کمالوندی

کمالوندی

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran menyatakan penyesalannya atas bentrokan berdarah terbaru di timur Provinsi Gorno-Badakhshan Tajikistan yang menewaskan puluhan orang.

"Kami berharap peristiwa terbaru di Provinsi Badakhshan Tajikistan akan segera berakhir dan keamanan serta perdamaian akan berlanjut di wilayah tersebut," kata Ramin Mehmanparast pada Ahad (19/7).

Dinas Keamanan Tajikistan pada Selasa mengeluarkan pernyataan bahwa sedikitnya 12 tentara pemerintah dan 30 gerilyawan tewas dalam bentrokan dekat kota Khorog di kawasan Badakhshan. Pertempuran dilaporkan terjadi di empat daerah di kota tersebut.

Pada Rabu, pemerintah Tajikistan menyatakan gencatan senjata untuk memungkinkan negosiasi antara Menteri Pertahanan Sherali Khayrulloyev dan delegasi dari kota Khorog.

Insiden berdarah tersebut merupakan kekerasan terburuk di Tajikistan sejak 2010.

Provinsi otonom Gorno-Badakhshan adalah wilayah pegunungan yang berbatasan dengan Afghanistan, Cina, dan Kyrgyzstan.

Media-media Barat gencar melakukan propaganda terhadap pemerintah Suriah dan habis-habisan mendukung upaya Barat untuk menumbangkan Presiden Bashar al-Assad.

Namun faktanya, Suriah sedang berjuang untuk mencegah penaklukan, eksploitasi, dan kontrol oleh Barat. Rakyat Suriah berjuang untuk tetap bebas dari campur tangan dan dikte Barat.

Sementara Amerika Serikat tidak mentolerir pemerintah yang tidak dapat dikontrol dan dikendalikan. Mereka ingin menggantikannya dengan rezim boneka dan tunduk pada kebijakan Washington. Hingga sekarang belum bisa diprediksi apakah Assad dapat bertahan dan menang. Rakyat Suriah memiliki peran dominan dalam menentukan masa depan negaranya tanpa intervensi asing.

Konflik terus berlanjut dan Barat semakin meningkatkan tekanannya terhadap Suriah sehingga negara Arab ini lebih cepat menyusul Afganistan, Irak dan Libya. Sebelumnya, Suriah tampak tenang dan damai sampai AS menciptakan kekacauan di negara itu pada tahun lalu. Kekerasan, pembunuhan massal dan penggulingan sebuah rezim adalah cara AS untuk mewujudkan ambisinya.

Konflik Suriah bukanlah sebuah pemberontakan, revolusi atau perang sipil, tapi sebuah kekacauan yang sengaja diciptakan oleh AS untuk mempertahankan hegemoninya di kawasan Timur Tengah dan menjamin keamanan rezim Zionis Israel. Washington mengatur segalanya dan tangan-tangan berlumuran darah mengontrol konflik di Suriah.

Akhir dari setiap strategi Barat adalah menyerukan perang penuh dan agresi militer jika metode lain gagal. AS akan melegalkan segala cara untuk mencapai ambisinya, termasuk memanfaatkan Al Qaeda sebagai pejuang sekutu. Mereka membantu merusak Libya dan melancarkan perang berdarah di Suriah. Al Qaeda akan digunakan selama diperlukan.

Klaim tentang destabilisasi Suriah dan Assad telah melarikan diri dari negara itu sengaja diciptakan. Perang propaganda mencoba untuk mengimbangi kegagalan militer. Dalam konfrontasi melawan pemberontak, pasukan Suriah secara konsisten menang.

Washington berkomitmen untuk membantu pemberontak Suriah. Menteri Pertahanan AS Leon Panetta bahkan mendesak tindakan internasional yang lebih agresif. AS sudah sampai pada kesimpulan bahwa diplomasi multilateral dan tekanan non-militer, dengan sendirinya tidak akan memaksa Assad untuk mundur atau memastikan bahwa kepentingan AS di Suriah dan kawasan akan terjamin.

Cara termudah bagi Barat untuk menghancurkan independensi Suriah adalah meloloskan resolusi di Dewan Keamanan PBB untuk menciptakan zona larangan terbang dan kampanye militer. Namun, jalan ini telah diblok oleh perlawanan yang gigih dari Rusia dan Cina.

Metode lain adalah membentuk sebuah koalisi dari luar PBB dan menyerukan serangan militer ke Suriah, seperti yang dilakukan dalam kasus Serbia dan Irak. Akan tetapi, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan kembali dukungan Rusia untuk Suriah, metode ini menimbulkan risiko pembalasan oleh Rusia dan Cina dengan cara yang mungkin sangat menyakitkan. Oleh karena itu, Barat mencari strategi lain seperti operasi rahasia dan serangan terorisme, termasuk penyusupan pasukan khusus dan aksi spionase. (IRIB Indonesia/RM/NA)

Perdana Menteri Palestina pilihan rakyat, Ismail Haniyah menyebut lawatan pertamanya ke Kairo pasca kemenangan Muhammad Mursi di pilpres Mesir sebagai lawatan bersejarah dan membawa hasil positif.

Haniyah saat diwawancarai Koran Palestine menandaskan, pertemuannya dengan Presiden baru Mesir, Muhammad Mursi adalah pertemuan bersejarah serta menunjukkan dukungan warga dan pemerintah Mesir terhadap bangsa Palestina. Lawatan Haniyah ke Kairo dan pertemuannya dengan Mursi setelah tumbangnya rezim Hosni Mubarak bukan hanya sangat penting bagi warga Palestina, namun juga bagi rakyat Mesir sendiri.

Bangsa Palestina selanjutnya tidak menganggap Mesir sebagai negara yang mendukung penuh Israel dan bekerja demi rezim ilegal ini. Di sisi lain, warga Mesir sendiri telah menyaksikan perubahan sejati di kebijakan luar negeri negaranya yang mulai menjahui Israel dan mendukung bangsa Palestina.

 

Pujian Haniyah Terhadap Bangsa Mesir

Perdana Menteri Palestina pilihan rakyat, Ismail Haniyah memuji sikap pemerintah baru Mesir dan rakyat negara ini dalam mendukung masalah Palestina.

Seperti dilaporkan situs Palestine online, Ismail Haniyah yang saat ini berada di Kairo Jum'at (27/7) di sebuah pidatonya saat shalat Jum'at di Masjid Raja Faisal bin Abdul Aziz mengingatkan pengorbanan besar rakyat Mesir dalam membela Jalur Gaza dan isu Palestina. Ia pun menyampaikan penghargaannya atas dukungan penuh rakyat Mesir terhadap masalah Palestina serta Islam.

Haniyah di pidatonya menyampaikan rasa optimis atas masa depan dan pembebasan Masjidil Aqsa. Sementara itu, jamaah shalat Jum'at Mesir meneriakkan takbir dan yel-yel membela Masjidil Aqsa serta bangsa Palestina.

 

Hasil Pertemuan Haniyah dengan Mursi

Di pertemuan antara Haniyah dan Mursi dibicarakan sejumlah isu penting seperti blokade Jalur Gaza, pencabutan kebijakan pengusiran warga Palestina dari Mesir serta bantuan untuk meringankan penderitaan bangsa Palestina.

Setelah enam tahun dari blokade Jalur Gaza, Ismail Haniya dan Muhammad Mursi sepakat jam pembukaan jalur penyeberangan Rafah akan berlangsung selama 12 jam, mulai pukul sembilan pagi hingga sembilan malam. Selain itu, tidak ada lagi pembatasan jumlah mereka yang akan menyeberangi jalur ini. Tak hanya itu, mereka yang sebelumnya tercantum dalam list orang yang dicekal bepergian ke Mesir akan dikaji ulang dan 60 persen dari total nama-nama di list hitam tersebut dicoret.

Kebijakan pengusiran warga Palestina dari Mesir juga merupakan kesepakan penting lain dari pertemuan ini. Berdasarkan kesepakatan ini, warga Palestina yang tidak memiliki catatan kriminal dapat tinggal di Mesir selama 72 jam. Masih terdapat kesepakatan lain dari pembicaraan antara Haniyah dan Mursi. Penyaluran bantuan kemanusiaan kepada rakyat Gaza untuk mengurangi penderitaan mereka. Pemerintah Mesir berjanji akan melakukan langkah-langkah penting untuk mempermudah pengiriman bahan bakar guna meringankan beban warga Gaza yang tidak mendapat aliran listrik.

 

Lawatan Haniyah ke Kairo dan hasilnya dapat dicermati sebagai keterkucilan rezim Zionis Israel akibat kebangkitan Islam. Masalah ini sangat penting mengingat apa yang terjadi di Mesir sangat kontras dengan era Mubarak. Di era Mubara rakyat Mesir kerap bentrok dengan pemerintahannya sendiri. Banyak kebijakan pemerintah yang ditentang warga. Namun Mesir baru kondisinya 180 derajat berbeda. Kini antara warga dan pemerintah baru memiliki kesamaan visi dalam mendukung bangsa Palestina.

Kesepakatan antara Haniyah dan Mursi di hari-hari pertama tugas presiden dari kubu Islam ini menunjukkan bahwa hubungan mendatang antara Mesir dan Palestina memiliki prospek cerah.

 

Sikap Media Barat Atas Pertemuan Mursi dan Haniyah

Sebuah harian Amerika Serikat menilai pertemuan antara Presiden Mesir, Muhammad Mursi dan Perdana Menteri Palestina pilihan rakyat, Ismail Haniyah sebagai perubahan sikap Kairo terhadap Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas).

Menurut laporan Koran Chicago Tribune, pertemuan Mursi dan Haniyah di Kairo mengindikasikan bahwa sikap Mesir terhadap Hamas pasca terpilihnya presiden dari kubu Ikhwanul Muslimin mengalami perubahan.

Koran ini menulis, di era rezim terguling Mesir, hubungan antara pemerintahan Hosni Mubarak dengan Hamas senantiasa diwarnai ketegangan dan permusuhan.

Seperti dilaporkan Chicago Tribune, Ismail Haniyah yang melawat Kairo bertemu dengan Mursi dan membicarakan upaya Mesir untuk mengakhiri blokade di Jalur Gaza.

Murad Muwafi, kepala dinas intelijen Mesir juga menjanjikan bahwa petinggi Mesir akan memikirkan langkah-langkah guna mengirim bantuan bahan bakar kepada warga Gaza melalui Mesir. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan warga Gaza yang kekurangan pasokan listrik. (IRIB Indonesia/MF)

Proses pembersihan berbagai wilayah Suriah dari kehadiran kelompok-kelompok pemberontak terus berlanjut. Akibatnya banyak pemimpin kelompok teroris yang tewas dalam bentrokan dengan militer Suriah.

Reporter Fars News dari Damaskus menyebutkan, pihak militer dan pasukan keamanan Suriah mengumumkan pembersihan wilayah al-Ziyabiyah di Zainabiyah, pinggiran Damaskus, dari keberadaan kelompok teroris. Warga setempat juga membantu aparat dan bahkan banyak teroris yang tewas.

Sementara itu warga di wilayah kap Yarmuk menyatakan rutinitas di kamp ini telah kembali normal dan situasi tenang, meski sejumlah sumber pemberitaan tendensius mengklaim kamp ini tidak aman. Menurut keterangan warga, saat ini militer Suriah sedang merebut kembali kontrol dan mengamankan berbagai wilayah.

Pelaku kerusuhan dan eksekutor program-program internvensif Barat, Israel dan sejumlah rezim despotik Arab itu sudah jelas identitas dan tujuan mereka. Sebagai contoh, Jumat malam (27/7) kelompok teroris menculik imam shalat jamaah di masjid Aminah di wilayah Saif ad-Daulah, dan mengeksekusinya di hadapan puluhan jemaah shalat. Aksi kelompok-kelompok bersenjata mengeksekusi warga Suriah seperti itu adalah untuk menakut-nakuti warga agar tidak bekerjasama dengan pemerintah.

Sabtu dini hari (28/7), empat tentara Suriah tewas dalam bentrokan di kawasan al-Hamdaniyah ketika mereka sedang beroperasi. Namun di sisi lain militer Suriah berhasil mencegah penyusupan kelompok teroris ke wilayah Mahathah Baghdad. Banyak teroris yang tewas dalam insiden tersebut.

Di Aleppo, kelompok teroris merusak jembatan al-Hajj dan membakarnya. Kelompok teroris juga menculik Ketua Kantor Imigrasi Aleppo, Kolonoel Karim al-Karim, perwira di bandara internasional Aleppo ketika sedang dalam perjalanan pulang dari tempat kerja.

Di Idlib, bentrokan sengit antara militer Suriah dan kelompok bersenjata di wilayah Daarah Ezzah menuju Alleppo, setelah para teroris membunuh warga sipil secara acak untuk menakut-nakuti mereka.

Gelombang bentrokan terbaru antara pasukan keamanan Suriah dan kelompok bersenjata dukungan Barat dan sejumlah rezim diktator Arab itu terjadi pasca Barat menyeru Presiden Bashar al-Assad untuk mundur.

kelompok-kelompok bersenjata melancarkan serangan massif ke Damaskus secara serentak untuk mengurangi tekanan militer Suriah di sejumlah wilayah seperti Homs dan Aleppo. Mereka meledakkan bom yang merenggut nyawa warga sipil dan sejumlah pejabat tinggi Suriah termasuk menteri pertahanan Suriah.

Pada 23 Juli lalu, para menteri luar negeri negara-negara anggota Liga Arab juga mendesak Assad mundur dalam pertemuan darurat mereka di Qatar.

Rabu (25/7) Duta Besar Suriah untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ibrahim Ja'fari mengecam intervensi Amerika Serikat, Perancis, Qatar, dan Arab Saudi dalam urusan internal Damaskus dan menyatakan, "Warga di negara saya sedang berusaha membebaskan diri dari kelompok-kelompok ekstrim, pemikiran wahabi dan salafi, serta dari petro-dollar Arab Saudi dan Qatar yang dibelanjakan untuk menyulut api fitnah di Suriah."(IRIB Indonesia/MZ)

Minggu, 29 Juli 2012 05:59

PM Mesir Tunda Pengumuman Kabinet Baru

Perdana menteri baru Mesir menunda pengumuman kabinet baru hingga Kamis depan.

Hisham Qandil mengatakan, pihaknya akan mengumumkan kabinetnya pada Kamis. Demikian AFP mengutip kantor berita resmi Mesir, MENA, melaporkan, Sabtu (28/7).

Ia telah berkonsultasi dengan para calon sejak Presiden Muhamad Mursi menunjuknya sebagai perdana menteri baru pada pekan lalu.

Kabinet baru akan menggantikan kabinet sebelumnya yang ditunjuk oleh para jenderal dari Dewan Tinggi Angkatan Bersenjata Mesir (SCAF) yang mengambil alih kekuasaan pada Februari 2011.

Lebih lanjut, Qandil menandaskan bahwa ia akan memilih menteri berdasarkan kompetensi mereka dan mungkin akan menyertakan banyak dari kalangan teknokrat di pemerintahannya.(IRIB Indonesia/RA)

Mantan Menteri Rezim Zionis Israel urusan Militer Shaul Mofaz memperingatkan bencana jika Tel Aviv menyerang fasilitas nuklir Republik Islam Iran.

"Kita perlu bertanya kepada diri sendiri... dengan dua pertanyaan," kata Mofaz dalam sebuah wawancara dengan Channel 2 televisi Israel, Sabtu (28/7).

"Apakah serangan dini Israel akan mengubah strategis Iran mengenai program nuklir. Jawaban saya adalah tidak," imbuhnya.

Lebih lanjut Mofaz mengatakan, "Pertanyaan kedua, akankah serangan Israel, dalam kondisi saat ini dan dalam situasi yang ada di Timur Tengah, akan menimbulkan perang? Jawaban saya adalah kemungkinan itu sangat besar."

Pemimpin Partai Kadima tersebut juga mengkritik Perdana Menteri Rezim Zionis Benyamin Netanyahu atas sikapnya yang manipulatif terkait nuklir Iran dengan mengatakan bahwa nuklir Tehran mengancam eksistensi Israel.

AS dan Israel berulang kali mengancam Iran dengan serangan militer untuk memaksa Tehran menghentikan program nuklir yang diklaim mereka telah diselewengkan ke tujuan militer.

Iran membantah tuduhan tersebut dan menyatakan, sebagai penandatangan Traktat Non-Proiferasi Nuklir (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Tehran berhak mendayagunakan energi nuklir untuk tujuan damai.

Israel secara luas dikenal sebagai satu-satunya pemilik senjata nuklir di Timur Tengah dan menyimpan 200 hingga 300 hulu ledak nuklir di gudang persenjataannya. (IRIB Indonesia/RA/PH)

Di hari kedelapan bulan Ramadhan kita membaca:

 

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فِيهِ رَحْمَةَ الْأَيْتَامِ وَ إِطْعَامَ الطَّعَامِ وَ إِفْشَاءَ السَّلامِ وَ صُحْبَةَ الْكِرَامِ بِطَوْلِكَ يَا مَلْجَأَ الْآمِلِينَ

Allahummar Zuqni Fiihi Rahmatal Aytaam wa Ith'aamat Tha'aam wa Ifsyaas Salaam wa Shuhbatal Kiraam Bithoulika Yaa Maljal Aamiliin

Ya Allah...

Berilah aku rezeki berupa kasih sayang terhadap anak yatim dan pemberian makan dan penyebaran salam dan pergaulan dengan orang-orang mulia, dengan kemuliaan-Mu. Wahai tempat berlindung bagi orang-orang yang berharap. (klik file suara di sini)

Dalam doa hari kedelapan bulan Ramadhan ada empat tema penting; menyayangi anak yatim, memberi makan, menyebarkan salam dan bergaul dengan orang baik. Doa hari kedelapan ini ini menekankan pentingnya menyayangi anak yatim.

 

Menyayangi anak yatim

Anak yatim sangat membutuhkan kasih sayang. Karena kasih sayang setidaknya dapat memenuhi kesedihan akibat kehilangan orang tua. Itulah mengapa Islam sangat menganjurkan umat Islam untuk menyayangi mereka sama seperti anaknya sendiri. Tak syak mereka yang tidak memperhatikan kewajiban manusiawi ini bakal mendapat kemurkaan Allah Swt.

Rasulullah Saw bersabda, "Rumah yang paling baik adalah rumah yang penghuninya menghormati anak yatim."

Imam Ali as berkata, "Allah, Allah dengan anak yatim. Jangan sampai mereka terkadang kenyang dan terkadang kelaparan serta kehilangan hak-haknya." (Furu' al-Kafi, jilid 7, hal 51)

 

Pahala mengasuh anak yatim

1. Surga

Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang mengasuh anak yatim, sehingga segala kebutuhannya terpenuhi, maka Allah mewajibkan surga untuknya." Bihar al-Anwar, jilid 75, hal 51)

2. Bersama Rasulullah

Rasulullah Saw bersabda, "Aku bersama orang yang mengasuh anak yatim, seperti dua jari akan bersama-sama di surga." (Mizan al-Hikmah, hadis 22582)

3. Mendapat rahmat Allah

Imam Shadiq as berkata, "Seseorang yang ingin mendapat rahmat Allah dan masuk ke surga ..., hendaknya ia bersikap penuh kasih sayang terhadap anak yatim." (Amali as-Shaduq, hal 318, majelis 61, hadis 15)

4. Mendapat pahala berlipat ganda

Imam Ali as berkata, "Seorang mukmin dan mukminah yang mengusap kepala anak yatim, maka Allah Swt akan memberi pahala kepadanya sesuai dengan jumlah rambut yang diusapnya." (Tsawab al-A'mal, hal 237)

5. Melembutkan hati dan mengabulkan keinginan

Rasulullah Saw bersabda, "Apakah kalian suka hati kalian lembut dan keinginan kalian dikabulkan?" Beliau kemudian bersabda, "Sayangilah anak yatim, dengan penuh kasih sayang usaplah tangan kalian di atas kepalanya dan memberi anak yatim seperti yang engkau makan. Bila tiga hal ini kalian lakukan, maka hati kalian akan lembut dan keinginan kalian dikabulkan." (Kanz al-Ummal, jilid 3, hal 169, hadis 6002)

 

Pahala menenangkan anak yatim

Begitu pentingnya keresahan anak yatim bagi Rasulullah Saw, sehingga beliau bersabda, "... Kapan saja seorang anak yatim menangis, maka air matanya akan terjatuh di telapak tangan Allah Yang Maha Pengasih, maka Allah Swt akan berfirman, "Siapa yang membuat anak yatim, yang ayahnya telah diletakkan di bawah tanah, ini menangis? Barangsiapa yang menenangkan anak ini, maka surga sebagai balasannya." (Tafsir Fakhr ar-Razi, jilid 31, hal 220)

Dalam hadis lain Rasulullah Saw bersabda, "Ketika seorang anak yatim menangis, maka Arsy Allah bergetar. Kemudian Allah Swt berkata kepada para malaikat, "Wahai para malaikat-Ku! Siapa yang membuat anak yang ayahnya telah dikuburkan ini menangis?" Para malaikat berkata, "Wahai Allah, Engkau lebih mengetahui." Allah Swt berfirman, "Wahai para malaikat-Ku! Aku bersumpah, bahwa siapa saja yang dapat menenangkan tangisannya dan membuat hatinya gembira, maka di Hari Kiamat nanti Aku akan membuatnya gembira." (Tafsir Majma' al-Bayan, jilid 10, hal 606) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Senin (18/6) pada acara peringatan Hari Raya Bi'tsah atau Hari Kenabian Rasulullah Saw yang dihadiri oleh para pejabat tinggi negara dan perwakilan negara-negara Islam serta keluarga para syuhada, mengatakan, "Di antara sekian banyak percikan cahaya kenabian, umat manusia saat ini sangat memerlukan dua hal yaitu, membangkitkan pemikiran dan menempa akhlak."

Seraya menyampaikan ucapan selamat kepada rakyat Iran dan umat Islam atas tibanya hari besar pengangkatan Rasulullah Muhammad Saw sebagai Nabi, Rahbar menandaskan, kecenderungan berbagai bangsa Muslim yang dengan penuh semangat mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw menunjukkan bahwa bangsa-bangsa yang sudah mengenyam banyak pendidikan ini menyadari, tidak ada satu pun ideologi materialis Barat dan Timur yang bisa memenuhi tuntutan dan kebutuhan hakiki umat manusia. Tak ada yang bisa membawa umat manusia kepada kesejahteraan dan kemajuan hakiki kecuali ajaran kenabian.

Ayatullah Khamenei menyatakan bahwa faktor yang melahirkan berbagai masalah di tengah umat manusia adalah keterasingan mereka dari dua hal utama yang diajarkan oleh nabi. Dua hal itu adalah pemikiran dan penyucian jiwa. Rahbar menambahkan, keterbebasan manusia dari seluruh belenggu dan kelemahan akhlak adalah tujuan dan misi agung para nabi. Dengan terwujudnya dua hal itu, maka pintu bagi teratasinya kesulitan utama umat manusia akan terbuka lebar.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menekankan bahwa salah satu misi utama kenabian adalah menghidupkan kekuatan logika dan pemikiran. Rahbar mengatakan, "Umat manusia hari ini sangat memerlukan pemikiran, logika, nalar, dan pencarian solusi untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan yang mengepung bangsa-bangsa di dunia dari segala penjuru."

Menyinggung sepak terjang kekuatan adidaya dunia dalam menebar maut dan kezaliman secara terang-terangan di sejumlah negara kawasan Timur Tengah, Rahbar mengungkapkan, "Dalam perspektif kaum arogan dunia, tak ada tempat bagi manusia. Masyarakat dunia juga sudah menyaksikan bagaimana negara-negara Barat menyelesaikan krisis ekonomi yang menerpa mereka. Kekuatan adidaya dunia hanya berpikir menyelesaikan masalah dan kesulitan sistem perbankan, kartel-kartel ekonomi dan para pemilik modal, bukan mengatasi kesulitan rakyat."

Ayatullah Khamenei kembali menyeru bangsa-bangsa di dunia untuk merenungkan dan memikirkan fenomena yang tampak di depan mata ini. Beliau mengingatkan, akar dari semua masalah ini adalah kekuasaan sistem hegemoni di dunia dan keberadaan dua kutub, majikan dan budak. Jalan penyelesaiannya adalah dengan mengeluarkan bangsa-bangsa ini dari hegemoni atau kekuasaan pihak lain.

Mengenai revolusi bangsa-bangsa di kawasan dan upaya tiada henti dari kubu adidaya untuk mengendalikan dan menyimpangkan gerakan rakyat ini, Ayatullah Khamenei menegaskan, bangsa-bangsa ini hendaknya tetap resisten dengan mengandalkan kekuatan pikiran dan logika pemberian Allah Swt serta percaya akan kebenaran janji pertolongan Ilahi. Dengan terus melanjutkan perjuangan yang gigih melawan kubu hegemoni, mereka akan mengukir kemenangan.

Rahbar menyebut harga diri dan kebesaran bangsa Iran sebagai hasil dari resistensi dan perjuangan bangsa ini. Menyinggung kebersamaan kubu arogansi dalam melawan Republik Islam Iran, Rahbar menambahkan, "Dalam 33 tahun ini, bangsa Iran selalu menjadi sasaran konspirasi dan tipu daya kubu arogansi dunia. Dengan cara itu, mereka berusaha mencegah bangsa Iran menjadi teladan resistensi dan kemajuan bagi bangsa-bangsa lain. Berkat inayah Allah Swt, kali ini pun semua upaya musuh untuk mengeluarkan bangsa Iran dari arena juga akan gagal."

Menurut Rahbar, janji Allah Swt hanya akan didapat lewat usaha, tindakan dan kesiapan menerjang bahaya. Dengan menyebutkan sejumlah ayat al-Quran, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Menjadi mukmin saja tidak meniscayakan terlaksananya janji Allah Swt. Karena itu, diperlukan perjuangan dan kesabaran." Mengenai musuh-musuh Republik Islam, Rahbar menegaskan, "Mereka semestinya mengambil pelajaran dari kegagalan-kegagalan masa lalu dalam menghadapi bangsa Iran. Mereka harus sadar bahwa kesombongan, keangkuhan, dan ambisi yang tidak pada tempatnya tidak akan membuat mereka unggul dalam menghadapi bangsa yang memperoleh ajaran resistensi dan persatuan dari al-Quran dan sudah mengenal dirinya."

Menyinggung upaya tanpa henti kaum arogan dunia untuk menunggangi dan mendistorsi revolusi bangsa-bangsa di kawasan, Rahbar menegaskan, "Dengan berbekal khazanah yang dianugerahkan oleh Allah Swt, akal dan pikiran, itikad baik, serta janji pertolongan dari Allah Swt, bangsa-bangsa dapat mandiri dan menentukan masa depan mereka dengan resistensi melawan para penjajah."

Berbicara tentang skenario musuh-musuh Islam dalam mengadu domba antara Sunni dan Syiah, Ayatullah Khamenei menyebut persatuan Islam sebagai kebutuhan mendesak Dunia Islam saat ini. Seraya mengkritik keras sejumlah kalangan yang terus menerus menebar perpecahan, Rahbar menandaskan, "Orang-orang yang tidak menerima Islam dan sama sekali tidak tahu menahu soal Syiah dan Sunni, justru bertindak memenuhi keinginan dinas-dinas intelijen kubu hegemoni dengan mengaku khawatir akan penyebaran Syiah. Dengan cara itu, mereka menyulut api perselisihan."

Di bagian akhir pembicaraannya, Rahbar mengimbau bangsa-bangsa Muslim untuk menggunakan nalar dan logika yang benar serta memupuk persatuan dan resistensi. Beliau menyatakan bahwa dengan inayah Allah Swt, umat Islam akan mengalahkan musuh-musuhnya dan akan berhasil mewujudkan misi dari pengutusan Nabi Saw.

Di awal pertemuan yang dihadiri oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad, ketua parlemen, ketua Badan Yudikatif dan ketua Dewan Penentu Kebijaksanaan Negara itu, Ahmadinejad dalam kata sambutannya menyampaikan ucapan selamat atas tibanya peringatan Hari Raya Bi'tsah Nabi Muhammad Saw dan mengatakan, "Hari ini kebutuhan umat manusia kepada ajaran Ilahi dan pesan kenabian Rasulullah Saw semakin terasa."

Pada kesempatan itu, Ahmadinejad menyinggung ketidakmampuan kekuatan-kekuatan materi dalam menjawab tuntutan umat manusia. Dia menambahkan, "Berdasarkan janji Ilahi dan berkat kebijakan dan perjuangan bangsa-bangsa di dunia, kekuasaan kubu arogansi dan Zionis pasti akan berakhir dan jalan untuk mewujudkan perdamaian, kedamaian, kebahagiaan dan kemajuan umat manusia akan terbuka lebar."(IRIB Indonesia)

Revolusi Islam dan Ilmu Sosial

Tiga puluh tiga tahun yang lalu sebuah revolusi berbasis agama meletus di kawasan Timur Tengah. Para ilmuwan sosial terperangah. Heran. Tidak percaya. Terlalu sulit memercayai adanya seorang sosok ulama tua memimpin gerakan rakyat menggulingkan sebuah rezim kuat dukungan Barat. Ketika itu, bahkan hingga kini, teramat sedikit pemikir sosial yang percaya bahwa kekuatan sosial berbasis agama bisa menumbangkan kekuasaan monarki berusia ribuan tahun. Dari yang sedikit itu, Foucault tampil nyaring berbicara berbeda dari mainstream pemikir sosial era itu.

Pemikir Perancis ini menyinggung adanya sebuah sistem sosial baru yang mampu resisten menghadapi derasnya modernisme Iran yang digagas secara belum tuntas oleh Reza Shah. Tokoh posmoderisme ini, memotret kedekatan erat antara rakyat dan seorang agamawan kharismatik sebagai bangunan ikatan sosial model baru di Iran pasca Revolusi Islam. "Keperibadian Khomeini mampu meruntuhkan legenda Dinasti Pahlevi. Tidak ada pemimpin negara dan politik, meski mereka mendapat dukungan penuh media, yang berani mengklaim bahwa rakyatnya memiliki hubungan emosional yang begitu tinggi seperti ikatan yang terjalin antara Khomeini dengan rakyat Iran," tutur Foucault lebih dari tiga dekade silam.

Kini, setelah berlalu lebih dari tiga dekade, ilmu sosial mainstream tetap saja masih begitu sulit menerima eksistensi sistem sosial baru yang berjalan dan diterapkan di Iran selama ini.

Tampaknya, ilmu sosial mainstream masih gamang mengakui Islam sebagai sistem alternatif. Misalnya, dalam disiplin ilmu ekonomi, para pemikir masih saja meletakkan frame dualisme Kapitalisme-Sosialisme ketika membaca sistem ekonomi politik sebuah negara Islam semacam Iran. Mereka melihat model perekonomian Islam di Iran sebagai penerapan sistem ekonomi campuran antara dua mainstream besar dunia itu. "Sebuah kombinasi antara sistem Kapitalisme (Liberalisme ekonomi) dan Sosialisme yang mencoba diharmoniskan dengan aturan syariah Islam," tutur seorang alumnus sebuah universitas terkemuka di negara Barat, yang saya temui di Tehran.

 

Quo Vadis Ilmu Sosial Modern

Lalu mengapa bisa terjadi demikian. Pertama, keberadaan Iran sebagai negara berbasis agama masih belum bisa diterima sebagai sebuah sistem sosial, ekonomi dan politik yang bisa dipertanggungjawabkan secara intelektual. Kedua, minimnya literatur yang menjelaskan masalah yang terjadi di Iran dari pendekatan ilmu sosial modern.

Ketiga, adanya vested interest yang sangat besar di dalam ilmu sosial sendiri. Benar kata Foucault, kekuasaan dan pengetahuan itu seperti dua gambar dalam sebuah mata uang. Selalu ada efek kuasa dan pengetahuan. Dan begitu sebaliknya. Teori sosial yang berlawanan dengan arus besar sulit untuk bisa berkembang dan mengemuka.

Tampaknya, terjadi apa yang disebut oleh Foucault sebagai klaim kebenaran pengetahuan, yang tidak memberikan ruang bagi yang lain. Mazhab ekonomi politik mainstream, terutama Merkantilisme dan Liberalisme ekonomi di ranah filsafat pengetahuan merupakan bagian dari era modern yang mendorong munculnya peradababan baru dengan dua basis; rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme Rene Descartes dan Empirisisme Francois Bacon menjadi landasan ide yang berkembang pada masa renaisance, dan inilah pendorong munculnya peradababan baru bernama modernisme.

Bagi Foucault, pengetahuan moderen telah menciptakan kebenaran melalui produksi pengetahuan ilmiah yang disebarkan melalui institusi-institusi seperti Universitas, angkatan bersenjata, dan media.

Faktanya, di level disiplin ilmu ekonomi politik (dan ekonomi politik Internasional) hanya berpijak pada tiga pendekatan utama yaitu: Markantilisme, Liberalisme dan Sosialisme. Padahal dalam kasus Iran, (dan mungkin juga negara lain) ketiga pendekatan itu tidak memadai untuk menjelaskan basis ekonomi politik Republik Islam itu.

Di level teori sosial terjadi terjadi reduksi metodologis terhadap realitas sosial, jika memaksakan harus menjelaskan fenomena sistem ekonomi politik Iran dengan tiga pendekatan itu.

Menggunakan salah satu atau campuran dari tiga pendekatan itu jelas akan mereduksi sistem ekonomi politik Islam yang diterapkan di Iran. Sebab, Merkantilisme, Liberalisme ekonomi, dan Marxisme tidak memberikan ruang bagi kebijakan ekonomi politik sebuah negara yang mengambil prinsip nilai-nilai yang yang dianut bangsa Iran, termasuk nilai-nilai agama.

Dalam konsepsi filsafat sosial, ekonomi politik Merkantilisme dan Liberalisme yang dijadikan pijakan hingga saat ini mengadopsi prinsip Unilitarianisme yang menilai manusia ditimbang berdasarkan ukuran kebahagiaan yang diperolehnya. Sebuah tindakan seseorang dikatakan baik, jika mampu meningkatkan kepuasan bagi dirinya. Namun jika tidak, maka harus ditinggalkan. Berdasarkan pandangan ini, kepuasaan berbanding lurus dengan utilitas yang diperolehnya.

Pondasi pemikiran utilitarianisme hanya mempertimbangkan tujuan materil saja. Untuk memenuhi kepuasan puncak, dibentuklah lingkaran sistemik mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi produk dengan pelayanan yang sebaik-baiknya. Pandangan ini, menempatkan ekonomi sebagai tujuan final.

Tidak seperti Merkantilisme, ekonomi politik Islam menilai kekayaan alam seperti logam mulia, minyak hanyalah alat, dan bukan ukuran kesejahteraan maupun kekuasaan sebuah negara tersebut. Mazhab ekonomi politik Islam juga tidak sependapat dengan Merkantilisme yang memandang perekonomian internasional sebagai ajang konflik dari pada kerjasama yang saling menguntungkan.

Menurut Jackson dan Sorensen, dalam bukunya Introduction to International Relations: Theories And Approaches,(2005: 232)Merkantilisme melihat perekonomian internasional sebagai arena zero-sum game. Keuntungan sebuah negara dianggap sebagai kerugian bagi negara lainnya. Teori ini tidak berlaku dalam kebijakan negara yang mengadopsi nilai-nilai Islam seperti Iran. Sebab, keuntungan selain punya sisi nilai kuantitatif, juga mengandung aspek kualitatif. Kedua, keuntungan di satu pihak bisa jadi keuntungan di pihak lain. Ketiga, di sini terjadi pembatasan pada definisi keuatungan hanya pada material saja.

Ketika Benign Mercantilism atau Merkantilisme ramah memandang negara berupaya untuk memelihara kepentingan nasional yang dianggap sebagai unsur penting bagi keamanan dan ketahanan negara. Mazhab ekonomi politik Islam memasukan kepentingan universal kemanusiaan yang berdampingan dengan kepentingan nasional. Ada kepentingan religiusitas maupun keumatan, selain kepentingan nasional belaka.

Bantuan luar negeri Iran terhadap gerakan perlawanan Islam Palestina semacam Hamas dalam kacamata Merkantilisme sebagai upaya Iran meningkatkan pengaruhnya di Palestina. Tentu saja penjelasan dengan kacamata Merkantilisme Ramah itu jelas tidak memadai. Karena ada faktor lain dari tujuan Iran membantu Palestina yaitu dimensi religiusitas dan kemanusian. Bagi Republik Islam membantu Palestina merupakan kepentingan nasional mendukungan terhadap bangsa yang tertindas di dunia yang dijiwai spirit religiusitas.

Merkantilisme yang menggunakan pondasi pemikiran utilitarianisme hanya mempertimbangkan tujuan materil saja. Untuk memenuhi kepuasan puncak, dibentuklah lingkaran sistemik mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi produk dengan pelayanan yang sebaik-baiknya. Pandangan ini, menempatkan ekonomi sebagai tujuan final. Maka, pembangunan ekonomi dijadikan acuan bagi seluruh bidang lainnya.

Melampaui pandangan utilitarianisme, manusia menurut Imam Khomeini adalah makhluk yang memiliki dua dimensi. Di satu sisi, sebagai materi yang memiliki karakter hewani. Sedangkan di lain sisi, merupakan dimensi non materi, spiritual, rasional dan ilahi. Kedua dimensi ini bergradasi; bisa terus tumbuh dan berkembang atau mengalami penurunan. Bersambung (IRIB Indonesia/PH)

 

Perempuan merupakan simbol kasih sayang dan pengabdian. Seorang ibu menyirami keluarga dengan segenap kecintaan. Berkat perempuanlah, terbangun keluarga yang tentram, sehat dan selamat. Selain berperan signifikan dalam keluarga, perempuan juga tampil bersama pria di arena sosial. Salah satu contoh riilnya adalah partisipasi aktif muslimah dalam gerakan kebangkitan Islam di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, yang berhasil menumbangkan rezim despotik. Inilah yang menjadi perhatian lebih dari 1200 orang aktivis perempuan dari berbagai negara dunia. Mereka datang ke Iran untuk berpartisipasi dalam Konferensi Perempuan dan Kebangkitan Islam yang digelar pada 10-11 Juli lalu. Sekitar 70 persen dari mereka dari kalangan ahlusunnah, sedangkan 30 persennya dari Syiah.

Para aktivis muslimah itu bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamanei pada hari Rabu (11/7). Dalam pertemuan tersebut Rahbar menyebut Muslimah sebagai komunitas yang memainkan peran yang tak tergantikan dalam kebangkitan Islam. Seraya menyinggung peran wanita Islam dalam perjuangan, kemenangan dan kelestarian gerakan revolusi Islam di Iran, beliau mengatakan, "Kelestarian gerakan kebangkitan Islam yang penuh berkah ini akan membuahkan kemenangan besar bagi bangsa-bangsa Muslim."

Mengenai konferensi 'Perempuan dan Kebangkitan Islam' di Tehran yang mempertemukan para Muslimah cendekia dan pejuang dari 85 negara, Rahbar menegaskan, pertemuan ini merupakan momentum penting bagi muslimah Dunia Islam untuk saling mengenal. Beliau menambahkan, "Saling kenal dan kerjasama yang sudah terjalin dalam konferensi ini adalah awal bagi upaya untuk menggalang gerakan yang konstruktif demi menghidupkan kembali identitas dan kepribadian Muslimah."

Seraya menyinggung upaya Barat selama seratus tahun terakhir untuk menjauhkan Muslimah dari jati diri keislaman mereka, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, kerja keras kaum Muslimah untuk menghidupkan kembali identitas keislaman ini adalah pengabdian yang terbesar kepada umat Islam. Sebab, merasakan kembali identitas Islam serta kearifan Muslimah akan meninggalkan pengaruh yang sangat besar dalam gerakan kebangkitan Islam dan kemuliaan umat Islam.

Ayatullah Udzma Khamenei menjelaskan pandangan Barat yang cenderung melecehkan wanita, seraya mengatakan, "Orang-orang Barat sesuai budaya mereka, memandang perempuan tak lebih dari sarana dan alat pemuas nafsu bagi kaum pria. Barat mengerahkan semua sarana yang ada untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuan mereka. Semua itu dilakukan dengan membungkusnya dalam kemasan isu kebebasan. Sama halnya dengan aksi pembantaian dan penjarahan kekayaan negara-negara lain, pengerahan tentara dan pemaksaan perang yang mereka lakukan dengan mengangkat slogan yang menarik seperti gerakan menuntut kebebasan, hak asasi manusia dan demokrasi."

Mengenai pandangan Islam yang berseberangan dengan pandangan Barat dalam masalah perempuan, Rahbar menjelaskan, Islam memandang wanita dengan pandangan penuh hormat dan kemuliaan. Islam memandang wanita sebagai faktor kemajuan dan mengakui keutamaan jati diri perempuan.

Beliau menerangkan kondisi Muslimah Iran yang aktif di berbagai ranah keilmuan, politik dan pengelolaan negara. Wanita yang hidup di lingkungan Islami akan mampu mengembangkan potensi diri dan memainkan peran penting di tengah masyarakat dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai perempuan, dan ini adalah satu kebanggaan. Sementara, cara pandang Barat dalam memperlakukan perempuan justeru akan merugikan mereka sendiri.

Islam memandang laki-laki dan perempuan sebagai dua entitas dengan banyak kesamaan karakter insani di antara mereka. Masing-masing memikul beban dan tanggung jawab yang sesuai dengan kondisi fisik mereka demi kelangsungan hidup dan meniti kesempurnaan insani. Perempuan bahkan memiliki peran yang lebih besar dari kaum pria dalam hal keberlanjutan generasi manusia. Rahbar mengungkapkan, "Aturan yang ditentukan Islam dalam masalah keluarga dan pembatasan masalah hubungan seksual harus ditinjau dari kacamata ini."

Ayatullah Udzma Khamenei menyatakan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab Muslimah cendekia di Dunia Islam adalah mengenalkan peran wanita dan pandangan Islam dalam masalah perempuan. Di Iran, dalam sejarah revolusi dan 33 tahun pemerintahan Islam, kaum perempuan memainkan peran yang sangat besar. Beliau menegaskan, "Kaum perempuan memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan sosial, serta gerakan revolusi dan kebangkitan Islam. Sebab, di mana saja kaum perempuan ikut terlibat dalam sebuah gerakan sosial maka dijamin gerakan itu akan berhasil. Hal inilah yang mesti dilaksanakan dan diperkuat dalam perkembangan di Mesir, Libya, Bahrain, Yaman dan negeri-negeri lain di Dunia Islam."

Kebangkitan Islam menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah fenomena menakjubkan yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Dengan menelaah sisi patologinya dan bersikap arif dalam menghadapi ancaman yang bisa mengganjalnya, gerakan ini akan bisa mengubah perjalanan sejarah," imbuh beliau.

Seraya memuji gerakan kebangkitan bangsa-bangsa Muslim di wilayah utara Afrika dan kawasan lainnya, Rahbar menandaskan, "Kubu arogan terutama Amerika Serikat (AS) dan Zionis yang terkejut menyaksikan transformasi ini berusaha keras melumpuhkan atau menunggangi gerakan ini."

Beliau mengingatkan modus kubu arogansi dalam melumpuhkan gerakan kebangkitan Islam ini yang diantaranya dilakukan dengan menyibukkan bangsa-bangsa Muslim dengan isu-isu parsial atau menebar isu perselisihan di antara mereka. Ditekankannya, "Jika bangsa-bangsa Muslim dengan tegas melawan tipudaya ini dan tetap berada di tengah medan, mereka pasti akan berhasil mengalahkan kubu arogansi. Karena, kekuatan pedang kaum arogan akan tumpul di hadapan partisipasi dan keimanan bangsa-bangsa ini."

Menyinggung tipu daya musuh terhadap Republik Islam yang tidak pernah berhenti dalam 33 tahun ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Saat ini Barat terus mengumbar kata-kata tentang sanksi terhadap Iran. Mereka tak menyadari bahwa bangsa Iran sudah mengimunisasi diri menghadapi segala bentuk sanksi setelah diembargo selama 30 tahun." Beliau menambahkan, "Selama tiga dekade ini, bangsa Iran sudah mengorbankan jiwa, harta dan orang-orang yang dikasihi untuk melawan konspirasi dan embargo-embargo ini, sehingga hari ini dibanding 30 tahun yang lalu, kami sudah lebih kuat 100 kali lipat."

Ayatollah al-Udzma Khamenei kembali menyinggung kemajuan Iran dan mengatakan, "Hari ini, kaum Muslimah Iran yang terhormat hadir di semua medan kemajuan dan pembangunan. Kalangan wanita terpelajar Iran menjelma sebagai komunitas yang paling mukmin dan revolusioner di negeri ini di tengah propaganda gencar corong media Barat yang berusaha memutarbalikkan fakta."

Seraya mengingatkan upaya Barat yang berusaha membuat Republik Islam Iran mencabut dukungannya kepada bangsa Palestina, beliau menekankan, "Tanpa mempersoalkan masalah Syiah dan Sunni, kami berdiri berdampingan dengan saudara-saudara Muslim yang lain." Ditambahkannya, "Dengan inayah Allah, bangsa Iran dan Republik Islam Iran akan terus mendampingi rakyat Palestina, bangsa-bangsa yang sudah bangkit, dan siapa saja yang melawan AS dan zionisme. Bangsa Iran akan membela mereka tanpa pernah cemas menghadapi kekuatan manapun." (IRIB Indonesia)