
کمالوندی
Cuplikan Khutbah Akad Nikah Imam Jawad as
Bismillahirrahmanirrahim
 
Segala puji bagi Allah sebagai bukti pengakuan akan segala nikmat. Tidak ada tuhan selain Allah sebagai bukti keikhlasan akan keesaan-Nya. Salawat dan salam kepada makhluk termulia dan mereka yang terpilih dari keluarganya. Amma Ba'du...
 
Sesungguhnya merupakan keutamaan Allah atas makhluk-Nya adalah mengayakan mereka dengan yang halal. Allah Swt berfirman, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui."
 
Rasulullah Saw bersabda, "Nikah itu merupakan Sunnahku. Barangsiapa yang menolak Sunnahku berarti ia bukan dari umatku." (26/1/1372)
 
Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang menikah berarti ia telah mendapatkan setengah dari agamanya dan hendaknya ia bertakwa terkait setengah yang tersisa."
 
Rasulullah Saw bersabda, "Menikahlah dan lahirkan keturunan sehingga kalian menjadi banyak. Sesungguhnya di Hari Kiamat aku bangga dengan jumlah kalian dibandingkan dengan umat yang lain, sekalipun dengan anak yang gugur di dalam kandungan ibunya."
 
Semoga Allah Swt memberikan berkah pada akad nikah yang kami bacakan malam ini untuk kalian; para pengantin pria dan pengantin wanita muslim dan Dia memberikan taufik kepada kalian untuk bisa menjalankan kewajiban pernikahan. (14/2/1363) Semoga pengantin pria dan wanita yang sudah menjadi suami dan istri bisa hidup berdampingan selama bertahun-tahun dengan penuh kebahagiaan. (15/9/1381) Semoga pernikahan ini menghasilkan rumah tangga yang baik, sehat, mukmin dan beragama. (3/6/1375)
 
Saya akan menyampaikan beberapa nasihat untuk para pengantin wanita dan pengantin pria serta keluarga mereka. Kemudian Insyaallah saya akan membacakan akad nikah. (8/3/1381)
Dalam akad nikah yang akan dibacakan nanti, sejatinya kami akan menggabungkan dan mengaitkan dua pihak yang asing dengan beberapa kata sehingga keduanya menjadi muhrim dan dekat dan lebih mengasihi dari semua yang ada di dunia ini.
 
Kedua; dengan akad nikah ini, kita tengah menciptakan sebuah anggota baru masyarakat yang terdiri dari institusi-institusi rumah tangga. (11/12/1373)
 
Tentunya faedah terpenting dari pernikahan adalah membentuk rumah tangga dan masalah lainnya adalah cabang dan derajat kedua dan atau sebagai sandaran masalah ini; seperti regenerasi atau memenuhi kebutuhan biologis; semua ini termasuk masalah sekunder. Masalah primer dan terpenting adalah membentuk rumah tangga itu sendiri. (9/12/1380)
 
Agama Islam menilai pernikahan sebagai kewajiban bagi setiap wanita dan pria. Karena kelanggengan kehidupan manusia ada pada pembentukan rumah tangga dan membentuk rumah tangga juga tergantung pada pernikahan. (12/12/1362) Itulah mengapa dalam semua agama dan mazhab ada pernikahan. (12/12/1362) Pernikahan bukan hanya ada dalam agama Islam. (19/12/1362) Semua pernikahan bagi mereka sendiri adalah benar. Oleh karenanya, bila seseorang non Muslim masuk Islam, katakanlah pasangan suami-istri, maka pernikahan yang sudah dilakukannya adalah sah. (12/12/1362) Islam mengakui pernikahan agama-agama lain yang dilakukan di antara mereka. Islam mengakui mereka sebagai suami-istri dan menilai anak-anak mereka sebagai anak halal. (11/5/1375) Islam tidak memerintahkan untuk melakukan akad nikah lagi. Yakni, Islam menghormati semua pernikahan yang ada pada agama dan mazhab lain. Karena prinsip pernikahan adalah perjanjian mulia antara seorang perempuan dan seorang pria untuk hidup bersama. Dalam semua agama perjanjian ini merupakan sesuatu yang diakui dan dihormati. (12/12/1362)
 
Biasanya acara pernikahan adalah acara keagamaan. Orang-orang Kristen melakukannya di gereja. Orang-orang Yahudi melakukannya di Sinagog. Orang-orang Muslim kalaupun tidak melakukan di masjid, sebisa mungkin melakukannya di tempat-tempat yang mulia atau di hari-hari penuh berkah keagamaan atau secara umum dilakukan dengan perantara para pemuka agama. Pemuka agama ketika hadir dalam acara pernikahan biasanya menyampaikan ceramah keagamaan. Dengan demikian, kondisinya betul-betul diwarnai keagamaan. Pernikahan memiliki sisi kesucian. (14/10/1390) Hanya saja dalam Islam, pernikahan ada syarat-syaratnya, ada hukum-hukumnya yang selain akan mengokohkan dan menguatkan ikatan ini, juga mengeluarkan pernikahan dari nilai-nilai yang tidak diakui menuju pada nilai-nilai yang diakui. (19/12/1362) Nah, apa maknanya? Maknanya adalah begitu kita masuk pada tahapan ini, kita harus memperbarui perjanjian dengan Allah dan dengan perjanjian keagamaan terkait pada diri kita sendiri. Rumah tangga harus dimulai dengan perhatian kepada Allah. Itulah mengapa dalam Islam ditetapkan adanya kewajiban ibadah pada malam pengantin bagi setiap muslim. Ada salat Sunnah. Ada doanya.
 
Sebagian orang beranggapan bahwa pernikahan hanya sebuah tahapan untuk memadamkan syahwat dan hanya memenuhi keinginan hawa nafsu. Padahal sejatinya tidak demikian. Memenuhi kebutuhan hawa nafsu dan memenuhi kebutuhan alami juga perlu dan tidak masalah sama sekali, bahkan sangat baik. Namun sekalipun memenuhi kebutuhan alami tetap harus dengan mengingat Allah, perhatian kepada Allah dan di jalan Allah. Ketika kalian makan pun, pertama kalian membaca "Bismillahirrahmanirrahim" dan ketika selesai kalian membaca "Alhamdulillah" dan bersyukur kepada Allah. Apakah ada pekerjaan yang lebih alami dari makan?! Membentuk rumah tangga harus menjadi pembaruan kembali perjanjian dengan Allah. Yakni, setiap manusia yang memiliki perjanjian dengan Allah, maka ia harus mengingatnya dan pada langkah pertama adalah ia harus menjaganya pada masalah pernikahan ini. (29/7/1381) Oleh karenanya, sangat mudah bagi seseorang untuk mendapatkan pahala melalui tindakan dan perbuatan yang bisa memenuhi tabiat dan kebutuhannya ini. Karena ia merupakan Sunnah dan melakukan perkara ini dengan niat menjalankan Sunnah Rasulullah Saw dan menaati perintahnya.
 
Sumber: Khanevadeh; Be Sabke Sakht Yek Jalaseh Motavval Motavva Dar Mahzar-e Magham Moazzam Rahbari
Nasihat Imam Husein as: Berinfak
Berinfak
 
Imam Husein berkata:
 
"Wahai manusia! Orang mulia berinfak dan orang hina berlaku kikir. Sesungguhnya manusia yang paling dermawan adalah yang membantu orang lain saat tidak mengharapkannya dan manusia yang paling pemaaf adalah orang yang memaafkan saat ia berkuasa." (Kasyf al-Ghummah Fi Ma'rifah al-Aimmah, jilid 2, hal 29)
 
Menginfakkan yang Disukai
 
Suatu hari Imam Husein as memberi sedekah berupa gula. Ada yang bertanya kepadanya, "Mengapa Engkau memberi sedekah berupa gula?"
 
Imam Husein as menjawab:
 
"Saya menyukai gula dan Allah Swt berfirman, ÔÇÿKamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai." (Abbas Azizi, Fazayel Va Sireh Emam Hossein as Dar Kalame Bozorgan, Qom, Entesharat Salat, 1381 Hs, Cet 6, hal 189)
 
Sebagian orang memberikan sesuatu yang sudah dibutuhkan lagi atau sesuatu yang sudah tidak bernilai kepada orang miskin. Sekalipun itu adalah perbuatan baik, tapi dalam budaya al-Quran dan ajaran Ahlul Bait infak yang hakiki adalah pemberian sesuatu yang paling disukai di jalan Allah kepada orang yang membutuhkan.
 
Perbuatan ini di satu sisi sebagai pembelajaran kepada diri untuk menjauhi dunia dan keinginan hawa nafsu, sementara di sisi lain menghormati orang miskin.
 
Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.
Pentingnya Pernikahan dalam Islam
Masalah pernikahan dalam Islam merupakan masalah yang sangat penting. (12/12/1362) Meskipun secara syariat tidak termasuk dalam kewajiban, namun benar-benar dianjurkan sehingga manusia memahami bahwa Allah Swt sangat menekankan masalah ini. Mengapa pernikahan termasuk masalah yang sangat penting? Karena ia merupakan sebuah kebutuhan alami. Karena Islam menilai penting akan kebutuhan alami manusia, Islam harus menetapkan jalan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan ini dan telah menetapkannya yaitu pernikahan. (19/12/1362) Baik wanita maupun pria memiliki kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini  tidak bisa tanpa aturan. Tidak bisa dibiarkan liar. Tidak bisa dibiarkan tanpa batasan. Ia memerlukan batasan dan itu adalah pernikahan. Itulah mengapa Rasulullah Saw bersabda, "Man Tazawwaja Ahraza Nishfa Dinihi", "Barangsiapa yang menikah maka ia telah menjaga setengah dari agamanya." Pada bagian yang mana setengah agama telah dijaganya? Pada bagian yang akan terancam oleh kecenderungan seksual. Kecenderungan seksual bisa menghancurkan agama banyak orang, bisa memunculkan masalah pada banyak orang dan dapat menyesatkan banyak orang. Cara mencegahnya adalah kebutuhan seksual ini harus dipenuhi dan juga jangan sampai ditumpas. Lantas bagaimana caranya? Dengan kaidah dan undang-undang yakni pernikahan. Lihatlah bagaimana pentingnya pernikahan! (12/12/1362)
 
Yang demikian ini juga bukan khusus manusia saja, karena ikatan dua makhluk merupakan perantara kelanjutan hidup. Makna ini ada pada tumbuhan dan juga hewan, sebagaimana ada juga pada manusia. Hanya saja karena manusia mendapatkan kelebihan akal dan kehendak dari Allah, untuk ikatan pernikahannya telah ditetapkan aturan dan acara. Aturan dan acara ini untuk menunjukkan betapa pentingnya peristiwa ikatan dua makhluk dan ikatan antara dua hati dan menciptakan sebuah lembaga baru dalam lingkungan sosial manusia. Aturan dan acara tersebut juga bukan khusus Islam saja. Tetapi semua bangsa dan agama memiliki aturan dan acara untuk ikatan pernikahan. Tentu saja Islam berusaha untuk lebih menyederhanakan dan mempermudah acara ini. Islam benar-benar menganggap penting masalah pernikahan. Dalam agama Islam, anak gadis dan perjaka pada prinsipnya dianjurkan untuk menikah. Selain dianjurkan untuk membentuk rumah tangga melalui pernikahan juga ditekankan untuk melanjutkan dan mengabadikan ikatan suami dan istri. Ketiga topik ini ditekankan dalam Islam.
 
Terkait pernikahan, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw melihat seorang pemuda. Karena Rasulullah Saw senang melihat penampilan pemuda tersebut, maka beliau memanggilnya seraya bertanya, "Apakah kamu memiliki pekerjaan? Dia menjawab, "Tidak. Saya seorang pengangguran." Rasulullah Saw bertanya, "Apakah kamu sudah menikah?" Dia menjawab, "Saya juga tidak menikah." Rasulullah Saw berpaling dan berkata, "Saqata Min ÔÇÿAini", pemuda ini telah jatuh dari mataku karena selain dia tidak punya pekerjaan dia juga tidak menikah." Lihatlah bagaimana pentingnya pernikahan. Sehingga tidak melakukannya sama seperti seorang pengangguran yang tercela. Itulah mengapa masalah pernikahan sangat penting dalam pandangan Islam. (13/12/1381)
 
Untuk itu, sangat penting bila kita mau memperhatikan pandangan Islam terkait masalah pernikahan. Terkait masalah pernikahan, yang pertama dalam Islam adalah menganjurkan para pemuda untuk menikah. Betapa bagusnya bila para pemuda menikah dalam usia yang sangat muda, yakni pada saat mereka membutuhkan. Bukan berarti kita tegaskan bahwa semakin cepat semakin baik. Tidak. Ketika merasa membutuhkan, maka hendaknya menikah. Baik anak gadis maupun perjaka. Jangan biarkan mereka melajang sampai lama. (19/12/1362)
 
Rasulullah Saw menegaskan agar para pemuda, baik laki-laki maupun perempuan untuk segera menikah. Tentunya atas dasar kemauan dan pilihan mereka sendiri, bukan pilihan orang lain. Kita sendiri juga harus mensosialisasikan masalah ini di tengah-tengah masyarakat. Para pemuda hendaknya menikah saat mereka belum keluar dari masa mudanya dan dengan semangat yang masih menggebu-gebu. Ini berbeda dengan pemahaman banyak orang yang menganggap bahwa pernikahan di usia muda adalah pernikahan prematur dan tidak akan bisa langgeng. Justru sebaliknya, tidak seperti anggapan orang lain. Bila pernikahan ini dilakukan dengan baik, maka yang ada adalah pernikahan yang sangat langgeng dan baik serta suami-istri benar-benar akan akrab dalam rumah tangga yang demikian ini. (23/12/1379)
 
Perbedaan Pandangan Islam dan Barat Soal Keluarga dan Pernikahan
 
Ketika sebagian orang mengulur usia pernikahannya sampai usia agak tua dan hal ini di Barat dan peradaban Barat dianggap sebagai hal yang wajar dan biasa, maka sebenarnya itu adalah salah dan bertentangan dengan fitrah dan maslahat umat manusia. Hal ini terjadi karena mereka lebih cenderung menjalani kehidupan penuh syahwat dan kebebasan tanpa batas. (26/1/1377) Tradisi sebagian peradaban dan budaya impor yang dimasukkan oleh orang-orang Eropa adalah para pemuda harus menunggu sampai pendidikannya tamat, sampai memiliki pekerjaan, itupun pekerjaannya harus pekerjaan kantor, baru kemudian menikah. Anak-anak gadis juga demikian jangan menikah di permulaan usia baligh, mereka harus menjadi seorang perempuan yang hebat dulu, memiliki pengalaman yang cukup tentang dunia kemudian baru menikah. Ini adalah adat istiadat orang-orang Eropa dan merupakan sesuatu yang sangat buruk. Karena mereka yang mengulur usia pernikahan bukan karena meyakini bahwa para pemuda dalam masa usia muda tidak memiliki kebutuhan seksual. Bukan. Mereka benar-benar tahu dan menerima kalau para pemuda juga memiliki kebutuhan seksual. Hanya saja mereka meyakini bahwa kebutuhan seksual di masa-masa muda harus dipenuhi secara bebas. Yakni sesuatu yang menurut kita adalah kefasadan, kefasikan dan dosa yang merusak kondisi sosial.
 
Itulah mengapa ikatan suami istri Eropa dan orang-orang yang bergaya seperti orang Eropa, tidak memiliki sebuah ikatan pernikahan yang kokoh. Lihatlah rumah tangga orang dahulu; mereka hidup bersama selama enam puluh tahun, lima puluh tahun, tujuh puluh tahun, kemudian bila salah satu dari pasangan tua ini meninggal dunia, maka yang satunya mengalami kesedihan yang berkepanjangan. Fondasi pernikahan keduanya dibangun atas dasar kasih sayang. Keduanya sangat akrab. Sesuatu di luar lingkungan rumah tangga terkait masalah seksual tidak membuat mereka bisa tergoda. Namun suami istri Eropa tidak punya sebuah rumah tangga yang kokoh, cepat hancur dan banyak perceraian. Kalaupun tidak cerai, secara praktis cerai. Suami istri telah menghabiskan masa mudanya. Saya tidak mengatakan semuanya, tapi kebanyakan mereka demikian. Keduanya tidak saling membutuhkan. Kemudian keduanya menikah, lagi pula keduanya tidak terbatas pada lingkungan rumah tangga. Tidak ini dan tidak itu. Yang menyambungkan keduanya adalah sebuah kamar, sebuah apartemen, sebuah kondisi fisik, bukan sebuah perkara spiritual dan sebuah ikatan jiwa. Inilah rumah tangga di Eropa. Pada dasarnya bukan sebuah rumah tangga.
 
Lelaki tua dan perempuan tua yang sudah semakin tua, itupun ketuaan mereka karena cepat tua. Seseorang berusia enam puluh tahun, ia sudah kelihatan sangat tua. Orang ini sudah tidak lagi bisa menikmati hidup. Sementara orang-orang kita yang berusia enam puluh tahun di sini sedang menghitung satu persatu cucu dan cicitnya, sekarang sudah tiga puluh orang, sekarang cucu dan cicitnya sudah menjadi tiga puluh dua orang. Di sana tidak. Di sana berbeda. Karena sejak awal rumah tangga mereka bukan rumah tangga yang berfondasikan kasih sayang, bukan rumah tangga yang berlandaskan keakraban. Sejak awal dengan suasana dingin dan ketidakpedulian dan memang demikian fondasi rumah tangga mereka. Beginilah. Tentu saja saya tidak mengatakan seratus persen mereka demikian atau rumah tangga kita seratus persen akrab dan baik. Tidak. Saya mengatakan bentuk mayoritasnya. Di sini kebanyakan begini. Di sana kebanyakan begitu. Yang begitu itu juga telah diimpor ke Iran dan dimasukkan ke dalam lingkungan Islam. Padahal Islam tidak menerima yang semacam ini. Islam mengatakan tidak. Seorang perempuan dan pria harus memulai pernikahan ketika mereka membutuhkan. Mereka harus membentuk rumah tangga. Mau menunggu apa lagi? Oleh karena itulah dikatakan, "Inna as-Syarra an-Nasi al-Uzzab", Seburuk-buruk manusia adalah mereka yang lajang, baik perempuan maupun pria. Yakni mereka yang membutuhkan istri, mereka yang membutuhkan suami tapi tidak mau menikah, mereka inilah yang disebut lajang, mereka inilah yang paling buruk.
 
Sumber: Khanevadeh; Be Sabke Sakht Yek Jalaseh Motavval Motavva Dar Mahzar-e Magham Moazzam Rahbari
Mensyukuri Nikmat Pernikahan
Pernikahan merupakan nikmat besar ilahi. Mengingat setiap nikmat itu harus disyukuri, maka cara mensyukuri nikmat pernikahan adalah menjaga kekokohan ikatan pernikahan. Jangan biarkan kejadian-kejadian buruk, perasaan tersinggung, mencari kelemahan tidak pada tempatnya, percekcokan sia-sia dan mengada-adakan pengeluaran yang merugikan bisa menggoyahkan ikatan dan lembaga rumah tangga yang dibangun dengan akad nikah ini. (19/3/1382) Dengan kata akad yang kami bacakan ini -yang merupakan perkara konsensus- maka terwujudlah hubungan kesepakatan antara kalian berdua. Pengantin wanita dan pria harus bersungguh-sungguh menjaga hal ini. (20/4/1370)
 
Maksud semua orang juga demikian bahwa tahapan ini merupakan tahapan kehidupan manusia yang paling penting. Hendaknya diselenggarakan dengan cara yang baik, sehat dan membahagiakan keduanya. Kalian sendiri harus membantu agar diselenggarakan demikian. Oleh karena itu, segala sesuatu yang melemahkan fondasi rumah tangga, maka kalian harus menganggapnya sebagai sesuatu yang terlarang. Mengeluh tidak pada tempatnya, banyaknya tuntutan dan menaati tradisi yang tidak pada tempatnya akan menyebabkan rusaknya kesenangan dan keakraban rumah tangga. Kesenangan dan keakraban ini tidak akan terwujud dengan uang, perintah dan semacamnya. (28/6/1381) Jangan sampai lembaga rumah tangga ini goyah karena keluhan, perasaan tersinggung, banyaknya permintaan dan tuntutan, tidak adanya kasih sayang dan terkadang dengan campur tangan orang lain dan semacamnya. Yang penting adalah baik pengantin wanita maupun pria harus berusaha menjaga hubungan pernikahan ini.
 
Bagaimana caranya kalian bisa menjaga hubungan ini? Tentu saja orang yang berakal, cerdas, penuh perasaan dan hati nurani yang jujur akan menemukan jalannya. Hubungan ini akan terjaga dengan kepercayaan dan kasih sayang timbal balik. Istri jangan sampai melakukan pemaksaan terhadap suami. Suami juga jangan sampai melakukan pemaksaan terhadap istri dan jangan sampai banyak permintaan, keduanya harus akrab seperti dua orang teman dan seperti dua orang partner supaya lembaga rumah tangga ini terjaga. (20/4/1370) Bila taklif dan kewajiban yang ada dilakukan dengan baik, maka akad nikah ini akan berkah dan semakin berkah insyaallah. Semuanya tergantung pada kalian sendiri.
 
Suami dan Istri Saling Melengkapi
 
Salah satu yang menyebabkan akad pernikahan menjadi penuh berkah adalah suami-istri harus merasa bahwa dalam tahapan kehidupan baru ini, masing-masing memiliki kewajiban terkait pada pasangannya dan wajib melaksanakannya. Masuklah ke dalam tahapan baru  kehidupan kalian dengan perasaan ini. Karena dalam kehidupan rumah tangga, suami-istri masing-masing menjadi pelengkap bagi yang lainnya. Masing-masing dari keduanya tidak akan sempurna tanpa yang lainnya. Juga jangan beranggapan bahwa yang satu asli dan yang lainnya cabang. Suami misalnya; sebagai yang asli dan istri sebagai cabangnya. Atau berdasarkan selera lainnya istri sebagai yang asli dan suami sebagai cabang dan pengikutnya. Tidak. Masing-masing dari keduanya bukan asli sehingga yang lainnya sebagai cabangnya. Masing-masing dari keduanya juga bukan cabang bagi yang lainnya. Gabungan dari keduanya ini sama dan sejajar adalah asli. Keduanya saling membutuhkan. Bukan kebutuhan seksual dan syahwat saja. Bahkan kalian berdua saling membutuhkan dari sisi akhlak, agama dan untuk meneruskan keturunan. Istri sebagai sumber ketenangan suami. Suami sebagai sumber ketenangan istri. Masing-masing tidak boleh merasa punya jasa atas yang lainnya. Tidak. Tidak satu pun dari keduanya boleh merasa punya jasa atas yang lainnya. Keduanya adalah sepasang. Bila salah satunya tidak ada, maka tidak akan sempurna. Suami-istri adalah sepasang. Yakni, gabungan yang bila bagian yang satunya tidak ada, maka bagian yang satu tidak sempurna. Inilah makna sepasang. Masuklah pada kehidupan baru dengan semangat ini. (14/2/1362)
 
Kalian lihat apa yang dikatakan oleh ayat mulia ini terkait suami dan istri -khususnya dalam rumah tangga-, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri." (mengisyaratkan ayat 21, surat Rum) yakni salah satu di antara tanda kekuasaan Allah adalah telah ditetapkan pasangan hidup untuk kalian dari jenis kalian sendiri. Ditetapkan wanita untuk pria dan pria untuk wanita. Dari kalian sendiri, "Min Anfusikum". Bukan dari jenis yang berbeda. Bukan dua derajat yang berbeda. Semuanya adalah satu hakikat. Satu esensi dan satu zat. Tentunya pada sebagian karakter memiliki perbedaan. Karena kewajiban mereka ada dua. Kemudian berfirman, "Litaskunu Ilaiha" yakni sepasang dan dua jenis dalam tabiat manusia untuk tujuan yang besar. Tujuan itu adalah ketenangan dan ketenteraman. Supaya kalian menemukan ketenangan di sisi lawan jenis kalian di dalam rumah tangga -pria di sisi wanita, wanita di sisi pria-. Bagi seorang pria; masuk ke dalam rumah, mendapatkan lingkungan yang aman dalam rumah, istri penyayang, mencintai dan bisa dipercaya di sampingnya juga merupakan perantara ketenangan. Bagi seorang wanita, memiliki suami dan sandaran yang dicintainya dan baginya bak benteng yang kokoh -karena dari sisi jasmani pria lebih kuat dari wanita- merupakan sebuah kebahagiaan; sumber ketenangan dan kebahagiaan. Rumah tanggalah yang memenuhi hal ini bagi keduanya. Untuk mendapatkan ketenangan, seorang pria memerlukan istri dalam lingkungan rumah tangga. Wanita juga demikian, untuk mendapatkan ketenangan ia memerlukan suami dalam lingkungan rumah tangga, "Litaskunu Ilaiha" untuk mendapatkan ketenangan, keduanya saling memerlukan.
 
Sumber: Khanevadeh; Be Sabke Sakht Yek Jalaseh Motavval Motavva Dar Mahzar-e Magham Moazzam Rahbari
Mafatihul Hayah: Pendahuluan
Bismillahirrahmanirrahim Wa Iyyahu Nasta'in
 
Pujian azali hanya layak disampaikan kepada Allah. Penghormatan tak terhingga sudah sepantasnya disampaikan kepada para nabi ilahi, khususnya pamungkas kenabian Saw. Salam abadi patut disampaikan kepada keluarga Thaha dan Yasin. Kami bertawalli kepada zat-zat suci ini dan berlepas tangan dari para musuh yang sangat membenci mereka.
 
Penjelasan ini merupakan pendahuluan buku Mafatihul Hayah yang merupakan hasil dari kerja keras Departemen Fiqih Pejhouhesh Ulum Wahyani Meraj. Semoga usaha keras anggota tim ini mendapat balasan dari Allah Swt dan karya bermanfaat ini akan tercatat dalam buku amal mereka.
 
Anasir penting kandungan buku ini telah disusun dalam beberapa poin, dimana sebagiannya akan dijelaskan dalam pendahuluan ini:
 
1. Peradaban masyarakat manusia muncul dari keberagamaannya dan setiap bentuk kesopanannya akan berkembang dalam koridor tahapan keempat dari perjalanan empat tahap bagi para pesalik ilahi.[1] Tahapan keempat dari hijrah dari Asfar Arba'ah (Empat Perjalanan), perjalanan dari makhluk kepada makhluk bersama al-Haq. Musafir yang melakukan perjalanannya ini senantiasa bersama al-Haq dan dari sudut pandang al-Haq, ia melihat benda mati, tumbuhan, hewan, manusia dan malaikat. Setiap kelompok makhluk ini memiliki hukum tersendiri. Masyarakat yang menjadikan kebenaran sebagai pandangan hidupnya membahas setiap makhluk hidup dengan semangat yang menguasainya, yakni hakikat yang menjadi manifestasi Haq Mutlak. Begitu juga ketika menyusun undang-undang, melaksanakannya dan penerapan kinerja pelaksananya di hadapan undang-undang. Artinya, penentuan dan penilaian terhadap bentuk segala sesuatu harus sesuai dengan intinya, yakni hakikat Hak Mutlak.
 
Contoh sempurna dari kebersamaan dengan kebenaran dapat ditemukan pada sirah Alawi dan sunnah Imam Ali as yang senantiasa mencari kebenaran. Beliau menjadi tanda yang diterima semua "Aliyun Ma'a al-Haq Wa al-Haq Ma'a Aliyyin Yaduru Haitsuma Dar... Ali bersama al-Haq dan al-Haq bersama Ali, ia mengikutinya dimana saja berputar,"[2] dan dalam atmosfir yang terbuka dan bebas, masyarakat seperti ini akan menjadi pembimbing semua pengikut kebenaran. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
 
Sumber: Mafatih al-Hayah, Ayatullah Javadi Amoli, 1391 HS, Qom, Markaz Nashr-e Esra, cet 7.
[1] . Pesalik dalam perjalanannya menuju Allah harus melewati sejumlah tahapan. Tahapan pertama dari perjalanan itu adalah mengenai dan mempercayai Allah, dimana tahapan ini disebut "Safar Min al-Khalq Ila al-Haq" (Perjalanan dari makhluk kepada Khaliq). Tahapan kedua adalah perjalanan dalam Asmaul Husna dan sifat ulya Allah Swt dan keesaan seluruh nama dan sifat ini dengan Zat Allah. Tahapan kedua ini disebut "Safar Min al-Haq Ila al-Haq Bi al-Haq" (Perjalanan dari al-Haq kepada al-Haq bersama al-Haq). Tahapan ketiga adalah "Safar Min al-Haq Ila al-Khalq" (Perjalanan dari al-Haq kepada makhluk). Bila dalam tahapan kedua seorang pesalik melakukan mikraj dari taklif (kewajiban) menjadi tasyrif (kemuliaan) dan sampai pada puncak kesempurnaan lalu mencapai jalan menuju tahapan ketiga. Pada tahapan ini percikan harapan, ampunan dan kedermawanan menjadi raihan terbaik yang didapatkan dari Allah dan menjadi modal untuk berinteraksi lebih baik dengan makhluk di bumi dan di langit. Tahapan keempat adalah "Safar Min al-Khalq Ila al-Khalq Bi al-Haq" (Perjalanan dari makhluk kepada makhluk bersama al-Haq) dan teks di atas mengacu kepada tahapan keempat ini.
[2] . al-Fushul al-Mukhtarah, hal 97 dan I'lam al-Wara, hal 159.
Keutamaan Batu Mulia Menurut Maksumin: Hadid Sin (Hematite)
Diriwayatkan, Imam Shadiq as berkata, "Aku suka setiap mukmin memakai lima cincin, [Akik, Turquoise (Pirus), Ruby (Sapphire), Hadidsin (Hematite) dan Dur Najaf] dan ketika berhadap-hadapan dan bersikap dengan musuh, aku tidak melihat kemakruhan untuk memakai cincin Hadid Sin, bahkan aku suka sehingga api kemunkaran mereka padam. Maka sesungguhnya cincin Hadid Sin menjauhkan jin dan manusia yang jahat dan bandel."* (IRIB Indonesia)
 
*Sumber: buku Sangha va Khavase Ejab Anggiz cetakan ke-18 halaman 104
Hadis Akhlak Ushul Kafi: Bangga dan Ujub
Bangga dan Ujub
 
1. Imam Shadiq as berkata, "Sesungguhnya Allah Swt mengetahui bahwa perbuatan dosa lebih baik bagi seorang muslim ketimbang ujub dan merasa bangga dengan perbuatannya. Bila tidak demikian, seorang mukmin tidak mungkin melakukan dosa selama-lamanya."[1]
 
2. Imam Shadiq as berkata, "Barangsiapa yang telah dimasuki rasa ujub berarti dia akan binasa."[2]
 
Sumber: Vajeh-haye Akhlak az Ushul Kafi, Ibrahim Pishvai Malayeri, 1380 Hs, cet 6, Qom, Entesharat Daftar Tablighat-e Eslami.
 
Muhammad di Mata Kaum Cendikiawan 2
Seperti perkataan kaum cendikiawan, matahari menyinari alam semesta dan akibatnya muncullah siang dan malam, maka di sektor sosial pun muncullah seorang nabi dan dengan cahayanya ia menampakkan kebenaran secara nyata. Fenomena siang dan malam sama halnya dengan pembaharuan dan dimulainya kehidupan. Dalam pandangan kaum cerdik pandai, para nabi juga memainkan peran dalam memperbaharui manusia dan berperan aktif dalam memperkokoh sebuah masyarakat. Sama seperti matahari menjadi pusat gravitasi galaksi dan sumber gerakan dalam tata surya, para nabi pun menjadi pusat gravitasi manusia dan sumber perubahan serta kesempurnaan.
 
Oleh karena itu, turunnya ayat dan wahyu terhadap nabi terakhir, Nabi Muhammad Saw merupakan pemicu gerakan besar di umat manusia dan sumber kejayaan manusia. Dalam bayang-bayang ajaran Rasulullah, bangsa jahiliyah dan tidak beradabmengalami perubahan 180 derajat. Nabi Muhammad berhasil mendidik sebuah bangsa yang kejam dan tidak beradab menjadi sebuah bangsa yang beradab, penuh pengorbanan, penyayang serta berhasil menaklukkan negara dan peradaban lain di dunia.
 
Dalam sejarah disebutkan, di sebuah pertempuran sejumlah tentara Muslim menderita luka-luka. Salah satu pejuang yang sehat membawakan air bagi mereka, setiap dari mereka yang terluka menolak meminum air dan menganjurkan yang lain terlebih dahulu meminumnya, akhirnya seluruh korban yang terluka tersebut gugur syahid setelah menderita rasa dahaga.
 
Berkat ajaran Rasulullah, terperciklah semangat untuk belajar menulis dan membaca di tengah masyarakat sehingga umat Islam saat itu berhasil menggapai berbagai ilmu pengetahuan dan sains. Sedikit demi sedikit didirikanlah sekolah dan pusat-pusat riset ilmiah. Iran sendiri bangkit berkat ajaran mulia dan tinggi Islam. Menyusul era penaklukan umat Muslim, berbagai ilmu pengetahuan juga mengalir ke Timur dan Selatan Eropa. Selanjutnya akibat perang Salib dan bersentuhannya Eropa dengan ideologi, manuskrip dan ilmu pengetahuan modern di peradaban Islam, akhirnya sumber-sumber ilmu pengetahuan mengalir ke Eropa. Tak diragukan lagi sumber kejayaan ilmu manusia ini adalah ajaran al-Quran dan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw.
 
Ketika kita membukan lembaran sejarah, kita menemukan adanya pergerakan anti Rasulullah. Mereka yang menjahui dasar-dasar akal dan rasio serta moral, mulai melecehkan dan menghina kepribadian agung Rasul. Harapan mereka adalah mencegah pengaruh luas agama Islam yang dibawa oleh beliau. Di sisi lain, ada sekelompok manusia berakal dan cerdik. Mereka ini sangat menghormati kepribadian Nabi Muhammad Saw yang dihiasai dengan akhlak mulia.
 
 
Di antara kelompok ini terdapat penulis dan pengamat terkenal di dunia. Meski mereka non Muslim, namun mereka mencitrakan kepribadian Nabi dengan adil kepada masyarakat Barat tanpa tendensi tertentu. Cahaya Islam yang bersinar terang di dunia dan pengaruh besar al-Quran membuat setiap pemikir dan cendikiawan tunduk serta sangat menghormati kepribadian Rasulullah Saw.
 
R.F. Boodli, sejarawan Kristen Barat sangat terpengaruh dengan dakwaan sesamanya terhadap al-Quran dan Nabi Muhammad Saw. Di bukunya "Kehidupan Muhammad" Boodli menulis, "Temasuk keajaiban alam, kita saksikan di tengah masyarakat dunia muncul kecurigaan umum yang tanpa dasar terhadap Muhammad Saw. Padahal kehidupan nabi Islam ini sangat transparan. Saya menulis sebuah buku tentang kehidupan Muhammad dan menyerangnya kemudian saya kembali membaca ulang buku tersebut. Saya sendiri menemukan banyak tulisan yang tidak etis dan rasional. Di buku tersebut, saya juga tidak menjelaskan bagaimana sosok seperti Muhammad mampu membawa ajaran yang membawa manusia ke puncak kesempurnaan?"
 
Masih menurut Boodli, "Bagaimana Muhammad mampu mendidik manusia dalam tempo yang cukup singkat dan meletakkan dasar-dasar peradaban Islam yang jaya dan dalam waktu yang singkat bangsa-bangsa besar bergabung dengan dirinya?" Ia menambahkan, "Menundukkan bangsa Arab Badui adalah pekerjaan besar Muhammad. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan Muhammad ini tak kalah dengan mukjizat terbesarnya. Ia mampu menciptakan persatuan di antara kabilah. Manusia yang bersedia untuk berfikir dan merenungkan dengan dalam, akan terpesona dengan hikmah dan kecakapan Muhammad. Mereka ini akan senantiasa menyaksikan Muhammad selalu hidup di setiap zaman dan tidak pernah mati."
 
Thomas Carlyle, cendikiawan asal Inggris menilai pelecehan terhadap kesucian Nabi Muhammad Saw akibat dari kelemahan rasio. Ia mengatakan, "Ini adalah aib sangat beasr bagi manusia beradap saat ini yang bersedia mendengarkan dan menuruti klaim bahwa Muhammad seorang penipu. Sudah waktunya kita memerangi pendapat kosong dan memalukan seperti ini, karena ajaran dan agama yang dibawa Muhammad selama berabad-abad tetap bersinar terang."
 
Carlyle menambahkan, "Saudara-saudaraku! Apakah kalian dapat menerima seorang pembohong mampu membuat agama universal seperti ini dan menyebarkannya ke seluruh dunia? Saya berani bersumpah bahwa dakwaan seperti ini sangat mengherankan. Karena orang bodoh bahkan tidak mampu membangun sebuah rumah. Bagaimana ia mampu membawakan agama seperti Islam kepada masyarakat?"
 
Cendikiawan Inggris ini lebih lanjut menandaskan, "Ini adalah sebuah penderitaan besar di mana masyarakat dunia tanpa memperhatikan akal dan dalih dengan mudah menerima dakwaan seperti ini. Saya katakan bahwa mustahil pribadi agung seperti Muhammad berkata bohong. Sejarah kehidupannya menunjukkan sejak mudanya, Muhammad adalah pribadi yang pintar dan cerdas. Seluruh kehidupan Muhammad baik pekerjaan dan sifat mulianya didasarkan pada kesucian dirinya dan kebenaran. Kalian perhatikanlah setiap perkataan Muhammad! Apakah kalian menemukan setiap perkataannya mengandung wahyu dan mukjizat? Muhammad adalah pembawa pesan dari sumber yang tak pernah putus bagi kita semua. Tuhan telah menganugerahkan ilmu dan hikmah-Nya kepada pribadi agung ini."(
Muhammad di Mata Kaum Cendikiawan 1
Tak diragukan lagi bahwa para cendikiawan dan intelektual yang adil tak dapat mengingkari kepribadian luhur dan pengaruh Rasulullah Saw, karena semakin mereka meneliti jejak-jejak nabi Islam  maka mereka akan menemukan ketinggian akhlak beliau, kemajuan budaya dan peradaban manusia berkat perjuangan beliau. Terkait misi Nabi Muhammad, al-Quran surat al-Ahzab ayat 45-46 menyatakan, "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi."
 
Dari sebuah wilayah yang menyatukan benua Asia, Afrika dan Eropa diutuslah para nabi yang menyeru manusia kepada kebahagiaan. Lima nabi besar yang dikenal dengan sebutan Ulul Azmi di sebuah wilayah strategis dunia yang saat ini disebut Timur Tengah dengan beragam metode menyampaikan satu pesan dan memiliki satu tujuan. Mereka menyebarkan dakwah dan menyeru manusia untuk menyembah Tuhan Yang Esa dan berupaya menerapkan keadilan di dunia serta memerangi kezaliman.
 
Ketika bahtera Nabi Nuh as kandas di gunung Judi selepas badai topan hebat, Nuh beserta pengikutnya yang sedikit itu bertekad membangun dunia baru serta memulai sejarah manusia. Selanjutnya seruan tauhid dan penyembahan terhadap Tuhan Yang Esa Nabi Ibrahim as memenuhi wilayah Babil. Nabi Musa as dengan tongkatmukjizatnya dengan tabah menghadapi Fira'un guna menyelamatkan umatnya dari cengkeraman diktator Mesir tersebut. Fira'un sendiri menyebut dirinya Tuhan dan rakyat dianggap budak-budaknya.
 
Setelah Nabi Musa as, Nabi Isa diutus di tengah-tengah jeritan kaum tertindas. Beliau menyeru umatnya untuk menyembahTuhan Yang Esa dan memberi kabar gembira akan kedatangan nabi akhir zaman. Akhirnya setelah kegelapan dan kemusyrikan berkuasa di tengah masyarakat dan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah Arab, diutuslah nabi akhir zaman, Muhammad Saw di kota Mekah. Nabi Muhammad Saw membawa pesan-pesan tertinggi terkait kemuliaan manusia, hak asasi manusia dan kebebasan sepanjang sejarah.
 
Nabi Muhammad Saw merupakan manifestasi kesempurnaan sepanjang sejarah para nabi dan auliya Allah. Menurut Ayatullah Khamenei, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, "Ketika kita menyebut nama Rasulullah, maka seluruh kepribadian besar Ibrahim, Nuh, Musa, Isa, Luqman dan seluruh hamba-hamba saleh terkumpul dalam kepribadian nabi akhir zaman ini."
 
Di peradaban modern saat ini, bersamaan dengan meluasnya Islam, gerakan anti agama samawi yang paling sempurna ini oleh kubu ekstrim dan jumud mulai marak. Gerakan Islamphobia ini sangat terorganisir. Tahun 2006, sentimen anti Islam menemukan dimensi barunya dengan aksi pelecehan terhadap kesucian Rasulullah Saw oleh Koran Jyllands-Posten cetakan Denmark. Pada tahun 2011, Terry Jones, pendeta fanatik Amerika menyatakan berencana membakar al-Quran dan ulahnya tersebut menambah deretan gerakan Islamphobia di Barat. Selanjutnya disusul dengan pembuatan dan pemutaran film Film Innocence of Muslims yang sangat melecehkan Nabi Muhammad Saw kian membongkar gelombang Islamphobia.
 
Sementara itu, pribadi agung Rasulullah yang dihiasi dengan akhlak dan sifat-sifat mulianya tetap bersinar cemerlang serta tidak ada debu yang mampu menutupinya. Sejarah telah membuktikan bahwa pelecehan terhadap kesucian Nabi Muhammad hanya dilakukan oleh mereka yang  tidak berpendidikan serta didorong oleh fanatisme tinggi yang mereka miliki. Abbas Lajevardi, sutradara film dokumentar Iran beberapa waktu lalu melawat Barat untuk membuat film "Which freedom".
 
Abbas Lajevardi pun dilawatannya tersebut berhasil mewawancarai pendeta Terry Jones dan Kurt Westergaard, karikaturis Denmark meski penjagaan ketat terhadap keduanya diterapkan oleh pasukan keamanan. Lajervardi kepada mereka menanyakan, Apakah Anda membaca al-Quran? Keduanya menjawab, Tidak! Keduanya tidak pernah membaca al-Quran dan tanpa pengetahuan serta informasi keduanya menyerang habis-habisan kitab suci tersebut dan Nabi Muhammad Saw.
 
Dalam kesempatan kali ini kami akan membawakan pandangan Goethe, penyair kondang Jerman terkait, Nabi Muhammad Saw. Adakah kata-kata yang lebih mengabadi selain syair atau puisi? Banyak kata yang dimuntahkan filsuf, pemikir atau nabi, namun ÔÇô setelah kitab suci- syair selalu menjadi media komunikasi antargenerasi yang paling efektif. Ini dibuktikan oleh pencipta syair, yang meskipun mereka sudah tiada namun karyanya tetap berbicara, senandungnya senantiasa mendengung, kepak sayap syairnya selalu mendarat di telinga pendengarnya.
 
Van Goethe, penyair Jerman terkemuka abad-18 yang karyanya mengabadi hingga kini, berhasil merekam kemunculan Muhammad yang dianggapnya sebagai ÔÇÿseorang promotor revolusi sosial yang membawa nilai keadilan dan persaudaraan'. Kata-kata Muhammad begitu bertuah siapa mendengarnya berbicara, kawan dan lawan akan tunduk membenarkan. Muhammad melebihi semua penyair dan raja yang mendahuluinya. Ketika Muhammad mengibarkan panji Quran, Goethe dengan lantang mengakui: "Kitab ini akan tetap mendapat tempat melampaui seluruh masa dan mempunyai pengaruh yang kuat."
 
Goethe sendiri terpengaruh. Bukan hanya pada seorang Muhammad, tapi juga pada sastra timur yang dikaguminya itu. Akhirnya pada 1771 dan 1772, ia berinteraksi langsung pada Alquran dan mulai fasih berbicara dengan Islam dan Muhammad. Sampai-sampai sebagian pemikir Jerman menganggapnya benar-benar masuk Islam, karena tulisannya yang banyak memuja nabi umat Islam itu. Tak aneh jika lantas mereka menuduh Goethe ÔÇÿpunya hubungan khusus', lebih dari sekadar hubungan pribadi dengan Muhammad.
 
Terbukti pada tahun yang sama, Alquran berhasil diterjemahkan oleh Frederich Megerlin ke dalam bahasa Jerman dan untuk pertama kalinya terbit. Reaksinya begitu cepat, salah satu halaman edisi ÔÇÿkritikus sastra Frankfurt' memuat kritik tematis terhadap pusat penerjemahan Alquran itu. Dilihat dari gaya bahasa dan cara pengungkapannya, penulis yang protes itu ternyata Goethe.
 
Protes gencar tersebut membuktikan, Goethe secara eksplisit mengikrarkan diri pada kekecewaannya terhadap penerjemahan yang serampangan itu. Barangkali karena Goethe punya persepsi lain tentang Alquran, jauh lebih banyak dari gambaran yang diungkapkan penerjemah itu. Terlebih lagi Megerlin menulis tentang Alquran dan Nabi tidak dengan sebenarnya. Goethe begitu intens mempelajari bahasa dan sastra Arab, baik yang tertulis dalam antologi karya sastranya atau buku ilmiah yang ia tulis. Salah satu bukunya West-Ostlicher Divan yang berarti Sastra Timur Oleh Pengarang Barat, sebagai contoh. Selain ditulis dalam bahasa Jerman, juga ditulis teks Arabnya Al-Diwan Al-Sharq Li Al-Mu'allif Al-Gharbi.
 
Demikian juga dengan judul puisi yang ia tulis, hampir semuanya berbahasa Arab. Maka tak heran hampir di tiap karya Goethe akan ditemukan judul seperti: Moganni Nameh yang berarti Al-Mughanni (Sang Penyanyi), Uschk Name yang berarti kitab al-'Usyq (bab cinta), Tefkir Nameh yang asalnya kitab al-Tafkir (bab perenungan), dan ratusan judul yang berbau Arab lainnya.
Hadis Akhlak Ushul Kafi: Berakhlak Mulia
Berakhlak Mulia
 
1. Imam Shadiq as berkata, "Orang mukmin yang sempurna dari sisi keimanan adalah yang terbaik akhlaknya."[1]
 
2. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada sesuatu yang diletakkan di timbangan seseorang di Hari Kiamat yang lebih baik dari akhlak mulia."[2]
 
3. Rasulullah Saw bersabda, "Orang yang berakhlak baik mendapat pahala seperti orang yang berpuasa dan melakukan salat malam."[3]
 
4. Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt mewahyukan kepada sebagian nabi-Nya tentang akhlak mulia yang dapat mencairkan kesalahan sebagaimana matahari mencairkan es."[4]
 
5. Imam Shadiq as berkata, "Akhlak merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya dimana sebagiannya telah tertanam dalam diri manusia berupa fitrah dan sebagian lainnya berupa niat."[5]
 
Penjelasan:
Niat dapat dihasilkan dengan kehendak dan latihan, sementara sesuatu yang tertanam dalam diri manusia lebih bersifat sekunder, karena yang terpenting adalah kehendak manusia itu sendiri.
 
6. Seorang sahabat Imam Shadiq as bertanya, "Apa definisi dari akhlak yang baik?" Beliau menjawab, "Hendaknya engkau bersikap rendah hati, berbicara dengan baik dan menghadapi saudaramu dengan wajah ceria."[6]
 
Sumber: Vajeh-haye Akhlak az Ushul Kafi, Ibrahim Pishvai Malayeri, 1380 Hs, cet 6, Qom, Entesharat Daftar Tablighat-e Eslami.