کمالوندی

کمالوندی

Empat unit jet tempur Angkatan Udara Perancis dari tipe Rafale, Ahad (1/6) tiba di sebuah pangkalan udara di Barat India untuk berpartisipasi dalam manuver militer gabungan.

 

IRNA (1/6) melaporkan, sumber-sumber resmi India mengatakan, jet-jet tempur Perancis beserta 70 personel AU negara itu akan mengikuti latihan militer bersama udara dengan pasukan India.

 

Jet-jet tempur Perancis itu mendarat di pangkalan udara Jodhpur yang terletak di Rajasthan, India.

 

Manuver militer gabungan udara India dan Perancis yang dimulai pekan ini selama 10 hari berturut-turut diberi sandi "Garuda-5".

 

Dalam manuver militer yang digelar di dekat perbatasan Pakistan ini juga akan digunakan jet-jet tempur MiG-21.

 

Tujuan digelarnya manuver militer udara ini adalah pengenalan para pilot pesawat dua negara terhadap taktik-taktik tempur, pengisian bahan bakar di udara, reparasi dan pemeliharaan.

Wakil Koalisi Pemerintahan Hukum Irak di Parlemen negara itu memperingatkan Turki terkait dampak buruk pemutusan aliran air sungai Furat.

 

Situs berita Irak, Al Sumariya (1/6) melaporkan, Abdul Salam Maliki, Wakil Koalisi Pemerintahan Hukum Irak di Parlemen, Ahad (1/6) mengatakan, jika Turki terus melanjutkan pemutusan aliran sungai Furat, Irak akan menutup perusahaan-perusahaan Turki di negara itu atau Baghdad akan melayangkan surat pengaduan kepada pengadilan internasional.

 

Abdul Salam Maliki menambahkan, pemutusan aliran sungai Furat di Irak dan Suriah adalah kejahatan anti-kemanusiaan, dan berdasarkan aturan internasional dapat dikenai sanksi hukum. Langkah Turki ini akan berujung dengan memburuknya hubungan Baghdad-Ankara.

 

Ia menjelaskan, "Untuk membela hak-haknya, Irak melakukan langkah-langkah yang diperlukan seperti sanksi ekonomi terhadap Turki atau pengusiran perusahaan-perusahaan negara itu dari Irak dan atau pengaduan ke pengadilan internasional."

 

Maliki meminta pemerintah Turki untuk menghormati nota kesepahaman yang sudah ditandatangani kedua negara dan mematuhi aturan bertetangga. "Negara ini (Turki) telah melanggar seluruh kesepakatan internasional terkait negara-negara bertetangga dengan memutus aliran sungai Furat," katanya.

 

Kementerian Perairan Irak, Sabtu (31/5) mengumumkan, pemutusan aliran sungai Furat oleh Turki akan menciptakan bencana kemanusiaan di Irak dan Suriah.

 

Sejumlah media, Sabtu mengabarkan langkah Turki memutus aliran sungai Furat yang mengarah ke Irak dan Suriah.

Wakil Komandan Sepah Pasdaran (Pasukan Garda Revolusi Iran, IRGC) mengatakan, kekuatan lembaga kerakyatan ini adalah tulang punggung kebijakan luar negeri Republik Islam.

 

Brigjen Hossein Salami, wakil komandan IRGC dalam wawancaranya dengan Koran Jame Jam edisi Ahad (1/6) dan bertepatan dengan kelahiran Imam Husein as mengatakan, kemampuan Sepah Pasdaran menciptakan peluang bagi lembaga kebijakan luar negeri Iran untuk memainkan peran dalam transformasi regional dan internasional.

 

Hossein Salami menambahkan, musuh memahami setiap krisis yang mereka ciptakan di kawasan pasti gagalnya dan tidak ada krisis yang mampu mereka selesaikan tanpa bantuan Iran.

 

Brigjen Salami juga mengingatkan peran Iran dalam menjaga keamanan energi di kawasan. Ia menandaskan, musuh berbicara mengenai opsi tetap mereka miliki di atas meja, namun mereka tidak pernah mampu merealisasikan opsi tersebut, karena ngarai vital energi berada di tangan Iran.

 

Wakil komandan IRGC menegaskan, di puncak blokade sains dan teknologi ketika dunia mentuup akses dan jalan interaksi teknologi serta transfer senjata ke Iran, Sepah Pasdaran mampu memproduksi pesawat tanpa awak (drone).

Perdana Menteri Irak menggagas sebuah program baru untuk membersihkan wilayah Barat negara itu dari anasir teroris, yang mendapat sambutan kelompok-kelompok suku di wilayah tersebut. Sebagian sumber di Irak bahkan mengabarkan dicapainya kesepakatan awal antara pemerintah Baghdad dan kelompok etnik di wilayah Barat untuk menyelesaikan krisis di Provinsi Al Anbar.

 

Di antara isi kesepakatan itu adalah peletakan senjata oleh anak-anak kelompok etnik yang tertipu, penyerahan para teroris dan orang-orang yang terlibat dalam aksi pembunuhan warga tidak berdosa, membayar ganti rugi kepada keluarga korban di Provinsi Al Anbar bersamaan dengan dimulainya proses rekonstruksi wilayah itu dan merekrut anak-anak kelompok etnik yang sebelumnya ikut bertempur melawan teroris.

 

Kesepakatan ini rencananya akan dijalankan dalam sebuah pertemuan yang akan digelar di salah satu pangkalan militer Al Anbar dengan dihadiri petinggi pemerintah Irak, gubernur, para anggota Dewan Provinsi, tetua adat dan pembesar Al Anbar.

 

Sampai saat ini 23 kelompok suku kota Fallujah telah menyatakan dukungannya atas program prakarsa Nouri Al Maliki, PM Irak dan kesepakatan yang dicapai. Mereka mengumumkan berlepas tangan dari anak-anak mereka yang bergabung dengan kelompok teroris. Enam kelompok etnik lain di Al Anbar dikabarkan telah membentuk koalisi untuk berperang melawan para teroris Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam (DIIS) di kota Fallujah. Sampai sekarang 600 pemuda sudah bergabung dengan kelompok ini.

 

Poin pentingnya adalah, perhimpunan ulama kota Fallujah menyambut baik prakarsa Nouri Al Maliki untuk membuka hubungan dengan kelompok-kelompok etnik di wilayah Barat Irak dan programnya untuk membersihkan Provinsi Al Anbar. Mereka akan menghadiri pertemuan yang akan digelar dalam waktu dekat di provinsi itu dengan dihadiri oleh para petinggi pemerintah lokal dan pusat.

 

Sepertinya Maliki mampu menjalin hubungan yang baik dengan sebagian kelompok etnik di wilayah Barat Irak yang merupakan pusat konsentrasi Al Qaeda dan DIIS. PM Irak berharap kanal kerjasama kelompok-kelompok etnik dengan militer dapat mempercepat  penyelesaian krisis keamanan di Barat negara itu.

 

Masalah keamanan dalam beberapa bulan terakhir menjadi salah satu tantangan utama bagi Baghdad dan pribadi Al Maliki serta sebagian kalangan politik. Bahkan sebagian partai Syiah memprotes kinerja Al Maliki dalam menangani masalah-masalah keamanan dan memanfaatkannya untuk menjustifikasi alasan mereka menjauh dari koalisi Pemerintahan Hukum.

 

Saat ini ketika Irak tengah disibukkan dengan tawar-menawar politik untuk membentuk pemerintahan dan pengajuan kandidat Perdana Menteri, Maliki memanfaatkan kesempatan dengan baik guna meningkatkan daya tawar politik diri dan kubunya yang meraih mayoritas kursi di Parlemen dengan berkonsentrasi pada penyelesaian masalah-masalah keamanan.

 

Masalah-masalah yang selama dua tahun terakhir telah menguras waktu dan energi Irak. Maliki mengetahui dengan baik bahwa jika ia dapat mengendalikan instabilitas di Barat Irak dengan cara tertentu, yang pada kenyataannya adalah membatasi aktivitas DIIS dan Al Qaeda di Al Anbar, maka ia dapat mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri dan kubunya di fase yang serba sensitif seperti sekarang ini.

 

Kebijakan yang selama ini diterapkan Maliki adalah memukul posisi-posisi DIIS dan Al Qaeda di Provinsi Al Anbar serta menarik dukungan kelompok-kelompok etnik negara itu.

 

PM Irak selain ingin memenuhi tuntutan rakyat untuk menciptakan keamanan di negara itu, juga ingin menunjukkan kepada partai-partai penentangnya bahwa ia mampu mengontrol kondisi. Jika Maliki mampu mewujudkan ketenangan walau relatif di wilayah-wilayah Barat Irak, terutama Al Anbar, maka ini akan menjadi sebuah keunggulan baginya dan bagi koalisi Pemerintahan Hukum, kelompok yang menegaskan bahwa Maliki adalah satu-satunya kandidat untuk menduduki pos Perdana Menteri Irak mendatang.

Minggu, 01 Juni 2014 07:35

Sejarah Hidup ÔÇ£AisyahÔÇØ

Beliau adalah putri khalifah pertama (Abu bakar putra Abu Qahafah, dan keturunan Amir bin kaÔÇÖab dari keluarga bangsa Quraisy). Nama Ibunya Ummu Ruman putri Amir dan julukannya adalah Ummu Abdullah. Sekitar 5 tahun setelah pengangkatan Nabi SAW sebagai rasul, di kota mekah mukaramah beliau lahir ke dunia.
Setelah wafat Khadijah istri pertama yang setia, dua tahun sebelum Hijrah ke Madinah Nabi Muhamad SAW membawa Aisyah dalam pernikahan. Satu setengah tahun setelah hijrah dan setalah perang badar, atas keinginan ayahnya di bulan syawal dia dibawa ke rumah Rosul. Kebersamaanya dengan Rosul SAW selama delapan tahun lima bulan.
Beliau selalu menunjukkan kefanatikan terhadap perilaku pribadi Nabi terutama dalam datang dan perginya Nabi SAW. Sebagian para penulis musnad mengutip sebuah kejadian darinya, seluruhnya menjelaskan kefanatikan dan reaksinya di dalam permasalahan yang berbeda berkaitan dengan Rosul. Bagi yang menginginkan info lebih bisa merujuk pada kitab Musnad Ahmad jilid enam halaman 115, 147, 151, dan 221.
Kefanatikannya juga ada terhadap para istri lain dari nabi SAW contohnya terdapat di kitab sohih muslim bab Al-Ghairah, musnad Ahmad jilid enam halaman 111, 144, dan 277. Untuk menelusuri lebih lanjut bisa merujuknya.
Peristiwa Ϻ┘ü┌® ifk
Pertama-tama kita harus memeriksa kata ifk di dalam ayat ( Ϻ┘å Ϻ┘äÏ░█î┘å ϼϺÏí┘êϺ ϿϺ┘äϺ┘ü┌® Ï╣ÏÁϿϮ ┘à┘å┌®┘à.... ( pada surat Nur.
Fahrur Razi Berkata : Ϻ┘ü┌® berasal dari kata bohong dan umpatan berlebihan dan maknanya adalah Fitnah. Kata Ϻ┘ü┌® yang berarti ÔÇ£Perihal yang dapat merubah andaÔÇØ bermakna Ϻ┘ä┘é┘äÏ¿ dengan arti membalikkan sesuatu dan memiliki arti kebohongan dan fitnah terburuk. dan yang pasti tidak ada perbedaan dalam kumpulan para Penafsir, mereka pun menetapkan bahwasanya : fitnah dan umpatan ini jatuh pada keluarga Nabi dan salah satu istri Nabi yang mulia, tujuan asli sekelompok yang menuduh itu bermaksud menjerumuskan Rosul SAW; karena menuduh istri Nabi berarti menuduh Nabi tidak efisien dalam mengurus istri-istrinya. Dan jika ini memang terjadi pada istri Nabi maka tak lain dia adalah pelaku sesungguhnya bukannya Nabi. Oleh karena itu seluruh kelompok islam menentukan istri Nabi sebagai pelaku perbuatan yang di dalam ayat ini tuhan menyebutnya Ϻ┘ü┌® dan Nabi terbebas dan bersih dari segala tuduhan. Tapi ada perbedaan dalam tafsir ayat, jatuh pada siapakah ayat tersebut? Apa perbedaan sebab turunny ayat tersebut? Dan mereka menuduh kepada siapa salah satu dari para istri Nabi SAW? Sekelompok menuduh Mariah Qabtiyah ÔÇ£Ummu IbrahimÔÇØ, dan kelompok lain menuduh Aisyah.
Fahrur Razi selalu menulis kutipan dari beberap perawi, semuanya telah meriwayatkan dari Aisyah : kapan saja Nabi SAW bepergian, beliau selalu mengundi para istrinya untuk menemaninya. Namaku terpilih dalam pertempuran Bani Mustalaq dan aku berangkat bersama Nabi, sesampai pertengahan jalan di salah satu rumah dan saya menjauh dari perkemahan islam untuk suatu urusan, saat aku kembali aku baru menyadari diriku tersesat. Untuk mendapatkannya aku malah jauh dari rombongan dan tidak menemui satu orang pun. Kemudian harapan dari ketiadaan diriku membuat mereka sadar dan mereka kembali ketempat aku tertinggal untuk mencariku. Safwan bin Muatal yang selalu membuntuti rombongan, dan selalu mengumpulkan sesuatu yang tertinggal dari rombongan. Dia melihatku, mengenaliku dan menaikkanku ke atas tunggangannya dan menyampaikanku kepada rombongan; akan tetapi orang-orang berkata yang tak seharusnya dikatakan, dan mereka menuduhku yang tidak-tidak dan biang keladinya adalah Abdullah bin Ubay. Sesuai dengan riwayat Aisyah sang wanita yang tertuduh, tuhan dengan ayat ini menolak tuduhan baginya. Dengan argument yang tidak jelas ini, kebanyakan ulama Ahlu Sunni mengetahui sebab turun ayat ini ( ayat Ϻ┘ü┌® ) tentang Aisyah. Nabi yang mulia SAW tidak memiliki keturunan dari Aisyah. Beliau dalam keadaam sakit yang berujung kewafatannya pindah ke rumah Aisyah dan dirumah itu juga terucap perpisahan dan dikuburkan. Aisyah di era khalifah shykyin ( Abu bakar ÔÇô Umar ) Di periode ini, ia selalu menerima penghormatan yang khusus. Kedudukannya sangat tinggi dibanding para istri Nabi lainnya dan ia pun dapat mengeluarkan fatwa. Sebagian ahli sejarah menulis khalifah kedua selalu memberi gaji kepada Aisyah lebih dari pada yang lain. Seperti ketika membawakannya sebuah emas, juga permata yang sangat berharga dari Iraq dan terkenal dengan keindahannya, dengan izin hadirin Umar mengirimnya untuk Aisyah. Ibn Asir berkata : Umar bin Khatab di akhir hidupnya mengajukan permohonan kepad Aisyah agar sepeninggal dirinya bisa dikubur di samping Nabi dan Abu Bakar dalam rumah Aisyah, lalu aisyah pun menyetujuinya. Aisyah di era pemerintahan Ustman Di awal pemerintahan Ustman, meskipun khalifah melakukan amalan haji tapi setelah waktu yang singkat dengan perantara penulisan Yakub dari perintah khalifah ketiga dengan dua ribu dinar dapat merubah pendapat Umar yang mana masa Umar Aisyah adalah yang terbaik dari istri nabi lainnyan menjadi setara dengan para istri Nabi lainnya dalam masalah gaji. Alamah Askari pernah menulis tentang ini : ÔÇ£ kita tahu banyak, insiden perbedaan Antara mereka berdua pada masa bagian kedua kekhalifahan Utsman dan kita pun mengetahui perbedaan ini dari satu kejadian ke jadian lainnya, walaupun satu kejadian tidak diketahui akan tetapi secara bertahap-tahap akan kelihatan hingga tampak jelas dan dari satu perilaku yang sangat kecil bisa terlihat kesenjangan di Antara perbedaan Ummul MuÔÇÖminin dengan Ustman. Sejarawan percaya pada hal-hal seperti ini contohnya mengenai Walid bin Uqbah saudara tiri Ustman memperburuk perbedaan Antara Ustman dengan Aisyah. Di era Ustman kantor dan jabatan pemerintah selalu diberikan kepada Walid bin Uqbah seorang nara pidana dan fasik, qurÔÇÖan pun selalu mengenalkannya. Walid sering melakukan dosa dengan bebas di masa pemerintahan khalifah ketiga hingga rekan nasraninya selalu diberi bagian dari uang baitul mal untuk menikmati minuman keras dan memakan daging babi. Ketika Walid terpilih menjadi pemimpin kufah, Abu Zubaid seorang penyair nasrani selalu bersamanya dan walid memeberikan rumah Aqil bin Abi Thalib kepadanya. Lebih menyedihkan ketika Abu Zubaid ingin pergi ke rumahnya Walid ia selalu masuk masjid kufah dan dari situ menuju rumah Walid. Dia selalu begadang dan berpesta pora dengannya. Dan begitu juga ketika ia mabuk berat untuk pulang kerumahnya ia sebrangi lagi masjid tersebut. Satu lagi dari pekerjan yang tidak layak dari Walid adalah menjadikan masjid sebuah fasilitas para penyihir. Walid diberi kabar ada seorang lelaki yahudi yang terkenal dengan sihirnya bernama Zararah tinggal di salah satu desa dekat jembatan babilon. Walid memerintahkan agar dia dibawa ke kufah supaya dapat menyaksikan dari dekat sihir dan trick-trik yang dia miliki. Walid pun memerintah agar orang yahudi tersebut menunjukkan keterampilannya di dalam masjid kufah dihadapan penguasa muslim dan kerabat dekatnya.

Profil Imam Ali as Dalam Nahjul Balaghah

 

 

1- Orang Pertama Yang Masuk Islam:

┬½┘üÏú┘åϺ Ïú┘ê┘ä ┘à┘å Ïó┘à┘å Ï¿┘ç ... ┘üÏú┘åϺ Ïú┘ê┘ä ┘à┘å ÏÁÏ»┘é┘ç┬╗

Semantara saya adalah yang pertama beriman kepada-Nya Sedangkan saya adalah orang pertama yang mem-benarkannya.[1]

2- Melihat Cahaya Wahyu:

┬½ÏúÏ▒┘ë ┘å┘êÏ▒ Ϻ┘ä┘êÏ¡┘è ┘ê Ϻ┘äÏ▒Ï│Ϻ┘äÏ®Ïî ┘ê ÏúÏ┤┘à Ï▒┘èÏ¡ Ϻ┘ä┘åÏ¿┘êÏ®┬╗

ÔÇ£Saya biasa melihat dan memperhatikan sinar cahaya dari wahyu dan risalah Ilahi, dan benghirup napas kenabian.ÔÇØ[2]

3- Aku Selalu Bersama Nabi saw:

┬½┘ê ┘ä┘éÏ» ┘â┘åϬ ÏúϬϿÏ╣┘ç ϺϬϿϺÏ╣ Ϻ┘ä┘üÏÁ┘è┘ä ÏúϽÏ▒ Ïú┘à┘ç ┘èÏ▒┘üÏ╣ ┘ä┘è ┘ü┘è ┘â┘ä ┘è┘ê┘à ┘à┘å ÏúÏ«┘äϺ┘é┘ç Ï╣┘ä┘àϺ ┘ê┘èÏú┘àÏ▒┘å┘è ϿϺ┘äϺ┘éϬϻϺÏí Ï¿┘ç┬╗

ÔÇ£Sementara saya biasa mengikuti beliau seperti seekor anak unta mengikuti jejak kaki induknya. Setiap hari beliau menunjukkan kepada saya beberapa dari akhlaknya yang mulia dan memerintahkan saya untuk mengikutinya seperti panji.ÔÇØ[3]

4- Catatan Perjuangan:

┬½┘ä┘éÏ» ┘éϺ┘äϬ ┘éÏ▒┘èÏ┤ ÏÑ┘å ϺϿ┘å ÏúÏ¿┘è ÏÀϺ┘äÏ¿ Ï▒ϼ┘ä Ï┤ϼϺÏ╣ ┘ê┘ä┘â┘å ┘äϺ Ï╣┘ä┘à ┘ä┘ç ϿϺ┘äÏ¡Ï▒Ï¿ ┘ä┘ä┘ç ÏúÏ¿┘ê┘ç┘à ┘ê┘ç┘ä Ïúϡϻ ┘à┘å┘ç┘à ÏúÏ┤Ï» ┘ä┘çϺ ┘àÏ▒ϺÏ│Ϻ ┘êÏú┘éÏ»┘à ┘ü┘è┘çϺ ┘à┘éϺ┘àϺ ┘à┘å┘è ┘ä┘éÏ» ┘å┘çÏÂϬ ┘ü┘è┘çϺ ┘ê┘àϺ Ï¿┘äÏ║Ϭ Ϻ┘äÏ╣Ï┤Ï▒┘è┘åÏî ┘ê ┘çϺ Ïú┘åϺ Ï░Ϻ ┘éÏ» Ï░Ï▒┘üϬ Ï╣┘ä┘ë Ϻ┘äÏ│Ϭ┘è┘åÔǪ┬╗

Sehingga orang Quraisy itu mulai mengatakan bahwa 'Ali ibn Abi Thalib berani tetapi tidak mengetahui (siasat) perang. Allah memberkati mereka! Adakah seseorang di antara mereka lebih berani dalam peperangan dan lebih berpengalaman dalam hal ini daripada saya. Saya bangkit untuk itu sebelum saya berusia dua puluhan, dan di sini saya berada, setelah menyeberangi [usia] enam puluh[4]

5- Tidak Pernah Ragu Sekalipun:

┬½┘àϺ Ï┤┘â┘âϬ ┘ü┘è Ϻ┘äÏ¡┘é ┘àÏ░ ÏúÏ▒┘èϬ┘ç┬╗

ÔÇ£Saya tak pernah merasa ragu tentang hak sejak hal itu ditunjukkan kepada saya.ÔÇØ[5]

6- Tidak Pernah Menipu Sekalipun:

┬½┘êϺ┘ä┘ä┘ç ┘àϺ ┘àÏ╣Ϻ┘ê┘èÏ® Ï¿ÏúÏ»┘ç┘ë ┘à┘å┘è ┘ê ┘ä┘â┘å┘ç ┘èÏ║Ï»Ï▒ ┘ê ┘è┘üϼÏ▒Ïî ┘ê ┘ä┘ê┘äϺ ┘âÏ▒Ϻ┘ç┘èÏ® Ϻ┘äÏ║Ï»Ï▒ ┘ä┘â┘åϬ ┘à┘å ÏúÏ»┘ç┘ë Ϻ┘ä┘åϺÏ│ÔǪ┬╗

Demi Allah,[6] Mu'awiyah tidak lebih cerdik dari saya, tetapi ia menipu dan melakukan perbuatan jahat. Sekiranya penipuan tidak dibenci (dilarang) maka tentulah saya menjadi paling cerdik dari semua manusia[7]

7- Tidak Pernah Berbohong Sekalipun:

┬½┘êϺ┘ä┘ä┘ç ┘àϺ ┘âϬ┘àϬ ┘êÏ┤┘àÏ® ┘ê ┘äϺ ┘âÏ░ϿϬ ┘âÏ░ϿϮ┬╗

Demi Allah, saya tidak menyembunyikan sepatah kata pun dan tidak mengucapkan suatu kebohongan[8]

8- Ilmu:

┬½Ïú┘è┘çϺ Ϻ┘ä┘åϺÏ│ Ï│┘ä┘ê┘å┘è ┘éÏ¿┘ä Ïú┘å Ϭ┘ü┘éÏ»┘ê┘å┘è Ïî ┘ü┘äϺ┘åϺ Ï¿ÏÀÏ▒┘é Ϻ┘äÏ│┘àϺÏí ÏúÏ╣┘ä┘à ┘à┘å┘è Ï¿ÏÀÏ▒┘é Ϻ┘äϺÏ▒ÏÂ...┬╗

Wahai manusia! Bertanyalah kepada saya sebelum Anda kehilangan saya, karena sesungguhnyalah saya mengenal jalan-jalan di langit lebih dari jalan-jalan di bumi[9][10]

9- Nilai Dunia:

┬½┘êϺ┘ä┘ä┘ç ┘äÏ»┘å┘èϺ┘â┘à ┘çÏ░┘ç Ïú┘ç┘ê┘å ┘ü┘è Ï╣┘è┘å┘è ┘à┘å Ï╣Ï▒Ϻ┘é Ï«┘åÏ▓┘èÏ▒ ┘ü┘è ┘èÏ» ┘àϼÏ░┘ê┘à┬╗

ÔÇ£Demi Allah, dunia Anda ini lebih rendah dalam pandangan saya daripada isi perut babi di tangan seorang lepra.ÔÇØ[11]

10- Pencabut Akar Kelompok-kelompok Pembawa Fitnah

┬½Ïº┘àϺ Ï¿Ï╣Ï» Ïú┘è┘çϺ Ϻ┘ä┘åϺÏ│. ┘üÏú┘åϺ ┘ü┘éÏúϬ Ï╣┘è┘å Ϻ┘ä┘üϬ┘åÏ®Ïî ┘ê┘ä┘à Ϭ┘â┘å ┘ä┘èϼÏ▒Ïú Ï╣┘ä┘è┘çϺ Ïúϡϻ Ï║┘èÏ▒┘è┬╗

ÔÇ£Amma ba'du. Wahai manusia, saya telah mengeluarkan mata pendurhakaan. Tiada orang selain saya yang maju ke arahnya ketika kegelapannya sedang membengkak dan kegilaannya parah.ÔÇØ[12]

11- Yang Paling Layak (Menduduki Jabatan Khilafah):

┬½┘ä┘éÏ» Ï╣┘ä┘àϬ┘à Ïú┘å┘è ÏúÏ¡┘é Ϻ┘ä┘åϺÏ│ Ï¿┘çϺ ┘à┘å Ï║┘èÏ▒┘è┬╗

(Diucapkan Amirul Mukminin as ketika orang memutuskan untuk membaiat kepada Utsman)

ÔÇ£Tentulah Anda telah mengetahui bahwa saya yang paling berhak dari semua orang lain atas kekhalifahan.ÔÇØ[13]

12- Menerima BaiÔÇÖat Umat:

┬½┘üϬϻϺ┘â┘êϺ Ï╣┘ä┘ë ϬϻϺ┘â Ϻ┘äϺϿ┘ä Ϻ┘ä┘ç┘è┘à ┘è┘ê┘à ┘êÏ▒Ï»┘çϺ ┘éÏ» ÏúÏ▒Ï│┘ä┘çϺ Ï▒ϺÏ╣┘è┘çϺ ┘ê Ï«┘äÏ╣Ϭ ┘àϽϺ┘å┘è┘çϺ ϡϬ┘ë Ï©┘å┘åϬ Ïú┘å┘ç┘à ┘éϺϬ┘ä┘è Ïú┘ê Ï¿Ï╣ÏÂ┘ç┘à ┘éϺϬ┘ä Ï¿Ï╣Ï ┘äÏ»┘è┬╗

ÔÇ£Mereka berlomba kepada saya sebagai unta berlomba ketika tiba di tempat perairan setelah dilepas ikatan kakinya, sampai saya berpikir bahwa mereka akan membunuh saya atau saling membunuh di hadapan saya.ÔÇØ[14]

13- Kecintaan Kepadaku:

┬½┘ä┘ê ÏúϡϿ┘å┘è ϼϿ┘ä ┘äϬ┘çϺ┘üϬ┬╗

ÔÇ£Sekalipun sebuah gunung mencintai saya, ia akan runtuh (juga).ÔÇØ[15]

Sayid Radhi mengatakan: Artinya ialah bahwa karena cobaan pada manusia yang mencintai Amirul Mukminin as, kesusahan parah akan menimpanya dan hal ini hanya berlaku bagi orang yang takwa, berkebajikan dan orang pilihan.

14- Melihat Kebenaran:

┬½ÏÑ┘å ┘àÏ╣┘è ┘äÏ¿ÏÁ┘èÏ▒Ϭ┘è ┘àϺ ┘äÏ¿Ï│Ϭ ┘ê ┘äϺ ┘äÏ¿Ï│ Ï╣┘ä┘è┬╗

ÔÇ£Sesungguhnya bersama saya adalah bashirah (mata hati untuk melihat kebenaran). Saya tak pernah menyamarkan sesuatu atas diriku dan tidak pula (hakekat) tersamarkan atasku.ÔÇØ[16]

15- Merindukan Kesyahidan:

┬½┘êϺ┘ä┘ä┘ç ┘äϺϿ┘å ÏúÏ¿┘è ÏÀϺ┘äÏ¿ Ïó┘åÏ│ ϿϺ┘ä┘à┘êϬ ┘à┘å Ϻ┘äÏÀ┘ü┘ä ϿϽϻ┘è Ïú┘à┘ç┬╗

ÔÇ£Demi Allah, putra Abu Thalib[17] lebih akrab dengan kematian daripada seorang bayi dengan dada ibunya.ÔÇØ[18]

Catatan:

Bila kita ingin mengkaji profil dan kepribadian Imam Ali as di dalam Nahjul Balaghah, terdapat berbagai macam pembahasan, akan tetapi kita hanya menyebutkan beberapa contoh dari hal tersebut. [IG/

[1] Nahjul Balaghah, Khutbah ke-71.

[2] Khutbah ke-192.

[3] Khutbah ke-192.

[4] Khutbah ke-27.

[5] Hikmah ke-184.

[6] Orang-orang yang jahil akan agama dan akhlak, bebas dari ikatan hukum agama dan tidak menyadari konsepsi hukuman dan ganjaran, tidak mendapatkan hampanya dalih untuk mencapai tujuan mereka. Mereka dapat beroleh jalan keberhasilan fana pada setiap tahapan; tetapi bilamana dikte kemanusiaan, atau Islam, atau batas-batas yang diletakkan oleh etika dan hukum agama menjadi penghalang, kesempatan untuk merancang dan mendapatkan sarana menjadi lebih sempit, dan kemungkinan bertindak menjadi terbatas. Pengaruh dan kekuasaan Mu'awiyah adalah akibat rekayasa dan cara-cara yang tidak mengenal halangan dan rintangan tentang apa yang halal dan haram, tidak pula ia takut akan Hari Pengadilan. Sebagaimana dikatakan oleh 'Allamah ar-Raghib al-Ishfahani ketika berbicara tentang watak, 'Tujuannya selalu adalah untuk mencapai maksudnya, halal atau haram. la tidak peduli akan agama dan tak pernah memikirkan hukuman Ilahi. Maka, untuk memelihara kekuasaannya ia menempuh jalan berbohong dan mengada-adakan cerita rekaan, melaksanakan segala macam tipuan dan rekayasa. Ketika merasa bahwa ia tak mungkin beriiasil tanpa melibatkan Amirul Mukminin dalam peperangan, ia menghasut Thalhah dan Zubair untuk melawannya. Ketika merasa tak mungkin mencapai keberhasilan dengan cara itu, ia menghasut orang Suriah dan menimbulkan perang saudara, Perang Shiffin. Dan ketika posisi pemberontak itu telah diketahui dengan gugurnya 'Ammar ibn Yasir, ia segera mengatakan bahwa 'Ali bertanggung jawab atas gugurnya 'Ammar karena dia yang membawanya ke medan pertempuran; dan pada kesempatan lain ia menafsirkan kata-kata 'pihak pendurhaka' dalam hadis Nabi itu sebagai 'pihak pembalas dendam' dengan maksud untuk membenarkan bahwa 'Ammar dibunuh oleh kelompok yang mencari pembalasan atas terbunuhnya 'Utsman, padahal bagian berikut dari ucapan Nabi, yakni ÔÇÿia hendak menyeru mereka ke surga sementara mereka menyerunya ke neraka' tidak meninggalkan ruang untuk penafsiran lain. Ketika tak tertinggal harapan kemenangan bahkan dengan siasat licik itu, ia merekayasa untuk mengangkat mashaf Al-Qur'an di ujung tombak, walaupun dalam pandangannya Al-Qur'an maupun perintah-perintahnya tidak berarti apa-apa. Apabila ia sungguh-sungguh bertujuan mengambil keputusan dari Al-Qur'an, mestinya ia mengajukan tuntutan itu sebelum dimulainya pertempuran, dan ketika diketahuinya bahwa keputusan itu telah diperoleh 'Amr ibn 'Ash, dengan menipu Ab├╗ Musa al-Asy'ari, dan bahwa hal itu bahkan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Al-Qur'an, ia tak seharusnya menerimanya dan mestinya ia menghukum 'Amr ibn 'Ash atas kelicikan itu, atau sekurang-kurangnya memperingatkan dan mencelanya. Tetapi sebaliknya, kinerjanya dihargai dan sebagai hadiahnya ia dijadikan Gubernur Mesir."

Berlawanan dengan ini, perilaku Amirul Mukminin merupakan teladan tinggi tentang syariat dan etika. la terus mengikuti tuntutan kebenaran dan kesalehan, sekalipun dalam situasi sulit, dan tidak membiarkan kehidupannya yang suci dinodai tipuan dan kelicikan. Apabila ia mau, ia dapat menghadapi kelicikan dengan kelicikan, dan kegiatan Mu'awiah yang aib dapat dijawab dengan tindakan yang serupa. Misalnya, ketika ia menempatkan penjaga di Sungai Efrat dan menghalangi pasokan air kepada Amirul Mukminin. Kemudian, ketika Amirul Mukminin merebut posisi itu, pasokan air dapat saja diputuskannya dari mereka pula atas dasar untuk melakukan pembalasan. Tetapi Amirul Mukminin tak pemah menodai tangannya dengan tindakan tak manusiawi semacam itu, yang tidak dibenarkaa oleh hukum atau kode etik, walaupun pada umumnya orang memandang tindakan semacam itu terhadap musuh adalah sah dan menamakan karakter bermuka dua semacam itu untuk mencapai keberhasilan suatu gaya kebijakan dan kemampuan memerintah. Tetapi Amirul Mukminin tak pernah berpikir untuk memperkuat kekuasaannya dengan tipuan atau perilaku bermuka dua dalam keadaan bagaimanapun. Maka, ketika orang menasihatinya untuk mempertahankan para pejabat di masa 'Utsman dalam jabatannya dan agar berlaku ramah terhadap Thalhah dan Zubair dengan menempatkan mereka sebagai Gubernur Kflfah dan Bashrah, dan menggunakan kecakapan Mu'awiqah dalam pemerintahan dengan memberikan kepadanya jabatan Gubernur Suriah, Amirul Mukminin menolak nasihat itu dan lebih menyukai perintah hukum agama di atas keperluan duniawi, dan menyatakan secara terbuka tentang Mu'awiqah sebagai berikut, "Apabila saya mempertahankan Mu'awiah atas apa yang telah diambilnya maka saya akan tennasuk "yang mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong" (QS. 18:51). Orang-orang yang melihat keberhasilan lahiriah tidak peduli untuk mempertimbangkan dengan sarana apa keberhasilan itu dicapai. Mereka mendukung siapa saja yang mereka lihat berhasil dengan sarana kelicikan dan tipuan, dan memandangnya sebagai cakap memerintah, cerdas, ahli politik, berpikiran cemerlang dan sebagainya, sementara orang yang tidak menggunakan cara-cara licik dan tipuan karena terpaut pada perintah-perintah Islam dan ajaran Ilahi dan lebih menyukai kegagalan ketimbang berhasil melalui cara-cara batil, dipandang sebagai tak mengenal politik dan berwawasan lemah. Mereka tidak merasa perlu untuk memikirkan kesulitan dan rintangan apa yang berada di jalan seseorang yang berpegang pada prinsip dan hukum yang mencegahnya terus maju walaupun telah mendekati keberhasilan.

[7] Khutbah ke-200.

[8] Khutbah ke-16.

[9] Sebagian orang menerangkan bahwa "lorong-lorong bumi" dalam ucapan Amirul Mukminin ini berarti urusan dunia, dengan lorong-lorong langit bewti hukum agama, dan bahwa Amirul Mukminin bermaksud mengatakan bahwa ia mengetahui urusan hukum perintah-perintah agama melebihi urusan dunia. Maka Ibn Maitsam al-Bahram (dalam Syarh Nahjul Balâghah, IV, h. 200-201) menulis, "Diriwayatkan dari 'Allamah al-Wabarî, ia mengatakan bahwa maksud Amirul Mukminin ialah bahwa bidang pengetahuan agamanya lebih luas dari pengetahuannya tentang urusan dunia."

Tetapi, mengingat konteksnya, keterangan itu tidak dapat dipandang tepat karena klausa yang sedang kita bahas itu telah digunakan sebagai penyebab dari klausa, "Tanyailah saya sebelum Anda kehilangan saya," dan kemudian disusul dengan ramalan tentang bencana. Bila di antara keduanya dimasukkan klausa "saya lebih mengetahui urusan keagamaan daripada urusan keduniaan" maka seluruh ucapan itu kehilangan makna. Karena, Amirul Mukminin menantang (mereka) untuk menanyakan apa saja yang mereka kehendaki, tidak dibataskan pada urusan hukum agama saja, sehingga kalimat ini dapat dipandang sebagai sebabnya. Kemudian, ramalan tentang timbulnya pemberontakan tak berkaitan dengan urusan hukum agama, sehingga tak dapat diajukan sebagai bukti lebih banyaknya pengetahuan tentang urusan agama. Mengabaikan pentingnya makna kata-kata itu dan menafsirkannya secara yang tidak sesuai dengan keadaan itu, tidak menunjukkan ruh yang tepat, bilamana konteks itu juga membawa makna yang sama yang secara terbuka dibawa oleh kata-kata itu. Jadi, untuk memberi peringatan tentang kejahatan Bani Umayyah, Amirul Mukminin mengucapkan kata-kata, "Tanyakan kepada saya apa saja yang Anda kehendaki, karena saya mengetahui jalan-jalan takdir ilahi melebihi jalan-jalan bumi. Maka, apabila Anda bertanya kepada saya tentang urusan yang tertulis dalam lauhul mahfuzh dan mengenai takdir ilahi, saya dapat mengatakan kepada Anda, dan suatu kejahatan yang serius akan timbul terhadap saya dalam hal-hal di mana Anda merasa ragu, karena mata saya lebih terbiasa dengan garis-garis halus mengenai kejadian dan bencana ketimbang apa yang saya ketahui tentang kehidupan yang nampak di muka bumi. Terjadinya kejahatan ini sama meyakinkan sebagaimana obyek yang dilihat dengan mata. Karena itu Anda harus bertanya kepada saya tentang detail-detailnya dan jalan untuk menyelamatkan diri darinya, supaya Anda mampu mengatur pertahanan Anda bilamana waktu itu tiba." Makna ini didukung oleh ucapan-ucapan Amirul Mukminin yang berturut-turut sehubungan dengan hal gaib, dan yang dibenarkan oleh masa depan. Maka Ibn Abil Hadid mengomentari pengakuan ini sebagai berikut, "Pengakuan Amirul Mukminin diakui pula oleh ucapan-ucapannya tentang kejadian yang akan datang yang bukan sekali atau seratus kali diucapkannya melainkan secara berkelanjutan dan berturut-turut, dari mana tak tertinggal keraguan bahwa apa saja yang dikatakannya adalah atas basis pengetahuan dan kepastian, dan bukan secara kebetulan." (Syarh Nahjul Balâghah, XIII, 106)

Sehubungan dengan ucapan Amirul Mukminin ini, telah ditunjukkan dan diterangkan sebelumnya (dalam Khotbah 92, Catatan 2) bahwa tak ada seorang lain yang berani mengemukakan pengakuan seperti itu, dan orang-orang yang mengajukan pengakuan semacam itu terpaksa menghadapi penghinaan dan kerendahan. Tentang ramalan-ramalan yang dikatakan Amirul Mukminin, lihatlah Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah, VII, h. 47-51; al-Qâdhî Nûruliah al-Mar'asyî, Ihqaq al-Haqq, edisi baru, VIII, h. 87-182.

[10] Khutbah ke-189.

[11] Hikmah ke-236.

[12] Khutbah ke-93.

[13] Khutbah ke-74.

[14] Khutbah ke-54.

[15] Hikmah ke-111.

[16] Khutbah ke-10.

[17] Tentang kematian, Amirul Mukminin berkata bahwa maut begitu dicintainya sehingga bahkan seorang bayi tak sebegitu mau sampai melompat ke sumber makanannya itu sementara ia dalam pangkuan ibunya. Keterlekatan bayi pada buah dada ibunya adalah karena pengaruh dorongan alami, tetapi dikte dorongan alami itu berubah dengan majunya waktu. Ketika masa bayi yang terbatas itu berakhir dan temperamen anak itu berubah, ia bahkan tak ingin melihat apa yang dahulunya begitu akrab baginya, bahkan memalingkan wajah darinya. Tetapi, kecintaan para nabi dan wali uniuk bertemu dengan Allah bersitat mental dan spiritual, dan perasaan mental dan spiritual tidak berubah, tidak pula kelemahan atau kelapukan terjadi padanya. Karena maut adalah sarana dan tangga pertama ke tujuannya maka cinta mereka kepada maut semakin bertambah sehingga kekerasannya menjadi sumber kesenangan bagi mereka, dan kepahitannya terasa sebagai sumber kenikmatan. Cinta mereka kepadanya adalah sebagai cinta orang haus kepada sumber air, atau kerinduan musafir yang tersesat kepada tujuannya. Maka, ketika Amirul Mukminm diciderai oleh serangan fatal 'Abdur-Rahman ibn Muljam, ia berkata, "Saya sebagai seorang pejalan yang telah mencapai (tujuan), seperti pencari yang sudah mendapatkan (maksud), dan apa yang ada di sisi Allah adalah baik bagi orang yang takwa." Nabi mengatakan bahwa tak ada kesenangan bagi seorang mukmin selain persesuaian dengan Allah.

[18] Khutbah ke-5.

 

 

Mengenang 5 Tahun Wafatnya Ayatullah Syaikh Taqi Bahjat

peringatan haul tahun kelima wafatnya ulama besar Iran Almarhum Ayatullah al Uzhma Taqi Bahjat Fumani rahimahullah terselenggara pada hari kamis [15/5] di masjid Ahzam kompleks Haram Sayyidah Maksumah Qom Republik Islam Iran.

Pada acara peringatan tersebut hadir sejumlah ulama marja taklid, para asatid, pejabat provinsi Qom, para pelajar Hauzah Ilmiah Qom dan ribuan pecinta ulama kharismatik yang telah wafat lima tahun lalu tersebut. Keesokan harinya acara serupa juga terselenggara di Masjid Fatimiah Qom setelah shalat Maghrib dan Isya yang juga dibanjiri ribuan pecinta ulama yang dikenal sebagai ahli suluk dan irfan tersebut.

Untuk mengenang ulama marja taklid yang muqallidnya terhitung termasuk terbesar di Indonesia, berikut kami haturkan kembali biografi beliau yang pernah dirilis oleh IRIB Indonesia:

Kelahiran

Ayatullah Al-Udzma Syeikh Mohammat Taqi Bahjat Fumani lahir di penghujung tahun 1334 HQ di sebuah keluarga agamis di kota Fuman, Provinsi Gilan. Di usia 16 bulan ia harus kehilangan ibu tercintanya dan menjadi anak yatim.

Sekaitan dengan nama Ayatullah Bahjat, ada kenangan manis yang dinukilkan oleh seorang famili beliau yang patut untuk direnungkan. Ceritanya demikian:

"Ayah Ayatullah Bahjat di umur 16 atau 17 tahun terkena penyakit kolera dan kondisinya sangat buruk, sehingga tidak ada harapan ia bakal sembuh. Ia mengatakan, pada saat itu saya mendengar suara yang mengatakan, "Biarkan dia! Karena dia adalah ayah dari Mohammad Taqi."

Dalam kondisi yang demikian ia kemudian tertidur. Ibunya yang berada di sisinya menyangkanya telah meninggal, namun setelah beberapa saat ayah Ayatullah Bahjat bangun dari tidurnya dan keadaannya lebih baik dan setelah itu sembuh total. Beberapa tahun kemudian setelah kejadian itu ayah Ayatullah Bahjat memutuskan untuk menikah dan ucapan yang terdengar saat ia sakit dahulu sudah terlupakan sama sekali.

Setelah ia menikah dan mendapat anak, anak pertamanya diberin ama Mahdi dan anak keduanya perempuan. Kemudian lahir anak ketiga dan diberi nama Mohammad Hossein. Ketika Allah memberikan anak keempat, ayah Ayatullah Bahjat lalu teringat suara saat ia sakit dahulu dan anak keempatnya diberi nama Mohammad Taqi. Namun anak keempat ini semasa kecil terjatuh dalam kolam air dan meninggal dunia. Akhirnya ia diberi anak yang kelima dan diberi nama Mohammad Taqi. Dengan demikian nama Ayatullah Bahjat adalah Mohammad Taqi."

Karbalai Mahmoud Bahjat, ayah Ayatullah Bahjat adalah orang yang dipercaya di kota Fuman. Selain bekerja untuk menghidupi keluarganya, ia juga terlibat langsung menyelesaikan urusan masyarakat. Ia seorang sastrawan dan sering membacakan kidung puji-pujian Ahul Bait dan syair duka, khususnya kepada Imam Husein as. Syair duka yang masih dilantunkan oleh para penyair di sana.

Ayatullah Bahjat sejak kecil dididik oleh ayahnya yang begitu mencintai Ahlul Bait, khususnya Imam Husein as dan dengan mengikuti acara-acara duka Ayatullah Bahjat banyak mendapat siraman rohani. Sejak kecil Ayatullah Bahjat sudah tidak bermain seperti anak-anak kecil lainnya dan sejak itu pula telah tampak kejeniusan dan kecemerlangannya serta kecintaan luar biasa dalam menuntut ilmu.

Pendidikan

Ayatullah Bahjat merampungkan pendidikan dasarnya di kota Fuman dan setelah itu mulai belajar ilmu-ilmu agama di sana. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar agama di kotanya, beliau tidak sabar untuk melanjutkan pendidikannya dan pada tahun 1348 HQ menuju Irak dan setelah itu tinggal di Karbala. Ketika melanjutkan pendidikannya di Irak, Ayatullah Bahjat baru berusia 14 tahun.

Sesuai dengan ucapan seorang murid terdekat beliau, Ayatullah Bahjat dalam sebuah acara mengatakan, "Saya memasuki tahun taklif setahun setelah tinggal di Karbala."

Benar, didikan Allah swt senantiasa membarengi hamba-hamba-Nya yang layak sejak masa kanak-kanak hingga remaja, sehingga saat dewasa menjadi pelita petunjuk jalan kepada Allah. Dengan demikian, Ayatullah Bahjat tinggal selama 4 tahun di Karbala dan mendapat pancaran cahaya Sayyid Al-Syuhada Imam Husein as serta selama itu pula beliau melakukan tazkiyah nafs (mensucikan diri). Selama 4 tahun beliau telah mempelajari bagian terpenting dari buku-buku fiqih dan ushul fiqih di bawah bimbingan guru-guru besar.

Pada tahun 1352 HQ, Ayatullah Bahjat melanjutkan pendidikannya ke kota Najaf al-Asyraf dan bagian-bagian terakhir dari pelajaran tingkat suthuh(tinggi) dipelajarinya bersaama sejumlah Ayatullah seperti Al-Marhum Ayatullah Syeikh Murtadha Thalaqani. Sekalipun demikian, Ayatullah tidak hanya menghabiskan umurnya dengan belajar agama, tapi kecintaannya akan kesempurnaan sebagai manusia membuatnya tidak pernah tenang dan senantiasa menariknya untuk mencari pribadi-pribadi ilahi dan wali-wali Allah untuk meningkatkan spiritualnya.

Seorang murid Ayatullah Bahjat mengatakan, "Bertahun-tahun saya mengikuti pelajaran beliau dan tidak pernah saya mendengar beliau menceritakan mengenai pribadinya, kecuali sangat sedikit. Pernah beliau menyampaikan tentang dirinya saat berbicara dan memuji maqam spiritual gurunya Ayatullah Na'ini. Beliau berkatan, "Ketika saya masih remaja sering ikut dalam shalat jamaah bersama Ayatullah Na'ini dan saya dapat merasakan sebagian dari kondi-kondisi spiritual beliau."

Guru-Guru Fiqih dan Ushul Fiqih

Ayatullah Bahjat setelah menyelesaikan tingkat suthuhdan belajar pada guru-guru besar seperti Ayatullah Sayyid Abul Hasan Isfahani, Dhiya' Al-Iraqi, Mirza Na'ini, beliau kemudian memasuki hawzah dan pelajaran penuh kandaungan Ayatullah Syeikh Muhammad Husein Gharawi Isfahani yang lebih dikenal dengan nama Ayatullah Gharawi. Bersama Ayatullah Gharawi, Ayatullah Bahjat menyempurnakan pelbagai teori fiqih dan ushul fiqihnya. Potensi dan kemampuannya cemerlang dan bantuan ilahi yang dimilikinya Ayatullah Bahjat juga belajar dari Ayatullah Isfahani yang dikenal dengan almarhum Kompani yang punya pemikiran mendalam, detil dan memiliki kecerdasan luar biasa.

Ayatullah Mohammad Taqi Misbah Yazdi mengenai bagaimana Ayatullah Bahjat belajar dan memanfaatkan ilmu-ilmu sejumlah gurunya itu mengatakan, "Di bidang fiqih Ayatullah Bahjat banyak belajar dari Ayatullah Muhammad Kazhim Syirazi, murid Mirza Muhammad Taqi Syirazi, sementara untuk ilmu ushul fiqih beliau belajar pada Ayatullah Mirza Na'ini dan setelah itu banyak belajar pada Ayatullah Syeikh Muhammad Husein Gharawi Isfahani dan sempat juga belajar pada almarhum Isfahani (Kompani) dan juga belajar masalah lainnya dari beliau."

Sair, Suluk dan Irfan

Ayatullah Bahjat selain menuntut ilmu sebelum mencapai usia baligh juga telah melakukan pensucian diri dan menyempurnakan aspek spiritualnya. Saat di Karbala, beliau serius mencari seorang guru dan pendidik akhlak yang pada akhirnya ia menyadari keberadaan Ayatullah Qadhi Thaba'thaba'i di kota Najaf Al-Asyraf. Setelah tiba di kota Najaf, beliau belajar akhlak juga dari guru besarnya Ayatullah Syeikh Muhammad Husein Isfahani (Gharawi).Sekaitan dengan masalah ini, Ayatullah Misbah Yazdi mengatakan, "Mudah dipahami betapa Ayatullah Bahjat banyak dipengaruhi Ayatullah Syeikh Muhammad Husein Isfahani dalam perilaku. Karena sering beliau mengutip satu masalah dari beliau dengan keanehan tersendiri dan setelah itu kami bisa menyaksikan contoh perilaku tersebut dalam diri beliau. Jelas betapa guru beliau ini sangat berpengaruh dalam pembentukan spiritualnya."

Begitu juga Ayatullah Bahjat mengikuti kuliah akhlak Ayatullah Sayyid Abdulghaffar di Najaf dan benar-benar memanfaatkan dan mengamalkannya, hingga akhirnya menjadi murid Ayatullah Sayyid Ali Qadhi. Beliau menuntut ilmu-ilmu makrifat dari Ayatullah Qadhi dan ketika menginjak usia 18 tahun beliau resmi menjadi murid arif kamil ayatullah Sayyid Ali Qadhi dan mendapat perhatian khusus guru agungnya ini. Masih di awal-awal masa mudanya beliau telah menyelesaikan pelbagai tahanap irfan yang sangat diharapkan dapat diraih oleh orang lain.

Ayatullah Misbah Yazdi mengatakan, "Beliau langsung belajar pada Ayatullah Ali Qadhi di bidang akhlak dan spiritual dan bertahun-tahun beliau menjadi muridnya. Ayatullah Qadhi termasuk pribadi khusus mendidik pribadi-pribadi dalam bidang spiritual dan irfan. Allamah Thaba'thaba'i, Ayatullah Syeikh Muhammad Taqi Amoli, Ayatullah Syeikh Ali Muhammad Boroujerdi dan banyak ulama, bahkan para marji yang belajar masalah akhlak dan irfan dari Ayatullah Qadhii. Nah, Ayatullah Bahjat terkadang mengutip masalah-masalah akhlak dan irfan dari ulama lain seperti Ayatullah Murtadha Taleqani dan lain-lain."

Ayatullah Bahjat sendiri pernah mengatakan, "Di waktu itu ada seseorang yang ingin melihat siapa saja yang di waktu sahur bulan Ramadhan di makam suci Imam Ali melakukan shalat witir dan membaca doa Abu Hamzah al-Tsumali di waktu qunut. Seingat saya, semoga tidak salah, mereka yang istiqimah melakukan amalan ini setiap malamnya di makam suci Imam ali as lebih dari 70 orang.

Bagaimana pun juga, banyak tokoh ulama yang istiqamah melaksanakan satu amalan ibadah dan spiritual. Sangat disayangkan di masa kita ini jarang disaksikan pribadi-pribadi seperti ini. Tentu saja kita tidak memiliki ilmu gaib, karena mungkin saja mereka yang dahulunya banyak melakukan ibadah-ibadah semacam ini di makam-makam suci, kini melakukannya di rumah-rumah mereka. Namun dapat dipastikan bahwa istiqomah melaksanakan amalan-amalan seperti ini semakin menurun dan ini sangat patut disesali."

Hujjatul Islam Wal Muslimin Agha Tehrani menceritakan kejadian di atas seperti demikian:

"Waktu itu ada seorang yang mendengar bahwa di masa lalu ada 70 orang di makam suci Imam Ali as yang yang membaca doa Abu Hamzah Al-Tsumali saat qunut. Orang tersebut lalu memutuskan untuk mengajak beberapa orang untuk melakukan amalan tersebut. Ketika ia menghitung mereka yang melakukan amalan itu didapatinya jumlahnya lebih sedikit sekitar 50 orang. Demikian yang saya ingat bahwa di makam suci Imam Ali as mereka membaca doa Abu Hamzah Al-Tsumali saat berdoa dalam shalat witir."

Filsafat

Ayatullah Bahjat belajar Al-Isyarat wa Al-Tanbihat, karya Ibnu Sina dan Al-Asfar Al-Arba'ah, karya Mulla Shadra kepada Ayatullah Sayid Hassan Badkubeh-i.

 

Marjaiyat

Sekalipun Ayatullah Bahjat adalah seorang faqih terkenal dan lebih dari 30 tahun memberikan kuliah-kuliah kharij fiqih dan ushul fiqih, namun beliau selalu menolak untuk menerima sebagai marji.

Sekaitan dengan masalah keengganan beliau menerima sebagai marji dan juga mengenai tidak berubahnya kondisi Ayatullah Bahjat setelah menerima sebagai marji, Ayatullah Misbah Yazdi mengatakan:

"Setelah resmi menjadi marji, rumah Ayatullah Bahjat tidak mengalami perubahan apapun. Tidak mungkin bagi beliau untuk menerima tamu di rumahnya. Oleh karenanya, saat memperingati acara duka maupun suka, beliau melaksanakannya di masjid Fathimiah. Pada prinsipnya, saya melihat sikap beliau menerima sebagai marji sebagai bentuk keramatnya.Yakni, kondisi kehidupan beliau, itu pun di usia 80 tahun tidak tepat bagi beliau menerima tanggung jawab yang seperti ini. Mereka yang mengenal beliau tidak pernah membayangkan beliau akan memanggul tanggung jawab sebagai marji. Tak pelak apa yang dilakukan beliau tidak lain hanya muncul dari rasa tanggung jawabnya. Bahkan kita harus mengatakan bahwa beliau di masa kini, itu pun dengan filosofi dan kesalehannya menjadi bukti bagi semua bahwa bisa seorang menjadi marji dan juga hidup dalam kesederhanaan. Setelah menjadi marji beliau tetap sederhana tanpa ada perubahan dalam cara berpakaian, makanan, rumah dan kondisi kehidupan lainnya."

Setelah wafatnya Ayatullah Sayyid Ahmad Khansari, Ayatullah Bahjat mentashih jilid pertama dan kedua buku Dzakhiratul Ibad (kumpulan buku fatwa, seperti taudhihul masail saat ini), karyanya sendiri dan hanya membolehkan orang-orang khusus yang memanfaatkannya dan sebelum wafatnya Ayatullah Al-Udzma Araki, beliau tidak pernah memberikan izin mempublikasikan buku fatwanya itu. Namun semua berubah ketika Jami'atul Mudarrisn (Asosiasi Pendidik Hawzah) merilis pernyataan dan memperkenalkan tujuh marji, termasuk Ayatullah Bahjat dan sejumlah ulama seperti Ayatullah Meshkini, Ayatullah Javadi Amoli dan lain-lainnya mengumumkan marjaiyat beliau serta pelbagai permintaan, akhirnya Ayatullah Bahjat membolehkan buku fatwanya dicetak dalam oplah besar. Namun pun demikian, beliau tetap menolak namanya dicetak di cover buku tersebut.

Masih terkait dengan masalah ini, Ayatullah Misbah Yazdi menyebutkan, "Ayatullah Bahjat sebelum wafatnya Ayatullah Al-Udzma Araki tahu bahwa Jami'atul Mudarrisin memperkenalkan beliau sebagai seorang marji, langsung mengirimkan pesan dan menyatakan ketidakrelaannya melihat namanya disebutkan di sana."

Setelah wafatnya Ayatullah Araki dan pesannya kepada Jami'atul Mudarrisn, beliau mengatakan, "Fatwa-fatwa saya tidak boleh diberikan kepada siapa pun." Ketika Jami'atul Mudarrisin meminta informasi mengenai hal ini beliau menjawab, "Bersabarlah dan publikasikan semua buku fatwa yang kalian miliki. Bila ada orang yang masih tertinggal dan tidak bertaklid kepada orang lain dan hanya menginginkan bertaklid kepada kami, pada saat itulah kalian cetak buku fatwa saya." Beberapa bulan setelah kejadian ini buku fatwa dan risalah amaliyah beliau dicetak di Lebanon.

Hijrah

Setelah menyelesaikan pendidikannya, tahun 1364 HQ Ayatullah Bahjat kembali ke Iran dan tinggal selama beberapa bulan di kotanya Fuman. Saat tengah mempersiapkan diri untuk kembali ke hawzah Najaf, beliau terlebih dahulu berziarah ke makam suci Sayyidah Fathimah Ma'sumah as dan setelah mendapat informasi mengenai kondisi hawzah Qom dan selama beberapa bulan di sana, beliau diberitahukan mengenai wafatnya guru-guru besar Najaf. Mendengar kabar itu beliau memutuskan untuk tetap tinggal dan menetap di Qom.

Di kota Qom, Ayatullah Bahjat belajar kepada Ayatullah Al-Udzma Hojjat Kouh Kamareh-i dan menjadi satu dari murid terbaiknya. Saat Ayatullah Bahjat tiba di Qom, beberapa bulan sebelumnya Ayatullah Al-Udzma Boroujerdi datang di Qom, begitu juga sejumlah ulama besar termasuk Imam Khomeini, Ayatullah Golpaigani dan lain-lain. Mereka semua ikut menghadiri kuliah-kuliah yang disampaikan Ayatullah Boroujerdi.

Sekaitan dengan masalah ini, Ayatullah Misbah Yazdi mengatakan:

"Sejak Ayatullah Boroujerdi mulai memberikan kuliahnya di Qom, Ayatullah Bahjat telah menjadi murid cemerlangnya dan termasuk murid yang dikenal suka mengajukan pertanyaan. Biasanya guru yang mengajarkan bahts kharij, biasanya memiliki dua atau tiga orang dari sekian murid-muridnya yang lebih baik dalam menjaga mencatat semua mata kuliah dan terkadang muncul pertanyaan di kepala mereka yang kemudian ditanyakan dan meminta agar gurunya menjelaskan lebih jauh masalah tersebut, sehingga masalah tersebut benar-benar terselesaikan. Murid-murid yang seperti ini sangat detil, pertanyaan mereka lebih ilmiah dan memerlukan pembahasan dan penjelasan lebih banyak. Ayatullah Bahjat di masa itu termasuk murid yang punya posisi seperti ini dalam kuliah yang disampaikan Ayatullah Boroujerdi."

Mengajar

Ayatullah Bahjat sejak masih belajar pada Ayatullah Isfahani, Gharawi dan Syirazi di Najaf, selain belajar dan mensucikan diri, beliau juga mulai mengajar tingkat suthuh di Najaf. Setelah hijrah ke Qom beliau juga tetap melanjutkan kebiasaannya ini. Sekaitan dengan mengajar jenjang atas (bahts kharij) fikih dan ushul, dapat dikatakan secara keseluruhan beliau telah mengajar selama lebih dari 40 tahun dan karena tidak mencari popularitas, beliau mengajar di rumahnya dan banyak ulama yang bertahun-tahun belajar kepada beliau.

Metode Mengajar

Untuk mengetahui metode pengajaran Ayatullah Bahjat perlu untuk mendengarkan penjelasan Ayatullah Misbah Yazdi. Ia mengatakan:

"Ayatullah Bahjat dalam menjelaskan satu masalah, pertama beliau selalu berusaha untuk mengetengahkannya dari buku Syeikh Anshari dan ketika sampai pada pembahasan yang patut mendapat perhatian beliau mengutip pandangan ulama lain, khususnya dari buku Jawahir Al-Kalam(karya Allamah Syeikh Muhammad Hasan Najafi), almarhum Haj Agha Ridha Hamadani dan yang lain-lain. Setelah itu beliau menyampaikan pendapat pribadinya dan dijelaskan secara terperinci. Metode yang dipakai beliau dari satu sisi membuat murid yang hadir menjadi tahu pandangan ulama lainnya, sekaligus menghemat waktu. Guru-guru besar lain punya cara tersendiri yang tampaknya cocok bagi mereka yang masih baru belajar di mana guru memberikan pandangan terpisah, namun membuat waktu yang dibutuhkan lebih banyak dan biasanya terjadi pengulangan.

 

Selain mengajar ada poin penting yang kami manfaatkan dari beliau dan sudah barang tentu sebagian dari poin-poin yang disampaikan beliau berasal dari guru-guru beliau yang didapatkannya secara lisan. Poin-poin ini sangat bernilai, dalam dan memiliki kecermatan luar biasa."

Ayatullah Masoudi yang bertahun-tahun belajar kepada Ayatullah Bahjat mengenai ciri khas dalam mengajar beliau mengatakan:

"Metode pengajaran beliau sangat khas. Biasanya para marji lain dalam kuliah kharij mereka saat menyampaikan satu masalah menyebutkan satu persatu pendapat ulama sebelumnya setelah itu mengkritik satu dan menerima lainnya dan di akhir pembahasan satu dari pandangan itu yang diterima, sekaligus menjelaskan proses argumentasinya. Berbeda dengan yang lainnya, Ayatullah Bahjat tidak sekedar mengutip pendapat ulama, tapi biasanya di awal pembahasan beliau menjelaskan masalah dan proses argumentasinya. Bila sebagian murid mempelajari pandangan ulama dan mengetahui bahwa pandangan siapa yang disampaikan beliau. Ketika bertanya, dia mengetahui terlebih dahulu pendapat siapa ini dan bila menerima juga dengan pengetahuan pendapat siapa yang diterimanaya. Oleh karenanya, siapa yang ingin ikut dalam kuliah Ayatullah Bahjat harus mengetahui terlebih dahulu dasar dan pandangan ulama lainnya."

Ayatullah Mohammad Hussein Ahmadi Faqih Yazdi menjelaskan metode pengajaran Ayatullah Bahjat seperti ini:

"Biasanya beliau menyampaikan sejumlah masalah asli dan cabangnya setelah memperhatikan kehalusan dan detil hadis atau ayat yang punya hubungan dengan masalah setelah melakukan perbandingan antara tema yang tengah dibahas dengan sejumlah bahasan lain yang punya hubungan. Beliau kemudian menyoroti masalah tersebut dengan ketelitian khusus dalam menjaga keseimbangan dua masalah tersebut dan setelah itu mengambil kesimpulan yang harus diakui kesimpulan itu biasanya baru dan sangat ilmiah. Benar-benar beliau saat menjelaskan satu masalah berangkat dari keagungan beliau yang diwarisinya dari para imam as dan ijtihad yang benar harus dianalisa secara detil seperti ini."

Wafat dan Nasihat-nasihatnya

Ayatullah Muhammad Taqi Bahjat Fumani (1913 - 17 Mei 2009) adalah seorang marja SyiÔÇÖah Imamiyah di Iran dengan pandangan politik dan sosial yang dekat dengan mazhab ushuli. Syekh Bahjat, demikian panggilan intimnya, adalah murid dari seorang arif terkenal, Qadhi Sayid Ali ThabathabaÔÇÖi, dan juga murid dari Abul Hasan Ishfahani dan Mirza NaÔÇÖini. Beliau adalah salah salah seorang ulama SyiÔÇÖah yang paling dihormati, yang fatwa-fatwanya banyak diikuti oleh umat Islam SyiÔÇÖah.

Syekh Bahjat lahir di Fouman, Provinsi Gilan, Iran. Pada usia 14, ia pindah ke Karbala, Irak untuk melanjutkan studi agamanya. Empat tahun kemudian, ia pindah ke Najaf untuk menyelesaikan studinya di bawah Ayatullah Taleghani dan Ayatullah NaÔÇÖini. Beliau mengajar di Hauzah Ilmiah Qom, Iran.

Beliau meninggal pada usia 96 tahun, di Rumah Sakit Vali-e-Ashar di kota Qom pada Ahad, 17 Mei 2009, akibat penyakit jantung.

Sepanjang karir keilmuannya, beliau dikenal sebagai seorang marjaÔÇÖ yang tak pernah lepas dari zikir dan tafakur. Berikut ini nasihat-nasihat ÔÇÿirfan dari orang yang dimuliakan oleh Sayid Ali Khamenei dan dihormati Imam Khomeini.

 

Tentang Kekhusukan Ibadah dan Salat

Perasaan senang dan suka selama salat menuntut dua bentuk pengenalan. Pertama, pengenalan yang melampaui ruang lingkup salat itu. Kedua, pengenalan dalam kerangka salat yang dilakukan tersebut. Hal-hal yang seharusnya diperjuangkan sebelum salat ialah jangan melakukan dosa, juga tidak mengotori hati dengan perilaku yang melanggar (perintah) Allah Swt. Pembangkangan atas kesucian hati akan memadamkan cahaya dalam hati.

Sementara yang harus diperhatikan dalam salat adalah seseorang harus melingkupi dirinya dengan benteng kokoh hingga ia menjadi takut tidak selamat dari (murka) Allah Swt. Dengan kata lain, ia harus mengubah pikirannya dari segala sesuatu selain Allah. Yakni, perhatiannya tidak pada yang lain kecuali Allah. Jika pikirannya diliputi sesuatu yang lain secara tak disadari, ia harus segera menghentikannya sesegera mungkin sehingga menjadi terjaga kembali.

Agar hati bisa lebih bertawajuh pada salat, pengetahuan dan keyakinan batin harus kuat. Jika tidak, tidak mungkin bagi hati yang berkeyakinan kuat untuk tidak perhatianketika pengetahuan itu hadir. Misalnya, dalam konteks ini, ketika kita menghadap kiblat, membaca al-Fatihah dan surah lain, perhatikanlahmakna-maknanya agar hubungan terjadi dan selalu terjaga.

Salah satu faktor utama lainnya yang dapat menjadikan kekhusukan hati selama salat ialah pengendalian pancaindra sepanjang hari. Karenanya,seorang mushali (pelaku salat) harus mempersiapkan semua keperluan yang dapat mengantarkannya meraih kekhusukan hati selama salat.

Hal lain yang dapat dilakukan untuk menghadirkan hati dalam salat adalah mencari pertolongan dari Imam Zaman (aj) sebelum melakukan salat, kemudian melaksanakan kewajiban itu dalam kelengkapannya secara mutlak.

 

Tentang Hubungan Ilmu dan Keikhlasan

Syariat adalah kriteria atas perbuatan kita. Kita mesti memerhatikan dan melihat, apakah perbuatan kita selaras atau bertentangan dengan syariat. Jika kita merasa punya kekhawatiran, kita harus khawatir atas semua perbuatan kita dalam ibadah dan salat, karena hal itu akan memberitahu kita apakah maksud kita ikhlas ataukah tidak.

Dalam hal ini, seyogianya kita menyatukan ilmu dan amal kita, dan tidak seharusnya meninggalkan yang satu demi yang lain. Seluruh penderitaan yang kita alami merupakan hasil dari pemisahan ilmu dan amal yang kita lakukan. Ilmu yang dimiliki sebagian orang tidak sesuai dengan amal mereka. Ilmu seseorang kadang-kadang ditinggalkan di belakang amalnya dan terkadang jauh mendahului di depan amalnya. Karenanya, hendaknya ilmu kita menemani amal kita. Ringkas kata, ilmu kita tidak boleh terpisah dari perbuatan.

Seseorang yang memiliki ilmu tetapi tidak melaksanakan (ilmu)nya itu ibarat lampu yang cahayanya menerangi jalanan orang lain tetapi membakar jalannya sendiri oleh dirinya sendiri.

Apabila orang-orang berbuat sesuai dengan ilmu mereka, semua urusan mereka akan teratasi dengan baik. Yakni, jika mereka melaksanakan tugas dan kewajiban mereka, meninggalkan apa yang dilarang dan berusaha keras melaksanakan apa yang diperintahkan sekuat yang mereka mampu lakukan, maka urusan mereka akan beres dan bermanfaat.

Dari perspektif lain, ilmu adalah guru dan guru itu berarti bukan yang lain. Kita harus berbuat sesuai dengan apa yang kita pelajari dan ketahui, dan berteguhlah dengan itu. Ini akan mencukupi karena orang yang beramal sesuai dengan apa yang diketahuinya, akan diizinkan Allah Swt untuk mewarisi ilmu yang tidak dikenali sebelumnya. Al-Quran menyatakan ini, Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami benar- benar akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.ÔÇÖ (QS. al-Ankabut [29]:69).

Dengan kata lain, guru kita adalah ilmu kita. Beramal sesuai dengan apa yang kita ketahui (ilmu kita), akan mencukupkan kita untuk hal yang tidak kita ketahui.

Jika kita tidak berhasil, berarti kita tidak melakukan amal itu secara benar. Kita seharusnya juga menata waktu sejam sehari untuk belajar ilmu teologi.

 

Bersandar dan Beriman kepada Allah

Jika kita yakin pada Allah Swt seperti seorang anak meyakini ibunya dan meminta kepada Allah, Zat Yang Mahatinggi, untuk menjamin setiap apa yang kita butuhkan, kita tidak akan pernah menderita problem apapun dan semua kebutuhan kita akan dipenuhi dan terpelihara.

 

Tentang Tanggung Jawab terhadap Imam Zaman (aj)

Jika kita sibuk melayani Imam Mahdi, Imam Zaman (aj), niscaya beliau (Imam Zaman) puntidak akan mengabaikan, membiarkan dan memikirkan kita. Pelayanan terhadap Imam Zaman bisa berbentuk, misalnya, memperingati hari kesyahidan Imam Husain, dan hari-hari besar lainnya.

Kecintaan Sang Pencipta dan Imam Zaman (as) akan semakin meningkat apabila kita meninggalkan maksiat dan dosa, serta mendirikansalat sesegera mungkin ketika sudah tiba waktunya.

Kitaharus berpikir tentang bagaimana bisa memperoleh dukungan Tuhan dan Imam Zaman (semoga Allah mempercepat kemunculannya). Yakni, kita harus mengetahui bagaimana belajar dan bekerja dalam rangka memenangkan dukungan dan rida-Nya. Setiap pelajar agama, khususnya, harus menjaga masalah ini di daftar teratas prioritasnya (di setiap waktu, selama masa belajarnya dan setelah ia menyelesaikan semua itu). Dia harus selalu berpikir tentang amal-amaldan akhlaknyasesuai syariat dalam rangka meraih dukungan Imam Zaman (af). Jika pelajar itu memikirkan ini dan melaksanakan jalan tersebut, ia tidak akan melakukan penyimpangan dalam pikiran, kata-kata dan tingkah lakunya selama hidup. Dia pun tidak akan menanggung berbagai tingkah laku yang tidak cocok dengannya, dan kemelut-kemelut yang membingungkannya.

 

Tentang Hubungan Zikir dan Menjauhi Dosa

Hendaknya kita mendawamkan zikir, karena seorang yang melakukan itu akan selalu merasakan kehadiran Tuhan, dan berbicara pada-Nya. Seyogianya ketika kita menjadi para penyeru manusia ke jalan Allah Swt tidak dengan lisan (saja) tetapi juga amal perbuatan. Bagi orang yang memiliki kekuatan spiritual, semestinya ia memberi perhatian utama pada panggilan terbaik, yakni,amal.

Seyogianya kita meninggalkan maksiat dan mengatakan, ÔÇ£Allah telah mengaruniakan kemurahannya pada semua tingkat orang-orang yang mau mendekati-Nya melalui kelembutan khusus, yakni menjauhkan diri dari pelanggaran demi mengejar kedekatan terhadap-Nya. Karena tingkat-tingkat dari ilmu manusia dan cintanya kepada Allah Swt beraneka ragam, maka tingkat-tingkat dari meninggalkan dosa pun bertingkat sedemikian rupa sehingga dikatakan bahwa perbuatan baik dari kesalehan bisa jadi jelek bagi mereka yang dekat kepada-Nya. Dalam hal menjauhi perbuatan dosa, tidak ada perbedaan antara seorang pelajar dan bukan pelajar.

Zikirterbaik ialah zikir amal, yaitu meninggalkan dosa dalam iman dan amal. Segala sesuatu memerlukan hal ini, sementara hal ini tidak membutuhkan apapun.

Selain dari mengajar dan menekuni al-Quran dan hadis-hadis Ahlulbait (as), semestinya kita menguatkan diri dalam kesalehan dan berjalan menuju keridaan-Nya. Artinya, kita harus beristikamah melakukan hal tersebut demi meraih tujuan meninggalkan dosa dalam iman dan amal.

Menjauhkan diri dari dosa-dosa akhlaki bisa ditempuh dengan memperpanjang sujud. Dengannya kita mematahkan punggung setan. Ketika seseorang memperpanjang sujudnya, seyogyanya ia berdiri di depan kaca dan memerhatikan tanda tempat sujud pada dahinya, apakah sujudnya itu meninggalkan sebuah tanda di dahinya atau tidak. Jika tanda itu ada, ia harusmenghapusnya sampai hilang sama sekali sehingga ia tidak ditandai dengan keangkuhan dan kepura-puraan.

Pengetahuan akan Tuhan yang Maha jujur adalah fondasi terpenting dalam menghancurkan dosa-dosa akhlak. Karena, semua dosa akhlaki berasal dari kelemahan pengetahuan tentang Allah Swt. Jika seseorang menyadari bahwa Allah Maha Terpuji, Mahatinggi dan Mahasuci dengan selayaknya, dia akan selalu berada dalam kondisi lebih indah daripada segala yang indah, dan dia tidak akan meninggalkan perasaan nyaman dengan-Nya.

Agar seseorang dapat meraih perasaan yang selalu nyaman bersama Allah dan dengan para Imam Maksum (as), hendaknya ia mematuhi Allah Swt, Rasul-Nya saw dan para Imam (as), sebagaimana juga meninggalkan dosa dalam keyakinan dan perbuatan.

 

Ayat ke 14

 

┘ä┘Ä┘ç┘Å Ï»┘ÄÏ╣┘Æ┘ê┘ÄÏ®┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘é┘æ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘Å┘ê┘å┘É┘ç┘É ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘Äϼ┘É┘èÏ¿┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘â┘ÄÏ¿┘ÄϺÏ│┘ÉÏÀ┘É ┘â┘Ä┘ü┘æ┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘à┘ÄϺÏí┘É ┘ä┘É┘è┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘ÅÏ║┘Ä ┘ü┘ÄϺ┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï¿┘ÉÏ¿┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ║┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ï»┘ÅÏ╣┘ÄϺÏí┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÄϺ┘ü┘ÉÏ▒┘É┘è┘å┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘ü┘É┘è ÏÂ┘Ä┘ä┘ÄϺ┘ä┘ì (14)

 

Artinya:

Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.(13: 14)

 

Melanjutkan penjelasan tentang keagungan Allah Swt yang telah menciptakan langit dan bumi, serta puja dan puji semua makhluk kepada Sang Pencipta alam semesta, Ayat ini berbicara tentang kesesatan orang-orang kafir. Ayat ini mengatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang ingin memperoleh tujuan-tujuan mereka dengan meminta dan berdoa kepada benda-benda atau orang-orang yang memiliki keadaan sama dengan mereka, yaitu memerlukan, miskin dan juga menghadapi berbagai kesulitan. Sehingga mereka ini tidak mungkin mampu memenuhi permintaan-permintaan mereka itu. Perumpamaan mereka ini seperti orang yang kehausan dan berusaha mengambil air untuk meminumnya. Akan tetapi mereka tidak akan pernah berhasil menemukan dan meminum air tersebut sehingga akan tetap berada dalam kehausan.

 

Setiap orang pada dasarnya haus akan hakikat dan selalu mencari kebenaran. Akan tetapi sebagian ada yang tidak mencapai jalan yang akan menghantarkannya kepada kebenaran tersebut, dan bukannya beriman kepada Allah, mereka justru mendatangi sesembahan-sesembahan palsu. Dengan kata lain, bukannya mencari air yang benar-benar akan menghilangkan dahaga mereka, tapi mereka hanya mencari fatamorgana. Setelah memperoleh fatamorgana, bukannya dahaga dan rasa haus hilang, mereka justru akan semakin terjebak olehnya. Rasa haus akan semakin mencekik, dan akhirnya kebinasaanlah yang akan mereka peroleh.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Doa dan permohonan boleh dipanjatkan hanya kepada Allah. Sedangkan doa kepada selain-Nya adalah sesat dan akan sia-sia.

2. Doa kepada Allah Swt akan terkabul jika disampaikan dengan ikhlas.

3. Akar kufur dan syirik ialah khayalan-khayalan sesat dan tak berdasar, yang akan mencegah manusia mencapai hakekat.

 

Ayat ke 15

 

┘ê┘Ä┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¼┘ÅÏ»┘Å ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘ü┘É┘è Ϻ┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ÏÀ┘Ä┘ê┘ÆÏ╣┘ïϺ ┘ê┘Ä┘â┘ÄÏ▒┘Æ┘ç┘ïϺ ┘ê┘ÄÏ©┘É┘ä┘ÄϺ┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏ║┘ÅÏ»┘Å┘ê┘æ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏÁ┘ÄϺ┘ä┘É (15)

 

Artinya:

Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.(13: 15)

 

Ayat ini, sama seperti ayat 49 surat an-Nahl, berbicara tentang seluruh isi alam ini yang ebrsujud kepada Allah Swt. Bahkan dalam ayat ini digunakan istilah yang sangat halus dan menarik sekali, yaitu dikatakan bahwa bayang-bayang segala sesuatu itu pun bersujud di hadapan Allah Swt. Mungkin yang dimaksud ialah bahwa bayang-bayang segala sesuatu, jika berada ditempat terbuka, selalu terjatuh ke atas tanah, sama sebagaimana orang yang bersujud, menjatuhkan diri ke atas tanah. Ayat ini mengatakan bahwa jika orang-orang kafir tidak bersedia bersujud di hadapan Allah, maka sikap mereka itu sama sekali tidak ada artinya, karena seluruh alam dengan keagungannya ini, merendahkan diri dan bersujud di hadapan Allah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Sujud dan merendahkan diri di hadapan Allah ada dua macam. Sebagian bersujud dengan suka rela didorong oleh pengetahuan dan rasa cinta kepada Allah. Sementara sebagian yang lain bersujud kepada Allah dalam keadaan terpaksa. Baik ketika menghadapi kesulitan besar, yang membuat mereka bersujud kepada Allah, atau karena mereka ini tunduk kepada peraturan-peraturan alami, yang tak lain Allah-lah yang menciptakan dan memberlakukan peraturan-peraturan tersebut.

2. Bukan hanya penduduk bumi yang bersujud merendahkan diri di hadapan Allah Swt, tapi seluruh malaikat langit bersujud mengagungkan-Nya.

 

Ayat ke 16

 

┘é┘Å┘ä┘Æ ┘à┘Ä┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘ŠϺ┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘é┘Å┘ä┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘é┘Å┘ä┘Æ Ïú┘Ä┘ü┘ÄϺϬ┘æ┘ÄÏ«┘ÄÏ░┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘Å┘ê┘å┘É┘ç┘É Ïú┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘É┘è┘ÄϺÏí┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘Ä┘à┘Æ┘ä┘É┘â┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ä┘ÉÏú┘Ä┘å┘Æ┘ü┘ÅÏ│┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ╣┘ïϺ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ ÏÂ┘ÄÏ▒┘æ┘ïϺ ┘é┘Å┘ä┘Æ ┘ç┘Ä┘ä┘Æ ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘Ä┘ê┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ╣┘Æ┘à┘Ä┘ë ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄÏÁ┘É┘èÏ▒┘Å Ïú┘Ä┘à┘Æ ┘ç┘Ä┘ä┘Æ Ï¬┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘Ä┘ê┘É┘è Ϻ┘äÏ©┘æ┘Å┘ä┘Å┘à┘ÄϺϬ┘Å ┘ê┘ÄϺ┘ä┘å┘æ┘Å┘êÏ▒┘Å Ïú┘Ä┘à┘Æ Ï¼┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Å┘êϺ ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï┤┘ÅÏ▒┘Ä┘â┘ÄϺÏí┘Ä Ï«┘Ä┘ä┘Ä┘é┘Å┘êϺ ┘â┘ÄÏ«┘Ä┘ä┘Æ┘é┘É┘ç┘É ┘ü┘ÄϬ┘ÄÏ┤┘ÄϺϿ┘Ä┘ç┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ«┘Ä┘ä┘Æ┘é┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ┘é┘Å┘ä┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï«┘ÄϺ┘ä┘É┘é┘Å ┘â┘Å┘ä┘æ┘É Ï┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘ê┘ÄϺϡ┘ÉÏ»┘ŠϺ┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ç┘æ┘ÄϺÏ▒┘Å (16)

 

Artinya:

Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".(13: 16)

 

Melalui Ayat ini Allah sekan-akan mengajarkan cara berargumentasi terhadap kaum Musyrikin, bagaimana cara memulai perdebatan dan bagaimana mengakhirinya. Oleh karena Musyrikin Arab meyakini bahwa Allah adalah Pencipta seluruh alam, maka RasulullahSaw berkata kepada mereka, bahwa jika kalian tidak bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, maka ketahuilah bahwa pemilik, penguasa dan pengatur alam raya ini adalah Allah yang telah menciptakan semua ini. Tidak benar jika dikatakan bahwa Allah telah menciptakan, tapi pengelolaan alam ini berada di tangan makhluk-makhluk-Nya, atau patung-patung kayu dan batu, yang kemudian kalian sembah. Mengapa kalian mencari makhluk-makhluk yang sama dengan kalian, yaitu tidak mampu mendatangkan kebaikan dan menolak kejahatan dari diri mereka sendiri, lalu menyembah mereka itu?

 

Dalam ayat ini Allah Swt juga menyerupakan orang mukmin dengan orang yang melihat, sedangkan orang kafir sebagai orang yang buta; atau iman disamakan dengan cahaya terang, sedangkan kufur disamakan dengan kegelapan. Dikatakan bahwa orang yang melihat kebenaran tapi tidak bersedia menerimanya, tidak berbeda dengan orang yang buta. Orang yang melihat cahaya kebenaran, tapi menutup matanya, berarti telah menjerumuskan dirinya ke dalam kegelapan dan menjauhkan diri dari cahaya terang. Selanjutnya ayat ini mengatakan bahwa Musyrikin yang meyakini keesaan Allah, apakah mereka telah kebingungan sehingga menjadikan selain Allah sebagai sesembahan? Padahal hanya Allah-lah Sang Pencipta, yang Maha Perkasa, dimana segala sesuatu tunduk di hadapan-Nya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Sikap keras kepala akan menutup mata hati seseorang dan menjadikannya bagaikan orang buta yang tidak mungkin memanfaatkan cahaya terang di sekitarnya.

2. Tidak ada satu makhluk pun yang memiliki kemampuan untuk mendatangkan kebaikan untuk dirinya dan menolak bahaya dari dirinya sendiri tanpa bantuan Allah Swt. Untuk itu tak ada satu pun dari makhluk ini yang pantas untuk dijadikan sebagai sesembahan.

Ayat ke 11

 

┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÅÏ╣┘Ä┘é┘æ┘ÉÏ¿┘ÄϺϬ┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘É ┘è┘ÄÏ»┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘ê┘Ä┘à┘É┘å┘Æ Ï«┘Ä┘ä┘Æ┘ü┘É┘ç┘É ┘è┘ÄÏ¡┘Æ┘ü┘ÄÏ©┘Å┘ê┘å┘Ä┘ç┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘Ä┘à┘ÆÏ▒┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏ║┘Ä┘è┘æ┘ÉÏ▒┘Å ┘à┘ÄϺ Ï¿┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì Ï¡┘ÄϬ┘æ┘Ä┘ë ┘è┘ÅÏ║┘Ä┘è┘æ┘ÉÏ▒┘Å┘êϺ ┘à┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏú┘Ä┘å┘Æ┘ü┘ÅÏ│┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ▒┘ÄϺϻ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì Ï│┘Å┘êÏí┘ïϺ ┘ü┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘à┘ÄÏ▒┘ÄÏ»┘æ┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘Å┘ê┘å┘É┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ì (11)

 

Artinya:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(13: 11)

 

Dalam melanjutkan pembahasan sebelumnya,yang mengatakan bahwa Allah Swt mengetahui segala perbuatan lahiriyah setiap manusia, dimana tidak ada gerakan dan perbuatan apa pun yang terlepas dari pengawasan-Nya, Ayat ini menyebutkan bahwa Allah Swt menetapkan para malaikat bagi setiap orang, yang bertugas mengawasi dan menjaganya dari seitap bahaya dan musibah. Tetapi, oleh karena seluruh alam raya ini adalah makhluk Allah, dan setiap peristiwa terjadi sesuai dengan kehendak-Nya, maka al-Quran menyebut peristiwa alami sebagai urusan Allah. Oleh karena itu, malaikat melindungi kita dari musibah yang berlaku di luar kekuasaan kita.

 

Selanjutnya ayat ini mengatakan, apa yang kami sebutkan itu adalah berkaitan dengan peristiwa alami, yang berada di luar ikhtiar kalian. Namun nasib kalian, umat manusia, baik individu maupun sosial, berada di tangan kalian sendiri dan hendaknya kalian tidak berharap bahwa Allah akan menyerahkan utusan penentuan nasib tersebut kepada para malaikat. Seandainya akan terjadi perubahan dalam sistem masyarakat seperti perubahan kondisi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat baik dan sistem keadilan menggantikan kezaliman, maka hendaknya manusia tidak menunggu mukjizat dari Allah Swt.

 

Lanjutan ayat ini juga membicarakan sunnah Ilahi dan mengatakan, jika kalian tidak berusaha mengubah kondisi kalian dan masyarakat, maka kalian akan menghadapi berbagai bahaya, ditambah lagi murka dan siksaan Allah Swt akan menimpa kalian. Di saat itu, manusia tidak akan mendapat pertolongan dan tidak dapat menghindari akibat kelalaiannya tersebut.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1.Allah Swt mengutus sejumlah malaikat untuk menjaga manusia dari ancaman musibah alam, tentunya yang demikian itu tidak berkaitan dengan ajal manusia yang telah dipastikan.

2.Nasib setiap masyarakat ditentukan oleh anggota masyarakt itu sendiri. Masyarakat yang baik akan mendapat curahan berkah dari Allah Swt, dan sebaliknya masyarakat yang menyimpang mendapat murka dan azab Tuhan.

 

Ayat ke 12-13

 

┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è ┘è┘ÅÏ▒┘É┘è┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄÏ▒┘Æ┘é┘Ä Ï«┘Ä┘ê┘Æ┘ü┘ïϺ ┘ê┘ÄÏÀ┘Ä┘à┘ÄÏ╣┘ïϺ ┘ê┘Ä┘è┘Å┘å┘ÆÏ┤┘ÉϪ┘ŠϺ┘äÏ│┘æ┘ÄÏ¡┘ÄϺϿ┘Ä Ïº┘äϽ┘æ┘É┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä (12) ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏ│┘ÄÏ¿┘æ┘ÉÏ¡┘ŠϺ┘äÏ▒┘æ┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘Å Ï¿┘ÉÏ¡┘Ä┘à┘ÆÏ»┘É┘ç┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘Æ┘à┘Ä┘ä┘ÄϺϪ┘É┘â┘ÄÏ®┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ï«┘É┘è┘ü┘ÄϬ┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏ▒┘ÆÏ│┘É┘ä┘ŠϺ┘äÏÁ┘æ┘Ä┘ê┘ÄϺÏ╣┘É┘é┘Ä ┘ü┘Ä┘è┘ÅÏÁ┘É┘èÏ¿┘Å Ï¿┘É┘ç┘ÄϺ ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘Åϼ┘ÄϺϻ┘É┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï┤┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ŠϺ┘ä┘Æ┘à┘ÉÏ¡┘ÄϺ┘ä┘É (13)

 

Artinya:

Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.(13: 12)

 

Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya. (13: 13)

 

Petir, kilat dan guntur adalah fenomena alam yang terjadi di langit, dan merupakan bukti kekuatan Allah Swt. Dari satu sisi ia merupakan sumber ketakuan, dan dari sisi lain merupakan penyebab turunnya hujan yang merupakan rahmat Allah bagi penduduk bumi. Menurut pandangan al-Quran, gelegar guntur yang merupakan fenomena alam, merupakan ucapan tasbih dan puja-puji kehadiran Allah Swt. Sedangkan tasbih dan puja puji ini tak lain ialah pernyataan pengagungan Allah yang terbebas dari segala macam aib dan cacat cela, serta Maha Esa tanpa sekutu. Para malaikat pun, yang bertugas mengatur awan dan hujan merasa takut berbuat maksiat kepada Allah, sehingga para malaikat ini pun selalu dalam keadaan bertasbih dan memuji Allah seraya mentaati semua perintah-Nya.

 

Segala sesuatu tidak akan terjadi kecuali dengan seizin Allah Swt. Petir dan kilat pun tidak akan menyambar siapa pun kecuali dengan kehendak Allah Swt. Setelah semua itu, bagaimana mungkin musyrikin dan kaum kafir meragukan wujud Allah dan masih saja berdebat mengenai keberadaan dan kekuasaan Allah? Apakah mereka itu memiliki andil dalam mengatur semua fenomena alam termasuk, awan, hujan, petir dan kilat? Sebagaimana disebutkan dalam ayat ini? Perlu diingatkan bahwa petir dan kilat adalah fenomena alami, yang mungkin akan dipandang sebagai peristiwa biasa di alam ini. Akan tetapi dalam beberapa kasus, petir dapat tampil sebagai hukuman dan azab Ilahi.

 

Berkenaan dengan kaum Tsamud,al-Quran menceritakan bahwa mereka itu mendapat azab Allah dengan petir. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa RasulullahSaw, ketika mendengar gemuruh petir dan guntur, sedangkan beliau tengah berbicara, maka beliau menghentikan pembicaraan dan membaca doa-doa. Pujian dan tasbih oleh semua makhluk juga diantara fenomena yang disebutkan dalam al-Quran, yang mengisahkan bahwa semua itu bertahmid dan bertasbih kepada Allah dengan berbagai macam cara dan bentuk. Semua itu membuktikan bahwa semua makhluk Allah, yang kita kenal sebagai benda mati pun, ternyata dalam pandangan Allah adalah makhluk-makhluk yang memiliki perasaan. Akan tetapi al-Quran pun menegaskan bahwa manusia pada umumnya tidak akan memahami hakikat tasbih dan tahmid benda-benda mati dan fenomena alami itu.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1.Mengenali berbagai peristiwa alami dan perannya dalam kehidupan ini haruslah mampu meningkatkan iman kita kepada Allah Swt. Karena alam dan undang-undangyang berlaku padanya, semuanya adalah makhluk yang tunduk kepada kekuasaan Allah Swt.

2.Seluruh alam wujud berada dalam keadaan bertasbih dan bertahmid, mengagungkan dan menyucikan Allah Swt. Untuk itu, seharusnyalah manusia, sebagai makhluk paling mulia, lebih tekun dalam hal ini.

3.Segala sesuatu berada di tangan Allah Swt. Petir dan kilat yang merupakan rahmat Allah, dapat pula berperan sebagai azab Allah yang sangat menakutkan.

Ayat ke 7

 

┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘ä┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘ÄϺ Ïú┘Å┘å┘ÆÏ▓┘É┘ä┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ïó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Ä ┘à┘Å┘å┘ÆÏ░┘ÉÏ▒┘î ┘ê┘Ä┘ä┘É┘â┘Å┘ä┘æ┘É ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘ì ┘ç┘ÄϺϻ┘ì (7)

 

Artinya:

Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.(13: 7)

 

Orang-orang yang keras kepala mencari-cari alasan guna mengingkari kenabian Muhammad Saw,mereka mengatakan, mengapa Muhammad tidak membawa mukjizat seperti Nabi Isa as dan Musa as? Mengapa mereka tidak memenuhi segala permintaan kami? Padahal, mukjizat setiap nabi sesuai dengan kondisi budaya dan sosial kaumnya. Di saat sihir sedang marak di Mesir, maka mukjizat Nabi Musa as pun untuk menandingi tukang sihir. Sebab itu, Fir'aun menyebutnya tukang sihir. Adapun ilmu kedokteran yang tengah marak pada masa Nabi Isa as maka mukjizat Nabi Isa as saat itu adalah ia dapat menyembuhkan penyakit yang sangat sulit disembuhkan bahkan menghidupkan orang mati.

 

Berbeda lagi dengan kondisi bangsa Arab ketika Muhammad Saw diutus menjadi Nabi. Bangsa Arab di saat itu sedang terobsesi dengan syair dan sastera, maka mukjizat beliau berupa al-Quran yang tidak tertandingi nilai sastera dan kefasihannya. Namun orang-orang kafir berusaha mencari alasan guna mengingkari kenabian Muhammad dengan menuntut mukjizat lain. Sejarah membuktikan meski permintaan mereka tersebut dipenuhi oleh Nabi, namun mereka tetap tidak akan beriman kepada para nabi dan menuntut Rasulullah menunjukkan mukjizat lainnya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1.Tugas para nabi adalah memberi hidayah dan peringatan kepada manusia, bukan untuk memenuhi seluruh tuntutan orang-orang kafir.

2.Meski pintu kenabian sudah tertutup, namun Allah Swt menempatkan ulama di tengah masyarakat guna meneruskan tugas para nabi yaitu memberi petunjuk dan peringatan kepada manusia.

 

Ayat ke 8

 

Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘É┘ä┘Å ┘â┘Å┘ä┘æ┘Å Ïú┘Å┘å┘ÆÏ½┘Ä┘ë ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ║┘É┘èÏÂ┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘à┘Å ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ▓┘ÆÏ»┘ÄϺϻ┘Å ┘ê┘Ä┘â┘Å┘ä┘æ┘Å Ï┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì Ï╣┘É┘å┘ÆÏ»┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘à┘É┘é┘ÆÏ»┘ÄϺÏ▒┘ì (8)

 

Artinya:

Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.(13: 8)

 

Ayat ini dan selanjutnya menjelaskan tentang ketinggian ilmu Allah Swt yang mencakup segala sesuatu, baik yang tampak maupun tersembunyi. Di antara buktinya adalah pertumbuhan janin di perut seorang ibu. Di saat ibu tidak mengetahui tuntutan anak yang dikandungnya, Allah Swt memenuhi segala kebutuhan janin tersebut. Semua proses janin di perut, seperti pertumbuhan dari sperma hingga saat kelahiran, terjadi berkat ilmu dan kuasa Allah Swt dan seorang ibu hanya menjadi perantara terealisasnya kehendak Allah. Ayat selanjutnya mengisyaratkan bahwa Allah Swt telah menetapkan peraturan dan kaidah bagi masa kandungan dan proses kelahiran. Kondisi yang dialami seorang janin berupa keguguran, cacat, lahir, kembar, atau lahir dalam kondisi sehat serta sempurna, semuanya berdasarkan hukum kausalitas alam.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1.Ilmu Allah Swt tidak hanya berkaitan dengan hal yang global saja, melainkan juga berkenaan dengan hal-hal parsial. Misalnya, kondisi janin selama di perut seorang ibu, Allah Swt mengetahui semua urusan janin tersebut.

2.Selama masa kehamilan, seorang ibu memiliki andil besar bagi keselamatan, kesehatan, atau cacatnya anak di saat lahir. Banyak riwayat dalam Islam yang menganjurkan seorang ibu untuk memperhatikan sikap dan prilakunya selama masa kehamilan.

 

Ayat ke 9-10

 

Ï╣┘ÄϺ┘ä┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ║┘Ä┘è┘ÆÏ¿┘É ┘ê┘ÄϺ┘äÏ┤┘æ┘Ä┘ç┘ÄϺϻ┘ÄÏ®┘É Ïº┘ä┘Æ┘â┘ÄÏ¿┘É┘èÏ▒┘ŠϺ┘ä┘Æ┘à┘ÅϬ┘ÄÏ╣┘ÄϺ┘ä┘É (9) Ï│┘Ä┘ê┘ÄϺÏí┘î ┘à┘É┘å┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘Ä┘å┘Æ Ïú┘ÄÏ│┘ÄÏ▒┘æ┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ Ï¼┘Ä┘ç┘ÄÏ▒┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘ç┘Å┘ê┘Ä ┘à┘ÅÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ«┘Æ┘ü┘ì Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘è┘Æ┘ä┘É ┘ê┘ÄÏ│┘ÄϺÏ▒┘ÉÏ¿┘î Ï¿┘ÉϺ┘ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘ÄϺÏ▒┘É (10)

 

Artinya:

Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi.(13: 9)

 

Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.(13: 10)

 

Ayat ini melanjutkan pembahasan ayat sebelumnya terkait pengetahuan Allah Swt terhadap janin yang berada di perut seorang ibu, ayat ini menyebutkan bukti lain terhadap ketinggian ilmu Allah Swt. Allah Swt mengetahui segala yang berada di alam materi dan segala sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh indera-indera manusia. Dia mengetahui hal gaib, baik masa lampau maupun mendatang. Hal-hal gaib adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap indera manusia, sedangkan yang tidak dapat ditangkap oleh indera adalah hal yang nyata. Namun, keduanya yaitu gaib dan nyata tidak ada artinya di sisi Allah Swt Pencipta alam semesta.

 

Pada kenyataannya, jika manusia beriman bahwa Allah Swt mengetahui segala sesuatu, baik yang nyata maupun yang zahir, maka manusia tidak akan berbuat dosa dan akan berhati-hati dalam bertindak.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1.Allah Swt Maha Sempurna dan suci dari segala kekurangan.

2.Ilmu Allah Swt terhadap segala sesuatu adalah sama dan tidak tergantung pada tempat, kondisi dan waktu.