کمالوندی

کمالوندی

 

Sepak terjang pasukan Amerika Serikat dan para agen Dinas Intelijen CIA di Afghanistan, dari sudut pandang hukum pidana internasional patut untuk diselidiki, diusut, dan diadili.

Pembunuhan, penangkapan ilegal, penyiksaan, dan kekerasan fisik terhadap warga sipil Afghanistan, hanyalah sebagian dari kejahatan perang pasukan AS yang bisa disidangkan di Mahkamah Pidana Internasional, ICC. Dakwaan ini diajukan berlandaskan prinsip-prinsip Hukum Humaniter Internasional, HHI, dan isi empat konvensi Jenewa, beserta protokol tambahan yang jaminan pelaksanaannya tercantum dalam Statuta Roma.
 
Proyek agresi militer ke Afghanistan dilakukan pada Oktober 2001. Saat itu, agresi militer AS ke Afghanistan dilancarkan untuk menumpas Al Qaeda dan Taliban, berdasarkan Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB yang menjamin hak membela diri anggota PBB jika diserang. Akan tetapi agresi militer AS itu ternyata hanya menyebabkan puluhan ribu warga sipil Afghanistan tewas, terluka dan terusir dari tempat tinggalnya. Sepak terjang pasukan AS dan ages CIA di Afghanistan, adalah bukti implementasi kebijakan resmi pemerintah Washington, pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini. 
 
Kala itu, Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO menyebut serangan teror mencurigakan 11 September 2001, sebagai serangan bersenjata terhadap negara anggotanya, dan menganggap pengiriman bantuan anggota NATO untuk menghadapi aksi itu sebagai sesuatu yang mendesak. Dukungan NATO ini awalnya dianggap memberikan hasil positif. Di awal agresi militer AS ke Afghanistan, negara ini berhasil dibebaskan dari kontrol dan kekuasaan kelompok Taliban. Akan tetapi hasil ini diperoleh dengan pembunuhan, penangkapan, interogasi, dan penyiksaan sejumlah warga sipil Afghanistan.
 
Menurut data resmi, sekitar 500-600 orang ditangkap dalam operasi yang dilancarkan Departemen Pertahanan AS, Pentagon karena dituduh anggota Al Qaeda atau Taliban. Padahal penangkapan luas ini tidak memenuhi standar apa pun untuk menyaring anggota Al Qaeda dan Taliban dari warga Afghanistan lainnya. Oleh karena itu sejumlah warga sipil Afghanistan ditangkap, dan disiksa karena dituduh sebagai anggota Taliban atau Al Qaeda, padahal bukan. 
 
Kemudian, penangkapan dan penahanan anggota Taliban dan Al Qaeda di penjara AS di Guantanamo dengan dalih keamanan AS dan masyarakat internasional dari serangan mereka di masa depan, menimbulkan masalah baru. Awalnya langkah ini diambil karena diperkirakan bisa membuka kesempatan diadilinya para tahanan di komisi militer dalam kerangka perintah militer Presiden AS. 
 
Akan tetapi di kemudian hari para perwira militer AS menyadari bahwa pengadilan para tahanan melalui cara ini tidak mungkin dilakukan karena tidak adanya bukti yang cukup. Maka dari itu Dephan AS melanggar empat konvensi Jenewa, dengan mengeluarkan perintah penangkapan warga Afghanistan tanpa bukti kejahatan, dan hal itu terus dilakukan selama mereka dianggap sebagai pasukan musuh. Realitasnya banyak warga Afghanistan yang ditangkap AS ternyata terbukti bukan anggota Taliban atau Al Qaeda, dan tidak pernah terlibat dalam perang.
 
Orang-orang yang seharusnya tidak boleh ditahan di penjara Guantanamo dan pangkalan udara AS di Bagram, Afghanistan memiliki hak sipil dalam konflik bersenjata dalam negeri sebagaimana diatur dalam Hukum Humaniter Internasional, HHI dan empat konvensi Jenewa beserta protokol tambahannya. 
 
Akan tetapi kebijakan resmi pemerintah AS dalam masalah ini adalah pelanggaran nyata terhadap ketentuan HHI. Kebijakan ini sejak 20 tahun lalu sampai sekarang terus berlanjut ditandai dengan terjadinya ratusan serangan drone oleh AS terhadap pemukiman warga sipil, acara pernikahan dan acara duka. Dengan memperhatikan berlanjutnya pembunuhan terhadap warga Afghanistan, dan dengan memperhatikan Statuta Roma sebagai dasar dari Mahkamah Pidana Internasional, ICC, maka AS sebenarnya sudah masuk kategori pihak yang melakukan kejahatan perang di Afghanistan.
 
Pembunuhan terhadap warga sipil yang dilakukan AS di Afghanistan, penangkapan luas, penyiksaan dan kekerasan fisik terhadap mereka atas tuduhan yang tak pernah terbukti sebagai anggota Taliban atau Al Qaeda, bertentangan dengan Pasal 3 Konvensi Jenewa terkait perlakuan manusiawi terhadap tawanan perang. 
 
Padahal pemerintah AS dan Afghanistan merupakan penandatangan empat konvensi Jenewa tersebut, dan berkewajiban untuk mematuhinya. Pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa 1949 berdasarkan ketentuan Statuta Roma yang menjadi dasar ICC tahun 1998 dianggap sebagai bentuk kejahatan sehingga pelakunya, termasuk pemberi perintah dan pelaksana kejahatan, bisa diseret ke Mahkamah Pidana Internasional, ICC. Oleh karena itu penyelidikan tentang kejahatan perang AS di Afghanistan sudah dibahas di ICC meski mendapat penentangan Washington.
 
Pakar hukum internasional Iran. Dr. Javad Salehi mengatakan, “Pemerintah Afghanistan sejak tahun 2003 menjadi anggota ICC, dan kejahatan pasukan AS dan anggota CIA dilakukan di dalam wilayah negara ini. Meski AS merupakan negara yang paling gigih menentang ICC, dan sampai sekarang menolak menjadi anggotanya, namun hal ini tidak menghalangi pengusutan kejahatan perang AS, karena Afghanistan, lokasi terjadinya kejahatan AS, adalah anggota ICC. Dengan kata lain kejahatan perang AS di Afghanistan dapat diusut di ICC. 
 
Kondisi ini membuka kesempatan dilaksanakannya proses peradilan terhadap para pelaku kejahatan perang di Afghanistan oleh ICC dengan bersandar pada keabsahan wilayah terjadinya kejahatan. Penyelidikan kejahatan perang yang dilakukan pasukan AS dan agen CIA di Afghanistan merupakan masalah yang sangat penting jika dilihat dari perspektif Hukum Humaniter Internasional, HHI dan kaitannya dengan kebijakan resmi AS.

Menurut Dr. Salehi, kejahatan yang dilakukan AS di Afghanistan dapat disidangkan di pengadilan ICC berdasarkan Pasal 17 dan 53 Statuta Roma. ICC berasaskan Pasal 8 Statuta Roma, berhak menangani kejahatan-kejahatan yang terjadi sepanjang konflik bersenjata internasional atau nasional. Pembunuhan, penangkapan, penyiksaan, penindasan, pemerkosaan dan kekerasan fisik lain terhadap warga sipil Afghanistan yang merupakan bagian dari kebijakan resmi pemerintah AS yang dilakukan pasukan negara itu, dan agen CIA di dalam maupun di luar wilayah Afghanistan, merupakan salah satu alasan utama dilakukannya penyelidikan oleh ICC terkait kondisi Afghanistan.
 
Pada kasus Afghanistan, pelanggaran berulang terhadap Pasal 8 Statuta Roma dalam bentuk perintah mantan Presiden AS George Bush. Dalam kerangka perintah eksekutif ini, penangkapan warga sipil dan teknik-teknik interogasi yang digunakan terhadap mereka, disertai pelanggaran luas atas hukum internasional. Perintah eksekutif ini diumumkan dengan nama “teknik canggih interogasi terhadap tahanan dalam perang melawan terorisme”. Kenyataannya perintah eksekutif George W. Bush ini melanggar banyak sekali Hukum Humaniter Internasional, dan Hukum Pidana Internasional termasuk pelarangan tindak penyiksaan.
 
Teknik interogasi yang diklaim canggih dan terus digunakan pasukan AS selama menduduki Afghanistan itu meliputi banyak cara, di antaranya penggunaan anjing dalam interogasi, memaksa tahanan telanjang, menciptakan kondisi stres dengan cara seperti menggantung kaki tahanan selama empat jam tanpa henti, menjebloskan tahanan ke sel isolasi selama 30 hari, interogasi selama 20 jam, mencegah masuknya cahaya ke kamar tahanan, menenggelamkan tahanan, menempatkan tahanan di bawah air atau udara dingin, melarang tahanan tidur, mengubah jam makan agar para tahanan kelaparan dan cara-cara yang lain. Penggunaan teknik-teknik ini jelas melanggara konvensi-konvensi Hak Asasi Manusia termasuk Konvensi PBB Menentang Penyiksaan,  Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment yang dibuat pada tahun 1984.
 
Komite Palang Merah Internasional, ICRC mengonfirmasi penggunaan teknik-teknik interogasi semacam ini di pangkalan udara AS di Bagram, Afghanistan. Perilaku ini merupakan bukti penyiksaan, pelanggaran terhadap kemanusiaan, dan termasuk kategori pelanggaran atas Pasal 8 Statuta Roma. Perilaku ini oleh Committee against Torture, CAT dianggap sebagai bentuk penyiksaan, tindakan antikemanusiaan, dan pelecehan. Pendapat para anggota CAT turut membantu menyebarluaskan budaya hukum internasional terkait penyiksaan sebagai salah satu kejahatan internasional yang berdampak pada semangat menegakkan keadilan di tubuh ICC.
 
Teknik-teknik interogasi ini digunakan untuk memaksa para tahanan yang banyak dari mereka adalah sipil, untuk mengaku. Akibat penggunaan teknik-teknik interogasi antikemanusiaan semacam ini, lebih dari 200 orang meninggal dunia di penjara AS. Dalam laporan Jaksa Penuntut ICC disebutkan, pasukan AS sedikitnya terlibat dalam 61 kasus penyiksaan, perbuatan jahat, perilaku menindas, dan melanggar martabat kemanusiaan para tahanan di wilayah pemerintah Afghanistan mulai tanggal 1 Mei hingga 31 Desember 2014. 
 
Masalah ini menunjukkan adanya pelanggaran tegas terhadap Hukum Pidana Internasional oleh pemerintah AS di Afghanistan. Dalam rangka melawan kekebalan hukum para pemberi perintah dan pelaku kejahatan ini, Jaksa Penuntut ICC menekankan pentingnya investigasi kejahatan perang AS di Afghanistan.

 

Haji 2021 telah berlangsung di Arab Saudi, di bawah aturan ketat COVID-19 untuk tahun kedua berturut-turut.

Haji dimulai di Arab Saudi pada Sabtu 17 Juli di bawah tindakan pencegahan COVID-19 yang ketat. Ini merupakan tahun kedua berturut-turut ritual tahunan umat Muslim itu diadakan dalam keadaan khusus.

Jemaah haji mulai berduyun-duyun ke Makkah pada Sabtu pagi sebagai persiapan untuk memulai ritual, yang merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan ritual bagi setiap Muslim yang mampu.

Ratusan Muslim tiba di stasiun al-Zaidi di Makkah, di mana 1.770 bus akan membawa mereka ke halaman Ka'bah setelah izin mereka diperiksa. Jelang haji, jemaah diminta mengunduh aplikasi seluler Shaaer Smart Card.

Di aplikasi tersebut, detail pribadi dan tempat tinggal seorang jemaah, serta aplikasi pintar haji mereka akan ditampilkan.

Kartu Shaaer Smart Card juga terhubung dengan status kesehatan jemaah haji. Ini juga memungkinkan jemaah mendapatkan dan menilai layanan haji, mengakses berbagai transportasi di sekitar halaman Makkah dan sepanjang perjalanan haji mereka serta mengakses gerbang pintar.

 

Sekelompok peretas pro-Palestina , yang menyebut diri mereka DragonForce Malaysia, telah membobol dan membocorkan data sekitar 280.000 mahasiswa Israel. Data yang dibocorkan itu termasuk nama, nomor telepon, alamat email, dan alamat rumah.

Dikutip dari Sindonews, Senin (28/6/2021), menurut pakar keamanan siber May Brooks-Kempler, pembobolan data tersebut menargetkan mereka yang terdaftar di AcadeMe—situs web Israel yang membantu mahasiswa dan para lulusan menemukan pekerjaan.

Para peretas mengaku serangan siber itu dilakukan sebagai balas dendam setelah eskalasi baru-baru ini di Gaza antara Hamas dan rezim Zionis Israel.

Kelompok hacker Malaysia ini pertama kali mengumumkan pembocoran data melalui aplikasi Telegram awal pekan ini. Mereka bersumpah akan melanjutkan serangan sibernya.

"Ini adalah seruan mendesak bagi semua peretas, organisasi hak asasi manusia dan aktivis di seluruh dunia untuk bersatu kembali dan memulai kampanye melawan Israel, berbagi apa yang sebenarnya terjadi di sana, mengekspos aktivitas teroris mereka kepada dunia. Kami tidak akan pernah tinggal diam terhadap aktivitas perang Israel,” tulis kelompok DragonForce Malaysia di akun Telegram. 

 

Peziarah haji mengalir keluar dari kota suci Mekah dan ke lembah Mina pada hari Minggu, meluncurkan ritual ziarah besar yang diadakan Arab Saudi dalam bentuk yang diperkecil untuk tahun kedua.

Hanya 60.000 warga yang divaksinasi lengkap dan penduduk berusia antara 18 dan 65 yang diizinkan untuk ambil bagian, jauh dari kerumunan besar yang turun ke Mekah pada waktu normal ketika ritual itu menarik hingga 2,5 juta peziarah.

Abdelaziz bin Mahmoud, peziarah Saudi mengatakan, "Alhamdulillah kami mendapat izin (untuk menunaikan haji), meskipun kami tidak menyangka akan diterima karena jumlah (peziarah) terbatas."

Karena pembatasan terkait virus corona pada pertemuan besar, tidak ada jemaah asing yang diizinkan untuk melakukan haji lagi tahun ini.

Mohammed al-Eter, apoteker Mesir yang tinggal di Riyadh menuturkan, "Saya merasa seolah-olah saya memenangkan lotre. Terima kasih Tuhan, ini adalah momen spesial dan tak terlupakan dalam hidup saya."

Sejak Sabtu, sekelompok peziarah telah melakukan “tawaf”, mengelilingi Ka'bah, sebuah struktur kubik besar tempat umat Islam di seluruh dunia berdoa.

“Setiap tiga jam, 6.000 orang masuk untuk melakukan tawaf kedatangan. Setelah setiap kelompok pergi, proses sterilisasi dilakukan di tempat suci,” ungkap juru bicara Kementerian Haji Arab Saudi Hisham al-Saeed

Tahun lalu, Arab Saudi menutup perbatasannya untuk menahan penyebaran Covid-19 dan haji dibatasi untuk 10.000 jemaah haji domestik.

Haji adalah salah satu rukun Islam dan kewajiban sekali seumur hidup bagi semua Muslim yang mampu untuk melakukan jika mereka mampu.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam pesan yang disampaikan pada momentum Ibadah Haji tahun ini menyebut kelanjutan kerinduan hati yang ingin menghadiri hidangan spiritual Baitullah sebagai batu ujian yang harus dilalui dengan kesabaran.

Rahbar dalam pesannya juga menekankan urgensi berlanjutnya perlawanan terhadap kekuatan agresor, terutama Amerika Serikat.

Menyinggung kondisi getir dunia Islam saat ini yang harus dibenahi, Ayatullah Khamenei menyebut kemunculan front perlawanan dan kebangkitan rakyat, terutama di Palestina, Yaman dan Irak sebagai salah satu realitas harapan dunia Islam.

"Janji pasti ilahi adalah kemenangan para pejuang, dan dampak pertama dari perjuangan ini adalah penghentian Amerika Serikat dan penindas lain dalam melakukan kejahatannya dan mencampuri urusan negara-negara Muslim," kata Rahbar dalam pesan Haji tahun ini.(

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar dalam pesannya untuk umat Islam dunia bertepatan dengan musim haji tahun ini mengatakan, seluruh upaya Iran dikerahkan untuk melawan campur tangan dan kejahatan Amerika Serikat serta kekuatan lain, dan meraih masa depan Dunia Islam dengan bersandar pada ajaran Islam.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Senin (19/7/2021) dalam pesannya menuturkan, harapan berkepanjangan untuk mengunjungi Baitullah merupakan ujian yang akan berlalu, dan pesan-pesan haji tidak akan pernah luntur, dan perlawanan menghadapi kekuatan-kekuatan agresor terutama AS termasuk di antara pesan luhur haji.

Rahbar menyinggung berbagai permasalahan dan kesulitan yang Dunia Islam, dan menurutnya, menjaga elemen-elemen perlawanan dan kebangkitan terutama di Palestina, Yaman dan Irak merupakan realitas penuh harapan yang muncul di kawasan.

Ia menegaskan, "Janji Ilahi yang pasti ditepati adalah bantuan kepada para pejuang, dan buah pertama dari perjuangan ini mencegah AS dan negara arogan lain mencampuri serta melakukan kejahatan di negara-negara Muslim."

Ayatullah Khamenei menjelaskan, "Seluruh upaya Republik Islam Iran yang membuat kubu arogan dunia cemas dan marah adalah mengajak kepada perlawanan. Perlawanan menghadapi intervensi dan kejahatan AS serta kekuatan agresor lain, serta meraih kesadaran akan masa depan Dunia Islam dengan bersandar pada ajaran Islam."

Ia menambahkan, "Jelas AS dan sekutunya sangat sensitif dengan kata 'perlawanan', dan siap melancarkan berbagai bentuk permusuhan terhadap 'Front Perlawanan Islam'. Kerja sama sebagian negara kawasan dengan AS dan sekutunya juga merupakan kenyataan pahit dalam kerangka berlanjutnya kejahatan tersebut."

Menurut Rahbar, upaya propaganda AS untuk menyimpangkan tekad, tuntutan dan kinerja para pemuda pemberani kubu perlawanan di Irak, Suriah, Lebanon dan negara lain, kemudian menyalahkan Iran atau sumber yang lain, jelas merupakan penghinaan terhadap para pemuda pemberani dan bangkit itu, dan ini disebabkan oleh tidak dimilikinya pemahaman yang benar oleh AS terkait bangsa-bangsa kawasan.

Pemahaman keliru ini, katanya, menyebabkan AS harus menanggung kehinaan di Afghanistan, setelah masuk ke negara itu 20 tahun lalu dengan penuh kebisingan, dan setelah penggunaan persenjataan, bom dan tembakan terhadap warga sipil tanpa perlindungan, mereka merasa terjebak, lalu menarik pasukan serta peralatan militernya dari sana.

"Akan tetapi rakyat Afghanistan yang sadar harus berhati-hati terhadap instrumen intelijen dan senjata-senjata lunak AS di negara mereka, dan harus berdiri menghadapinya dengan penuh kewaspadaan," ujar Rahbar.

Ayatullah Khamenei menegaskan, "Bangsa-bangsa kawasan telah membuktikan bahwa mereka sadar dan waspada, dan memisahkan jalan serta strategi mereka dari beberapa negara yang bahkan demi memuaskan keinginan AS, bersedia menyerah pada Washington dalam masalah vital semacam Palestina."

 

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di pesan hajinya kepada umat Muslim dunia menyebut harapan berkepanjangan untuk mengunjungi Baitullah merupakan ujian yang akan berlalu.

Seraya menyebut pesan-pesan haji tidak akan pernah luntur, Rahbar menilai perlawanan menghadapi kekuatan-kekuatan agresor terutama AS termasuk di antara pesan luhur haji.

Rahbar juga mengisyaratkan tantangan dan kesulitan Dunia Islam dan menjaga elemen-elemen perlawanan dan kebangkitan terutama di Palestina, Yaman dan Irak merupakan realitas penuh harapan yang muncul di kawasan.

"Janji Ilahi yang pasti ditepati adalah bantuan kepada para pejuang, dan buah pertama dari perjuangan ini mencegah AS dan negara arogan lain mencampuri serta melakukan kejahatan di negara-negara Muslim," tegas Ayatullah Khamenei

Seperti yang dijelaskan Rahbar, haji sumber kekuatan umat Islam di berbagai bidang, oleh karena itu, urgensitas dan efektivitas ibadah haji tidak boleh dilupakan dalam kondisi apa pun.

Pesan haji Rahbar tahun ini penting dari dua sisi:

Pertama, penekanan akan urgensitas menjaga resistensi dan muqawama melawan kekuatan arogan di tingkat nasional, regional dan internasional.

Kedua, menjelaskan efek penuh berkah kebangkitan bangsa Muslim yang memunculkan kebangkitan anti-kubu arogan dunia.

Ayatullah Khamenei saat menjelaskan urgensitas masalah ini mengatakan, bangsa-bangsa di kawasan telah menunjukkan bahwa mereka terjaga dan waspada dengan mengambil pendekatan berbeda dari beberapa pemerintah yang masih berusaha menjaga supaya Amerika Serikat tetap puas dengannya, bahkan dengan mengabaikan masalah penting Palestina.

Penyelenggaraan manasik haji Ibrahimi dengan mempertimbangkan elemen pemersatu, memiliki efek mendalam pada nasib umat Islam dan semua negara tertindas dari rezim arogan. Oleh karena itu, Rahbar menjelaskan, Seluruh upaya Republik Islam Iran yang membuat kubu arogan dunia cemas dan marah adalah mengajak kepada perlawanan. Perlawanan menghadapi intervensi dan kejahatan AS serta kekuatan agresor lain, serta meraih kesadaran akan masa depan Dunia Islam dengan bersandar pada ajaran Islam

Seperti dijelaskan di pesan Rahbar, wajar AS dan sekutunya sangat sensitif dengan kata 'perlawanan' dan memusuhi 'Front Muqawama Islam'.

Rahbar terkait hal ini menyebut upaya propaganda AS untuk menyimpangkan tekad, tuntutan dan kinerja para pemuda pemberani kubu perlawanan di Irak, Suriah, Lebanon dan negara lain, kemudian menyalahkan Iran atau sumber yang lain, jelas merupakan penghinaan terhadap para pemuda pemberani dan bangkit itu, dan ini disebabkan oleh tidak dimilikinya pemahaman yang benar oleh AS terkait bangsa-bangsa kawasan.

Pemahaman keliru ini, katanya, menyebabkan AS harus menanggung kehinaan di Afghanistan, setelah masuk ke negara itu 20 tahun lalu dengan penuh kebisingan, dan setelah penggunaan persenjataan, bom dan tembakan terhadap warga sipil tanpa perlindungan, mereka merasa terjebak, lalu menarik pasukan serta peralatan militernya dari sana.

"Akan tetapi rakyat Afghanistan yang sadar harus berhati-hati terhadap instrumen intelijen dan senjata-senjata lunak AS di negara mereka, dan harus berdiri menghadapinya dengan penuh kewaspadaan," ujar Rahbar.

Pengalaman lebih dari tiga dekade menunjukkan bahwa kehadiran Amerika di Asia Barat telah mengobarkan perang, pembantaian, instabilitas dan kehancuran serta kemunduran berbagai negara, dan kini Amerika harus memberi jawaban atas dampak pahit intervensinya di kawasan.

Pesan Rahbar kepada Muslim dunia bertepatan dengan ibadah haji dari sisi ini memiliki poin penting dan strategis di mana memanfaatkan isinya, khususnya di kondisi sensitif saat ini memainkan peran menentukan bagi nasib Dunia Islam dan bangsa kawasan.

Rabu, 21 Juli 2021 20:00

Pesan Haji Rahbar 2021

Teks pesan Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei pada momentum ibadah Haji tahun ini.

 

بسم‌اللّه‌الرّحمن‌الرّحیم

و الحمد للّه ربّ العالمین و صلّی اللّه علی محمّد و آله الطّاهرین و صحبه المنتجبین و مَن تَبِعهم بِاحسان الی یوم الدّین.

 

Saudara-saudari Muslim di seluruh dunia!

Tahun ini, umat Muslim kehilangan berkah haji yang besar, dan hati yang dipenuhi kerinduan merasa kehilangan dari jamuan spiritual di Rumah Agung yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Penyayang, untuk umat manusia.

Ini adalah tahun kedua ketika musim sukacita dan kebahagiaan spiritual haji menjadi musim perpisahan dan penyesalan, karena penyebaran wabah penyakit epidemi, dan mungkin juga akibat kebijakan pengelola Haram Syarif, yang membuat mata orang-orang beriman tidak dapat melihat dengan jelas simbol persatuan dan kebesaran serta spiritualitas umat Islam,  yang saat ini tertutup awan dan debu.

Ujian ini sebagaimana batu ujian lainnya dalam sejarah umat Islam dapat membawa menuju masa depan yang cerah. Masalah yang terpenting bahwa haji dalam bentuk aslinya, bertahan di hati dan jiwa umat Islam, dan kini setelah tubuh ritualnya sementara tidak ada, pesan agungnya tidak berkurang.

Haji adalah ibadah yang misterius dan penuh teka-teki. Konstruksi indah dan kombinasi gerakan dan keheningan di dalamnya, membangun identitas pribadi Muslim dan komunitas Muslim, sekaligus menunjukkan keindahannya di mata dunia.

Di satu sisi, membawa hati para hamba-Nya secara spiritual dengan zikir, kerendahan hati dan munajat yang membawa mereka lebih dekat kepada Allah swt. Di sisi lain, dengan kostum dan gerakan yang sama dan harmonis, menyatukan saudara-saudara yang datang dari seluruh penjuru dunia.

Selain itu, ibadah Haji menjadi simbol tertinggi umat Islam di depan mata dunia dengan segala ritualnya yang bermakna dan misterius, sekaligus menunjukkan itikad tulus dan kebesaran umat Islam kepada pihak-pihak yang mungkin tidak menyukainya.

Tahun ini, ibadah Haji tidak terselenggara sebagaimana biasanya, tetapi perhatian kepada Rabbul Bait, zikir, kerendahan hati, munajat dan istighfar tetap ada. Kehadiran di Arafah tidak bisa kita lakukan, tetapi doa dan munajat di hari Arafah tetap bisa dilakukan. Melempari Iblis dengan batu di Mina tidak bisa kita lakukan, tetapi melawan setan haus kekuasaan bisa dilakukan di mana-mana. Kehadiran tubuh yang bersatu di sekitar Kabah tidak bisa dilakukan, tetapi kehadiran hati yang bersatu dalam naungan ayat-ayat yang terang dari Al-Qur'an, dan berpegang teguh pada tali Allah tetap menjadi tugas bersama kita semua.

Kita, umat Islam saat ini memiliki populasi besar, tanah yang luas, sumber daya alam yang tak terhitung banyaknya, dan negara-negara yang hidup dan terjaga, harus membentuk masa depan dengan sumber dayanya sendiri.

Selama 150 tahun terakhir, bangsa-bangsa Muslim tidak memainkan peran signifikan dalam negara dan pemerintah mereka, kecuali beberapa saja yang telah mengatur sepenuhnya. Kebanyakan masih mengamini kebijakan agresor pemerintah Barat, sehingga menjadi sasaran keserakahan, campur tangan, dan kejahatan mereka.

Keterbelakangan ilmu pengetahuan dan afiliasi politik banyak negara saat ini adalah produk dari kepasifan dan ketidakmampuannya. Bangsa kita, pemuda kita, ilmuwan kita, ulama dan intelektual kita, politisi kita serta partai-partai dan komunitas kita kini harus menebus masa lalu yang memalukan dan tidak membanggakan. Mereka harus berdiri melawan aksi pemaksaan, campur tangan dan kejahatan kekuatan Barat.

Semua pandangan Republik Islam Iran yang menimbulkan kekhawatiran dan membuat marah kubu arogan, karena seruan perlawanan ini. Perlawanan terhadap intervensi dan kejahatan Amerika Serikat, maupun kekuatan agresor lainnya, dan mengambil kendali masa depan dunia Islam dengan berpijak pada ajaran Islam.

Tentu saja, Amerika Serikat dan sekutunya sangat sensitif terhadap slogan "perlawanan" dan menempatkan "Front Perlawanan Islam" sebagai musuhnya. Keseiringan beberapa negara di kawasan dengan Barat juga menjadi kenyataan getir bagi kelanjutan kejahatan mereka.

Jalan lurus yang ditunjukkan oleh ritual haji seperti: Sai, Tawaf, Arafah dan Jumrah, menunjukkan kepada kita mengenai kemuliaan dan kesatuan dalam Ibadah Haji. Tawakal kepada Allah dan perhatian pada kekuatan abadi ilahi, serta keyakinan pada kekuatan bangsa, dan keyakinan terhadap perjuangan, bersama itikad baja untuk terus bergerak dengan harapan besar demi meraih kemenangan.

Realitas di dunia Islam menambah harapan ini, sekaligus memperkuat tekad kita semua. Di sisi lain, kondisi getir dunia Islam, keterbelakangan ilmu pengetahuan dan afiliasi politik, serta instabilitas ekonomi dan sosial, menempatkan kita di depan tugas besar dan perjuangan yang tak kenal lelah.

Bangsa Palestina meminta bantuan kita, demikian juga Yaman yang tertindas dan berdarah membuat hati kita teriris luka. Penderitaan di Afghanistan mengkhawatirkan semua orang. Peristiwa tragis di Irak, Suriah, Lebanon, dan beberapa negara Muslim lainnya yang menjadi arena kejahatan dan intervensi Amerika Serikat dan sekutunya yang terlihat begitu jelas, membangkitkan semangat dan harapan para pemuda.

Di sisi lain, bangkitnya front-front perlawanan di seluruh kawasan sensitif ini, dan kebangkitan bangsa-bangsa mendorong generasi muda yang penuh semangat untuk  mewujudkan harapan mulianya. Palestina menghunus "Pedang Quds" dari semua sisi. Quds, Gaza, Tepi Barat, dan wilayah tahun 1948, serta kamp-kampnya, semua bangkit melawan para agresor dalam perang  selama dua belas hari.

Yaman yang terkepung menanggung tujuh tahun perang, kejahatan, dan penindasan yang dilancarkan musuh. Meskipun menghadapi kelaparan kekurangan makanan, obat-obatan, dan fasilitas hidup; tapi mereka tidak menyerah kepada penindas dan melawannya dengan kemuliaan.

Di Irak, elemen-elemen perlawanan dengan bahasa yang jelas dan tegas memaksa Amerika Serikat dan anteknya Daesh mundur. Dengan itikad bajanya mereka melawan segala jenis campur tangan dan kejahatan Amerika Serikat dan sekutunya di Irak.

Aksi propaganda Amerika Serikat untuk melemahkan tekad dan aksi para pemuda yang bersemangat bersama elemen-elemen perlawanan di Irak, Suriah, Lebanon, dan negara-negara lain, yang dihubungkan dengan Iran atau otoritas lainnya; jelas merupakan penghinaan terhadap para pemuda pemberani dan sadar itu. Hal ini  lahir dari kurangnya pemahaman yang baik dari orang-orang Amerika terhadap bangsa-bangsa di kawasan.

Kesalahpahaman ini menyebabkan Amerika Serikat dipermalukan di Afghanistan. Tapi kemudian pasukan dan kekuatan militernya ditarik keluar, setelah kedatangannya yang penuh gejolak selama dua puluh tahun lalu dengan penggunaan senjata, bom, dan tembakan terhadap warga sipil yang tidak berdaya dan sipil. Tentu saja, bangsa Afghanistan yang sadar harus tetap waspada terhadap alat-alat intelijen AS dan senjata lunak di negaranya.

Negara-negara di kawasan telah menunjukkan bahwa mereka terjaga dan waspada dengan mengambil pendekatan berbeda dari beberapa pemerintah yang masih berusaha menjaga supaya Amerika Serikat tetap puas dengannya, bahkan dengan tuntutan terhadap masalah penting Palestina. Pemerintah yang secara terbuka dan diam-diam menjalin persahabatan dengan  rezim Zionis bermakna mengingkari hak rakyat Palestina atas tanah air bersejarahnya. Ini adalah pengerukan sumber daya Palestina. Mereka tidak cukup hanya dengan memanfaatkan sumber daya alam negaranya saja, karena kini mereka menjarah sumber daya bangsa Palestina.

Saudara dan saudariku!

Kawasan kita dan peristiwanya yang cepat dan beragam adalah pameran pelajaran dan pengajaran untuk kita semua. Di satu sisi, kekuatan yang dihasilkan dari perjuangan melawan agresor, dan di sisi lain, penghinaan yang dihasilkan dari ketundukan dan ekspresi kelemahan menghadapi pemaksaan.

Janji ilahi adalah kemenangan para pejuang Islam di jalan Tuhan. Jika kita menolong [agama] Allah, maka Allah akan meolong kita semua. Buktinya adalah para pejuang Islam. Dampak pertama dari perjuangan ini adalah penghentian Amerika Serikat dan penindas internasional lain dari kejahatannya dan campur tangan di negara-negara Muslim, Insya Allah.

Saya memohon kepada Allah swt untuk kemenangan bangsa-bangsa Muslim. Saya mengirimkan salam kepada Imam Mahdi, dan memohon kepada Allah swt supaya menempatkan Imam Khomeini dalam kedudukan yang tinggi bersama para syuhada yang agung.

Wassalam ala ibadillah Shalihin

Sayid Ali Khamenei

6 Zulhijah 1442 Hq

 

Sekjen Asaib Ahl al-Haq menyebut Washington membantu dinas intelijen Israel dan negara-negara Arab untuk memperkuat keberadaan kelompok teroris Daesh di Irak

Qais al-Khazali, Sekretaris Jenderal Asaib al-Haq hari Selasa (20/7/2021) mengutuk pemboman Kota Sadr Baghdad, dan mengatakan Amerika Serikat sedang berusaha untuk memperkuat pijakannya di Irak dengan memperkuat kelompok teroris Daesh.

"Daesh diciptakan oleh koalisi Amerika-Israel. Dinas intelijen mereka secara aktif bekerja di belakang layar kelompok teroris ini," ujar Al Khazali.

Sebuah pasar di Kota Sadr, sebelah timur ibukota Irak, Baghdad menjadi target ledakan bom bunuh diri yang dilancarkan kelompok teroris Daesh pada Senin malam yang menewaskan sedikitnya 30 orang dan melukai 60 lainnya.

Meskipun kelompok teroris Daesh berhasil dikalahkan di Irak, tapi sejumlah anggota kelompok teroris ini masih hadir di berbagai wilayah negara Arab ini dan melakukan aksi teroris secara sporadis.

 

Kementerian luar negeri Suriah menanggapi serangan udara Israel tadi malam dengan mengatakan tentara Suriah akan terus memerangi terorisme yang selama ini didukung rezim Zionis.

Kantor berita resmi Suriah, SANA melaporkan, Kementerian Luar Negeri Suriah hari Selasa mengatakan, serangan udara Israel dilancarkan untuk membantu kelompok teroris yang semakin terdesak di Suriah.

"Serangan ini bertepatan dengan serangan roket oleh kelompok teroris Jabhat al-Nusra di beberapa daerah di provinsi Aleppo dan Hama. Kelompok teroris ini berada di bawah dukungan tak terbatas dari Amerika Serikat, Turki dan rezim Zionis," kata pernyataan kemenlu Suriah.

"Dukungan ini merupakan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB dan resolusi Dewan Keamanan tentang kedaulatan dan integritas teritorial Suriah," tegasnya.

Suriah juga memperingatkan kelanjutan serangan Zionis dengan menekankan bahwa Tel Aviv bertanggung jawab atas konsekuensinya.

Kemenlu Suriah juga menekankan bahwa serangan rezim Zionis tidak akan dapat mendukung tentara bayarannya seperti Daesh, Al-Nusra atau White Helmet, dan tidak akan berhasil menjegal tentara Suriah melanjutkan perjuangannya melawan terorisme.

Rezim Zionis menyerang daerah Al-Safira di selatan Aleppo, tapi berhasil ditangkis oleh unit pertahanan udara Suriah.