
کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-RaÔÇÖd Ayat 11-13
Ayat ke 11
 
┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÅÏ╣┘Ä┘é┘æ┘ÉÏ¿┘ÄϺϬ┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘É ┘è┘ÄÏ»┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘ê┘Ä┘à┘É┘å┘Æ Ï«┘Ä┘ä┘Æ┘ü┘É┘ç┘É ┘è┘ÄÏ¡┘Æ┘ü┘ÄÏ©┘Å┘ê┘å┘Ä┘ç┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘Ä┘à┘ÆÏ▒┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏ║┘Ä┘è┘æ┘ÉÏ▒┘Å ┘à┘ÄϺ Ï¿┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì Ï¡┘ÄϬ┘æ┘Ä┘ë ┘è┘ÅÏ║┘Ä┘è┘æ┘ÉÏ▒┘Å┘êϺ ┘à┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏú┘Ä┘å┘Æ┘ü┘ÅÏ│┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ▒┘ÄϺϻ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì Ï│┘Å┘êÏí┘ïϺ ┘ü┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘à┘ÄÏ▒┘ÄÏ»┘æ┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘Å┘ê┘å┘É┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ì (11)
 
Artinya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(13: 11)
 
Dalam melanjutkan pembahasan sebelumnya,yang mengatakan bahwa Allah Swt mengetahui segala perbuatan lahiriyah setiap manusia, dimana tidak ada gerakan dan perbuatan apa pun yang terlepas dari pengawasan-Nya, Ayat ini menyebutkan bahwa Allah Swt menetapkan para malaikat bagi setiap orang, yang bertugas mengawasi dan menjaganya dari seitap bahaya dan musibah. Tetapi, oleh karena seluruh alam raya ini adalah makhluk Allah, dan setiap peristiwa terjadi sesuai dengan kehendak-Nya, maka al-Quran menyebut peristiwa alami sebagai urusan Allah. Oleh karena itu, malaikat melindungi kita dari musibah yang berlaku di luar kekuasaan kita.
 
Selanjutnya ayat ini mengatakan, apa yang kami sebutkan itu adalah berkaitan dengan peristiwa alami, yang berada di luar ikhtiar kalian. Namun nasib kalian, umat manusia, baik individu maupun sosial, berada di tangan kalian sendiri dan hendaknya kalian tidak berharap bahwa Allah akan menyerahkan utusan penentuan nasib tersebut kepada para malaikat. Seandainya akan terjadi perubahan dalam sistem masyarakat seperti perubahan kondisi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat baik dan sistem keadilan menggantikan kezaliman, maka hendaknya manusia tidak menunggu mukjizat dari Allah Swt.
 
Lanjutan ayat ini juga membicarakan sunnah Ilahi dan mengatakan, jika kalian tidak berusaha mengubah kondisi kalian dan masyarakat, maka kalian akan menghadapi berbagai bahaya, ditambah lagi murka dan siksaan Allah Swt akan menimpa kalian. Di saat itu, manusia tidak akan mendapat pertolongan dan tidak dapat menghindari akibat kelalaiannya tersebut.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Allah Swt mengutus sejumlah malaikat untuk menjaga manusia dari ancaman musibah alam, tentunya yang demikian itu tidak berkaitan dengan ajal manusia yang telah dipastikan.
2.Nasib setiap masyarakat ditentukan oleh anggota masyarakt itu sendiri. Masyarakat yang baik akan mendapat curahan berkah dari Allah Swt, dan sebaliknya masyarakat yang menyimpang mendapat murka dan azab Tuhan.
 
Ayat ke 12-13
 
┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è ┘è┘ÅÏ▒┘É┘è┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄÏ▒┘Æ┘é┘Ä Ï«┘Ä┘ê┘Æ┘ü┘ïϺ ┘ê┘ÄÏÀ┘Ä┘à┘ÄÏ╣┘ïϺ ┘ê┘Ä┘è┘Å┘å┘ÆÏ┤┘ÉϪ┘ŠϺ┘äÏ│┘æ┘ÄÏ¡┘ÄϺϿ┘Ä Ïº┘äϽ┘æ┘É┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä (12) ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏ│┘ÄÏ¿┘æ┘ÉÏ¡┘ŠϺ┘äÏ▒┘æ┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘Å Ï¿┘ÉÏ¡┘Ä┘à┘ÆÏ»┘É┘ç┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘Æ┘à┘Ä┘ä┘ÄϺϪ┘É┘â┘ÄÏ®┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ï«┘É┘è┘ü┘ÄϬ┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏ▒┘ÆÏ│┘É┘ä┘ŠϺ┘äÏÁ┘æ┘Ä┘ê┘ÄϺÏ╣┘É┘é┘Ä ┘ü┘Ä┘è┘ÅÏÁ┘É┘èÏ¿┘Å Ï¿┘É┘ç┘ÄϺ ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘Åϼ┘ÄϺϻ┘É┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï┤┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ŠϺ┘ä┘Æ┘à┘ÉÏ¡┘ÄϺ┘ä┘É (13)
 
Artinya:
Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.(13: 12)
 
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya. (13: 13)
 
Petir, kilat dan guntur adalah fenomena alam yang terjadi di langit, dan merupakan bukti kekuatan Allah Swt. Dari satu sisi ia merupakan sumber ketakuan, dan dari sisi lain merupakan penyebab turunnya hujan yang merupakan rahmat Allah bagi penduduk bumi. Menurut pandangan al-Quran, gelegar guntur yang merupakan fenomena alam, merupakan ucapan tasbih dan puja-puji kehadiran Allah Swt. Sedangkan tasbih dan puja puji ini tak lain ialah pernyataan pengagungan Allah yang terbebas dari segala macam aib dan cacat cela, serta Maha Esa tanpa sekutu. Para malaikat pun, yang bertugas mengatur awan dan hujan merasa takut berbuat maksiat kepada Allah, sehingga para malaikat ini pun selalu dalam keadaan bertasbih dan memuji Allah seraya mentaati semua perintah-Nya.
 
Segala sesuatu tidak akan terjadi kecuali dengan seizin Allah Swt. Petir dan kilat pun tidak akan menyambar siapa pun kecuali dengan kehendak Allah Swt. Setelah semua itu, bagaimana mungkin musyrikin dan kaum kafir meragukan wujud Allah dan masih saja berdebat mengenai keberadaan dan kekuasaan Allah? Apakah mereka itu memiliki andil dalam mengatur semua fenomena alam termasuk, awan, hujan, petir dan kilat? Sebagaimana disebutkan dalam ayat ini? Perlu diingatkan bahwa petir dan kilat adalah fenomena alami, yang mungkin akan dipandang sebagai peristiwa biasa di alam ini. Akan tetapi dalam beberapa kasus, petir dapat tampil sebagai hukuman dan azab Ilahi.
 
Berkenaan dengan kaum Tsamud,al-Quran menceritakan bahwa mereka itu mendapat azab Allah dengan petir. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa RasulullahSaw, ketika mendengar gemuruh petir dan guntur, sedangkan beliau tengah berbicara, maka beliau menghentikan pembicaraan dan membaca doa-doa. Pujian dan tasbih oleh semua makhluk juga diantara fenomena yang disebutkan dalam al-Quran, yang mengisahkan bahwa semua itu bertahmid dan bertasbih kepada Allah dengan berbagai macam cara dan bentuk. Semua itu membuktikan bahwa semua makhluk Allah, yang kita kenal sebagai benda mati pun, ternyata dalam pandangan Allah adalah makhluk-makhluk yang memiliki perasaan. Akan tetapi al-Quran pun menegaskan bahwa manusia pada umumnya tidak akan memahami hakikat tasbih dan tahmid benda-benda mati dan fenomena alami itu.
 
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Mengenali berbagai peristiwa alami dan perannya dalam kehidupan ini haruslah mampu meningkatkan iman kita kepada Allah Swt. Karena alam dan undang-undangyang berlaku padanya, semuanya adalah makhluk yang tunduk kepada kekuasaan Allah Swt.
2.Seluruh alam wujud berada dalam keadaan bertasbih dan bertahmid, mengagungkan dan menyucikan Allah Swt. Untuk itu, seharusnyalah manusia, sebagai makhluk paling mulia, lebih tekun dalam hal ini.
3.Segala sesuatu berada di tangan Allah Swt. Petir dan kilat yang merupakan rahmat Allah, dapat pula berperan sebagai azab Allah yang sangat menakutkan.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-RaÔÇÖd Ayat 7-10
Ayat ke 7
 
┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘ä┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘ÄϺ Ïú┘Å┘å┘ÆÏ▓┘É┘ä┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ïó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Ä ┘à┘Å┘å┘ÆÏ░┘ÉÏ▒┘î ┘ê┘Ä┘ä┘É┘â┘Å┘ä┘æ┘É ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì ┘ç┘ÄϺϻ┘ì (7)
 
Artinya:
Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.(13: 7)
 
Orang-orang yang keras kepala mencari-cari alasan guna mengingkari kenabian Muhammad Saw,mereka mengatakan, mengapa Muhammad tidak membawa mukjizat seperti Nabi Isa as dan Musa as? Mengapa mereka tidak memenuhi segala permintaan kami? Padahal, mukjizat setiap nabi sesuai dengan kondisi budaya dan sosial kaumnya. Di saat sihir sedang marak di Mesir, maka mukjizat Nabi Musa as pun untuk menandingi tukang sihir. Sebab itu, Fir'aun menyebutnya tukang sihir. Adapun ilmu kedokteran yang tengah marak pada masa Nabi Isa as maka mukjizat Nabi Isa as saat itu adalah ia dapat menyembuhkan penyakit yang sangat sulit disembuhkan bahkan menghidupkan orang mati.
 
Berbeda lagi dengan kondisi bangsa Arab ketika Muhammad Saw diutus menjadi Nabi. Bangsa Arab di saat itu sedang terobsesi dengan syair dan sastera, maka mukjizat beliau berupa al-Quran yang tidak tertandingi nilai sastera dan kefasihannya. Namun orang-orang kafir berusaha mencari alasan guna mengingkari kenabian Muhammad dengan menuntut mukjizat lain. Sejarah membuktikan meski permintaan mereka tersebut dipenuhi oleh Nabi, namun mereka tetap tidak akan beriman kepada para nabi dan menuntut Rasulullah menunjukkan mukjizat lainnya.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Tugas para nabi adalah memberi hidayah dan peringatan kepada manusia, bukan untuk memenuhi seluruh tuntutan orang-orang kafir.
2.Meski pintu kenabian sudah tertutup, namun Allah Swt menempatkan ulama di tengah masyarakat guna meneruskan tugas para nabi yaitu memberi petunjuk dan peringatan kepada manusia.
 
Ayat ke 8
 
Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘É┘ä┘Å ┘â┘Å┘ä┘æ┘Å Ïú┘Å┘å┘ÆÏ½┘Ä┘ë ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ║┘É┘èÏÂ┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘à┘Å ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ▓┘ÆÏ»┘ÄϺϻ┘Å ┘ê┘Ä┘â┘Å┘ä┘æ┘Å Ï┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì Ï╣┘É┘å┘ÆÏ»┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘à┘É┘é┘ÆÏ»┘ÄϺÏ▒┘ì (8)
 
Artinya:
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.(13: 8)
 
Ayat ini dan selanjutnya menjelaskan tentang ketinggian ilmu Allah Swt yang mencakup segala sesuatu, baik yang tampak maupun tersembunyi. Di antara buktinya adalah pertumbuhan janin di perut seorang ibu. Di saat ibu tidak mengetahui tuntutan anak yang dikandungnya, Allah Swt memenuhi segala kebutuhan janin tersebut. Semua proses janin di perut, seperti pertumbuhan dari sperma hingga saat kelahiran, terjadi berkat ilmu dan kuasa Allah Swt dan seorang ibu hanya menjadi perantara terealisasnya kehendak Allah. Ayat selanjutnya mengisyaratkan bahwa Allah Swt telah menetapkan peraturan dan kaidah bagi masa kandungan dan proses kelahiran. Kondisi yang dialami seorang janin berupa keguguran, cacat, lahir, kembar, atau lahir dalam kondisi sehat serta sempurna, semuanya berdasarkan hukum kausalitas alam.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Ilmu Allah Swt tidak hanya berkaitan dengan hal yang global saja, melainkan juga berkenaan dengan hal-hal parsial. Misalnya, kondisi janin selama di perut seorang ibu, Allah Swt mengetahui semua urusan janin tersebut.
2.Selama masa kehamilan, seorang ibu memiliki andil besar bagi keselamatan, kesehatan, atau cacatnya anak di saat lahir. Banyak riwayat dalam Islam yang menganjurkan seorang ibu untuk memperhatikan sikap dan prilakunya selama masa kehamilan.
 
Ayat ke 9-10
 
Ï╣┘ÄϺ┘ä┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ║┘Ä┘è┘ÆÏ¿┘É ┘ê┘ÄϺ┘äÏ┤┘æ┘Ä┘ç┘ÄϺϻ┘ÄÏ®┘É Ïº┘ä┘Æ┘â┘ÄÏ¿┘É┘èÏ▒┘ŠϺ┘ä┘Æ┘à┘ÅϬ┘ÄÏ╣┘ÄϺ┘ä┘É (9) Ï│┘Ä┘ê┘ÄϺÏí┘î ┘à┘É┘å┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘Ä┘å┘Æ Ïú┘ÄÏ│┘ÄÏ▒┘æ┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ Ï¼┘Ä┘ç┘ÄÏ▒┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘ç┘Å┘ê┘Ä ┘à┘ÅÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ«┘Æ┘ü┘ì Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘è┘Æ┘ä┘É ┘ê┘ÄÏ│┘ÄϺÏ▒┘ÉÏ¿┘î Ï¿┘ÉϺ┘ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘ÄϺÏ▒┘É (10)
 
Artinya:
Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi.(13: 9)
 
Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.(13: 10)
 
Ayat ini melanjutkan pembahasan ayat sebelumnya terkait pengetahuan Allah Swt terhadap janin yang berada di perut seorang ibu, ayat ini menyebutkan bukti lain terhadap ketinggian ilmu Allah Swt. Allah Swt mengetahui segala yang berada di alam materi dan segala sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh indera-indera manusia. Dia mengetahui hal gaib, baik masa lampau maupun mendatang. Hal-hal gaib adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap indera manusia, sedangkan yang tidak dapat ditangkap oleh indera adalah hal yang nyata. Namun, keduanya yaitu gaib dan nyata tidak ada artinya di sisi Allah Swt Pencipta alam semesta.
 
Pada kenyataannya, jika manusia beriman bahwa Allah Swt mengetahui segala sesuatu, baik yang nyata maupun yang zahir, maka manusia tidak akan berbuat dosa dan akan berhati-hati dalam bertindak.
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Allah Swt Maha Sempurna dan suci dari segala kekurangan.
2.Ilmu Allah Swt terhadap segala sesuatu adalah sama dan tidak tergantung pada tempat, kondisi dan waktu.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-RaÔÇÖd Ayat 4-6
Ayat ke 4
 
┘ê┘Ä┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘é┘ÉÏÀ┘ÄÏ╣┘î ┘à┘ÅϬ┘Äϼ┘ÄϺ┘ê┘ÉÏ▒┘ÄϺϬ┘î ┘ê┘Äϼ┘Ä┘å┘æ┘ÄϺϬ┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘ÄÏ╣┘Æ┘å┘ÄϺϿ┘ì ┘ê┘ÄÏ▓┘ÄÏ▒┘ÆÏ╣┘î ┘ê┘Ä┘å┘ÄÏ«┘É┘è┘ä┘î ÏÁ┘É┘å┘Æ┘ê┘ÄϺ┘å┘î ┘ê┘ÄÏ║┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘Å ÏÁ┘É┘å┘Æ┘ê┘ÄϺ┘å┘ì ┘è┘ÅÏ│┘Æ┘é┘Ä┘ë Ï¿┘É┘à┘ÄϺÏí┘ì ┘ê┘ÄϺϡ┘ÉÏ»┘ì ┘ê┘Ä┘å┘Å┘ü┘ÄÏÂ┘æ┘É┘ä┘Å Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏÂ┘Ä┘ç┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏÂ┘ì ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘Å┘â┘Å┘ä┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘ì ┘ä┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘é┘É┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä (4)
 
Artinya:
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.(13: 4)
 
Pada pembahasanyang lalu telah dibahas mengenai isyarat al-Qurantentang penciptaan langit dan bumi serta gunung dan lautan. Ayat yang dibahas kali ini  menyebutkan berbagai hasil bumi berupa tumbuh-tumbuhan, pepohonan yang menghasilkan aneka ragam buah untuk manusia. Ayat ini menyebutkan, meski hasil bumi dan buah-buahan beraneka ragam bentuk, aroma dan rasanya, namun Allah Swt menyirami semuanya dengan air yang sama. Terkadang di sebuah kebun terdapat dua pohon menyerap air yang sama, tetapi buah kedua pohon tersebut berbeda dan memiliki rasa yang berlainan. Apakah hal ini bukan merupakan tanda kebesaran Allah Swt?
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Kedekatan bukan dalil kesamaan dan tolok ukur kelebihan adalah sejauh mana seseorang memanfaatkan kesempatan yang ada. Sekedar hanya berdekatan dengan ulama dan cendekiawan tidak akan membuat seseorang menjadi pandai dan berilmu. Kedekatan posisi dua pohon tidak memberikan kesempurnaan bagi keduanya.
2.Orang yang rakus terhadap makanan dan kenikmatan duniawi tanpa berpikir dari mana datangnya kenikmatan itu, berarti ia telah menjauh nilai-nilai kemanusiaan.
 
Ayat ke 5
 
┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘Æ Ï¬┘ÄÏ╣┘ÆÏ¼┘ÄÏ¿┘Æ ┘ü┘ÄÏ╣┘Äϼ┘ÄÏ¿┘î ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘ÄϪ┘ÉÏ░┘ÄϺ ┘â┘Å┘å┘æ┘ÄϺ Ϭ┘ÅÏ▒┘ÄϺϿ┘ïϺ Ïú┘ÄϪ┘É┘å┘æ┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ü┘É┘è Ï«┘Ä┘ä┘Æ┘é┘ì ϼ┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ì Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ Ï¿┘ÉÏ▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ║┘Æ┘ä┘ÄϺ┘ä┘Å ┘ü┘É┘è Ïú┘ÄÏ╣┘Æ┘å┘ÄϺ┘é┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä Ïú┘ÄÏÁ┘ÆÏ¡┘ÄϺϿ┘ŠϺ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ▒┘É ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è┘ç┘ÄϺ Ï«┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ»┘Å┘ê┘å┘Ä (5)
 
Artinya:
Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang patut mengherankan adalah ucapan mereka: "Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?" Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya; mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(13: 5)
 
Ayat ini berusaha menghibur Rasulullah Saw dengan mengatakan, wahai Muhammad janganlah engkau heran jika mereka tidak mempercayaimu, meskipun sebenarnya hal ini sangat mengherankan. Namun yang paling mengherankan adalah pengingkaran mereka terhadap kekuasaan Allah Swt. Orang kafir mengatakan, bagaimana Allah Swt mampu membangkitkan serta menghidupkan kembali manusia yang sudah lebur menjadi tanah ? Allah Swt kemudian mengisyaratkan sebab pengingkaran mereka dan mengatakan, pengingkaran kepada kebenaran menyebabkan mereka tidak mempercayai Allah Swt. Sudah sewajarnya manusia yang tidak beriman kepada Tuhan, mereka juga mengingkari kenabian dan hari pembalasan.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Manusia yang mengingkari Allah Swt akan menyembah dan mengikuti hawa nafsunya dan hal ini pada Hari Kiamat akan menjadi rantai yang mengikat leher mereka.
2.Orang  yang mengingkari hari akhir, jika melakukan perbuatan baik, ia hanya mengharap balasan di dunia. Allah Swt akan memberinya balasan di dunia, tetapi di akhirat, ia tidak akan mendapat pahala apapun, dan masuk ke dalam neraka.
 
Ayat ke 6
 
┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ╣┘ÆÏ¼┘É┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä┘â┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘äÏ│┘æ┘Ä┘è┘æ┘ÉϪ┘ÄÏ®┘É ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘ÄÏ│┘Ä┘å┘ÄÏ®┘É ┘ê┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ Ï«┘Ä┘ä┘ÄϬ┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘ç┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘à┘ÄϽ┘Å┘ä┘ÄϺϬ┘Å ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏ░┘Å┘ê ┘à┘ÄÏ║┘Æ┘ü┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘ì ┘ä┘É┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘É Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï©┘Å┘ä┘Æ┘à┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏ┤┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ╣┘É┘é┘ÄϺϿ┘É (6)
 
Artinya:
Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya) siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan, padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksanya.(13: 6)
 
Rasul SAaw mengingatkan kepada kaumnya, jika mereka melanggar perintah Allah Swt, bukan hanya di akhirat saja mereka menerima siksa Tuhan, tetapi di duniapun Tuhan akan menurunkan azab kepada mereka. Namun orang kafir dengan congkak mengatakan, "Kami tidak menginginkan surga yang engkau janjikan. Jika benar, turunkanlah siksaan yang engkau janjikan itu". Al-Quranmenyebut sikap orang kafir itu sebagai langkah tergesa-gesa dalam meminta siksaan Tuhan.
 
Allah Swt mereaksi seruan orang kafir tersebut dengan berfirman, "Lihatlah nasib kaum sebelum kalian. Apa yang mereka terima sebagai akibat penentangan terhadap Tuhan. Ambillah pelajaran dari mereka dan janganlah meminta Allah Swt menurunkan azab kepada kalian. Karena rahmat Allah sangat luas dan Dia Maha Pengampun. Tinggalkanlah kesesatan selama ini dan berimanlah agar rahmat dan ampunan rahmat Allah Swt meliputi kalian."
 
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Ambillah pelajaran dari siksa yang diturunkan Allah Swt kepada umat-umat terdahulu, dan mintalah kasih sayang Tuhan.
2.Penangguhan azab adalah sunnatullah dan pintu taubatselalu terbuka.
3.Rahmat dan kasih sayang Tuhan mendahului azab dan siksa-Nya.
Peringatan dalam Al-Quran: Memakan Harta Riba
Memakan Harta Riba
 
Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya." (QS. al-Baqarah: 178-179)
 
Satu peringatan penting ekonomi dalam al-Quran adalah peringatan soal riba dan memakan harta riba. Dalam pandangan Allah Swt memakan harta riba sangat tidak dapat diterima dan kepada mereka yang melakukannya, Allah mengeluarkan peringatan tidak seperti yang dilakukan kepada perbuatan lainnya. Kepada orang yang memakan harta riba Allah Swt berfirman, bila kalian tidak menghentikan perbuatan ini, berarti kalian telah mengumumkan perang dengan Allah Swt dan Rasul-Nya.
 
Ungkapan tidak biasanya ini memahamkan manusia bahwa memakan harta riba berarti mengumumkan secara terbuka perang dengan Allah Swt dan Rasul-Nya. Siapa saja yang ingin berperang dengan Allah dan Nabi-Nya berarti musuh-Nya dan yang akan terhina dan mendapat siksa adalah pemakan harta riba.
 
Dalam surat al-Baqarah yang membicarakan tentang riba ini, Allah menyebutkan iman dua kali dan sekali tentang ketakwaan. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman..."
 
Ungkapan ini menunjukkan kelaziman dari iman adalah menjauhkan diri dari memakan harta riba.[1] Bila ada orang yang memakan riba, berarti tidak ada lagi iman dan takwa, tapi yang ada adalah berperang dengan Allah dan Rasul-Nya.
 
Dalam ayat lain Allah Swt secara transparan menjawab orang yang melihat transaksi dagang seperti riba sebagai sesuatu yang halal. Allah Swt berfirman, "... Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (QS. al-Baqarah: 275)
 
Dalam banyak riwayat tentang memakan harta riba disebutkan mengenai peringatan yang luar biasa, sehingga seakan-akan tidak pernah dipakai untuk perbuatan melanggar yang lain. Sebagai contoh, Imam Shadiq as menilai dosa seseorang yang memakan harta riba sebesar satu dirham di sisi Allah lebih besar dari 30 kali berbuat zina dengan keluarga sendiri. Atau dalam sebuah riwayat yang mirip disebutkan perbuatan dosa ini di sisi Allah lebih buruk dari 70 kali berbuat zina di masjid.[2]
 
Namun sesungguhnya ada apa di balik semua peringatan keras ini?
 
Menjawab pertanyaan ini harus dikatakan bahwa riba pada dasarnya merusak ekonomi masyarakat dan menyebabkan kekayaan masyarakat menjadi rusak, maka perbuatan ini diharamkan Allah Swt. Imam Ridha as dalam sebuah riwayat berkata, "Riba menyebabkan harta kalian rusak, seperti seseorang yang mengambil satu dirham dan harus mengembalikan dua dirham. Atau seseorang membeli sesuatu yang semestinya berharga satu dirham dengan uang dua dirham, artinya ia memberikan satu dirham lebih. Perbuatan ini batil dan merusak harta."[3] Perbuatan riba juga mencegah masyarakat melakukan kebaikan.[4] Masyarakat menjadi kehilangan untuk memberi utang orang lain dan perputaran ekonomi akan kehilangan gairah.[5] Dan masih banyak lagi sebab pengharaman riba dalam hadis.
 
Dengan demikian, di tengah masyarakat yang melakukan riba dan tersebar luas, maka segala berkah ilahi secara perlahan-lahan akan ditarik dari masyarakat itu. Yakni, barangsiapa yang tidak memberi utangan orang lain, dan anggota masyarakat hanya rela dengan harga yang dilakukan lewat riba. Perputaran ekonomi akan terhenti, sebaliknya sebagian orang tertentu meraih keuntungan lewat uang riba dan perlahan-lahan ekonomi menjadi sakit. Dalam kondisi yang demikian, orang miskin semakin bertambah. Itulah mengapa dalam Islam dan al-Quran ada larangan keras memakan riba dan berupaya untuk memerangi fenomena buruk ini. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
 
Sumber: Hoshdar-ha va Tahzir-haye Qorani, Hamid Reza Habibollahi, 1387 Hs, Markaz-e Pajuhesh-haye Seda va Sima.
 
Tafsir Al-Quran, Surat ar-RaÔÇÖd Ayat 1-3
Ayat ke 1
 
Ϻ┘ä┘àÏ▒ Ϭ┘É┘ä┘Æ┘â┘Ä Ïó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ïú┘Å┘å┘ÆÏ▓┘É┘ä┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘â┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘é┘æ┘Å ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘â┘É┘å┘æ┘Ä Ïú┘Ä┘â┘ÆÏ½┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘É ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä (1)
 
Artinya:
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).(13: 1)
 
Surat ini seperti 28 Surat al-Quran lainnya dibuka dengan huruf muqatthaah yang merupakan misteri al-Quran. Namun mengingat setelah huruf tersebut disebutkan soal nama dan proses penurunan al-Quran maka dapat disimpulkan bahwa Allah Swt ingin mengatakan, meski al-Quran yang Aku turunkan adalah mukjizat yang abadi, namun tetap menggunakan semua alfabet bahasa Arab. Jika kamu mampu, maka buatlah kitab seperti al-Quran menggunakan alfabet bahasa Arab.
 
Selanjutnya ayat di atas menghibur Rasulullah Saw dan mukminin. Jika mayoritas manusia tidak menerima ajaran Allah Swt dan al-Quran, janganlah kalian meragukan kebenaran al-Quran, karena sikap pengingkaran terhadap kebenaran membuat sekelompok masyarakat tidak menerima seruan al-Quran. Hal ini tidak berarti bahwa al-Quran mempunyai aib dan kekurangan didalamnya.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Tolok ukur kebenaran agama adalah sisi kebenaran ajarannya bukan terlihat pada banyaknya pengikut. Karena seringkali kebenaran ditolak oleh manusia karena berbagai hal.
2.Mukminin harus mengetahui bahwa tidak semua orang akan beriman dan hendaknya orang-orang yang beriman bersiap-siap menghadapi penentangan orang lain.
 
Ayat ke 2
 
Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ï▒┘Ä┘ü┘ÄÏ╣┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É Ï¿┘ÉÏ║┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘É Ï╣┘Ä┘à┘ÄÏ»┘ì Ϭ┘ÄÏ▒┘Ä┘ê┘Æ┘å┘Ä┘ç┘ÄϺ Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä ÏºÏ│┘ÆÏ¬┘Ä┘ê┘Ä┘ë Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ▒┘ÆÏ┤┘É ┘ê┘ÄÏ│┘ÄÏ«┘æ┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘äÏ┤┘æ┘Ä┘à┘ÆÏ│┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘Æ┘é┘Ä┘à┘ÄÏ▒┘Ä ┘â┘Å┘ä┘æ┘î ┘è┘Äϼ┘ÆÏ▒┘É┘è ┘ä┘ÉÏú┘Äϼ┘Ä┘ä┘ì ┘à┘ÅÏ│┘Ä┘à┘æ┘ï┘ë ┘è┘ÅÏ»┘ÄÏ¿┘æ┘ÉÏ▒┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘à┘ÆÏ▒┘Ä ┘è┘Å┘ü┘ÄÏÁ┘æ┘É┘ä┘ŠϺ┘ä┘ÆÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘É ┘ä┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘æ┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘É┘ä┘É┘é┘ÄϺÏí┘É Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘â┘Å┘à┘Æ Ï¬┘Å┘ê┘é┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä (2)
 
Artinya:
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu.(13: 2)
 
Menyusul penurunan al-Quran oleh Allah Swt sebagai nikmat yang besar, ayat inimengisyaratkan keagungan Tuhan dalam penciptaan langit dan planet-planet di alam semesta, serta menegaskan dua point penting;
pertama, terdapat jutaan planet di alam semesta dan semuanya berputar dalam poros masing-masing tanpa terjadi benturan antara mereka. Seakan-akan terdapat sebuah tiang yang tak nampak, yang menyangga mereka di langit dan jalan yang tidak terlihat yang mengatur rute masing-masing. Hal tersebut tidak akan terjadi kecuali dengan kebesaran Allah Swt.
 
Kedua, alam semesta berada di bawah kendali Allah Swt. Dia tidak akan meninggalkan makhluk-Nya. Allah Swt tidak seperti tukang pembuat jam yang membuat jam kemudian menjualnya kepada pembeli dan tidak mengetahui kondisi selanjutnya. Dia adalah pencipta dan pemelihara serta selalu memerhatikan segala urusan hambaNya.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Alam semesta selalu bergerak. Sumber dan keberlangsungan gerak berada di tangan Allah Swt.
2.Alam mempunyai tujuan dan tujuan tersebut adalah sistem yang bakal mengantarkan kepada hari akhir dan alam akhirat.
 
Ayat ke 3
 
┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è ┘à┘ÄÏ»┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘Ä ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä ┘ü┘É┘è┘ç┘ÄϺ Ï▒┘Ä┘ê┘ÄϺÏ│┘É┘è┘Ä ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘å┘Æ┘ç┘ÄϺÏ▒┘ïϺ ┘ê┘Ä┘à┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘ä┘æ┘É Ïº┘äϽ┘æ┘Ä┘à┘ÄÏ▒┘ÄϺϬ┘É Ï¼┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä ┘ü┘É┘è┘ç┘ÄϺ Ï▓┘Ä┘ê┘ÆÏ¼┘Ä┘è┘Æ┘å┘É ÏºÏ½┘Æ┘å┘Ä┘è┘Æ┘å┘É ┘è┘ÅÏ║┘ÆÏ┤┘É┘è Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘è┘Æ┘ä┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘ÄϺÏ▒┘Ä ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘ì ┘ä┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì ┘è┘ÄϬ┘Ä┘ü┘Ä┘â┘æ┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (3)
 
Artinya:
Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(13: 3)
 
Ayat ini masih melanjutkan pembahasan soal penciptaan langit, kemudian mengisyaratkan penciptaan bumi, daratan, gunung-gunung, dan sungai. Ayat ini mengatakan, Allah Swt menetapkan siang dan malam bagi kalian, supaya kalian bisa saling bersilaturahmi. Kemudian Dia menyiapkan kesempatan bagi kalian untuk bekerja dan beristirahat. Dia juga menjadikan siang dan malam sebagai kesempatan bagi tanaman dan pepohonan untuk tumbuh dan berkembang. Waktu tersebut juga merupakan kesempatan bagi pepohonan untuk berbuah dan buah tersebut untuk kalian nikmati. Oleh karena itu memikirkan hal ini akan membuat manusia memahami kebesaran Allah Swt dan tunduk di hadapan-Nya.
 
Poin penting dalam ayat ini adalah masalah bahwa tumbuhan diciptakan berpasang-pasangan. 1400 tahun lalu, para ilmuan hanya dapat mengidentifikasi beberapa tanaman saja yang berpasangan. Sehingga hal itu tidak bisa digeneralisasi pada semua jenis tanaman dan tumbuhan. Namun saat ini para ilmuwan membuktikan teori bahwa semua tumbuhan berpasangan seperti hewan dan hal itu menjadi teori umum pada semua tanaman.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Air dan tanah adalah sumber kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Allah Swt menciptakan air dan tanah serta menjadikannya sebagai sarana berkembang bagi manusia, hewan dan tumbuhan.
2.Lingkungan hidup adalah sarana belajar.
Sejenak Bersama Al-Quran: Mengumpulkan Kekayaan dan Zakat
Mengumpulkan Kekayaan dan Zakat
 
Allah Swt berfirman:
 
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (QS. at-Taubah: 34)
 
Ada yang bertanya kepada Imam Shadiq as, "Seberapa ukuran harta yang harus dikeluarkan zakatnya?"
 
Beliau menjawab, "Zakat lahiriah atau batiniah?"
 
Dijawab, "Katakan tentang keduanya."
 
Setelah itu Imam Shadiq as menjelaskan zakat lahiriah terlebih dahulu dan ketika menjelaskan zakat batiniah, beliau berkata, "Pilih apa yang paling dibutuhkan oleh saudara seagamamu."[1]
 
Dalam riwayat lain, Imam Shadiq as berkata, "Sesungguhnya Allah Swt memberikan harta lebih kepadamu untuk dikeluarkan di jalan Allah, bukannya dikumpulkan dan ditumpuk-tumpuk."[2]
 
Sesuai dengan riwayat kemunculan Imam Mahdi as, beliau mengharamkan harta karun dan semuanya dipakai untuk perjuangannya.
 
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Sesungguhnya Allah Swt mewajibkan orang-orang kaya untuk mengeluarkan zakat demi mencukupi orang-orang miskin... Ketahuilah! Sesungguhnya Allah akan menghisab mereka dengan perhitungan yang ketat dan mengazab mereka dengan siksaan yang pedih."[3]
 
Rasulullah Saw bersabda, "Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya terhitung harta karun, sekalipun tidak tersembunyi dan bukan emas atau perak."[4] (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
 
Sumber: Mohsen Qarati, Daghayeghi ba Quran, Tehran, Markaz Farhanggi Darsha-i az Quran, 1388 Hs, cet 1.
 
Tafsir Al-Quran, Surat Yusuf Ayat 110-111
Ayat ke 110
 
Ï¡┘ÄϬ┘æ┘Ä┘ë ÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ϺÏ│┘ÆÏ¬┘Ä┘è┘ÆÏª┘ÄÏ│┘Ä Ïº┘äÏ▒┘æ┘ÅÏ│┘Å┘ä┘Å ┘ê┘ÄÏ©┘Ä┘å┘æ┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘â┘ÅÏ░┘ÉÏ¿┘Å┘êϺ ϼ┘ÄϺÏí┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘å┘ÄÏÁ┘ÆÏ▒┘Å┘å┘ÄϺ ┘ü┘Ä┘å┘Åϼ┘æ┘É┘è┘Ä ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘å┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏ▒┘ÄÏ»┘æ┘Å Ï¿┘ÄÏú┘ÆÏ│┘Å┘å┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘å┘É Ïº┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘Åϼ┘ÆÏ▒┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä (110)
 
Artinya:
Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa.(12: 110)
 
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas bersama bahwa Allah Swt memberi wahyu kepada sejumlah manusia untuk menjadi perantara antara Tuhan dengan umat manusia, dan pemberi petunjuk serta hidayah kepada mereka. Namun mayoritas mereka mendustakan dan mengingkari kebenaran yang dibawa oleh para nabi.
 
Ayat di atas mengatakan, meski menghadapi penentangan, para nabi tetap meneruskan usahanya memberi petunjuk kepada umat manusia sampai tidak ada lagi harapan mereka untuk beriman. Orang-orang kafir selalu mengejek para nabi dengan mengatakan, "Jika janji yang kalian ucapkan tersebut benar, maka tentulah azab itu sudah diturunkan dan kami semua tertimpa azab."
 
Di saat perilaku orang kafir sudah melampaui batas dan mereka tidak mau menerima kebenaran, Allah Swt menyelamatkan para nabi dan pengikutnya dan menurunkan siksaan atas kaum kafir. Misalnya pada kisah Nabi Nuh as dan umatnya, meski beliau bertahun-tahun menyeru umatnya untuk beriman kepada Allah Swt, namun hanya sedikit dari mereka yang menyambut seruan Nuh as. Oleh karena itu Allah Swt mengirim azab berupa angin topan yang kencang kepada mereka dan hanya orang-orang beriman saja yang selamat dari azab tersebut.
 
Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Di antara sunnah Ilahi adalah memberikan kesempatan hidup kepada orang kafir dan menunda azab atas mereka.
2.Azab dan siksaan Allah Swt tidak terbatas pada Hari Kiamat saja. Terkadang Allah Swt menurunkan murka-Nya di dunia.
3.Orang mukmin tidak akan berputus asa terhadap rahmat Allah Swt. Dan orang kafir tidak mempunyai harapan terhadap masa depannya.
 
Ayat ke 111
 
┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘ü┘É┘è ┘é┘ÄÏÁ┘ÄÏÁ┘É┘ç┘É┘à┘Æ Ï╣┘ÉÏ¿┘ÆÏ▒┘ÄÏ®┘î ┘ä┘ÉÏú┘Å┘ê┘ä┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘ä┘ÆÏ¿┘ÄϺϿ┘É ┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ï¡┘ÄÏ»┘É┘èϽ┘ïϺ ┘è┘Å┘ü┘ÆÏ¬┘ÄÏ▒┘Ä┘ë ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘â┘É┘å┘Æ Ï¬┘ÄÏÁ┘ÆÏ»┘É┘è┘é┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ï¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘Ä ┘è┘ÄÏ»┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘ê┘ÄϬ┘Ä┘ü┘ÆÏÁ┘É┘è┘ä┘Ä ┘â┘Å┘ä┘æ┘É Ï┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì ┘ê┘Ä┘ç┘ÅÏ»┘ï┘ë ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘ÄÏ®┘ï ┘ä┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä (111)
 
Artinya:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (12: 111)
 
Akhir surat Yusuf mengisyaratkan poin penting terkait cerita yang disampaikan al-Quran termasuk kisah Nabi Yusuf as dan saudara-saudaranya. Kisah yang terdapat dalam al-Quran merupakan teladan dan pelajaran. Al-Quran bukanlah buku cerita, novel, atau kitab sejarah. Hanya orang-orang  berakal saja yang mengambil pelajaran dari kisah-kisah al-Quran. Betapa banyak manusia yang membaca dan mendengar cerita-cerita tersebut namun tidak mampu mengambil pelajaran apapun.
 
Selanjutnya ayat di atas mengatakan, orang berakal dengan berfikir jernih mengetahui bahwa al-Quran bukanlah buatan manusia, tetapi wahyu Ilahi, sama seperti  kitab-kitab samawi terdahulu. Al-Quran mengandung kebenaran yang menjadi pedoman hidup manusia di segala aspek kehidupannya.
 
Dari ayat tadi terdapat tigapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Kisah dalam al-Quran menjelaskan kenyataan serta memberikan pelajaran berharga, dan bukanlah hasil imajinasi seorang penulis.
2.Jika mereka yang berakal merenungkan isi al-Quran, maka mereka pasti mendapat petunjuk karena kebenaran dalam al-Quran akan membuat hati mereka cenderung untuk beriman.
3.Meski adanya tipu muslihat dan makar, namun Nabi Yusuf as sampai pada puncak kemuliaan. Kisah Yusuf as adalah sebaik-baiknya teladan bagi manusia. Jika kita mengaku sebagai hamba Allah Swt maka ketahuilah bahwa Allah Swt tidak akan meninggalkan hamba-Nya.
Tafsir Al-Quran, Surat Yusuf Ayat 107-109
Ayat ke 107
 
Ïú┘Ä┘ü┘ÄÏú┘Ä┘à┘É┘å┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ Ï¬┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï║┘ÄϺÏ┤┘É┘è┘ÄÏ®┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïú┘Ä┘ê┘Æ Ï¬┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘Ä┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘äÏ│┘æ┘ÄϺÏ╣┘ÄÏ®┘Å Ï¿┘ÄÏ║┘ÆÏ¬┘ÄÏ®┘ï ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ┤┘ÆÏ╣┘ÅÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (107)
 
Artinya:
Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?(12: 107)
 
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas bersama bahwa Allah Swt menghibur Rasulullah Saw agar jangan bersedih di saat umatnya tidak mempercayainya. Karena mereka juga tidak beriman kepada Allah Swt. Belum lagi mereka yang beriman, namun imannya tidak murni karena bercampur dengan syirik dan mukmin sejati jumlahnya sangat sedikit.
 
Ayat inimengatakan, berilah peringatan mereka yang tidak beriman kepada Allah Swt dan hari kiamat karena mungkin saja azab Allah Swt akan menimpa mereka di dunia atau ajal datang menjemput mereka secara mendadak sehingga mereka nanti di hari pembalasan dalam kondisi bergelimang dosa dan tidak mempunyai amal kebaikan. Jika hal itu terjadi maka tempat mereka adalah neraka jahanam.
 
Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Orang kafir tidak mendapat perlindungan dari Allah Swt, meskipun mereka mempunyai sistem keamanan yang mutakhir.
2.Mengingat hari kiamat dan hari pembalasan adalah faktor penting guna mendidik manusia dan menjahui perbuatan maksiat.
 
Ayat ke 108
 
┘é┘Å┘ä┘Æ ┘ç┘ÄÏ░┘É┘ç┘É Ï│┘ÄÏ¿┘É┘è┘ä┘É┘è Ïú┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï¿┘ÄÏÁ┘É┘èÏ▒┘ÄÏ®┘ì Ïú┘Ä┘å┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘É ÏºÏ¬┘æ┘ÄÏ¿┘ÄÏ╣┘Ä┘å┘É┘è ┘ê┘ÄÏ│┘ÅÏ¿┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅÏ┤┘ÆÏ▒┘É┘â┘É┘è┘å┘Ä (108)
 
Artinya:
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".(12: 108)
 
Allah Swt dalam ayat ini menjelaskan metode mengajak manusia kepada kebenaran dan hakikat. Iman harus berdasarkan ilmu pengetahuan, Tuhan harus di kenal melalui ilmu kemudian beriman kepada-Nya. Hal ini juga berlaku terhadap utusan-Nya, kita harus mengenal nabi, baru kemudian beriman kepadanya. Begitu juga al-Quran, klita harus mengenal kitab samawi tersebut dan mengimaninya.
 
Rasululullah Saw juga menerapkan metode ini dalam menyampaikan ajaran ilahi. Oleh karena itu,orang-orang yang masuk Islam karena seruan beliau, mereka teguh dan siap mengorbankan nyawanya demi membela agama. Tidak diragukan bahwa faktor yang melemahkan iman adalah syirik dalam akidah dan perbuatan. Tentunya sebagian manusia mengidap penyakit ini, namun para mubaligh agama ilahi seperti Rasul saww harus terjaga dari perbuatan syirik ini dan secara ikhlas berusaha menyebarkan ajaran ilahi ini.
 
Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Para mubaligh harus berusaha meningkatkan pengetahuan agama umatnya.
2.para mubaligh agama harus berusaha menghindari penyakit syirik dan memoperingatkan umatnya bahaya syirik.
 
Ayat ke 109
 
┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘â┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï▒┘Éϼ┘ÄϺ┘ä┘ïϺ ┘å┘Å┘êÏ¡┘É┘è ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘Ä┘ç┘Æ┘ä┘É Ïº┘ä┘Æ┘é┘ÅÏ▒┘Ä┘ë Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ ┘è┘ÄÏ│┘É┘èÏ▒┘Å┘êϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘ü┘Ä┘è┘Ä┘å┘ÆÏ©┘ÅÏ▒┘Å┘êϺ ┘â┘Ä┘è┘Æ┘ü┘Ä ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ï╣┘ÄϺ┘é┘ÉÏ¿┘ÄÏ®┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄÏ»┘ÄϺÏ▒┘ŠϺ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É Ï«┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘î ┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ÏºÏ¬┘æ┘Ä┘é┘Ä┘ê┘ÆÏº Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘ä┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ╣┘Æ┘é┘É┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä (109)
 
Artinya:
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?(12: 109)
 
Di antara alasan penentang Rasulullah Saw adalah jika Tuhan menghendaki untuk mengirim utusan-Nya maka selayaknya Dia mengirim malaikat sebagai rasul, bukannya mengutus manusia seperti kami sebagai rasulnya.
 
Sebagai jawaban atas protes mereka, ayat ini mengatakan, apakah mereka tidak mendengar dan membaca sejarah para nabi terdahulu. Para nabi tersebut semuanya dari golongan manusia penghuni bumi, bukannya para malaikat. Wahai Muhammad Saw ketahuilah hal tersebut di dorong oleh sikap keras kepala dan pengingkaran mereka. Mereka tidak menghendaki kebenaran, meski Kami mengutus malikat kepada mereka.
 
Selanjutnya ayat di atas menjelaskan nasib orang bertakwa dan pendosa. Orang saleh meski di dunia mengalami kesulitan hidup, namun Allah Swt di Hari Kiamat akan menggantinya dengan kenikmatan dan pahala. Tetapi mereka yang berbuat maksiat akan mendapat siksaan di dunia dan menjadi pelajaran bagi yang lain. Dengan membedakan nasib kedua kelompok tersebut di dunia dan akhirat, kita mampu membedakan mana yang benar dan tidak.
 
Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Para nabi terdiri dari manusia dan hidup di tengah mereka, namun kehidupan mereka tidak ternoda oleh dosa sehingga menjadi panutan bagi yang lain.
2.Mempelajari sejarah umat terdahulu dapat menjadi hidayah dan mendidik manusia.
3.Rasio dan ideologi membantu manusia mengenal ajaran para nabi dan kebenaran mereka, karena salah satu tujuan dari para nabi adalah menghidupkan akal.
Tafsir Al-Quran, Surat Yusuf Ayat 102-106
Ayat ke 102
 
Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¿┘ÄϺÏí┘É Ïº┘ä┘ÆÏ║┘Ä┘è┘ÆÏ¿┘É ┘å┘Å┘êÏ¡┘É┘è┘ç┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘â┘Å┘å┘ÆÏ¬┘Ä ┘ä┘ÄÏ»┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ÏÑ┘ÉÏ░┘Æ Ïú┘Äϼ┘Æ┘à┘ÄÏ╣┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘à┘ÆÏ▒┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘Ä┘à┘Æ┘â┘ÅÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (102)
 
Artinya:
Demikian itu (adalah) diantara berita-berita yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya.(12: 102)
 
Epilog kisah nabi Yusuf as ditutup dengan kebahagiaan karena beliau berhasil berkumpul dengan keluarganya kembali di negeri Mesir dan lenyapnya segala rasa iri dan dengki dari hati saudara-saudaranya. Hal ini telah kita bahas pada ayat-ayat sebelumnya.
 
Kali ini ayat yang kita bahas ditujukan kepada nabi Muhammad Saw. Ayat ini mengatakan, kisah di surat ini tidak diambil dari cerita yang beredar di tengah masyarakat atau kitab suci yang telah diubah. Namun kisah ini bersumber pada wahyu ilahi dan hanya Dia yang mengetahui hal gaib. Misalnya di saat saudara Yusuf merencanakan untuk memasukkan Yusuf as ke sumur. Tidak ada yang mengetahui rencana tersebut kecuali Allah swt.
 
Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Para nabi mengetahui hal gaib atas izin Allah Swt bukan melalui latihan dan bantuan tukang sihir.
2.Segala tipu daya keji, meski direncanakan dengan rahasia. Namun Allah Swt pasti mengetahuinya dan akan menampakkan rencana keji tersebut jika Dia menghendakinya.
 
Ayat ke 103-104
 
┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘â┘ÆÏ½┘ÄÏ▒┘ŠϺ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘É ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ê┘Æ Ï¡┘ÄÏ▒┘ÄÏÁ┘ÆÏ¬┘Ä Ï¿┘É┘à┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘É┘è┘å┘Ä (103) ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ│┘ÆÏú┘Ä┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘Äϼ┘ÆÏ▒┘ì ÏÑ┘É┘å┘Æ ┘ç┘Å┘ê┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï░┘É┘â┘ÆÏ▒┘î ┘ä┘É┘ä┘ÆÏ╣┘ÄϺ┘ä┘Ä┘à┘É┘è┘å┘Ä (104)
 
Artinya:
Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman -- walaupun kamu sangat menginginkannya.(12: 103)
 
Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam.(12: 104)
 
Dengan berakhirnya kisah Yusuf as, ayat selanjutnya dari surat ini membahas topik umum seputar interaksi Nabi Muhamad Saw dengan umatnya. Al-Quran menjelaskan, "Wahai Muhammad, kamu tidak menginginkan balasan apapun dari umatmu dan apa yang kamu sampaikan kepada mereka adalah nasehat dan peringatan. Kamu telah berusaha untuk mengimankan mereka. Namun ketahuilah bahwa sebagian besar manusia tidak mau beriman dan menerima kebanaran. Janganlah kamu mengira bahwa mereka tidak beriman karena tidak mengetahui kebenaran. Berapa banyak dari mereka yang mengetahui kebenaran tetapi tidak mau menerimanya dan bahkan berusaha sekuat tenaga untuk menentang ajaranmu."
 
Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Para nabi sangat tulus dalam menyampaikan hidayah kepada umat manusia, meskipun mereka mendapat perlakuan buruk dari umatnya.
2.Jika manusia tidak beriman, maka hal itu bukan kesalahan para nabi. Namun itu adalah terletak pada ikhiyar (hak pilih) manusia.
 
Ayat ke 105
 
┘ê┘Ä┘â┘ÄÏú┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ïó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘ì ┘ü┘É┘è Ϻ┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘è┘Ä┘à┘ÅÏ▒┘æ┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘Ä┘å┘Æ┘ç┘ÄϺ ┘à┘ÅÏ╣┘ÆÏ▒┘ÉÏÂ┘Å┘ê┘å┘Ä (105)
 
Artinya:
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.(12: 105)
 
Menindaklanjuti ayat sebelumnya yang mengatakan bahwa sebagaian besar manusia tidak beriman kepada Allah Swt, ayat ini menghibur Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan bahwa mereka ini senantiasa menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah Swt di langit dan bumi. Namun mereka tetap mengingkari Allah Swt. Oleh karena itu janganlah bersedih jika mereka mengingkarimu.
 
Tanda-tanda kebesaran Allah Swt bisa ditelusuri manusia dengan berbagai cara. Misalnya, dengan memperhatikan susunan galaksi di langit atau sejumlah fenomena alam. Dengan mengelilingi ruang angkasa, kekuasaan Allah dapat ditemukan. Ayat ini bisa dikatakan, mengabarkan masa depan manusia yang mampu menembus dan menjelajah ruang agkasa.
 
Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Semua fenomena alam adalah mukjizat Allah Swt dan tanda kebesaran dan keagunganNya.
2.Manusia yang lalai, suatu hari bisa sadar dan menerima kebenaran. Namun mereka yang keras kepala tidak akan menerima kebenaran.
 
Ayat ke 106
 
┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å Ïú┘Ä┘â┘ÆÏ½┘ÄÏ▒┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘ÅÏ┤┘ÆÏ▒┘É┘â┘Å┘ê┘å┘Ä (106)
 
Artinya:
Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).(12: 106)
 
Ayat ini masih berhubungan dengan ayat sebelumnya dan ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. Ayat ini menyatakan, bukan hanya sebagian besar manusia tidak beriman, tetapi mereka yang beriman pun imannya tidak tulus dan akidahnya tidak sempurna. Mereka ini meski menyembah Allah Swt namun juga masih mempercayai kekuatan lain dalam menyelesaikan segala urusannya. Artinya,mereka menyembah Allah Swt, namun untuk urusan kehidupannya dia menyerahkannya kepada kekuatan lain.
 
Imam Redhaas ketika menafsirkan ayat ini berkata, maksud dari syirik dalam ayat ini bukanlah penyembahan berhala, akan tetapi penyerahan urusan kepada selain Allah Swt.Diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa beliau berkata, "Syirik pada diri manusia lebih tersembunyi dari semut hitam yang bergerak di batu hitam pada malam hari yang gelap gulita."
 
Dari ayat tadi terdapat duapelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Keimanan bertingkat-tingkat. Iman yang murni sangatlah sedikit.
2.Syirik juga mempunyai tingkatan, mulai dari syirik nyata yaitu penyembahan selain Allah hingga syirik tersembunyi yang tidak disadari oleh manusia. Untuk menghindari syirik ini kita harus berlindung pada Allah Swt.
Sejenak Bersama Al-Quran: Parameter dan Batasan Pertemanan
Parameter dan Batasan Pertemanan
 
Allah Swt berfirman:
 
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. at-Taubah: 31)
 
Ahbar dalam ayat ini berarti ilmuwan merupakan bentuk plural dari kata Hibr. Sementara kata Ruhban merupakan bentuk plural dari Rahib yang berarti orang yang meninggalkan dunia. Kedua kelompok manusia ini dengan segala kesuciannya hanyalah hamba Allah dan bukan sesembahan.
 
Imam Shadiq as berkata, "Ahli Kitab tidak melakukan sembahyang dan puasa untuk ulamanya, tapi ulama mereka menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal lalu masyarakat mengikuti perbuatannya."[1]
 
Ketaatan mutlak kepada orang lain merupakan model lain penyembahan kepada mereka. Untuk itu Imam Shadiq as berkata, "Man Atha'a Rajulan fi Ma'shiyah Allah Faqad ÔÇÿAbadahu... Barangsiapa yang menaati seseorang dalam maksiat berarti ia telah menyembahnya."[2]
 
Dengan demikian, cinta, pertemanan dan ketaatan harus memiliki batasan. Setiap sistem, qutub (maqam dalam irfan), mursyid (guru dalam irfan), aturan organisasi dan partai dan yang lainnya bila sumbernya tidak berasal dari wahyu dan perintah Allah, maka itu guluw atau berlebih-lebihan. Begitu juga bila bersikap guluw kepada para nabi seperti menyembah sebagian dari mereka atau menyebut mereka sebagai anak-anak Allah. Karena itu sudah menjadi kesyirikan.
 
Sumber: Mohsen Qarati, Daghayeghi ba Quran, Tehran, Markaz Farhanggi Darsha-i az Quran, 1388 Hs, cet 1.