کمالوندی

کمالوندی

Ayat ke 23

 

┘ê┘ÄÏú┘ÅÏ»┘ÆÏ«┘É┘ä┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘à┘É┘ä┘Å┘êϺ Ϻ┘äÏÁ┘æ┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ¡┘ÄϺϬ┘É Ï¼┘Ä┘å┘æ┘ÄϺϬ┘ì Ϭ┘Äϼ┘ÆÏ▒┘É┘è ┘à┘É┘å┘Æ Ï¬┘ÄÏ¡┘ÆÏ¬┘É┘ç┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘å┘Æ┘ç┘ÄϺÏ▒┘Å Ï«┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ»┘É┘è┘å┘Ä ┘ü┘É┘è┘ç┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏÑ┘ÉÏ░┘Æ┘å┘É Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ Ï¬┘ÄÏ¡┘É┘è┘æ┘ÄϬ┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è┘ç┘ÄϺ Ï│┘Ä┘ä┘ÄϺ┘à┘î (23)

 

Artinya:

Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah "salaam". (14: 23)

 

Di hadapan para penghuni neraka yang tengah disiksa, penghuni surga disambut secara khusus dan penuh penghormatan saat memasuki surga. Allah menghendaki mereka kekal di surga. Namun jelas, tidak semua orang akan memasuki surga dan surga hanya diperuntukan bagi orang yang punya kelayakan bersama para aulia Allah yang beriman dengan hatinya, beramal soleh dan melakukan perbuatan terpuji.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Mengucapkan salam merupakan tatakrama penghuni surga. Allah menghendaki kaum Mukminin saling mengucapkan salam di dunia.

2. Umur manusia di dunia sangat pendek dan terbatas. Namun seandainya pun umur manusia abadi, kaum mukminin senantiasa beriman dan beramal soleh.

 

Ayat ke 24-25

 

Ïú┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ Ï¬┘ÄÏ▒┘Ä ┘â┘Ä┘è┘Æ┘ü┘Ä ÏÂ┘ÄÏ▒┘ÄÏ¿┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘ïϺ ┘â┘Ä┘ä┘É┘à┘ÄÏ®┘ï ÏÀ┘Ä┘è┘æ┘ÉÏ¿┘ÄÏ®┘ï ┘â┘ÄÏ┤┘Äϼ┘ÄÏ▒┘ÄÏ®┘ì ÏÀ┘Ä┘è┘æ┘ÉÏ¿┘ÄÏ®┘ì Ïú┘ÄÏÁ┘Æ┘ä┘Å┘ç┘ÄϺ Ͻ┘ÄϺϿ┘ÉϬ┘î ┘ê┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘ÆÏ╣┘Å┘ç┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺÏí┘É (24) Ϭ┘ÅÏñ┘ÆÏ¬┘É┘è Ïú┘Å┘â┘Å┘ä┘Ä┘ç┘ÄϺ ┘â┘Å┘ä┘æ┘Ä Ï¡┘É┘è┘å┘ì Ï¿┘ÉÏÑ┘ÉÏ░┘Æ┘å┘É Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏÂ┘ÆÏ▒┘ÉÏ¿┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘à┘ÆÏ½┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘ä┘É┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘É ┘ä┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘ÄϬ┘ÄÏ░┘Ä┘â┘æ┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (25)

 

Artinya:

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (14: 24)

 

Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (14: 25)

 

Dalam ayat ini, iman dan keyakinan yang benar diumpamakan seperti pohon yang kokoh dan aman dari setiap penyakit. Pohon ini akarnya terhunjam ke tanah dan berbuah baik serta melimpah. Inilah perbuatan baik seorang mukmin. Keimanan yang disimbolkan dengan pohon tersebut, senantiasa tumbuh dan mekar yang menebarkan kebaikan di tengah masyarakat. Setidaknya, bayangan pohon tersebut bisa dijadikan tempat berteduh. Dibandingkan dengan yang lain, keimanan adalah pohon yang senantiasa berbuah, baik di dunia maupun di akhirat. Tetapi kekuasaan, kekayaaan dan kedudukan serta anak-anak hanyalah pohon di dunia yang terbatas dan singkat masanya."

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Pohon keimanan, senantiasa berbuah dan tidak mengenal musim gugur maupun musim kering.

2. Perkataan yang benar senantiasa stabil, kuat dan kokoh. Maka, kebenaran senatiasa tetap dan abadi.

 

Ayat ke 26

 

┘ê┘Ä┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘Å ┘â┘Ä┘ä┘É┘à┘ÄÏ®┘ì Ï«┘ÄÏ¿┘É┘èϽ┘ÄÏ®┘ì ┘â┘ÄÏ┤┘Äϼ┘ÄÏ▒┘ÄÏ®┘ì Ï«┘ÄÏ¿┘É┘èϽ┘ÄÏ®┘ì Ϻϼ┘ÆÏ¬┘ÅϽ┘æ┘ÄϬ┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ┘ü┘Ä┘ê┘Æ┘é┘É Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ç┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ▒┘ÄϺÏ▒┘ì (26)

 

Artinya:

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (14: 26)

 

Adapun kufur dan syirik, seperti kalimat yang buruk dan tak berdasar yang keluar dari mulut yang kotor, rentan dan tidak abadi. Keyakinan dan kalimat ini, seperti semak belukar yang tidak berbuah dan tidak berakar. Atau seperti parasit yang menghambat tumbuhnya tanaman.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Memperbandingkan antara hak dan batil melalui perumpamaan adalah salah satu metode pendidikan dan pengajaran bagi kaum muda.

2. Umat Islam tidak perlu cemas terhadap pertumbuhan dan berkuasanya orang-orang kafir. Karena kebatilan akan hancur dan kebenaran tetap abadi.

 

Ayat ke 27

 

┘è┘ÅϽ┘ÄÏ¿┘æ┘ÉϬ┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ Ï¿┘ÉϺ┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘É Ïº┘äϽ┘æ┘ÄϺϿ┘ÉϬ┘É ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘ÄϺϮ┘É Ïº┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘Æ┘è┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏÂ┘É┘ä┘æ┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ŠϺ┘äÏ©┘æ┘ÄϺ┘ä┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘ü┘ÆÏ╣┘Ä┘ä┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å (27)

 

Artinya:

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (14: 27)

 

Setelah membandingkan antara kalimah hak dan batil, antara iman dan kufur, ayat ini menjelaskan, kaum mukminin harus mengetahui bahwa melalui keimanannya, Allah meneguhkan mereka dan tidak akan membiarkan program dan propaganda musuh mempengaruhinya. Namun sebaliknya, seperti menulis dalam air, orang-orang kafir tidak akan mencapai maksudnya. Inilah ketentuan Allah yang pasti terjadi berdasarkan keadilan dan hikmah-Nya dan siapapun tidak akan bisa menghalangi-Nya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Tanpa pertolongan Allah, kaum mukminin sekalipun tidak akan berdaya menghadapi bisikan setan maupun ancaman dan serangan luar.

2. Menerima pertolongan Allah atau menerima bencana murka Allah, tergantung pada jalan hidup yang dipilih oleh manusia.

Ayat ke 19-20

 

Ïú┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ Ï¬┘ÄÏ▒┘Ä Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä Ï«┘Ä┘ä┘Ä┘é┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘é┘æ┘É ÏÑ┘É┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄÏú┘Æ ┘è┘ÅÏ░┘Æ┘ç┘ÉÏ¿┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É Ï¿┘ÉÏ«┘Ä┘ä┘Æ┘é┘ì ϼ┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ì (19) ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï¿┘ÉÏ╣┘ÄÏ▓┘É┘èÏ▓┘ì (20)

 

Artinya:

Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru. (14: 19)

 

Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah. (14: 20)

 

Pada acara yang lalu, kita telah membahas akar kekufuran dan pengingkaran sebagian manusia terhadap ajaran para nabi dan akibat ulah tersebut. Ayat yang baru saja kita dengar, menyeru kaum Kafir manusia dan semua manusia dengan mengatakan, "Jangan mengira keberadaan langit, bumi dan kalian -wahai manusia- sebagai sesuatu yang kebetulan atau tanpa rencana, dan bahwa semua itu diciptakan oleh alam yang tidak berakal. Ketahuilah, seluruh alam dicipta dan diatur di bawah pengelolaan ilahi. Jika Allah menginginkan, umat manusia akan digantikan dengan makhluk lainnya." Alam semesta memiliki tujuan dan perputarannya tidak sia-sia sebagaimana yang kalian saksikan. Karena itu salah jika kalian mengira dapat berbuat semaunya dan Allah akan membiarkan kalian begitu saja.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Sesungguhnya Allah Swt tidak membutuhkan kita, apalagi kepada ibadah dan munajat kita. Maka, jangan sombong dan takabur di hadapan Allah.

2. Dunia tanpa manusia, sia-sia belaka. Bahkan jika generasi saat ini dimusnahkan oleh Allah, maka akan digantikan oleh generasi manusia lainnya.

 

Ayat ke 21

 

┘ê┘ÄÏ¿┘ÄÏ▒┘ÄÏ▓┘Å┘êϺ ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï¼┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ ┘ü┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä Ïº┘äÏÂ┘æ┘ÅÏ╣┘Ä┘ü┘ÄϺÏí┘Å ┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ÏºÏ│┘ÆÏ¬┘Ä┘â┘ÆÏ¿┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘ÄϺ ┘â┘Å┘å┘æ┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ Ï¬┘ÄÏ¿┘ÄÏ╣┘ïϺ ┘ü┘Ä┘ç┘Ä┘ä┘Æ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘à┘ÅÏ║┘Æ┘å┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘å┘æ┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ Ï┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì ┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ ┘ä┘Ä┘ê┘Æ ┘ç┘ÄÏ»┘ÄϺ┘å┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘Ä┘ç┘ÄÏ»┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ┘â┘Å┘à┘Æ Ï│┘Ä┘ê┘ÄϺÏí┘î Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ Ïú┘Äϼ┘ÄÏ▓┘ÉÏ╣┘Æ┘å┘ÄϺ Ïú┘Ä┘à┘Æ ÏÁ┘ÄÏ¿┘ÄÏ▒┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ ┘à┘ÄÏ¡┘É┘èÏÁ┘ì (21)

 

Artinya:

Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". (14: 21)

 

Dalam kehidupan manusia, pada umumnya masyarakat awam mengikuti para pemimpinnya. Ketika pemimpinnya bukan orang baik, maka masyarakat akan rusak. Namun, Allah Swt tidak pernah mengizinkan perbudakan di antara manusia. Dan tiada yang bisa ditaati secara absolut selain Tuhan, bahkan orang tua sekalipun. Pada Hari Kiamat, hal ini tidak bisa dijadikan alasan.

 

Ayat ini mengatakan, "Mereka yang di dunia mengikuti secara buta dan menuruti keinginan para pemimpinnya, maka pada hari kiamat akan disatukan dengan mereka dan mereka tidak memiliki jalan keselamatan." Orang yang congkak di dunia mengatakan kepada para nabi dan pendakwah kebenaran, "Bagi kami tidak ada bedanya kamu menasehati ataupun tidak, kami akan tetap melanjutkannya." Di akhirat pun ketika menjawab protes orang yang mengikutinya pada hari kiamat, mereka mengatakan, "Tiada bedanya bersabar atau tidak, tidak ada jalan keselamatan".

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Petunjuk atau kesesatan pemimpin sebuah masyarakat berperan terhadap kebahagiaan mapun penderitaan rakyat.

2. Orang yang di dunia merasa berkuasa dan dirinya mampu melakukan apa saja, pada hari kiamat menyatakan ketidakmampuannya dan hidup terhina serta sengsara.

 

Ayat ke 22

 

┘ê┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä Ïº┘äÏ┤┘æ┘Ä┘è┘ÆÏÀ┘ÄϺ┘å┘Å ┘ä┘Ä┘à┘æ┘ÄϺ ┘é┘ÅÏÂ┘É┘è┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏú┘Ä┘à┘ÆÏ▒┘Å ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ê┘ÄÏ╣┘ÄÏ»┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘é┘æ┘É ┘ê┘Ä┘ê┘ÄÏ╣┘ÄÏ»┘ÆÏ¬┘Å┘â┘Å┘à┘Æ ┘ü┘ÄÏú┘ÄÏ«┘Æ┘ä┘Ä┘ü┘ÆÏ¬┘Å┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘ä┘É┘è Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ï│┘Å┘ä┘ÆÏÀ┘ÄϺ┘å┘ì ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ Ï»┘ÄÏ╣┘Ä┘ê┘ÆÏ¬┘Å┘â┘Å┘à┘Æ ┘ü┘ÄϺÏ│┘ÆÏ¬┘Äϼ┘ÄÏ¿┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘ä┘É┘è ┘ü┘Ä┘ä┘ÄϺ Ϭ┘Ä┘ä┘Å┘ê┘à┘Å┘ê┘å┘É┘è ┘ê┘Ä┘ä┘Å┘ê┘à┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ┘ü┘ÅÏ│┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘ÄϺ Ï¿┘É┘à┘ÅÏÁ┘ÆÏ▒┘ÉÏ«┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ Ï¿┘É┘à┘ÅÏÁ┘ÆÏ▒┘ÉÏ«┘É┘è┘æ┘Ä ÏÑ┘É┘å┘æ┘É┘è ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘ÆÏ¬┘Å Ï¿┘É┘à┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ┤┘ÆÏ▒┘Ä┘â┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Å┘ê┘å┘É ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘Å ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘äÏ©┘æ┘ÄϺ┘ä┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘î Ïú┘Ä┘ä┘É┘è┘à┘î (22)

 

Artinya:

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (14: 22)

 

Berdasarkan ayat ini, orang yang berdosa dan bersalah pada Hari Kiamat selalu mencari alasan. Setiap orang mengatakan orang lain sebagai penyebab kesesatannya. Dalam ayat sebelumnya, orang yang bersalah menyebut pemimpin buruk turut andil dalam kesesatan mereka. Ayat ini menjelaskan ulah para pendosa yang mengalungkan dosa kepada setan sebagai penyebab utamanya. Tapi setan tidak menerima tuduhan tersebut dengan mengatakan,"Jika aku menjanjikan kalian kepada masa depan yang lebih baik, Tuhan pun memberikan janji tersebut, lalu mengapa kalian mengikuti ajakanku dan meninggalkan perkataan para nabi?"

 

Selain itu, aku pun tidak memaksa kalian melakukan dosa, tapi hanya mengajak dan membisikkan saja. Dengan pilihan sendiri kalian melanggarnya. Lalu, mengapa mencelaku. Pada Hari Kiamat, aku menyesali segala perbuatanku terdahulu dan aku berlepas diri dari perbuatan kalian yang menyekutukan Allah dan menjadikanku sebagai Tuhan kalian.

 

Dalam hal ini, salah satu karakteristik ahli neraka adalah saling berlepas diri antara satu dengan yang lainnya. Di dalam neraka, antara satu dengan yang lain saling melaknat dan mengecam.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Pekerjaan setan, menipu manusia dengan bisikan bukan dengan paksaan melakukan dosa. Maka sebagai alasan, jangan mengalungkan dosa-dosa sendiri pada setan.

2. Menaati selain Allah, dari apa yang tidak disenangi-Nya termasuk syirik.

3. Mengikuti setan pada hakikatnya kezaliman kepada diri sendiri dan para nabi ilahi yang telah bersusah payah memberikan petunjuk pada umat manusia.

Ayat ke 15-16

 

┘ê┘ÄϺÏ│┘ÆÏ¬┘Ä┘ü┘ÆÏ¬┘ÄÏ¡┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄÏ«┘ÄϺϿ┘Ä ┘â┘Å┘ä┘æ┘Šϼ┘ÄÏ¿┘æ┘ÄϺÏ▒┘ì Ï╣┘Ä┘å┘É┘èÏ»┘ì (15) ┘à┘É┘å┘Æ ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄϺϪ┘É┘ç┘É Ï¼┘Ä┘ç┘Ä┘å┘æ┘Ä┘à┘Å ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏ│┘Æ┘é┘Ä┘ë ┘à┘É┘å┘Æ ┘à┘ÄϺÏí┘ì ÏÁ┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ì (16)

 

Artinya:

Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala. (14: 15)

 

Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah. (14: 16)

 

Kita telah membahas janji Tuhan kepada kaum Mukminin bahwa ancaman para penentang tidak berpengaruh. Bahkan para penentang itu akan binasa dan terkena murka ilahi di dunia.

 

Dalam ayat ini, al-Quran menjelaskan, "Janji Allah ini akan terbukti dan para penentang tidak akan mencapai maksudnya." Inilah ganjaran perbuatan mereka di dunia ini dan pada hari kiamat meraka akan diazab keras. Saking kerasnya azab neraka, dalam panasnya api neraka mereka tidak diberi air yang segar. Tapi sebaliknya, mereka diberi minuman air nanah.

 

Dalam al-Quran, para nabi menjanjikan pertolongan ilahi kepada kaum muslimin. Tetapi kemenangan akhir akan terwujud pada akhir zaman, di tangan salah satu aulia Allah yaitu Imam Mahdi af. Maka sepanjang sejarah, kaum mukminin dari agama manapun tengah menanti janji ilahi ini.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Seorang mukmin selamanya tidak pernah putus asa dan senantiasa menanti kondisi yang lebih baik, hancurnya kezaliman dan berdirinya pemerintahan dunia yang adil.

2. Para penentang mengira gangguan dan ancamannya tidak akan dibalas. Pengadilan kiamat akan membuktikan kesalahan mereka dan menentukan balasannya.

 

Ayat ke 17

 

┘è┘ÄϬ┘Äϼ┘ÄÏ▒┘æ┘ÄÏ╣┘Å┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘è┘Ä┘â┘ÄϺϻ┘Å ┘è┘ÅÏ│┘É┘èÏ║┘Å┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘ç┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘Ä┘ê┘ÆÏ¬┘Å ┘à┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘ä┘æ┘É ┘à┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘ì ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï¿┘É┘à┘Ä┘è┘æ┘ÉϬ┘ì ┘ê┘Ä┘à┘É┘å┘Æ ┘ê┘ÄÏ▒┘ÄϺϪ┘É┘ç┘É Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘î Ï║┘Ä┘ä┘É┘èÏ©┘î (17)

 

Artinya:

Diminumnnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada azab yang berat. (14: 17)

 

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini mengungkapkan kondisi kaum Kafir di neraka. Karena kehausan dan tidak menemukan air, mereka terpaksa meminum air nanah. Sebagaimana siksaan bagi orang yang meminum khamar dan menghina kaum Mukminin, kini mereka berada dalam keadaan terhina.

 

Di sisi lain, azab hari kebangkitan sangat berat bagi penghuni neraka, sampai mereka melihat kematian di depannya. Namun tiada kematian pada hari kiamat dan di sana azab tiada akhirnya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Dengan berjalannya waktu, azab neraka tidak mudah bagi para penghuni neraka, hingga mereka terbiasa dengan azab tersebut. Sebaliknya, semakin lama azab semakin keras.

2. Neraka tiada akhirnya, azab abadi dan tidak menyebabkan kematian.

 

Ayat ke 18

 

┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ Ï¿┘ÉÏ▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ Ïú┘ÄÏ╣┘Æ┘à┘ÄϺ┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘â┘ÄÏ▒┘Ä┘à┘ÄϺϻ┘ì ϺÏ┤┘ÆÏ¬┘ÄÏ»┘æ┘ÄϬ┘Æ Ï¿┘É┘ç┘É Ïº┘äÏ▒┘æ┘É┘èÏ¡┘Å ┘ü┘É┘è ┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì Ï╣┘ÄϺÏÁ┘É┘ü┘ì ┘ä┘ÄϺ ┘è┘Ä┘é┘ÆÏ»┘ÉÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘É┘à┘æ┘ÄϺ ┘â┘ÄÏ│┘ÄÏ¿┘Å┘êϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘äÏÂ┘æ┘Ä┘ä┘ÄϺ┘ä┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄÏ╣┘É┘èÏ»┘Å (18)

 

Artinya:

Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (14: 18)

 

Al-Quran dalam berbagai ayat menegaskan hampanya perbuatan orang kafir, bagaikan abu yang diterpa angin kencang. Hal Ini berkaitan dengan perbuatan baik mereka, sedangkan perhitungan perbuatan buruknya telah jelas. Perbuatan baik meraka, tidak berarti dan sirna akibat perbuatan buruknya. Inilah ketentuan habth amal yang dijelaskan dalam al-Quran.

 

Namun bagi kaum Mukminin, Allah memberikan ketentuan merubah perbuatan buruknya menjadi kebaikan, jika bertaubat, menyesal dan memperbaiki perilakunya. Berkaitan dengan kesesatan dan manusia yang tersesat, al-Quran mendeskripsikannya beragam. Kadang menunjuknya dengan kesesatan yang nyata dan terkadang kesesatan yang jauh dan dalam. Ayat ini membicarakan tentang orang kafir yang sangat jauh dari kebenaran, dikatakan, "Mereka jauh dari jalan yang benar, sehingga sangat sulit bagi mereka untuk kembali."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Perbuatan orang kafir yang lahirnya kelihatan baik. Karena batin mereka tidak bersih laksana abu yang didalamnya api. Tiada yang tersisa, kecuali hitamnya asap.

2. Jangan tertipu oleh perbuatan orang kafir, karena tidak memiliki landasan dan cepat berlalu, tercerai berai dan binasa.

Ayat ke 11

 

┘é┘ÄϺ┘ä┘ÄϬ┘Æ ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘å┘Æ ┘å┘ÄÏ¡┘Æ┘å┘Å ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï¿┘ÄÏ┤┘ÄÏ▒┘î ┘à┘ÉϽ┘Æ┘ä┘Å┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘â┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘è┘Ä┘à┘Å┘å┘æ┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ï╣┘ÉÏ¿┘ÄϺϻ┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘å┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘å┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ│┘Å┘ä┘ÆÏÀ┘ÄϺ┘å┘ì ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏÑ┘ÉÏ░┘Æ┘å┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ü┘Ä┘ä┘Æ┘è┘ÄϬ┘Ä┘ê┘Ä┘â┘æ┘Ä┘ä┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä (11)

 

Artinya:

Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal. (14: 11)

 

Kita telah membahas salah satu alasan para penentang dakwah para nabi, mereka mengatakan, "Kalianpun sama seperti kami. Apa alasan kami harus menuruti kalian dan meninggalkan jalan para leluhur kami sendiri."

 

Dalam ayat ini, Allah Swt berfirman, "Walaupun para nabi juga manusia yang sama seperti kalian, tapi Allah telah memilih hambanya yang saleh dan layak untuk menerima risalah. Dan Allah menganugerahkan karunia kenabian kepada mereka agar mereka menjadi pemberi petunjuk bagi umat manusia."

 

Untuk mengukuhkan kebenaran risalah para nabi, Allah memberikan mukjizat kepada mereka yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. Hal ini sebagai bukti akan kebenaran dakwah mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Secara lahiriah semua manusia sama, namun batin dan spiritual masing-masing berbeda-beda. Siapapun, kecuali Tuhan, tiada yang mengetahuinya. Maka, janganlah menilai seseorang berdasarkan kondisi lahirnya.

2. Bertawakal kepada Allah dalam menghadapi para penentang merupakan konsekuensi keimanan kepada Allah. Seorang mukmin tidak akan berputus asa menghadapi keingkaran orang-orang kafir.

 

Ayat ke 12

 

┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘å┘ÄϺ Ïú┘Ä┘ä┘æ┘ÄϺ ┘å┘ÄϬ┘Ä┘ê┘Ä┘â┘æ┘Ä┘ä┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘ç┘ÄÏ»┘ÄϺ┘å┘ÄϺ Ï│┘ÅÏ¿┘Å┘ä┘Ä┘å┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘å┘ÄÏÁ┘ÆÏ¿┘ÉÏ▒┘Ä┘å┘æ┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë ┘à┘ÄϺ Ïó┘ÄÏ░┘Ä┘è┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Å┘ê┘å┘ÄϺ ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ü┘Ä┘ä┘Æ┘è┘ÄϬ┘Ä┘ê┘Ä┘â┘æ┘Ä┘ä┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅϬ┘Ä┘ê┘Ä┘â┘æ┘É┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä (12)

 

Artinya:

Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri". (14: 12)

 

Melanjutkan ayat sebelumnya tentang urgensi tawakal kepada Allah Swt, dalam ayat ini dikatakan, "Selain bergantung kepada Tuhan yang menentukan keselamatan manusia, kepada siapa kita peraya dan bergantung?" Namun, tawakal tidak berarti harus menyendiri dan menjauhi masyarakat, melainkan bermakna tegas menghadapi berbagai kesulitan dan berbagai gangguan. Salah satu ulah para penentang adalah mengganggu dan mencari-cari alasan. Sedangkan orang-orang mukmin, selalu berdiri teguh di jalan yang benar.

 

Dalam hal ini, kaum Mukmin ditolong oleh Allah Swt. Sedangkan orang-orang Kafir hanya bergantung kepada kekuatan manusia yang tidak berdaya melawan kehendak Allah. Dalam hal ini, Imam Ridha as berkata, "Salah satu ciri dari tawakkal sejati adalah tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah Swt dan inilah rahasia iman."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Allah-lah yang menganugerahkan petunjuk dan memberikan pertolongan. Maka, hanya kepada Allah kita bertawakal.

2. Konsekuensi berada di jalan Allah adalah menghadapi berbagai kesulitan. Munculnya berbagai gangguan, tidak akan mempengaruhi keimanan seorang mukmin. Dalam keadaan apapun, seorang mukmin tidak akan pernah meninggalkan keyakinan dan amal saleh.

 

Ayat ke 13-14

 

┘ê┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘ä┘ÉÏ▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ä┘Ä┘å┘ÅÏ«┘ÆÏ▒┘Éϼ┘Ä┘å┘æ┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É┘å┘ÄϺ Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘ä┘ÄϬ┘ÄÏ╣┘Å┘êÏ»┘Å┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è ┘à┘É┘ä┘æ┘ÄϬ┘É┘å┘ÄϺ ┘ü┘ÄÏú┘Ä┘ê┘ÆÏ¡┘Ä┘ë ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ä┘Ä┘å┘Å┘ç┘Æ┘ä┘É┘â┘Ä┘å┘æ┘Ä Ïº┘äÏ©┘æ┘ÄϺ┘ä┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä (13) ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘å┘ÅÏ│┘Æ┘â┘É┘å┘Ä┘å┘æ┘Ä┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É┘ç┘É┘à┘Æ Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ä┘É┘à┘Ä┘å┘Æ Ï«┘ÄϺ┘ü┘Ä ┘à┘Ä┘é┘ÄϺ┘à┘É┘è ┘ê┘ÄÏ«┘ÄϺ┘ü┘Ä ┘ê┘ÄÏ╣┘É┘èÏ»┘É (14)

 

Artinya:

Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami". Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu,(14: 13)

 

Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku". (14: 14)

 

Ketika para penentang menyaksikan keteguhan sikap kaum Mukminin, mereka mengancam para nabi dengan mengatakan, "Jika kalian tidak meninggalkan ajaran ini dan menolak ajaran kami, maka kalian tidak berhak lagi tinggal di negeri ini dan kalian harus pergi ke tempat lain."

 

Namun, Allah Swt sebagai penolong kaum Mukminin, menyampaikan wahyu kepada para nabi agar tidak takut terhdap ancaman tersebut. Karena, sebelum orang-orang kafir mengusir kaum Mukminin, Allah akan menurukan azab dan menghancurkan mereka serta menyerahkan kekuasaan kepada kaum mukminin. Tetapi janji ini hanya berlaku bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa, yang hanya takut kepada Allah dan tidak takut kepada yang lain.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1.Politik para penindas yang tidak logis berupa ancaman dan pengusiran yang harus dibalas dengan ancaman lagi.

2. Salah satu janji pasti dari Tuhan adalah menghancurkan orang-orang zalim dan mendirikan pemerintahan orang-orang saleh. Pemerintahan tersebut akan terwujud pada akhir zaman dengan datangnya Imam Mahdi af dari silsilah keturunan Rasulullah Saw.

3. Orang kafir meyakini wilayah kekuasaan mereka dan tidak mengakui hak seorang mukmin. Padahal di hadapan Tuhan sebaliknya, bumi adalah hak orang-orang mukmin.

Ayat ke 7-8

 

┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘Æ Ï¬┘ÄÏú┘ÄÏ░┘æ┘Ä┘å┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Å┘â┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄϪ┘É┘å┘Æ Ï┤┘Ä┘â┘ÄÏ▒┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄÏú┘ÄÏ▓┘É┘èÏ»┘Ä┘å┘æ┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϪ┘É┘å┘Æ ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘É┘è ┘ä┘ÄÏ┤┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘î (7) ┘ê┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë ÏÑ┘É┘å┘Æ Ï¬┘Ä┘â┘Æ┘ü┘ÅÏ▒┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É Ï¼┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ä┘ÄÏ║┘Ä┘å┘É┘è┘æ┘î Ï¡┘Ä┘à┘É┘èÏ»┘î (8)

 

Artinya:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (14: 7)

 

Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (14: 8)

 

Kita telah membahas sebelumnya tentang Nabi Musa as yang menasehati Bani Israil agar mensyukuri nikmat atas dibebaskannya mereka dari perbudakan Firaun. Hal ini menjadi prinsip bahwa mensyukuri atau mengkufuri nikmat berperan besar bagi bertambah maupun hilangnya nikmat.

 

Namun mensyukuri dan memuji Tuhan memiliki tingkatan. Adakalanya pada tingkatan lisan seperti berzikir dengan lisan dan berdoa. Terkadang pula syukur dalam perbuatan dengan menginfakkan dan menafkahkan semua fasilitas yang diberikan Allah Swt, demi mencari ridha-Nya. Memanfaatkan nikmat mata untuk menuntuk ilmu dan melayani sesama makhluk Allah Swt, bukan untuk mencari keuntungan yang tidak halal. Ketika manusia mengetahui bahwa ilmu dan hartanya dari Allah bukan dari dirinya, inilah sebuah bentuk syukur. Sebaliknya, ketika manusia menggunakan nikmat Ilahi ini di jalan yang salah, pada dasarnya tidak bersyukur terhadap nikmat Allah.

 

Dalam riwayat disebutkan bahwa Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Musa as untuk mensyukuri-Nya. Musa berkata, "Aku tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan perintah ini, karena setiap kali aku bersyukur, muncul nikmat lainnya yang mesti aku syukuri pula." Tuhan menjawab, "Pengakuanmu tentang apapun yang kamu miliki dari-Ku, sebagai syukur terbaik." Maka secara alamiah mempergunakan berbagai nikmat Allah di jalan yang tidak disenangi-Nya, merupakan kufur nikmat dan Allah berjanji akan mengazabnya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Salah satu ketentuan ilahi bahwa syukur menyebabkan bertambahnya nikmat dan kufur menyebabkan turunnya azab.

2. Tuhan tidak membutuhkan syukur dan pujian dari kita. Namun, spirit bersyukur memicu pertumbuhan moralitas diri kita dan sarana menerima nikmat yang lebih besar lagi.

 

Ayat ke 9

 

Ïú┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘å┘ÄÏ¿┘ÄÏú┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É ┘å┘Å┘êÏ¡┘ì ┘ê┘ÄÏ╣┘ÄϺϻ┘ì ┘ê┘ÄϽ┘Ä┘à┘Å┘êÏ»┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Šϼ┘ÄϺÏí┘ÄϬ┘Æ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏ¿┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘ÄϺϬ┘É ┘ü┘ÄÏ▒┘ÄÏ»┘æ┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘è┘ÆÏ»┘É┘è┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è Ïú┘Ä┘ü┘Æ┘ê┘ÄϺ┘ç┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘ÄϺ ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Æ┘å┘ÄϺ Ï¿┘É┘à┘ÄϺ Ïú┘ÅÏ▒┘ÆÏ│┘É┘ä┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ Ï¿┘É┘ç┘É ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ü┘É┘è Ï┤┘Ä┘â┘æ┘ì ┘à┘É┘à┘æ┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê┘å┘Ä┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘ÅÏ▒┘É┘èÏ¿┘ì (9)

 

Artinya:

Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya". (14: 9)

 

Ayat ini mengabarkan tentang puncak pengingkaran para penentang nabi di sepanjang sejarah. Walaupun umat-umat terdahulu telah menyaksikan mukjizat yang nyata dan argumentasi yang terang, mereka masih merasa berada dalam keraguan dan mengatakan tidak akan beriman, bahkan menutupkan tangan mereka ke mulutnya sendiri. Mereka diam dan tidak mengizinkan dirinya mendengarkan perkataan orang yang lain.

 

Ketika menyaksikan mukjizat yang begitu jelas, orang yang ragu laksana orang yang di siang hari yang terang benderang mengatakan bahwa saya ragu apakah hari ini siang atau malam. Keraguan seperti ini tidak bisa diterima. Namun, ketika kita ragu saat tanya jawab dan dialog dalam menemukan hakikat, keraguan seperti ini menyebabkan sampainya pada iman yang teguh dan menjamin manusia mampu menghadapi berbagai permasalahan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Mengkaji sejarah orang-orang terdahulu dan mengenal sunah ilahi, sebagai pelajaran bagi generasi mendatang dalam mencapai jalan yang lurus.

2. Keraguan orang kafir terhadap kebenaran agama berdasarkan penentangan buta bukan karena mengkaji dan menelitinya secara logis.

 

Ayat ke 10

 

┘é┘ÄϺ┘ä┘ÄϬ┘Æ Ï▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘Ä┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï┤┘Ä┘â┘æ┘î ┘ü┘ÄϺÏÀ┘ÉÏ▒┘É Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘è┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê┘â┘Å┘à┘Æ ┘ä┘É┘è┘ÄÏ║┘Æ┘ü┘ÉÏ▒┘Ä ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ï░┘Å┘å┘Å┘êÏ¿┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏñ┘ÄÏ«┘æ┘ÉÏ▒┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ïú┘Äϼ┘Ä┘ä┘ì ┘à┘ÅÏ│┘Ä┘à┘æ┘ï┘ë ┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘å┘Æ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï¿┘ÄÏ┤┘ÄÏ▒┘î ┘à┘ÉϽ┘Æ┘ä┘Å┘å┘ÄϺ Ϭ┘ÅÏ▒┘É┘èÏ»┘Å┘ê┘å┘Ä Ïú┘Ä┘å┘Æ Ï¬┘ÄÏÁ┘ÅÏ»┘æ┘Å┘ê┘å┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘à┘æ┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘è┘ÄÏ╣┘ÆÏ¿┘ÅÏ»┘Å Ïó┘ÄÏ¿┘ÄϺÏñ┘Å┘å┘ÄϺ ┘ü┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘Å┘ê┘å┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏ│┘Å┘ä┘ÆÏÀ┘ÄϺ┘å┘ì ┘à┘ÅÏ¿┘É┘è┘å┘ì (10)

 

Artinya:

Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata". (14: 10)

 

Para penentang bahkan tidak mengizinkan nabi-nabi ilahi menyelesaikan pembicaraannya. Menghadapi sikap tidak terpuji mereka, al-Quran menuturkan, saat para nabi dalam posisi membela agama Tuhan, mereka mengatakan bahwa seandainya kalian mengingkari kami, apakah Tuhan pun bisa kalian ingkari? Dia pencipta kalian dan mengajak menuju jalan yang lurus. Jika tidak menerima sampai batas akhir Ilahi berlaku, maka tidak ada jalan lagi untuk bertaubat dan terhindar dari murka Ilahi. Karena itu, selama masih ada kesempatan kembalilah menuju jalan Allah Swt.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Para nabi mengajak umat manusia menuju kesucian dari berbagai dosa. Maka, manusia yang tercemar dosa dan kerusakan, tidak akan mendengarkan perkataannya.

2. Kaum muslimin adalah pengikut kebenaran. Islam tidak menerima sikap fanatik berdasarkan ras, etnis dan mengikuti para leluhur yang tidak logis.

Ayat ke 4

 

┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘ì ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï¿┘É┘ä┘ÉÏ│┘ÄϺ┘å┘É ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É┘ç┘É ┘ä┘É┘è┘ÅÏ¿┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘è┘ÅÏÂ┘É┘ä┘æ┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘ç┘ÆÏ»┘É┘è ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ▓┘É┘èÏ▓┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘â┘É┘è┘à┘Å (4)

 

Artinya:

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (14: 4)

 

Pada pembahasan yang lalu, telah dijelaskan bahwa Allah Swt berfirman tentang orang yang mengikuti hawa nafsunya, menolak kebenaran dan mengingkari para nabi. Dalam ayat ini, Allah Swt berfirman bahwa para nabi ilahi tidak pernah lalai menjalankan tugasnya dan mereka berbicara dengan bahasa kaumnya berdasarkan tingkat pemahaman masing-masing. Sehingga para penentang tidak memiliki satu alasan pun untuk menolak kebenaran dengan mengatakan bahwa kami tidak memahami perkataannya.

 

Secara alamiah, setiap perbuatan manusia diiringi oleh reaksinya sendiri. Orang yang menutup mata, telinga dan akalnya dari kebenaran, berada dalam kesesatan. Selain itu, kehidupan mereka berada dalam kesempitan. Inilah ganjaran yang diberikan Allah kepada mereka di dunia, sebagaimana para pencari kebenaran yang menerima petunjuk para nabi, mendapatkan kebaikan dalam hidupnya. Inilah ganjaran kebaikan mereka di dunia. Maksud dari ayat ini yang menyebutkan bahwa Allah menyesatkan, adalah bahwa orang yang keras kepala karena kesalahannya sendiri, tidak mendapatkan rahmat Allah Swt. Inilah kerugian bagi mereka.

 

Sebagaimana dalam ayat lainnya disebutkan bahwa Tuhan tidak menyesatkan manusia, kecuali orang-orang yang zalim dan berlebihan sebagai tanda dari dampak kezaliman dan dosa yang jauh dari cahaya Ilahi. Seandainya Allah Swt hendak menyesatkan seseorang, Allah tidak mengutus para nabi untuk memberikan petunjuk bagi umat manusia. Allah tidak mengutus para nabi untuk memberikan petunjuk bagi umat manusia. Padahal, Allah Swt telah menurunkan kitab suci dan para nabinya untuk menyelamatkan umat manusia. Namun, sebagian manusia tidak memberikan hatinya di jalan kebenaran.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Bahasa para nabi bukan bahasa khusus yang hanya dipahami oleh kaum cendekia saja, namun mereka berbicara dengan bahasa kaumnya berdasarkan tingkat pemahaman mereka sebagai argumentasi untuk semua.

2. Allah bersikap bijaksana kepada semua manusia, baik yang berperilaku baik maupun yang buruk. Semua mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya masing-masing.

 

Ayat ke 5

 

┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë Ï¿┘ÉÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘É┘å┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ Ïú┘ÄÏ«┘ÆÏ▒┘Éϼ┘Æ ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏ©┘æ┘Å┘ä┘Å┘à┘ÄϺϬ┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘å┘æ┘Å┘êÏ▒┘É ┘ê┘ÄÏ░┘Ä┘â┘æ┘ÉÏ▒┘Æ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏú┘Ä┘è┘æ┘ÄϺ┘à┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘ì ┘ä┘É┘â┘Å┘ä┘æ┘É ÏÁ┘ÄÏ¿┘æ┘ÄϺÏ▒┘ì Ï┤┘Ä┘â┘Å┘êÏ▒┘ì (5)

 

Artinya:

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (14: 5)

 

Mengiringi sebuah kaidah umum tentang dakwah para nabi di ayat sebelumnya, ayat ini mengisyaratkan metode Nabi Musa as, sebagaimana disebutkan dalam al-Quran bahwa ia hendak membebaskan manusia yang terikat rantai perbudakan Firaun dan penyembahan berhala para pembohong. Untuk membuktikan kebenaran kalinnya, Musa as memperlihatkan mukjizat kepada masyarakat. Umat Nabi Musa pada periode tertentu menerima dakwah ilahi dan pada saat yang lain menolaknya. Maka masa risalah Musa as ada waktu-waktu yang dipenuhi karunia rahmat Ilahi dan ada pula waktu yang dipenuhi kesulitan. Al-Quran menyebutkan sebagai ayyamullah (hari-hari Allah). Hari-hari tersebut untuk mengingatkan manusia dari kelalaian dan mengambil pelajaran darinya.

 

Kaum Bani Israel dengan izin Allah suatu saat selamat melintasi sungai Nil dan musuh-musuhnya tenggelam. Namun, karena mengingkari nikmat Allah, di saat yang lain kaum ini selama 40 tahun berada dalam kesulitan dan tersesat di padang Sahara sebagai pengingat bagi mereka dan keturunnya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Mengingat sejarah para pendahulu, adalah media untuk bersabar menghadapi kesulitan dan bersyukur atas berbagai karunia Ilahi.

2. Memperingati hari-hari yang menentukan nasib sejarah sebuah umat terutama umat Islam adalah perintah Ilahi.

 

Ayat ke 6

 

┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘Æ ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë ┘ä┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É┘ç┘É ÏºÏ░┘Æ┘â┘ÅÏ▒┘Å┘êϺ ┘å┘ÉÏ╣┘Æ┘à┘ÄÏ®┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘ÉÏ░┘Æ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¼┘ÄϺ┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ïó┘Ä┘ä┘É ┘ü┘ÉÏ▒┘ÆÏ╣┘Ä┘ê┘Æ┘å┘Ä ┘è┘ÄÏ│┘Å┘ê┘à┘Å┘ê┘å┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ Ï│┘Å┘êÏí┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏ░┘ÄÏ¿┘æ┘ÉÏ¡┘Å┘ê┘å┘Ä Ïú┘ÄÏ¿┘Æ┘å┘ÄϺÏí┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ¡┘Æ┘è┘Å┘ê┘å┘Ä ┘å┘ÉÏ│┘ÄϺÏí┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ü┘É┘è Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘Ä┘ä┘ÄϺÏí┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘â┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ©┘É┘è┘à┘î (6)

 

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu". (14: 6)

 

Ayat ini adalah kelanjutan dari ayat sebelumnya dengan menyebut perintah mengingat hari-hari Tuhan. Dalam al-Quran diceritakan tentang salah satu hari-hari terbesar bagi kaum Yahudi, yaitu hari keselamatan mereka dari tangan Firaun. Berdasarkan ramalan para tukang sihirnya, tentang kelahiran Musa as yang mengancam singgahsananya, Firaun memmerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki dan membiarkan hidup bayi perempuan. Dengan berbagai alasan, Firaun menyiksa dan membunuh para pemuda Bani Israel serta memperbudak para gadis dan kaum wanitanya. Inilah ujian terbesar Bani Israel, hingga jelas apa reaksi mereka menghadapi Firaun.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Nikmat kebebasan merupakan karunia Ilahi dan Tuhan memerintahkan mengingat nilainya untuk generasi mendatang.

2. Walaupun perilaku Firaun dan antek-anteknya adalah keburukan, bagaimanapun hal ini merupakan ujian Allah bagi umat manusia.

Dengan berakhirnya pembahasan tafsir surat ar-Ra'd, kita memasuki surat Ibrahim. Kebanyakan ayat dari surat ini diturunkan di Mekah. Nama surat ini diambil dari nama Nabi Ibrahim as. Agama yang dibawa Ibrahim as. merupakan akar dari tiga agama besar dunia; Yahudi, Kristen dan Islam. Baiklah, mari kita memasuki pembahasan surat ini dengan terlebih dahulu mendengarkan bacaan surat Ibrahim ayat pertama.

 

Ayat ke 1

 

Ϻ┘äÏ▒ ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘î Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘ä┘ÉϬ┘ÅÏ«┘ÆÏ▒┘Éϼ┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏ©┘æ┘Å┘ä┘Å┘à┘ÄϺϬ┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘å┘æ┘Å┘êÏ▒┘É Ï¿┘ÉÏÑ┘ÉÏ░┘Æ┘å┘É Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë ÏÁ┘ÉÏ▒┘ÄϺÏÀ┘É Ïº┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ▓┘É┘èÏ▓┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘à┘É┘èÏ»┘É (1)

 

Artinya:

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (14: 1)

 

Tujuan para nabi dan rasul adalah menyelamatkan manusia dari perbudakan nafsu dan godaan setan, serta membebaskan masyarakat dari cengkeraman penguasa zalim (tagut). Selain itu, mereka diutus untuk memutus rantai tradisi keliru yang secara turun menurun dipelihara dan dilestarikan di tengah masyarakat. Jika hal ini terwujud, maka terbentang jalan bagi penyembahan Tuhan Yang Maha Esa dan jalan bagi manusia untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya.

 

Ketika kita kaji lebih jauh, kata zhulumat yang berarti kegelapan dalam al-Quran selalu disebut dalam bentuk jamak. Adapun nur yang berarti cahaya, berbentuk tunggal. Hal ini menunjukan bahwa jalan kegelapan sebagaimana syirik, kekufuran dan nifak itu beraneka ragam, sedangkan jalan kebenaran hanya satu.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Kitab samawi tidak cukup untuk memberikan petunjuk. Untuk itu Allah mengutus bersamanya para nabi dan rasul serta para pemimpin ilahi untuk membimbing umat manusia, sehingga petunjuk ilahi dijalankan di tengah umat manusia, sekaligus sebagai suri tauladan dalam penerapannnya.

2. Tujuan utama agama-agama langit adalah menyelamatkan manusia dari kegelapan; dari kebodohan menuju cahaya ilmu, dari kegelapan perpecahan dan persengketaaan menuju cahaya persatuan serta dari kegelapan dosa menuju cahaya takwa.

 

Ayat ke 2

 

Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘ê┘Ä┘ê┘Ä┘è┘Æ┘ä┘î ┘ä┘É┘ä┘Æ┘â┘ÄϺ┘ü┘ÉÏ▒┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘ì Ï┤┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ì (2)

 

Artinya:

Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. (14: 2)

 

Berdasarkan ayat ini, kedudukan kitab langit memberikan petunjuk bagi umat manusia, sebagaimana dalam penjelasan ayat ini, "Yang menurunkan kitab adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan segenap isinya, juga manusia."

 

Bagaimana manusia sebagai makhluk di hadapan penciptanya, mengingkari keberadaan Allah dan kitab suci-Nya? Apakah pengingkaran ini berdasarkan argumentasi logis ataukah mengikuti hawa nafsu? Tentu saja, hal ini hanya karena hawa nafsunya yang selalu mengajak kepada dosa dan maksiat.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Kita mengikuti undang-undang yang datang dari pencipta yang mengetahui seluruh kebutuhan dan kapasitas kita. Meninggalkan undang-undang ilahi dan mengikuti ketentuan manusia adalah sebuah bentuk kekufuran.

2. Tuhan tidak rugi atas pengingkaran kita. Sama hal jika kita berlindung di dalam rumah dan menghindari cahaya matahari. Apa yang kita lakukan tidak menyebabkan kerugian bagi matahari, namun sebaliknya kerugian ada pada kita karena tidak mendapatkan pancaran sinarnya.

 

Ayat ke 3

 

Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ¡┘ÉÏ¿┘æ┘Å┘ê┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘ÄϺϮ┘Ä Ïº┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘Æ┘è┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏÁ┘ÅÏ»┘æ┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘å┘Æ Ï│┘ÄÏ¿┘É┘è┘ä┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ¿┘ÆÏ║┘Å┘ê┘å┘Ä┘ç┘ÄϺ Ï╣┘É┘ê┘Äϼ┘ïϺ Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘ü┘É┘è ÏÂ┘Ä┘ä┘ÄϺ┘ä┘ì Ï¿┘ÄÏ╣┘É┘èÏ»┘ì (3)

 

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (14: 3)

 

Ayat ini menjadi argumentasi dasar bahwa kaum kafir menentang jalan para nabi dan rasul. Akar dari kekufuran mereka adalah cinta dunia dan mengikuti hawa nafsunya. Mereka hanya mengharapkan kenikmatan dunia, dengan bebas melakukan apa saja yang diinginkannya; makan, minum, berpakaian dan berbuat sesuka hati. Manusia seperti ini mengingkari keberadaan agama yang akan menghalangi semua perbuatannya yang tidak terpuji.

 

Keberimanan tidak hanya pemikiran dan keyakinan saja. Tetapi keberimanan adalah menjalankan ketentuan yang telah ditetapkan agama. Orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya tidak bersedia untuk memenuhi hal tersebut. Al-Quran mengatakan, "Orang-orang kafir tidak cukup sampai di sini, mereka pun mengajak orang lain mengikuti jalannya". Maka, mereka menyebut para nabi dan rasul sebagai orang-orang sesat dan jalannya sebagai jalan yang keliru, supaya masyarakat menerima mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Orang kafir menyukai kerusakan dan kemunkaran. Salah satu cara yang paling sering dilakukan orang kafir dengan menebarkan berbagai kerusakan dan kemunkaran di muka bumi. Selain itu dalam menghadapi para nabi dan rasul yang merupakan lawan-lawannya, mereka menyebarluaskan propaganda yang tidak benar tentang agama langit dan jalan para nabi.

2. Yang paling berbahaya dari cara hidup orang-orang kafir adalah memilih dunia dari pada akhirat. Bagi mereka, hidup adalah mencari kelezatan di dunia ini.

Ayat ke 42

 

┘ê┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘à┘Ä┘â┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘Ä┘â┘ÆÏ▒┘Šϼ┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ┘à┘ÄϺ Ϭ┘Ä┘â┘ÆÏ│┘ÉÏ¿┘Å ┘â┘Å┘ä┘æ┘Å ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘ì ┘ê┘ÄÏ│┘Ä┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘Å┘ü┘æ┘ÄϺÏ▒┘Å ┘ä┘É┘à┘Ä┘å┘Æ Ï╣┘Å┘é┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ϻ┘äÏ»┘æ┘ÄϺÏ▒┘É (42)

 

Artinya:

Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka (kafir Mekah) telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah dalam kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu.(13: 42)

 

Dalam ayat-ayat sebelumnya disinggung bahwa Allah Swt kepada Rasulullah Saw berfirman, Jika musyrikin Mekah menentangmu, janganlah khawatir karena nabi-nabi sebelumnya juga menghadapi penentang dalam jumlah besar. Akan tetapi Allah Swt akan memberikan azab di dunia maupun di akherat kepada mereka.

 

Ayat ini yang merupakan lanjutan ayat-ayat sebelumnya, mengatakan, kaum kafir berpikir dapat melarikan diri dari kemurkaan dan azab Allah Swt. Dalam benak mereka terlintas mengelabui atau melakukan makar kepada Allah Swt. Padahal segala sesuatunya berada di bawah kekusaaan Allah Swt. Jika terlintas melakukan makar, maka ketahuilah bahwa Allah dengan ilmunya yang tidak terbatas, meliputi segala sesuatu di alam semesta ini. Bahkan sesuatu yang terlintas dalam benak manusia tidak luput dari pengawasannya.

 

Allah Swt memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Namun mereka menyalahgunakan kesempatan yang diberikan Allah Swt, dan tetap berada dalam kekafiran. Lebih dari itu, mereka menduga kesempatan yang ada adalah bukti kasih sayang Allah Swt. Padahal hal itu merupakan kebijaksanaan ilahi supaya mereka bertaubat serta tidak tersesat di jalan kekufuran. Anehnya, manusia sebagai makhluk yang lemah ingin berhadapan dengan Allah Swt. Padahal semua kekuatan dan kemuliaan secara mutlak bermuara dari Allah Swt. Untuk itu, siapapun yang melakukan makar terhadap Allah Swt dan agama-Nya akan terkena azab dari Yang Maha Kuat.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Sebagian manusia berusaha melakukan makar terhadap Allah Swt. Padahal,makar itu baru bisa diterapkan ketika pihak lawan berada dalam kondisi lengah. Sementaraitu, Allah Swt tidak akan pernah lengah dan senantiasa mengawasi segala sesuatu di alam semesta ini.

2. Janganlah berpikir pendek. Dengan ibarat lain, jangan melihat orang-orang kafir saat ini. Akan tetapi kita harus berpikir ke depan, yakni dampak dari kekafiran itu.

 

Ayat ke 43

 

┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘ä┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘Ä ┘à┘ÅÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘ïϺ ┘é┘Å┘ä┘Æ ┘â┘Ä┘ü┘Ä┘ë Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï┤┘Ä┘ç┘É┘èÏ»┘ïϺ Ï¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘É┘è ┘ê┘ÄÏ¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ Ï╣┘É┘å┘ÆÏ»┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘É┘ä┘Æ┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É (43)

 

Artinya:

Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab".(13: 43)

 

Ayat ini merupakan akhir ayat surat ar-Raad, yang mengungkapkan puncak pengingkaran orang orang yang menentang Rasulullah Saw. Mereka secara terang-terangan mengingkari risalah yang diemban oleh Rasulullah Saw. Pada awal surat ini, Allah Swt menyampaikan pesan kepada Rasulullah Saw dan orang-orang mukmin bahwa apa yang disampaikan oleh Rassulullah Saw itu benar. Akan tetapi banyak orang yang tidak mengimaninya. Untuk itu, jangan ragu dan bimbang mengimani ajaran yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.

 

Dalam ayat ini, Allah Swt kepada Rasulullah Saw mengatakan, katakan kepada orang-orang yang ingkar bahwa aku tidak menunggu pengakuan kalian untuk menyampaikan risalah ilahi. Pengutusan Allah Swt kepadaku sebagai utusan-Nya dan keimanan atas kitab suci oleh segelintir orang meski seorang saja, itu sudah cukup bagiku.

 

Menurut sejumlah riwayat, pengertian orang yang mempunyai ilmu kitab yang disinggung di penghujung surat ar-Raad ini, adalah Imam Ali as, yang merupakan orang pertama mengimani Rasulullah Saw dan membelanya hingga akhir hayat. Sangat jelas bahwa keimanan seseorang seperti Imam Ali bin Abi Thalib as lebih baik di banding kekafiran ribuan orang musyrik dan kesaksiannya atas risalah menyingkirkan kekufuran dan kebimbangan para penentang. Sebab keimanan yang tertanam pada jiwa Imam Ali as berlandaskan pada ilmu dan makrifah, bukan karena tendensi rasialis atau kekeluargaan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Seseorang yang menyatakan beriman kepada Allah Swt, tidak akan kalah di hadapan penghinaan dan tudingan-tudingan bohong yang disampaikan oleh orang-orang kafir.

2. Kuantitas bukanlah standar. Bahkan, nilai kesaksian seorang ulama lebih berharga di banding pengingkaran orang-orang yang jahil atau bodoh.

Ayat ke 39

 

┘è┘Ä┘à┘ÆÏ¡┘Å┘êϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘è┘ÅϽ┘ÆÏ¿┘ÉϬ┘Å ┘ê┘ÄÏ╣┘É┘å┘ÆÏ»┘Ä┘ç┘Å Ïú┘Å┘à┘æ┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É (39)

 

Artinya:

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).(13: 39)

 

Berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan hadits ada dua macam ketentuan Allah. Pertama,menyangkut perkara yang permanen sehingga aturannya juga tetap. Tentang ketentuan ini ada beberapa ayat suci di antaranya adalah ayat 29 surah Qaf, Maa Yubaddalul Qaulu Ladayya, artinya tidak ada perubahan dalam firman-Ku. Ayat berikutnya adalah ayat 162 suratal-Baqarah, "Kullu Syaiin 'indahu bimiqdar" artinya dan setiap sesuatu di sisi-Nya sesuai dengan takaran. Ketentuan seperti ini disebutkan dalam firman Allah, "Fi lauhin mahfudh". Hanya mereka yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah yang dapat mengetahui ketentuan di lauh mahfudh ini.

 

Kedua,adalah ketentuan yang berhubungan dengan perkara yang tidak tetap dan bergantung pada perbuatan manusia, seperti taubat yang mendapatkan ampunan, atau sedekah yang dapat menolak bala atau kezaliman yang mendatangkan murka ilahi. Artinya,dalam mengurusi alam ciptaannya, Allah membuat ketentuan yang tidak tetap dan disesuaikan dengan kondisi dan perubahan yang terjadi di alam ciptaan. Hal itu karena kebijaksanaan dan ilmu-Nya yang tak terbatas. Perubahan yang terjadi pada ketentuan jenis kedua ini bukan karena kebodohan Allah- naudzubillah- tetapi karena kebijaksanaan ilahi dan ketergantungan pada situasi. Ayat al-Quran ud'uuni astajib lakum, serulah Aku niscaya Aku akan memenuhi seruan kalian, adalah salah satu contoh ketentuan jenis ini. Dengan berdoa manusia dapat mengubah nasib dan keadaannya.

 

Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1.Allah memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk mengubah tatanan ketentuan alam maupun syariat.

2.Setelah menciptakan alam semesta beserta isinya, Allah Swt tidak berlepas tangan, tetapi mengawasi dan mengurusinya. Karena Dia adalah Rabb.

3.Penghapusan atau penetapan segala ketentuan alam ada di tangan Allah semata.

4.Menghapus atau menetapkan sesuatu, selalu didasarkan pada kebijaksanaan dan ilmu Allah Swt.

 

Ayat ke 40

 

┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘Æ ┘à┘ÄϺ ┘å┘ÅÏ▒┘É┘è┘Ä┘å┘æ┘Ä┘â┘Ä Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏÂ┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è ┘å┘ÄÏ╣┘ÉÏ»┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘å┘ÄϬ┘Ä┘ê┘Ä┘ü┘æ┘Ä┘è┘Ä┘å┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¿┘Ä┘ä┘ÄϺÏ║┘Å ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ÆÏ¡┘ÉÏ│┘ÄϺϿ┘Å (40)

 

Artinya:

Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.(13: 40)

 

Dalam kehidupan dunia ini kita menyaksikan kenikmatan yang didapatkan oleh kaum mukmin karena keimanan dan kesalehannya juga kemalangan yang menimpa kaum kafir karena kekafiran mereka. Kisah umat-umat terdahulu juga menjadi bagian dari pembahasan ini. Kisah umat Nabi Nuh yang ditenggelamkan, atau umat Nabi Hud yang dihancurkan Allah dengan azab-Nya adalah karena keingkaran mereka dan Allah sudah menjanjikan azab buat mereka di dunia.

 

Ayat ini menyapa Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, "Wahai Nabi, Kami memang telah menjanjikan kebaikan dan kebahagiaan bagi mereka yang beriman sebagaimana juga telah menjanjikan kesengsaraan bagi mereka yang kafir dan ingkar. Mungkin Kami berkenan menunjukkan kepadamu sebagian dari janji Kami itu, atau mungkin pula tidak sampai engkau wafat. Tetapi apapun yang terjadi, janji Kami pasti terpenuhi. Sebagai Rasul, engkau hanya bertugas menyampaikan risalah dan janji Kami kepada umatmu. Keimanan atau keingkaran mereka adalah urusan Kami dan Kami lah yang akan memperhitungkannya.

 

Allah tidak akan membiarkan kekafiran dan keingkaran tanpa balasan. Balasan dan azab mungkin datang menimpa mereka ketika Nabi Saw masih hidup dan mungkin pula datang setelah beliau wafat. Yang pasti mereka pasti akan menerima balasan atas keingkaran mereka. Allah Swt tidak memikulkan tugas kepada Nabi Saw selain menyampaikan amanat risalah dan kalam ilahi kepada umatnya. Sedangkan perhitungan keimanan atau keingkaran umat, adalah urusan Allah.

 

Dari ayat tadi terdapat lima pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Kebahagiaan orang-orang mukmin yang mendapat anugerah dan berkah dari Allah atau kesengsaraan dan kemalangan kaum kafir karena murka Allah adalah sebagian kecil dari janji Allah kepada hamba-hamba-Nya.

2.Salah satu janji Allah kepada Nabi-Nya adalah mengunggulkan agama ini atas kekafiran. Terkadang janji Allah itu terlaksana setelah sang nabi wafat. Karena itu ayat ini melarang kita menantikan hasil pekerjaan kita dalam waktu dekat.

3.Baik anugerah kenikmatan maupun kemurkaan dan siksa, diberikan oleh Allah dengan perhitungan yang benar.

4.Tugas kita adalah menyampaikan kebenaran atau yang diistilahkan dengan tabligh. Kita tidak dibebani tugas tentang hasilnya. Allah lah yang kelak akan menghakimi.

5.Penangguhan azab bagi orang-orang kafir atas kekafiran mereka, bukan karena Allah menghapuskan balasan atas mereka. Azab ilahi akan datang pada waktunya.

 

Ayat ke 41

 

Ïú┘Ä┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ ┘è┘ÄÏ▒┘Ä┘ê┘ÆÏº Ïú┘Ä┘å┘æ┘ÄϺ ┘å┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘Ä ┘å┘Ä┘å┘Æ┘é┘ÅÏÁ┘Å┘ç┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘ÄÏÀ┘ÆÏ▒┘ÄϺ┘ü┘É┘ç┘ÄϺ ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘è┘ÄÏ¡┘Æ┘â┘Å┘à┘Å ┘ä┘ÄϺ ┘à┘ÅÏ╣┘Ä┘é┘æ┘ÉÏ¿┘Ä ┘ä┘ÉÏ¡┘Å┘â┘Æ┘à┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï│┘ÄÏ▒┘É┘èÏ╣┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘ÉÏ│┘ÄϺϿ┘É (41)

 

Artinya:

Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dialah Yang Maha cepat hisab-Nya.(13: 41)

 

Ayat ini adalah kelanjutan dari ayat sebelumnya tentang azab Ilahi yang pasti datang pada waktunya. Ayat ini menyatakan, mengapa kalian (wahai orang-orang kafir) tidak mengambil pelajran dari nasib umat-umat terdahulu. Bukankah kalian mengetahui bagaimana umat-umat terdahulu dibinasakan karena keingkaran mereka. Mereka menentang ajaran Allah dan menantang azab ilahi. Tidak ada yang dapat menolak turunnya azab Allah. Mengapa meski mengetahui kisah umat-umat terdahulu kalian tidak mengambil pelajaran supaya tidak terkena murka dan azab Allah? Allah Maha Kuasa. Dialah yang dengan kuasaNya mengurangi daerah-daerah dari tepinya sedikit demi sedikit.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1.Sebagian bencana alam terjadi karena kemurkaan Allah dan balasan atas keingkaran manusia. Jika datang, azab ilahi akan menimpa mereka yang ingkar dan mereka yang diam menyaksikan keingkaran.

2.Kematian alamiah adalah sebuah ketentuan yang telah Allah gariskan untuk manusia. Tidak ada seorang manusia pun yang lepas dari ketentuan ini dan tak ada yang dapat lari darinya. Karena itu, semua bangsa dan kaum pasti akan binasa. Hanya Allah lah yang kekal dengan kekuasaan-Nya.

Memberikan Harta Kepada Safih

 

Allah Swt berfirman, "Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." (QS. an-Nisa: 5)

 

Satu hal penting dalam ekonomi Islam adalah memperhatikan masalah modal yang dimiliki dan upaya mencegah agar tidak hilang sia-sia. Hal itulah yang membuat sebagian ayat-ayat al-Quran menyinggung masalah ini, termasuk ayat kelima dari surat an-Nisa. Dalam ayat ini, Allah Swt memperingatkan umat Islam agar tidak memberikan hartanya kepada mereka yang belum sepurna akalnya (Safih). Kata Safih dalam ayat ini berarti orang yang belum dewasa baik terkait masalah sosial maupun ekonomi dan masih belum mampu menggunakan modal dan hartanya dengan baik guna memperbaiki urusan dunianya.

 

Dari ayat kelima surat an-Nisa ini juga dipahami bahwa memberi makan sehari-hari mereka yang masih belum mampu mengelola hartanya sendiri tidak boleh berasal dari modal dan asal hartanya, tapi dari keuntungan yang didapat dari modal yang diputar di tangan orang lain.[1]

 

Dengan memperhatikan ayat ini, para tokoh masyarakat atau keluarganya harus bertanggung jawab atas harta mereka yang belum sempurna akalnya ini dan tidak memberikannya langsung kepada mereka. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan seseorang atau lembaga untuk mengelola harta mereka. Tapi bila tidak ada yang mampu melakukannya, maka pemerintah Islam harus turun tangan mengelola harta mereka dan keuntungan darinya diberikan kepada mereka agar kekayaan masyarat dapat terus berputar dan sebagian orang mendapatkan keuntungan dari modalnya.

 

Sumber: Hoshdar-ha va Tahzir-haye Qorani, Hamid Reza Habibollahi, 1387 Hs, Markaz-e Pajuhesh-haye Seda va Sima.

 



[1]
. Mahmud Zamakhsyari, al-Kassyaf 'an Haqaiq Ghawamidh at-Tanzil, Beirut, Dar al-Kitab al-Arabi, 1407 Hs, cet 3, jilid 1, hal 471.