ÄÏ®┘ì ┘à┘ÄÏ¡Ï│┘êÏ»┘îÏø 35-Berusahalah untuk menyembunyikan pelbagai urusanmu karena setiap orang yang mendapatkan kenikmatan maka yang lain akan menampakan sikap hasud. ┘å┘ÉÏ╣┘à┘Ä Ïº┘äÏ╣┘Ä┘ê┘å┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘ëÔÇŠϬ┘Ä┘é┘ê┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘äÏ║┘É┘å┘ëÔÇÅÏø 36-Sebaik-baik penolong untuk menggapai ketakwaan kepada Allah adalah kekayaan. ÏÀ┘Å┘êÏ¿┘ëÔÇÅ ┘ä┘É┘à┘Ä┘å Ϭ┘ÄÏ▒┘Ä┘â┘Ä Ï┤┘Ä┘ç┘ê┘ÄÏ®┘ï ϡϺÏÂ┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘ï ┘ä┘É┘à┘Ä┘êÏ╣┘êÏ»┘ì ┘ä┘Ä┘à ┘è┘ÄÏ▒┘Ä┘ç┘ÅÏø 37-Beruntunglah seseorang yang meninggalkan syahwat yang berkobar karena janji yang tidak pernah dilihatnya. Ïú┘é┘Ä┘ä┘æ┘Å ┘àϺ ┘è┘Ä┘â┘ê┘å┘Å ┘ü┘è ÏóÏ«┘ÉÏ▒┘É Ïº┘äÏ▓┘æ┘Ä┘àϺ┘å┘É ÏúÏ«┘î ┘è┘Å┘êϽ┘Ä┘é┘Å Ï¿┘É┘ç┘É Ïú┘ê Ï»┘ÉÏ▒┘ç┘Ä┘à┘î Ï¡┘Ä┘äϺ┘ä┘îÏø 38-Sesuatu yang akan menjadi langkah pada akhir zaman adalah saudara yang dapat dipercaya atau Dirham uang halal. ÏÑ┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘è┘ÅÏ¡┘ÉÏ¿┘æ┘Å ÏÑÏ░Ϻ Ïú┘åÏ╣┘Ä┘à┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘ëÔÇÅ Ï╣┘ÄϿϻ┘ì Ïú┘å ┘è┘ÄÏ▒┘ëÔÇÅ ÏúϽ┘ÄÏ▒┘Ä ┘å┘ÉÏ╣┘à┘ÄϬ┘É┘ç┘É Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘ç┘ÉÏø 39-Sesungguhnya ketika Allah memberi nikmat atas seorang hamba maka Dia senang melihat pengaruh nikmat-Nya atas hamba tersebut. ÏÑ┘è┘æÏº┘â┘Å┘à ┘êϬ┘ÄÏ«┘ÄÏ┤┘æ┘ÅÏ╣┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘É┘üϺ┘é┘É ┘ê┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïú┘å ┘è┘ÅÏ▒┘ëÔÇŠϺ┘äϼ┘ÄÏ│┘ÄÏ»┘ŠϫϺÏ┤┘ÉÏ╣Ϻ┘ï ┘êϺ┘ä┘é┘Ä┘äÏ¿┘Å ┘ä┘Ä┘èÏ│┘Ä Ï¿┘ÉϫϺÏ┤┘ÉÏ╣┘ìÏø 40-Hati-hatilah jangan sampai kalian menunjukkan kemunafikan dalam kekhusyukan, yaitu bila jasad tampak khusuk namun hati tidak khusuk.
Zionis Dan ISIS Satu Kesatuan
Menurut Kantor Berita ABNA, Gaza terus melayang, berjumpa kesyahidan diberondong mesiu dan rudal-rudal pesawat Israel.┬áKebiadaban Israel ini makin membuat dukungan dan solidaritas atas penderitaan Palestina di seluruh dunia terus menguat. Penderitaan warga Gaza yang tak berkesudahan selama lebih dari 60 tahun ini pula yang membuat acara Halal bi Halal dan Silaturrahmi Idul Fitri Syawal 1435 H Badan Kontak Majelis Taklim (BMKT) mengusung tajuk, ÔÇ£Palestina Membutuhkan DoÔÇÖa & Kedermawanan KitaÔÇØ
Acara yang digelar BMKT bekerjasama dengan Universitas Islam As-Syafiiyyah Jatiwaringin ini dilangsungkan di belakang gedung rektorat Universitas Islam As-Syafiiyyah. Dalam acara yang mengumpulkan Rp. 100 juta dana bantuan untuk Palestina ini, BMKT mengundang aktifis kemanusiaan sekaligus pendiri Mer-C, Dr. Jose Rizal. Hadir juga dalam acara ini Hj. Tuty Alawiyah, mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan. Namun karena kesehatannya mendadak turun, tak sampai selesai acara, Hj. Tuty Alawiyah menjalani perawatan di rumah sakit.
Dalam ceramahnya di depan 800 lebih peserta acara, Dr. Jose menyebutkan bahwa perlawanan terhadap Zionis Israel harus terus digelorakan. Dan untuk itu umat Islam harus bersatu. ÔÇ£Melawan Zionis kita harus sepakat dan fokus. Jangan terpecah belah,ÔÇØ ujarnya. ÔÇ£Jangan kita terjebak pada perbedaan-perbedaan kecil dalam umat Islam. Karena akan menimbulkan konflik. Kalau ada konflik akan timbul peperangan. Kita jadi lemah. Dan ini yang dikehendaki oleh mereka (Zionis),ÔÇØ terang Dr. Jose.
Zionis dan ISIS, Satu Kesatuan Yang Tak Dapat Dipisahkan
Selain kebiadaban Zionis, saat ini, terutama di Indonesia juga sedang santer isu kekejian ISIS di Irak yang banyak dibicarakan sehingga isu Palestina sedikit-banyak tersingkirkan. Ketika ABI Press menanyakan hal ini, Dr. Jose menyebutkan bahwa membicarakan Zionis dan ISIS tak bisa dipisahkan satu sama lain.
ÔÇ£Begini, memahami ISIS dan Zionis itu jangan dipisahkan,ÔÇØ ujar Dr. Jose. ÔÇ£Ada yang namanya YinonÔÇÖs Plan, yaitu project menguasai dunia dari Zionis dan Project for the New American Century, yaitu dengan melemahkan tujuh Negara kuat di sekeliling Israel, juga melemahkan Islam. ┬áJadi setiap usaha melemahkan Islam dengan dalih pemurnian (agama) atau apa pun namanya, kita harus waspadai.ÔÇØ
ÔÇ£Kuncinya, harus dipastikan apakah perjuangannya melawan Zionis atau tidak? Atau apakah perjuangannya justru melemahkan dan memporakporandakan Islam?ÔÇØ lanjut Dr. Jose. ÔÇ£Kalau itu yang terjadi, berarti kita malah sesuai skenario YinonÔÇÖs Plan dan Project for the New American Century ini.ÔÇØ
Adnan Jaelani, Direktur Human Resource universitas Aisyiyyah yang juga hadir dalam acara juga menyebutkan agar kaum Muslimin jangan terjebak dengan permainan Zionis ini. ÔÇ£Jihad lah yang ditakuti oleh Israel,ÔÇØ ujar Adnan. ÔÇ£Tapi mesti hati-hati. Jangan sampai jihad itu dimanipulasi. Jangan terjerat pemahaman yang salah,ÔÇØ pesan Adnan.
Sementara Hj. Nurma Nugraha, MA, Ketua Dewan Daiyah BMKT yang menjadi panitia acara ini juga menyebutkan bahwa kebiadaban ISIS yang mencoreng Islam itu tak boleh berkembang di Indonesia. Orangtua harus teliti dan hati-hati terhadap paham radikal seperti ISIS yang banyak mencekoki para pemuda ini.
Jokowi-JK: Mari Bersatu Kembali
Joko Widodo, selaku presiden terpilih menampik anggapan bahwa ia bertikai dengan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa mereka merupakan sahabat.
ÔÇ£Pak Prabowo dan Pak Hatta, mereka itu sahabat kami.┬áGak┬áada masalah, kita ini sahabat yang baik,ÔÇØ kata pria yang akrab dipanggil Jokowi ini, Kamis, 21 Agustus 2014.
Usai pembacaan keputusan MK yang menolak semua gugatan Prabowo, Jokowi dan Jusuf Kalla (JK) menggelar konferensi pers. Ia siap bertemu kapan saja dengan lawannya saat Pilpres 9 Juli lalu.
ÔÇ£Sahabat ketemu kapanpun bisa, tidak ada masalah,ÔÇØ ujarnya, seperti dilansir┬áTribunnews.
Sedangkan JK mengajak semua pihak untuk kembali bersatu, pasca keputusan MK.
ÔÇ£Kita bersatu setelah ini, kita tidak perlu memperpanjang masalah, MK sudah memutuskan, upaya apapun tidak akan mengubah, ini menyulitkan masyarakat,ÔÇØ katanya.
Ia mengingatkan masyarakat soal ucapan Jokowi pada pidato kemenangannya 23 Juli lalu, untuk melupakan nomor satu dan nomor dua, melainkan mengingat nomor sila ke tiga, yakni persatuan Indonesia.
ÔÇ£Satu dan dua lupakan, sekarang nomer 3,ÔÇØ ujarnya.
Jokowi: Mari Bergandengan Tangan 
Melalui akun resmi Media Centre Jokowi-JK di Facebook, Jokowi juga menyampaikan pernyataannya terkait putusan MK. Ia mengajak segenap rakyat untuk bersatu.
ÔÇ£Pada kesempatan yang baik ini, saya juga menyerukan pada seluruh rakyat untuk kembali bergandengan tangan, bergotong royong, merapatkan barisan, bahu membahu untuk menyongsong era baru berjuang bersama guna terciptanya masyarakat adil dan makmur,ÔÇØ tulisnya.
Berikut ini, pernyataan lengkapnya.
Assalamualaikum wr.wb
Salam Sejahtera Om Swastyastu
Saudara-saudara sebangsa dan setanah-air,
Hari ini Mahkamah Konstitusi, telah mengambil putusan tentang sengketa Pilpres 2014. Sesuai dengan amanat konstitusi, putusan MK adalah putusan yang bersifat final dan mengikat. Inilah tahapan akhir dari seluruh rangkaian proses kompetisi politik dalam Pilpres 2014.
Dalam menyikapi putusan MK, kami, Jokowi dan Jusuf Kalla mengajak seluruh elemen bangsa, terutama para elite politik, untuk menghormati apa yang telah diputuskan oleh MK. Sikap ini adalah cermin dari kehendak kita bersama untuk meletakkan supremasi Konstitusi dan hukum sebagai fondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena bagaimanapun Demokrasi akan bisa tumbuh kuat dan stabil apabila ditopang oleh penghormatan kita pada supremasi Konstitusi dan hukum.
Pada kesempatan yang baik ini, saya juga menyerukan pada seluruh rakyat untuk kembali bergandengan tangan, bergotong royong, merapatkan barisan, bahu membahu untuk menyongsong era baru berjuang bersama guna terciptanya masyarakat adil dan makmur. 
Mari kita bersatu kembali untuk menjadi bagian dari bangsa yang satu. Mari lupakan perbedaan pilihan politik saat Pilpres untuk ambil peran di dalam mewujudkan cita-cita kita sebagai bangsa yang besar. Persatuan rakyat dan gotong royong akan menjadi kekuatan baru untuk membangun kembali Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah menciptakan situasi yang kondusif bagi jalannya persidangan MK. Khususnya kepada aparat keamanan yang bekerja keras mengamankan proses persidangan sehingga berjalan dengan aman dan lancar.
Mari bersatu kembali, bergerak bersama untuk menyongsong era baru.
Jakarta, 21 Agustus 2014 Joko Widodo ÔÇô Jusuf Kalla
Wassalamualaikum wr. wb Salam Sejahtera Om Shanti Shanti Shanti Om
Sikap Prabowo atas Keputusan MK
Melalui Facebook-nya, Prabowo Subianto, menyampaikan sikapnya terkait putusan MK yang menolak seluruh gugatannya. Di halaman yang disukai lebih dari delapan juta facebooker tersebut, Prabowo menyatakan bahawa ia bersama Hatta Rajasa dan partai pengusung Koalisi Merah Putih akan meneruskan perjuangannya, salah satunya di parlemen, untuk mewujudkan Indonesia yang dicita-citakan.
ÔÇ£Di parlemen dan di setiap kesempatan yang ada saya bersama saudara Hatta Rajasa dan seluruh mitra Koalisi Merah Putih berkomitmen untuk terus berjuang untuk mewujudkan Indonesia yang kita cita-citakan,ÔÇØ tulisnya.
Ia juga berterimakasih kepada segenap pendukungnya yang telah memberikan kepercayaan bagi Prabowo-Hatta. Berikut ini, pernyataan selengkapnya:
Selamat malam sahabat. Malam ini saya ingin kembali menyampaikan terima kasih dan penghargaan saya yang setinggi-tingginya kepada seluruh sahabat yang telah bergabung di halaman Facebook ini, atas atas kepercayaan, dukungan dan doaÔÇÖ yang selama ini telah saudara berikan kepada saya dan mitra saya saudara Muhammad Hatta Rajasa.
Baru saja saya ke RSPAD Gatot Subroto untuk menjenguk sahabat-sahabat yang siang tadi terluka saat mencari keadilan ke Mahkamah Konstitusi. Saya merasakan langsung begitu besar harapan yang mereka sampaikan kepada saya, saudara Hatta Rajasa dan Koalisi Merah Putih.
Walau tidak mencerminkan keadilan substantif, keputusan Mahkamah Konstitusi harus kita hormati. Malam ini saya ingin menyampaikan kepada sahabat sekalian, kepercayaan yang telah sahabat berikan kepada kami tidak akan pernah kami sia-siakan. 
Di parlemen dan di setiap kesempatan yang ada saya bersama saudara Hatta Rajasa dan seluruh mitra Koalisi Merah Putih berkomitmen untuk terus berjuang untuk mewujudkan Indonesia yang kita cita-citakan.
Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Indonesia yang bangkit. Indonesia yang berdiri di atas kaki kita sendiri, bukan menjadi pesuruh bangsa asing. Kami akan selalu ingat dan melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa untuk Indonesia Merdeka.
Untuk perjuangan ini kami kembali mohon doaÔÇÖ dan restu dari sahabat sekalian. Sekali lagi, terima kasih.
Salam Indonesia Raya! Sahabatmu, Prabowo Subianto.
Sebelumnya, majelis hakim konstitusi memutuskan menolak seluruh gugatan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) presiden dan wakil presiden yang diajukan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. ÔÇ£Menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya,ÔÇØ kata Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva, 21 Agustus 2014.
Diskusi Publik Fenomena ISIS
Pembahasan dan diskusi-diskusi tentang ISIS semakin marak dilakukan di Indonesia, sejalan dengan semakin gencarnya informasi dari berbagai media yang menunjukkan bagaimana kekejaman ISIS yang tidak pandang bulu pada warga Irak dan Suriah.
Seperti halnya yang dilaksanakan Rabu (20/8) di Islamic Center Bekasi. Diskusi Publik itu mengangkat tema ÔÇ£Mencermati Fenomena ISIS dari Perspektif Islam dan NKRIÔÇØ dengan narasumber Prof. Dr. KH. Ali Musthafa YaÔÇÖkub, selaku Imam Masjid Istiqlal dan Dr. H.┬áThoyib Bakhtiar Zain, M.A., Ketua Prodi Pascasarjana Ponpes Cipasung. Dalam penjelasannya, Ali Musthafa mengatakan bahwa walaupun menggunakan nama Islamic State atau Negara Islam, namun ISIS tidaklah merepresentasikan Islam sama sekali. Sebab menurutnya, tindak-tanduk ISIS jauh dari Islam, bahkan sangat bertentangan dengan Islam. ÔÇ£ISIS tidak dilahirkan dari rahim umat Islam,ÔÇØ tegas Ali Musthafa.ÔÇ£ISIS dilahirkan dari rahim Setan,ÔÇØ lanjutnya.
Dalam penutup paparannya, Ali menegaskan bahwa kalau ada orang Islam yang berfikiran boleh membunuh orang lain yang berbeda agama, itu bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadis. Sementara itu, pembicara kedua, Thoyib Bakhtiar Zain, merasa khawatir terhadap generasi muda yang sering menjadi sasaran empuk penyebaran ideologi ISIS di Indonesia. Hal ini, menurut Thoyib diperparah lagi dengan banyaknya mahasiswa yang memahami Islam secara isntan, sehingga mudah sekali menerima pemikiran-pemikiran yang tidak berlandaskan nash, sesuai yang biasa diajarkan. ÔÇ£Semangat mahasiswa yang diburu oleh pengetahuan, mengakibatkan mereka mengambil jalur instan dan cepat ingin menjdi orang besar,ÔÇØujar Thoyib. Untuk membentengi para pemuda dari paham ideologi semacam ISIS, Thoyib mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bekerja sama membentengi para pemuda dengan merapatkan barisan dan banyak-banyak mengadakan acara di Islamic Center Bekasi, sebagai bekal para pemuda.
Dihadiri oleh Deklarator Dukungan ISIS
Dalam sejumlah diskusi tentang ISIS yang selama ini dilakukan di Indonesia, sangat jarang sekali diikuti oleh para pendukung ISIS, kecuali dalam sejumlah deklarasi dukungan terhadap ISIS yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia.  Namun pada diskusi publik tentang fenomena ISIS di Islamic Center Bekasi Rabu ini (20/8), dihadiri oleh salah satu deklarator pendukung ISIS di Masjid M. Ramadhan (15/2), Syamsudin Uba yang merupakan Ketua Kongres Umat Islam Bekasi (KUIB). Sayangnya, Syamsudin Uba datang pada pukul 11:30, di tengah sesi tanya jawab yang dibatasi lima penanya oleh moderator saat itu Dani Wahab, M.Sos dari Radio Dakta.
Hal tersebut membuat kesempatan Syamsudin untuk bertanya sudah tidak ada lagi, walaupun berkali-kali Syamsudin mengangkat tangannya untuk memberikan tanda pada moderator agar diberi kesempatan untuk bertanya. Akhirnya Syamsudin pun bergegas meninggalkan ruang Muzdalifah, tempat diskusi berlangsung, beberapa menit sebelum diskusi ditutup.
Entah apa yang membuat Syamsudin terlambat datang ke Diskusi Publik ini, padahal pada pukul 9:30 sebelum diskusi dilaksanakan, Syamsudin tampak keluar dari Islamic Center Bekasi dengan menggunakan kendaraan bermotor Honda Vario 125 warna merah, dengan plat nomor polisi B 3241 KMK. Dalam catatan ABI Press, Syamsudin Uba juga terlibat dalam deklarasi ISIS di Bundaran HI (16/3). Selain itu, tercatat dia juga yang memimpin pengepungan polsek Bekasi Selatan pada tanggal 17 Februari silam.