کمالوندی

کمالوندی

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menilai wilayah Teluk Persia dan keamanannya sangat penting dan menurutnya keamanan di wilayah ini tergantung pada hubungan sehat dan baik yang terjalin di antara negara-negara kawasan.

 

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rahbar, hari ini, Senin (2/6) dalam pertemuannya dengan Syeikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Ahmad, Amir Kuwait dan rombongan yang menyertainya mengatakan, "Oleh karena itu Republik Islam Iran selalu mengupayakan terciptanya hubungan yang sehat dengan negara-negara tetangga di Teluk Persia dan saat ini kebijakan itu sedang dijalankan."

 

Rahbar menambahkan, "Kedekatan negara-negara kawasan dan hubungan sehat di antara mereka penting bagi seluruh kawasan, namun jika prinsip ini tidak dipatuhi, pertentangan dan perbedaan negara-negara kawasan akan membuat musuh gembira."

 

Semakin meningkatnya kejahatan rezim Zionis Israel disebabkan karena tidak adanya hubungan yang sehat di antara negara-negara kawasan. "Iran selalu terbuka dengan negara-negara kawasan," katanya.

 

Menurut Rahbar perluasan hubungan Kuwait dan Iran menguntungkan kawasan. Ia melanjutkan, "Terkait transformasi di Suriah, Iran akan mendukung apapun yang diputuskan oleh rakyat Suriah."

 

Berkenaan dengan bahaya kelompok-kelompok Takfiri di kawasan, Rahbar menuturkan, "Sungguh disayangkan sebagian negara kawasan tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan kelompok-kelompok Takfiri baginya di masa depan dan terus mendukung kelompok-kelompok tersebut."

 

Ia menambahkan, "Sebagian negara kawasan saat ini mendukung kelompok-kelompok Takfiri dengan membantu mereka melakukan pembunuhan dan pengkhianatan di Suriah serta negara-negara lain. Akan tetapi tidak lama lagi kelompok-kelompok ini juga akan berbalik menyerang negara-negara pendukungnya dan pada akhirnya mereka terpaksa akan memusnahkan kelompok-kelompok Takfiri tersebut dengan biaya besar."

 

Rahbar mengatakan bahwa Iran berdiri di belakang Kuwait di masa-masa sensitif beberapa tahun lalu. Tehran menyampaikan apresiasinya atas sikap Kuwait terkait perkembangan regional. "Transformasi regional harus diselesaikan dengan pandangan dan metode semacam ini," ujar Rahbar.

 

Rahbar juga menyinggung soal hubungan ekonomi dan perdagangan Iran-Kuwait dan menjelaskan, "Banyak peluang untuk memperluas hubungan ekonomi dua negara dan lembaran baru hubungan ekonomi Iran-Kuwait harus dibuka."

 

Sementara itu Amir Kuwait menyampaikan selamat atas hari kelahiran Imam Husein as dan menilai Rahbar sebagai Murysid dan Penunjuk jalan bagi seluruh kawasan. Ia mengatakan, "Untuk membuka lembaran baru hubungan dua negara, Kuwait memiliki kesiapan penuh dan dalam perundingan Tehran, Kuwait juga sepakat untuk memperluas hubungan ekonomi dan perdagangan."

 

Syeikh Sabah Al Ahmad Al Jaber Al Sabah membenarkan pernyataan Rahbar soal urgensi persatuan dan solidaritas di antara negara-negara kawasan dan upaya menghadapi ekstremisme. Ia menilai hubungan Kuwait dan Iran sangat baik dan menganggap pemerintah Iran sebagai sahabatnya. Al Sabah berharap masalah-masalah Suriah diselesaikan secara damai berdasarkan kehendak dan pandangan rakyat negara itu.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar memuji keberanian, kesabaran dan ketabahan para veteran perang.

 

Kantor Rahbar (2/6) melaporkan, bersamaan dengan peringatan hari kelahiran Abul Fadhl Abbas yang diperingati sebagai Hari Veteran di Iran, hari ini, Senin (2/6) pagi empat utusan Rahbar mengunjungi beberapa tempat tinggal veteran di Tehran dan menyampaikan pujian Ayatullah Sayid Ali Khamenei atas keberanian, kesabaran dan ketabahan mereka.

 

Wakil-wakil Rahbar di sejumlah ibukota Provinsi dan Imam-imam Jumat seluruh Iran mewakili Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengunjungi rumah-rumah veteran yang merupakan peninggalan berharga era Perang Pertahanan Suci Iran.

 

Hari ini, 4 Syaban 1435 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 2 Juni 2014 adalah hari lahir Abul Fadhl Abbas. Ia memiliki beberapa julukan, di antaranya, Saqa, Qamar Bani Hasyim dan Babul Hawaij. Hari ini dalam penanggalan Iran diperingati sebagai Hari Veteran.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebut persatuan dan pembentukan umat yang satu sebagai kebutuhan mendesak dunia Islam.

 

Seperti dilaporkan bidang penerangan Kantor Rahbar, Ayatullah Khamenei Selasa (27/5) bertepatan dengan peringatan Hari Pengangkatan Rasulullah Saw (Bi'tsat) dalam pertemuannya dengan para pejabat pemerintah, tamu peserta musabaqah internasional tilawatil quran (MTQ), para duta besar negara Islam serta warga menekankan bahwa salah satu tujuan utama pengobaran friksi di antara umat Muslim dan penyebaran Iranphobia serta Syiahphobia adalah upaya front arogan menutupi kesulitan yang dihadapinya dan mempertahankan rezim ilegal Israel.

 

Rahbar menambahkan, diharapkan umat muslim khususnya cendikiawan Muslim mampu memahami dengan benar front musuh Islam ini dengan kewaspadaan tinggi dan menyadari dengan benar realita ini.

 

Ayatullah Khamenei menilai kebutuhan mendesak dunia Islam saat ini adalah mengedepankan ideologi, pemikiran dan mengenali hakikat sebenarnya front musuh umat Islam serta menggalang persatuan dan menghindari friksi akidah serta sektarian.

 

"Dewasa ini bendera kejayaan Islam mulai berkibar dan identitas keislaman lebih kuat tumbuh dan berkembang di antara umat Muslim dunia ketimbang masa lalu. Dan bangsa Iran dengan itikad baik dan kepercayaan tinggi terhadap janji kemenangan dari Allah tengah meniti kemajuan dan melewati berbagai kendala yang menghadang. Bangsa Iran juga tengah mendobrak satu demi satu pertahanan musuh dan terus bergerak dalam melawan kezaliman, kebodohan dan ketidakadilan," tandas Rahbar.

 

Rahbar seraya mengisyaratkan interpretasi keliru dan sangat dangkal terhadap ajaran Islam dan al-Quran mengatakan, "Tidak adanya pandangan yang benar dan pemahaman mendalam terhadap ajaran Islam serta al-Quran telah menyebabkan sejumlah kelompok dewasan ini mengatasnamakan Islam dan menzalimi saudara mereka sendiri serta membantai umat Islam lainnya. bahkan di negara-negara Afrika, dengan mengatasnamakan Islam, kelompok ini menculik anak-anak gadis tak berdosa," tegas Rahbar.

 

Lebih lanjut Rahbar mengatakan, dewasa ini musuh bangkit memusuhi Islam secara terang-terangan dan sarana terpenting mereka adalah menciptakan perpecahan akidah dan perang Sunni-Syiah. Jika akal sehat dan pemikiran mendalam dimanfaatkan, maka dengan jelas keterlibatan musuh serta motif mereka dapat disaksikan, sehingga umat Islam tidak terjebak ke dalam propaganda musuh.

 

Seraya menekankan mesin-mesin politik Barat sebagai penyebar kebodohan (jahiliyah), padahal misi utama Nabi Muhammad Saw adalah mencabut kebodohan keakar-akarnya, Rahbar menandaskan, "Ketidakadilan, diskriminasi, pengabaian kehormatan manusia, membesar-besarkan isu gender dan propaganda luas model pakaian berlebih-lebihan perempuan adalah pemandangan dari kebudayaan merusak Barat yang sejatinya merupakan bentuk dari kemunduran ke arah era jahiliyah, namun dengan metode dan sarana yang lebih modern."

 

Seraya mengisyaratkan upaya untuk menumpas kebangkitan Islam, Rahbar mengatakan, "Meski aksi penumpasan ini di sejumlah wilayah tampaknya gagal, namun realitanya adalah kebangkitan Islam bukan sesuatu yang dapat dimusnahkan."

 

Rahbar menyebut kunci keberhasilan dan kemenangan Republik Islam Iran dalam berbagai fase dan perjuangan ekonomi, politik, sosial dan internasional adalah kepercayaan dan itikad baik terhadap janji kemenangan yang telah diberikan Allah Swt. "ini adalah jalan yang ditempuh bangsa Iran dan di masa mendatang kondisi ini tidak akan berubah," papar Rahbar.

Walaupun sejak lama saya berada di salah satu dari banyak mazhab agama Kristen, tapi saya tidak pernah menemukan jawaban yang memuaskan atas banyak pertanyaan akan ajarannya. Senantiasa ada rasa ingin tahu dan dipenuhi dengan keyakinan besar untuk mencari "siapa"pencipta saya dan apakah tujuan dan keberadaansaya dimuka bumi ini. Saya mulaimencari berbagai doktrin dan falsafah untuk beberapa dekadelamanya. Melihat kepada perpecahan dalam Kristen membuat saya tidak merasa puas. Akhirnya saya meneliti kepercayaan-kepercayaan lain, Yahudi, Hindu, Budha dan sebagainya, sehingga satu hari saya memutuskan bahwa semuanya hanya mitos belaka. Sampai kepada keputusan itu dan ateisme terlintas dalam pikiran saya. Ia sebenarnya menakutkan saya dan memang ia langsung tidak masuk akal ketika seseorang melihat kepada realitas alam raya di sekitarnya.

 

Jika tidak ada pencipta, maka sudah tentu tidak ada tujuan murni kehidupan. Kesederhanaan dan kasih sayang dimana saya besar dengan mempercayainya, tampak membuang waktu secara sia-sia saja, terutama sekali walaupun dalam keadaan dimana dunia sedang menuju dosa. Dunia yang saya temui ketika tumbuhbukanlah satu dunia yang baik, ia juga tidak jujur apalagi mengasihani. Saya telah dihina karena cara hidup saya yang berpegang teguh kepada norma-norma murni, malah oleh suami pertama saya, ayah dari dua anak saya. Saya tidak berminat untuk ke pesta. Setelah menikahselama enam tahun, suami Kristen saya terlibat dalam begitu banyak urusan dan salah satunya ialah pesta narkotika. Saya meninggalkannya di Jerman dan pulang bersama dua anak saya sendirian. Mengecewakan acara baptis dan pendeta yang menikahkan kami.

 

Kehidupan saya tertumpu kepada anak-anak saya dan apa yang dapat saya lakukan secara terbaik untuk mereka. Orang-orang yang saya temui dan  ada hubungandengan pekerjaan saya, semuanya tampak memiliki pandangan yang sama yaitu bagaimana saya harus sadar bahwa saatini adalah abad ke 20. Saya harus bergembira dan menikmati kehidupan. Saya harus melakukan sesuatu yang liar dan gila-gilaan untuk sebuah perubahan dan mengambil kesempatan. Saya tidak dapat berbagi dengan pandangan pesta hewan yang berada disekitar saya, maka dengan itu saya mengasingkan diri. Ia tidak pernah menganggu saya bahwa mereka telah meninggalkan saya untuk mencari teman-teman yang baru dan lebih baik. Ini merupakan ciri biasa ketika mereka tidak dapat memasukkan anda untuk ikut bergembira. Jika anda tidak dapat ditundukkan, mereka akan mencari yang lain yang bisa mereka ubah. Saya lebih gembira ketika mereka meninggalkan saya sendirian.

 

Anak-anak saya, menulis, meneliti, perjalanan dan banyak lagi studi yang bisa mengisi kehidupan saya sehingga tahun 1987. Tiba-tiba semuanya tampak berubah. Ayahsaya, orang yang akrab dengan saya meninggal dunia tahun tersebut. Saya tidak pernah terpikir bahwa saya akan kehilangannya. Ia tidak pernah terlintas dibenak saya. Segala kepatuhan, ketaatan, dan kesucian dalam dunia ini, tidak dapat membantu saya untuk mempertahankan kehidupannya. Saya tidak dapat melakukan apa-apa untuk membantunya, ketika saya melihat dia bertambah sakit setiap hari berlalu. Ketika dia pergi, saya merasa amat sendirian. Kesedihan mengisi segala ruang hati saya dan setiap inci diri saya. Saya ingin sekali mati. Saya tidak dapat melihat apakah artinya untuk terus hidup tanpa ayahsaya. Dialah satu-satunya orang normal yang pernah saya ingat dalam kehidupan ini. Untuk pertama kalinya dalam kehidupan saya, saya memahami arti kehilangan seseorang yang begitu istimewa dalam hidup ini. Kesedihan begitu memenuhi sekali, tidak pernah yang dapat saya bayangkan. Tidak ada siapapunyang dapat merasakannya. Itu adalah kesedihan saya.

 

Saya mulaimelihat kebelakang. Kehidupan saya memang sulit dan mengecewakan. Satu-satunya alasan yang saya dapat rasakan ialah saya harus memenuhi putaran kehidupan. Karena hampir setiap agama yang saya pelajari menyebutkan bahwa bunuh diri itu adalah satu perbuatan yang berat, ganas dan dosa yang tidak terampuni. Maka ia bukanlah satu pilihan. Saya harus meneruskan kehidupan ini betapapun kehidupan ini begitu bodoh sekali, andaipun tidak ada alasan maka anak-anak saya memerlukan saya. Akhirnya, bekerja lewat proses kesedihan itu, saya menyadari bahwa segala yang saya pelajari sedikit saja masuk akal.

 

Dalam keadaan putus asa, saya berdoa dengan menangis ikhlas untuk "pencipta saya", siapa saja mungkin, untuk membimbing saya kejalan benar. Pembelajaran saya membawa pengetahuan tentang Diadalam pikiran saya, tetapi hati saya belum bisa menemukan-Nya. Saya tahu bahwa saya tidak bisa melakukannya sendirian, maka saya berdoa dan meminta bimbingan ilahi, secara berkelanjutan, siang dan malam. Saya menemukan diri saya ingin tidur pada sebagian hidup, karena tampaknya ia menjadi lebih mudah. Tidur sama seperti mati, dan saya menyenanginya. Ketika saya bangun apa yang saya lakukan ialah berpikir, berusaha untuk mencari apakah tujuan hidup ini.

 

Satu pagi saya bangun dari tidur, membuka televisi, berusaha keras untuk mengisi pikiran saya dengan kekosongan dan melupakan pikiran saya yang terus-terusan ingin berpikir tentang agama dan kepercayaan. Di layartelevisi, percaya atau tidak, disiarkanPhil Donahue, program talk show yang populer. Dia sedang mewawancarai seorang lelaki yang bercakap dalam logat asing tentang Islam. Di sebelahnya ialah istri lelaki tersebut, seorang wanita Amerika berkulit putih yang baru memeluk agama Islam. Saya menumpukan perhatian kepada apa yang diucapkanoleh wanita tersebut. Karena saya telah mengenali banyakwanita yang memeluk Islam karena suami mereka. Saya senantiasa menolak sikap seperti ini, karena bagi saya kepercayaan seseorang haruslah dikarenakan keyakinan diri seseorang tersebut dan hubungannya dengan Sang Pencipta.

 

Bagaimanapun, ketika dia melanjutkan pembicaraannya, saya melihat dan merasakan sesuatu yang berbeda. Dia duduk disitu dengan pakaian panjang, dan kepala ditutupi kerudung. Ia tampak cantik sekali. Dia kelihatan begitu suci dan gembira, berbicara dengan tegasdan tanpa bercandayang seringkali muncul dari tamu talk show. Tidak ada masalah andainya anda tidak dapat melihat bentuk tubuhnya atau melihat apa rupa rambutnya. Semuanya terpancar di dalam mata dan suaranya. Dia sedang memberitahu bagaimana dia memeluk Islam. Dia tampak begitu Muslim dan yakin pada Islam. Saya menjadi begitu tertarik dengan apa yang dibicarakan. Apa yang diucapkannyasama dengan apa yang saya yakini dan bagaimana saya hidupseperti apa yang terjadi disekitar saya. Mereka menyebut diri mereka Muslim dan mereka mengatakan mereka mengikuti Islam.

 

Saya hanya mendengar Muslim di Amerika, bahwa mereka dikaitkan dengan kelompok rasis yang benci kepada siapa saja yang punya warna mata dan rambut yang berbeda dari mereka dan Islam merupakan bagian nama dari organisasi mereka. Pada mulanyaia sama sekali tidak dapat diterima akal. Mengandaikan bahwa mereka semua adalah orang yang sama, sudah pasti terdapat perubahan radikal dari ketika saya masih remaja. Saya menjadi terpaku dengan talk show tersebut dan mempelajari keyakinan Islam yang benar yang bermula di tanah Arab, tanpa mempunyai prasangka.

 

Islam sebenarnyatidak menyebarkan segala bentukrasisme atau kebencian terhadap siapapun. Semakin saya mendengar, semakin saya menjadi tertarik. Mempunyai ide tentang Islam itu apa atau tidak datang sepenuhnya dari media, yang pastinya mereka menyalurkan apa yang mereka ingin orang mempercayainya. Saya telah menjadi korban cuci otak jenis ini. Saya mengasumsikanbahwa andainya satu kelompok mengunakan nama Islam maka mereka semuanya sama dengan semua Muslim yang mengamalkan keyakinan Islam. Seseorang tidak bisa mengasumsi sedemikian, saya segera menyadarinya. Semakin banyak saya mendengar, semakin banyak saya belajar.

 

Saya pikir,bisakahsaya diterima menjadi Muslim oleh Muslim lain? Adakah Muslimah lain yang berambut pirangdanbermata biru? Saya hanya tahu sedikit berkaitan agama baru ini, tetapi ada sesuatu yang terjadi pada saya. Sesuatu atau seseorang telah menarik saya untuk melihat program talk show itu pada hari tersebut, karena saya bukanlah seorang penonton televisi. Hati dan jiwa saya, terjadi sesuatu dalam diri saya, telah tertarik untuk mendengar, dan malah visual itu saja telah membuat saya duduk dan menarik perhatian saya. Saya senang sekali dengan gaya pakaiannya dan saya sendiri pernah mengenakan gaya pakaian seperti itu, dibalik apa yang didiktekan oleh dunia mode fashion ketika ini. Saya dapat merasakan kekecewaan yang diakibatkan oleh kepergian ayah saya mulaisirna. Malah, saya merasakan terhubung kembali dan perhatian saya semakin jelas dari dulu.

 

Segala dalam hidup ini mempunyai masa yang telah ditetapkan, itulah yang saya lihat saat ini. Hari itu, ia menjadi titik dalam kehidupan saya, untuk mendengar apa yang disebut Islam. Saya tidak punya pemahamantentang agama ini, yang kini saya anggap sebagai sebuah cara hidup, dari sekadar sebuah kepercayaan. Saya tidak begitu ingat apa yang diperkatakan lagi pada hari itu, ketika program itu berlanjut, tetapi satu keyakinan serius sedang tumbuh jauh dikedalaman hati saya. Mereka berkata tentang Quran, hidup secara sederhana didunia sesat ini, berkaitan suami yang harus setia dan jujur kepada keluarga mereka, tetapi tidak satupun kelihatan seperti agama hura-hurauntuk memanipulasi penganutnya. Semuanya masuk akal. Ia kelihatan begitu logisdan berurusan dengan realita. Umat Islam ini menyembah Sang Pencipta, bukan seorang manusia dan saya menyenanginya. Saya berharap saya mengenal Islam dulu. Saya senantiasa membuka pikiran, tidak membuat penilaian terhadap cara mereka hidup, tetapi saya tidak pernah dapat berubah untuk hidup cara seperti yang mereka lakukan, walaupun ia merusak banyak hubungan. Tetapi disini, dihadapan mata saya, menembus ketelinga adalah kata-kata yang sesuai dengan apa yang saya pikirkan, hidup, dan percaya. Tetapi kini, saya mempunyai kata-kata yang sesuai dengan kepercayaan saya. Kata-kata itu adalah "Islam".

 

Pada waktu itu, saya tinggal sendirian dirumah saya disebuah kota kecil di pendalaman Utara. Tidak ada buku tentang Islam di perpustakaan. Ketika saya bertanya, mereka memberitahu bahwa mereka membaca semua buku mereka dan sebuah komite meluluskan buku mana yang harus diletakkan di rak-rak. Lahir dan besar di New York, saya tahu lebih dari satu cara untuk mendapatkan informasi yang mungkin dianggap orang lain sebagai 'sensor', luar di sebagian kota bukit. Saya mulaibertanya banyak persoalan, sehingga menghasilkan buahnya.

 

Saya diberitahu bahwa ada seorang Muslim, seorang guru matematikadi sekolah tinggi mereka, tinggal dikota tersebut dan menikahiseorang wanita Kristen Methodist. Saya mencari Gereja Methodist, menjelaskan siapa yang ingin saya temui dan mereka memberikan nama keluarga tersebut. Saya menelepon, walaupun sebenarnya saya merasa malu dengan orang yang tidak saya kenali. Dia memberikan satu nama, saya menemukan sebuah toko buku seratus mil dari tempat saya tinggal, dan saya meminta sebuah Quran. Ketika saya mendapat sebuah Quran di kotak possaya, saya membacanya dari halaman ke halaman selama dua hari. Ia seperti bait-bait syair bagi saya. Pada ketika itulah, ketika saya memeluk Islam dan Islam memeluk saya.

 

Saya seperti seorang yang kecanduan. Tidak pernah saya merasa terobsesiseperti ini dalam kehidupan saya. Saya tidak pernah merasa cukup dengannya. Terlintas dipikiran saya untuk menelepon Kedutaan Arab Saudi di Washington, DC. Dalam tempoh seminggu kotak possaya dipenuhi dengan artikel-artikel cantik berisikan informasi bernilai. Saya duduk dirumah, mengunci pintu, menarik tabir, melepaskan kabeltelepon, tidak bercakap dengan siapapun. Semua orang pikir saya telah melakukan perjalanan. Saya tidak ingin diganggu dari harta karun baru saya. Saya berada di surga. Semuanya, setiap patah perkataan, setiap penjelasan, setiap jawaban semuanya sesuai dengan saya. Saya melihatnya lewat risalahdan kata-kata, adalah apa yang saya percaya selama ini. Saya bukanlah seorang yang berpikiran lama atau salah. Kesederhanaan adalah kesederhanaan, mudah dan simpel. Berusaha untuk menyesuaikan diri dengan ide orang lain bagaimana saya harus menjalani kehidupan ini sama sekali tidak dapat saya terima. Ia senantiasa berakhir dengan kehancuran. Kini, akhirnya, saya memiliki jawaban. Saya telah menemukan kehendak, perintah Sang Pencipta, dan sebab untuk hidup. Ia senantiasa bersama saya selama ini. Kemanakah harus saya pergi dari titik ini, saya pasti bahwa Diatidak terbatas..Mungkin tidak diterima oleh orang lain, tetapi tanpa batas untuk kehidupan dan hati saya sendiri.

 

Saya menyakini Allah Swt sepenuhnya, mengarahkan langkah saya kemana Dia pilih. Saya teringat semula bagaimana saya berdoa keras dan untuk pertama kali, Sang Pencipta telah memberikan jawaban menerusi sebuah talk show, satu program yang berakhir selama sejam dari puluhan tahun kehidupan saya. Sangat menakjubkan? Ya! Sebenarnya saya menemukan sebuah tempat untuk buku, tape dan sajadah. Saya membeli semuanya. Saya mendapat sebuah lagi Quran. Kata-kata indah itu memenuhi buku berkulit tebal, hijau dan keemasan, dalam bahasa Arab beserta terjemahan Inggris. Saya membaca semula, dari satu halaman kesatu halaman. Saya mulaimemimpikan Masjid, satu bangunan yang berhalaman dan terpelihara, keindahan dalam mimpi saya, yang tidak pernah saya impikan dulu. Saya merasa terpelihara dalam diri saya, mengetahui akhirnya segala perbedaan dan keinginan untuk mengetahui mengapa saya berada di muka bumi ini, telah berbuahkan hasil. Semua itu adalah menyembah Allah dan menyerahkan diri kepada kehendak-Nyadalam segala hal. Impian saya tidak pernah menyambung dulu dan tiba-tiba selepas memeluk Islam, ia menjadi jelas, terpelihara, dan istimewa. Saya tidak pernah memahami semua aspek maksud yang tersirat dibaliknya, tetapi ia memberikan ketenangan buat diri saya.

 

Saya senantiasa merasa ragu dengan kepercayaan saya sendiri, setelah bertahun-tahun diberitahu bahwa apa yang benar oleh orang lain. Impian indah ini merupakan verifikasi untuk saya, bahwa Allah Swt membimbing saya kepada Islam dan saya berada dalam keadaan spiritual yang seharusnya saya berada.

 

Kini, saya bangun setiap pagi dengan merasa tenang, damai, gembira, dan bersedia untuk menjadi seorang Muslim. Saya terus membaca halaman dari Quran setiap malam. Anggota keluarga saya yang terdekat yaitu anak-anak dan cucu saya, yang masih belum memeluk Islam menerima saya. Yang lain, tetapi saya tidak mengharapkan persetujuan mereka selain dari Allah. Saya mengenakan pakaian Islami dan mengamalkan lima rukum Islam.

 

Sejak hari-hari itu sehingga hampir satu dekade lalu, Allah telah mengaruniakan saya seorang suami yang baik dan seorang anak angkat lelaki, satu perubahan dalam kehidupan saya yang tidak pernah saya sangka atau rencanakan. Tetapi Allah mengetahui yang terbaik buat saya, saya akan menerima apa saja ketentuan dari Allah Swt. Dengan terus menyerah kepada-Nya. Saya menemukan kehidupan saya berada dalam harmoni, dimana itu bukanlah kasusnya ketika saya memikirkan saya menguasainya sebelum memeluk Islam. Harapan saya semoga Allah terus membimbing saya dijalan, hukum yang benar dan shalat, yang bisa mengizinkan saya untuk hidup sepenuhnya untuk Allah, dan benar-benar menerbitkan cara hidup Islam yang sejati dalam segala apa yang saya lakukan.

 

Apa yang saya lakukan ketika ini adalah saya telah menemukan jalan, bukan sekadar pengetahuan di pikiran saja seperti dulu, tetapi kini, dari kedalaman, saya menemukan apa yang seringkali menjadi bagian dari saya yang tampaknya hilang..Jiwa seorang Muslim.

Ibrahim Khalil Ahmad dulunya bernama Ibrahim Khalil Philobus, merupakan seorang pendeta Koptik Mesir yang belajar teologi dan lulus pendidikan tingkat tingginya dari Universitas Princeton. Dia belajar Islam untuk mencari kesempatan untukmenyerangnya, tapi yang terjadisebaliknya,dia memeluk Islam bersama empat orang anaknya, salah seorang darinya menjadi professor di Universitas Sorbonne, Paris, Perancis. Dalam cara yang menarik, dia menjelaskan dirinya dengan berkata,"Saya lahir di Alexandria pada tanggal 13 Januari 1919 dan dimasukkanke sekolah MisionarisAmerika sehingga saya mendapat sertifikat menengah saya disana. Pada tahun 1942 saya mendapat diploma dari Universitas Asiut dan saya mengambil bidang studi agama sebagai permulaan sebelum masuk ke Fakultas Teologi. Bukanlah satu hal yang mudah untuk masuk ke fakultas tersebut, karena tidak seorangpun kandidat bisa mengikutinya kecuali dia mendapat rekomendasi khusus dari Gereja al-Attareen di Alexandria dan sebuah  Gereja Assembly Mesir Bawah selepas melalui beberapa ujian untuk mengetahui kualifikasi saya sebagai seorang yang agamis. Kemudian saya mendapat rekomendasi ketiga dari Snodus Church Assembly termasuk pendeta dari Sudan dan Mesir.

 

Saya ke Fakultas Teologi pada tahun 1944 sebagai pelajar asrama. Disana saya diajar oleh guru-guru Amerika dan Mesir sehingga tamat pada tahun 1948.

 

Saya seharusnya dilantik di Jerusalem jika tidak dikarenakan pecah perang di Palestina pada tahun yang sama, saya telah dimasukkanke Asna Mesir Atas. Pada tahun yang sama saya mendaftar untuk tesis di Universitas Amerika di Kairo. Tesis saya tentangaktivitas misionari diantara Muslim. Pengetahuan saya tentang Islam bermula di Fakultas Teologi dimana saya mempelajari Islam dan segala metode yang dapat dipergunakan untuk menggoyang iman umat Islam dan membangkitkan kesalahpahaman pemahaman mereka tentang agama mereka sendiri.

 

Pada tahun 1952 saya mendapat MA saya dari Universitas Princeton Amerika dan dilantik menjadi guru di Fakultas Teologi di Asiut. Saya penah mengajar Islam di fakultas ini dan juga kesalahpahaman yang disebarkan musuh-musuhnya dan misionari yang menentangnya. Pada waktuitu saya memutuskan untuk memperluaskan pengetahuan saya tentang Islam, maka saya tidak membatasi diri membaca buku-buku misionari saja. Saya begitu yakin dengan keimanan saya sendiri maka saya pasti bisa membaca pandangan lain. Dengan itu saya mulaimembaca buku-buku karya penulis Muslim. Saya juga memutuskan untuk membaca al-Quran dan memahami maksudnya. Ini dikarenakan cinta saya kepada ilmu pengetahuan dan digerakkan oleh rasa ingin menambahkan bukti dalam menentang Islam. Hasilnya, bagaimanapunjuga yang terjadi adalah kebalikannya. Kedudukan saya goncang dan saya mulaimerasakan satu perjuangan dari dalam diri yang kuat dan saya mendapati bahwa apa yang saya pelajari selama ini adalah palsu belaka. Tetapi saya tidak dapat berhadapan dengan diri saya sendiri dan berusaha untuk mengatasi krisis jiwa ini dan melanjutkan kerja saya.

 

Pada tahun 1954, Khalil menambahkan, saya dimasukkanke Aswan sebagai Sekretaris JenderalGerman Swiss Mission. Ituhanyalah posisilahiriahnya karena sebenarnya misi saya adalah untuk berdakwah menentang Islam di bagian Atas Mesir khususnya dikalangan Muslim. Sebuah konferensi diadakan pada ketika itu di Hotel Cataract Aswan dan saya diberi peluang untuk berpidato. Pada hari itu saya bercakap banyak, mengulangi segala kesalahpahaman terhadap Islam; pada akhir ucapan saya, krisis jiwa itu kembali melanda saya dan saya mulaimeneliti kedudukan saya.

 

Melanjutkan kisahnya mengenai krisis tersebut, Khalil berkata, "Saya mulaimenyoal diri saya, apa yang harus saya katakan dan lakukan semua itubohong belaka, karena ini bukanlah kebenaran? Saya meninggalkan tempat tersebut sebelum konferensi berakhir dan pulang kerumah sendirian. Saya benar-benar guncang. Ketika saya berjalan melewati Taman Publik Firyal, saya mendengar sebuah ayat Quran dari radio. Ia menyebutkan,

 

Katakanlah (hai Muhammad),"Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan al-Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Quran yang menakjubkan. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami.(Quran 72:1-2)

 

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (al-Quran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.(Quran 72:13)

 

Saya merasakan nyaman pada malam itu dan ketika saya pulang kerumah saya menghabiskan sepanjang malam sendirian di perpustakaan saya sambil membaca Quran. Isteri saya bertanya apakah alasannya saya duduk sendirian sepanjang malam dan saya memintanya untuk meninggalkan saya sendirian. Saya duduk berpikir panjang dan memikirkan ayat: Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.(Quran 59:21)

 

Dan ayat: Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Mengapa kami tidak beriman kepda Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh? Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya). (Quran 5:82-84)

 

Khalil seterusnya memetik ayat Quran yang menyebutkan: (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka dari mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat Nya (kitab-kitabNya) dan ikutlah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. (Quran 7:157-158)

 

Pada malam yang sama, Khalil memutuskan,saya mengambil keputusan final. Pada paginya saya berbicara dengan istri saya. Kami mempunyai tiga anak lelaki dan seorang anak perempuan. Ketika dia mengetahui saya cenderung untuk memeluk Islam, dia menangis dan meminta bantuan dari ketua misi. Namanya Monsieur Shavits dari Switzerland. Dia adalah seorang yang licik. Ketika dia menanyakan apakah sikap sayayang sebenarnya, saya memberitahunya dengan jujur apa yang saya inginkan dan dia berkata, anggaplah diri anda telah keluar dari kerja sehingga kami mendapati apa sebenarnya yang terjadi pada anda. Kemudian saya berkata: Saya berhenti dari pekerjaan saya. Dia berusaha untuk memberi keyakinan kepada saya untuk menundanya, tetapi saya tetap bersikeras. Dia lantas membuat isu bahwa saya sudah menjadi gila. Saya terpaksa menanggung ujian yang keras dan penindasan sehingga saya meninggalkan Aswan dan kembali ke Kairo.

 

Di Kairo saya telah diperkenalkan dengan seorang profesor yang dihormati. Dia inilah yang membantu saya berhadapan dengan ujian getir tersebut dan semuanya ini dilakukan tanpa mengetahui apa-apa mengenai kisah saya. Dia melayani saya seperti seorang Muslim karena saya mengenalkan diri saya demikian walaupun ketika itu saya belum memeluk Islam secara resmi. Beliau adalah Dr. Muhammad Abdul Moneim al-Jamal yang merupakan sekretaris pembendaharaan. Dia begitu minat sekali dalam studi Islam dan ingin membuat terjemahan Quran untuk di terbitkan di Amerika. Dia meminta saya membantunya karena saya fasih dalam bahasa Inggris. Lagi pula saya mendapat MA dari Universitas Amerika. Dia juga tahu bahwa saya sedang bersedia untuk melakukan studi perbandingan Quran, Taurat dan Injil. Kami bekerjasama dalam studi perbandingan ini dan dalam menerjemahkan Quran.

 

Sewaktu Dr.Jamal mengetahui saya telah berhenti dari pekerjaan saya di Aswan dan menjadi pengganggur ketika itu, dia membantu saya untuk mendapatkan pekerjaan di Standard Stationery Company di Kairo. Maka saya berada dalam keadaan baik selepas itu. Saya tidak memberitahu istri saya mengenai niat saya untuk memeluk Islam maka dia pikir saya telah melupakan segala peristiwa itu dan ia hanyalah sebuah krisis sementara yang tidak lagi wujud. Tetapi saya tahu benar bahwa memeluk Islam secara resmi memerlukan ukuran yang komplikasi dan malah ia merupakan sebuah perjuangan dimana saya lebih memilih untuk menundanya untuk beberapa waktu sehingga saya berada dalam keadaan baik dan selepas saya menamatkan studi perbandingan tersebut.

 

Khalil melanjutkan, pada tahun 1955 saya menamatkan studi saya dan keadaan kerja saya juga baik. Saya berhenti dari perusahaanitu dan mendirikan sebuah kantor latihan untuk mengimport alat tulis dan bahan-bahan sekolah. Ia merupakan sebuah bisnis yang suksesdan saya memperolehi uang lebih dari yang saya perlukan. Dengan itu sayapun mengumumkan keislaman saya secara resmi. Pada tanggal 25 Desember 1959, saya mengirimsebuah telegram kepada Dr. Thompson, ketua Misi Amerika di Mesir memberitahu bahwa saya telah memeluk Islam. Dr. Jamal terkejut ketika mengetahui kisah saya yang sebenarnya.

 

Setelah mengumumkan keislaman saya, dimulailah masalah baru. Tujuh dari rekan sekerja dalam misi membujuk saya untuk membatalkan pengumuman tersebut. Mereka menggugat akanmemisahkan saya dari istri saya dan saya berkata: Dia bebas untuk melakukan apa yang dia inginkan. Mereka menggugat akan membunuh saya. Tetapi mereka mendapati saya demikian keras, sehingga mereka meninggalkan saya sendirian. Mereka menghantar saya kepada seorang teman lama saya yang dulunya juga bekerja seperti saya dalam misi. Dia menangis dihadapan saya. Saya lantas membacakan ayat dari Quran:

 

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (al-Quran) yagn telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri): seraya berkata: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran al-Quran dan kenabian Muhammad saaw). Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh.(Quran 5: 83-84)

 

Saya berkata kepadanya, "Anda harus menangis malu kepada Tuhan karena setelah mendengar Quran dan percaya bahwa ia benar tetapi anda menolaknya. Dia bangun dan meninggalkan saya. Saya memeluk Islam secara resmi pada Januari 1960."

 

Khalil mengatakan bahwa istrinya meninggalkan dia dan mengambil semua perabot rumah bersamanya. Tetapi anak-anak saya semuanya bergabung dengan saya dan memeluk Islam. Yang paling antusias diantara mereka adalah anak sulung saya Isaac yang mengubah nama menjadi Osman, anak kedua saya Joseph dan Samuel yang mengambil nama Jamil serta anak perempuan saya Majida memilih nama Najwa. Osman kini adalah seorang doktor filsafatyang bekerja di Universitas Sorbonne di Paris mengajar studi-studi orientalisdan pyschology. Dia juga menulis untuk majalah Le Monde. Istri saya meninggalkan rumah selama enam tahun dan kembali semula pada tahun 1966 dengan syarat dia bisa mengekalkan agamanya. Saya menerimanya karena tidak ada paksaan dalam Islam. Saya berkata kepadanya: Saya tidak ingin anda memeluk Islam karena saya tetapi hanya jika anda benar-benar menyakininya. Dia kini merasakan kebenaran Islam hanya dia tidak berani untuk mengumumkannya. Dia takut pada keluarganya tetapi kami menganggap dia adalah seorang muslimah dan dia turut berpuasa pada bulan Ramadhan karena semua anak saya shalat dan berpuasa. Anak perempuan saya Najwa adalah seorang pelajar di Fakultas Perdagangan, Joseph adalah seorang doktor pharmeologist dan Jamal adalah seorang insinyur.

 

Sejak tahun 1961 hingga sekarang saya telah menerbitkan beberapa buku tentang Islam dan metode misionari dan orientalis menentang Islam. Kini saya sedang menyediakan studi perbandingan tentang wanita dalam tiga agama langit dengan memberikan tumpuan keapda kedudukan wanita dalam Islam. Pada tahun 1973 saya menunaikan haji dan saya juga berdakwah. Saya mengadakan seminar di universitas-universitas dan masyarakat sosial. Saya turut menerima undangan dari Sudan pada tahun 1974 dimana saya mengadakan banyak seminar. Waktusaya penuh untuk berkhidmat kepada Islam.

 

Keyakinan saya terhadap Islam adalah menerusi pembacaan al-Quran dan biografi Nabi Muhammad Saw. Saya tidak lagi percaya dengan kesalahpahaman terhadap Islam dan saya benar-benar tertarik dengan konsep keesaan Tuhan karena ia merupakan ciri Islam yang terpenting. Tuhan hanya Satu. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepercayaan ini membuat saya hamba Tuhan dan tidak yang lain. Keesaan Tuhan membebaskan manusia dari menyembah yang lain dan benar-benar merupakan satu kebebasan.

 

Saya juga amat menyenangi ajaran memaafkan dalam Islam dan hubungan langsung antara Tuhan dan hamba-Nya.

 

Katakanlah: Hai hamba-hamba Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).

Jennifer Berzon sedang mengitung hari. Dalam setahun dia akan meninggalkan pekerjaannya sebagai pembantu pada sebuah keluarga Emirat dan akhirnya kembali kepada anak-anak dan suaminya di Filipina.Pada pertemuan itu nanti selain dari pelukan, ciuman dan hadiah, dia akan membawa sebuah agama baru.

 

Jennifer 31 tahun, memeluk agama Islam tahun lalu di pertengahan bulan Ramadhan. Sebelumnya dia adalah penganut Kristen.

 

Dia telah memilih nama Muslimnya, Salma, dan ketika ini belum menjadi resmi, dia berhasrat untuk mengubah dokumen resmi dan paspornya ketika dia pulang nanti.

 

Dia menyebutkan bahwa keputusan itu dibuat karena hubungan akrabnya dengan keluarga Abdouli, tempat dia bekerja, dan ibu rumah tersebut, Umm Ahmed, teman dan juga majikannya.

 

Jennifer bekerja selama tiga tahun dengan keluarga ini di al-Shamkha, Abu Dhabi. Sama-sama bekerja di dapur, mereka berbicara selama berjam-jam mengenai setiap detil kehidupan.

 

"Saya melihat seorang perempuan yang mempunyai hati jujur. Saya banyak belajar darinya," kata dia. "Penghormatan dan layanan baik keluarga tersebut telah membuat hati saya tersentuh."

 

"Ia telah membuat saya berpikir apakah sebabnya mereka demikian baik dan ikhlas kepada saya, walaupun saya hanyalah seorang pembantu."

 

Dia juga menyebutkan bahwa semua inimerupakan rahmat dari Tuhan yang dia berada ditengah keluarga tersebut. "Kehidupan telah berubah buat saya selamanya."

 

Jennifer mengatakan bahwa kata-kata dari al-Quran sangat memukau jiwanya. "Saya rasakan seolah-olah ada cahaya yang masuk ke kalbu dan jiwa saya dan tinggal disitu. Saya tidak dapat menolak, airmata mengalir setiap kali saya mendengarkannya."

 

Keputusan untuk memeluk Islam bukanlah satu hal yang mudah baginya. Keluarganya merasakan itusebuah kesulitan dan mereka berbeda pendapat dalam menghadapinya.

 

Abang sulungnya, orang yang paling dekatdengannya mengancam akan melukainyadan dia mengatakan tidak pernah ingin melihatnya mengenakan hijab.

 

Seorang lagi abang yang tinggal di Arab Saudi selama 12 tahun, berusaha untuk membujuk ibu mereka menerima pilihannya.

 

"Itumerupakan satu keputusan yang sulit untuk saya ambil," aku Jennifer."Keluarga saya tidak akan menerima saya sekarang. Saya tidak tahu bagaimana saya akan berhadapan dengan mereka ketika saya pulang nanti."

 

Baiknya, suami dia memberikannya dukungan atas keputusan yang dia ambil.

 

"Ketika memeluk Islam, saya memberitahu suami saya dan dia menghormatinya," kata Jennifer.

 

Di bawah undang-undang syariah, pernikahanseorang wanita muslim dengan seorang non Muslim tidak sah. Suaminya juga harus memeluk Islam.

 

Jennifer mengatakan bahwa majikannya membantu dia, mereka menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada suaminya lewat telepon. Suaminya mengucapkan syahadah dalam bahasa Arab, "Sesungguhnya tiada Tuhan selainAllah, dan Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah."

 

Jennifer amat bangga dengan suaminya dan mengatakan bahwa ayah dari anak-anaknya menyadari betapa pentingnya agama baru itu kepadanya.

 

Setelah memeluk Islam, dia mengatakan suaminya pergi ke komunitas Muslim di Filipina untuk belajar lebih banyak tentang Islam.

 

Jennifer mengatakan bahwa salah satu perkara yang menyebabkan dia mendekat dengan Islam adalah penerimaan dan penghormatan kepada non-Muslim.

 

"Saya menemukan bahwa terdapat penerimaan yang lebih dalam Islam dan ia benar-benar mengejutkan saya," katanya.

 

Kunci dia memeluk Islam adalah hubungan akrabnya dengan majikannya, yang melayaninya dengan kasih sayang, penghormatan dan persamaan yang telah meninggalkan kesan dalam jiwanya.

 

Ummu Ahmed mengatakan bahwa dia bangga sekali dengan pembantunya.

 

"Saya sering bercakap dengannya, terutama ketika kami berada di dapur selama berjam-jam. Kami merasa berkahkarena memilikinya, dia seorang yang begitu baik dan penyayang kepada anak-anak."

 

"Dan bagi saya, hadiah yang paling besar ialah dia memeluk Islam di dalam rumah saya. Ia menyebabkan kami semua, termasuk anak-anak saya, merasa amat gembira."

 

Ini bukanlah pertama kali seorang pembantu rumah memeluk Islam di rumah Umm Ahmed. Pertama kali ialah ketika dia baru saja berumah tangga.

 

Umm Ahmed mengatakan pada mulanya Jennifer tampak ragu-ragu untuk mengatakan bahwa dia berminat dengan Islam, tetapi 'ia menjadi sungguh bermakna sekali ketika dia melakukannya".

 

Jennifer mengatakan bahwa saya merasa takut jika dia merasa sedih jika saya ingin lebih mengetahui tentang agama Islam dan ingin memeluk Islam.Kemudian dia menceritakan hal tersebut kepada seorang teman kepada majikannya, yang kemudian memberitahu kepadanya bahwa Umm Ahmed akan merasa sangat gembira.

 

"Saya duduk bersama majikan saya dan memberitahu kepadanya perasaan saya dan apa yang saya inginkan, dan dia amat gembira." Kata Jennifer.

 

"Sehingga akhir hayat hidup saya, saya akan senantiasa mengingat waktusaya bersama keluarga ini. Saya tidak merasakan bahwa saya seorang asing. Majikan saya adalah seorang teman yang baik, seorang ibu, kepada saya dan semua yang berada disekitarnya. Saya melihatnya."

 

"Kepribadiannya amat menyentuh hati saya dan ketika saya melihat lebih dekat dan mendengarkannya, saya tahu itu dikarenakan agamanya. Sebab itulah saya ingin sekali menjadi salah seorang darinya, dan belajar apakah yang menyebabkan dia dan keluarganya berperilaku seperti itu."

 

"Setiap Ramadhan, saya memperhatikan suasana di Abu Dhabi bersama keluarga adalah amat bermakna. Ia membuat saya berpikir tentang alasan kehidupan dan tujuannya."

 

Ramadhan tahun ini menjadi satu dari tiang agama barunya. Dia akan pulang ke Filipina, katanya, dengan kenangan-kenangan indah dan sebuah agama yang telah mengubah kehidupannya.

 

Dengan air mata, Jennifer mengatakan, "Untuk pertama kali dalam kehidupan saya, saya merasakan bahwa inilah masa yang tepat, dirumah yang benar, dinegara yang benar bahwa saya dimaksudkan oleh Tuhan untuk memeluk Islam. Dan saya amat mensyukurinya."

Minggu, 01 Juni 2014 11:36

Sayidah Zainab dan Ketegaran Sejati

Sayidah Zainab al-Kubra as adalah sosok wanita suci yang selalu sabar dalam menghadapi berbagai musibah dan ujian berat. Putri Ali bin Abi Thalib as dan Sayidah Fatimah az-Zahra as itu wafat pada tanggal 15 Rajab. Beliau lahir di kota Madinah pada tahun ke-6 H. Sayidah Zainab as besar dalam keluarga orang-orang mulia, suci dan tempat turunnya wahyu, yaitu keluarga yang dijamin kesuciannya dalam al-Quran. Mereka adalah kakeknya, Nabi Muhammad Saw, ayahnya, Imam Ali as, ibunya, Sayidah fatimah as, kedua saudaranya, Imam Hasan dan Imam Husein as.

 

Sayidah Zainab as adalah sosok perempuan yang tegar dalam menghadapi semua musibah dan penderitaan. Sejak kecil, beliau telah menghiasi diri dengan kemuliaan dan kesempurnaan. Perkataan dan perilaku beliau telah menjadi hiasan bagi ayahnya. Dalam riwayat disebutkan bahwa martabat dan harga diri Sayidah Zainab as mirip dengan Sayidah Khadijah, kesucian dan kesederhanaan serta kesopanan beliau persis seperti Sayidah Fatimah as, kefasihan dan retorika beliau dalam berpidato mirip dengan Imam Ali as, kelembutan dan kesabaran beliau mirip Imam Hasan as, sedangkan keberanian dan kekuatan hati beliau mirip dengan Imam Husein as. Dapat dikatakan bahwa semua kebaikan Ahlul Bait as seakan-akan ada dalam diri beliau.

 

Sejak kecil, Sayidah Zainab as menghadapi beragam fitnah dan musibah. Meski demikian, beliau telah menyiapkan diri untuk menghadapi badai dahsyat yang dibuat oleh orang-orang zalim yang haus dengan kekuasaan. Di usia yang belum genap lima tahun, beliau telah kehilangan kakeknya, Rasulullah Saw, yang selalu memberikan kasih sayang. Wafatnya Rasulullah Saw adalah musibah pertama yang telah melukai jiwa lembut Sayidah Zainab as. Musibah ini bagi beliau, terutama bagi ibunya, Sayidah Fatimah as, adalah ujian yang sangat berat.

 

Dari masa kanak-kanak, Sayidah Zainab as telah menyaksikan penderitaan ibunya pasca wafatnya Rasulullah Saw, di mana kesedihan tersebut telah menyebabkan Sayidah Fatimah as jatuh sakit, dan beberapa bulan kemudian Putri Rasulullah Saw itu meninggal dunia. Dengan demikian, Sayidah Zainab as menikmati kecintaan ibunya tidak lebih dari lima tahun.

 

Kenangan-kenangan pahit dan manis di masa singkat tersebut telah menjadikan beliau siap untuk terus bergerak dan berjuang di jalan Allah Swt dan menyambut segala bentuk musibah dan persoalan kehidupan. Suatu hari, Sayidah Fatimah as menyampaikan pidato di masjid Rasulullah Saw untuk membela hak-hak Ahlul Bait as. Sayidah Zainab as hadir dalam pidato ibunya tersebut dan beliau mencatat semua perkataan ibundanya sehingga beliau terhitung sebagai salah satu perawi khutbah terkenal Sayidah Fatimah as.

 

Kesedihan Sayidah Fatimah as pasca wafat ayahandanya, Rasulullah Saw, sangat berat di hati mungil Sayidah Zainab as, namun semangat dan kemampuan beliau dengan cepat menempati hati Sayidah Fatimah as dan bahkan memulihkan hati ayahnya yang dipenuhi dengan kesedihan.

 

Meski lebih muda dari kedua saudaranya, namun Sayidah Zainab as mewarisi sifat-sifat ibundanya. Ikatan emosional antara beliau dengan Imam Hasan dan Husein as sulit untuk digambarkan. Hubungan emosional tersebut berlanjut hingga akhir usia beliau. Sedetikpun Sayidah Zainab as tidak dapat menjauh dari kedua saudaranya, beliau selalu memberikan cinta dan kasih sayang kepada kedua saudara itu seperti seperti halnya yang dilakukan ibunya.

 

Setelah wafatnya Sayidah Fatimah as, Sayidah Zainab as menyaksikan sikap diam ayahnya selama 25 tahun. Imam Ali as di masa itu terpaksa diam ketika hak-haknya dirampas demi kepentingan dan maslahat kaum Muslimin. Sayidah Zainab as juga melewati masa kekhalifahan ayahnya selama kurang lebih lima tahun hingga pada akhirnya Imam Ali as pada malam 19 Ramadhan 40 H meneguk cawan kesyahidan di mihrab masjid Kufah.

 

Pasca wafatnya Rasulullah Saw dan Sayidah Fatimah as, hati Sayidah Zainab as bergantung pada Imam Ali as. Kasih sayang ayahnya itu telah menjadi pelipur lara dalam kesedihan, namun setelah Imam Ali as tiada, maka tidak lagi seorang ayah yang menjadi tumpuannya, sehingga perpisahan dengan ayahnya itu sangat sulit bagi beliau.

 

Meski demikian, beliau tetap tegar dan sabar dalam menghadapi segala musibah. Beliau adalah teladan kesabaran dan ketegaran yang tidak akan runtuh hanya karena berpisah dengan orang-orang yang dicintainya. Beliau datang untuk membuat sebuah epik dan membuktikan hakikat dan kebenaran Ahlul Bait as. Beliau datang untuk memberikan pelajaran keteguhan dan ketegaran hingga mencapai kemuliaan dalam menghadapi semua fitnah dan musibah.

 

Setelah Imam Ali as wafat, Sayidah Zainab as menyaksikan kezaliman terhadap saudaranya, Imam Hasan as. Penindasan yang dialami Imam Hasan as sama seperti kezaliman yang menimpa ayahnya. Sayidah Zainab as menyaksikan pembelotan masyarakat dan konspirasi musuh serta propaganda luas Muawiyah bin Abu Sufyan terhadap saudaranya. Dalam kondisi tersebut, beliau selalu menyertai Imam Hasan as dan pada akhirnya menyaksikan kesyahidan saudaranya itu.

 

Sayidah Zainab as tetap bersabar dalam menghadapi musibah besar tersebut. Pasca wafatnya Imam Hasan as, beliau menyertai saudaranya, Imam Husein as, pergi ke Karbala pada tahun 60 H. Peristiwa Karbala adalah puncak dari musibah yang dihadapi oleh Sayidah Zainab as. Tidak lama setelah 18 orang dari keluarganya, termasuk anak-anak dan saudaranya, gugur syahid, beliau menyaksikan kesyahidan Imam Husein as, yaitu sebuah musibah yang langit dan bumi pun tidak mampu menahannya. Dalam kondisi tersebut dan bahkan ketika beliau dan keluarganya ditawan oleh musuh, Sayidah Zainab as tetap bersabar, dan meyakini bahwa beliau harus melaksanakan kewajiban agama, politik, dan sosial terbesar.

 

Setelah kesyahidan Imam Husein as di padang Karbala, Sayidah Zainab as memikul sejumlah tugas penting: pertama, merawat dan melindungi Imam Sajjad as, putra Imam Husein as, dari serangan musuh. Kedua, melindungi para wanita dan anak-anak yang ditawan musuh. Ketiga, menyampaikan berita kesyahidan Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya, serta mengungkap skandal dan kezaliman Yazid di hadapan masyarakat.

 

Yazid dan pengikutnya menyebarkan propaganda luas supaya langkah Imam Husein as dianggap sebagai gerakan anti-agama dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam. Yazid menyebarkan fitnah bahwa Imam Husein as sedang mengejar kekuasaan dan materi dalam revolusinya sehingga ia dengan mudah menumpas para penentangnya. Namun Sayidah Zainab telah menjadi penghalang propaganda itu, dan bahkan juga mengungkap kejahatan dan kebusukan Yazid dan pengikutnya.

 

Dalam pidatonya yang berapi-api, Sayidah Zainab telah mengguncang pemikiran keliru masyarakat di masa itu. Warga Kufah yang hampir 20 tahun tidak mendengar pidato Imam Ali as, mereka terhentak dengan suara Zainab as yang nadanya seperti perkataan Ali as. Perkataan Sayidah Zainab as yang begitu fasih dan keberanian beliau telah membuat takjub Hazlum Ibnu Katsir, seorang ahli balaghah. Ia mengatakan, "Seakan-akan Zainab berbicara dengan bahasa Ali."

 

Selain kefasihan dalam berbicara, Sayidah Zainab as juga menjaga kesuciannya sebagai seorang Muslimah. Salah satu perawi yang meriwayatkan pidato beliau mengatakan, "Aku bersumpah demi Allah, aku tidak melihat seorang perempuan pun yang lebih fasih dan lebih berilmu dari perempuan yang menjaga kesuciannya ini."

 

Dalam waktu yang singkat, Sayidah Zainab as mampu menyampaikan suara kebenaran dan anti-penindasan kepada masyarakat. Beliau juga menyampaikan ketertindasan Imam Husein as yang menuntut keadilan. Selain itu, tindakan beliau juga telah melindungi agama dari penyimpangan.

 

Dalam waktu singkat, kezaliman Yazid terungkap. Meski telah membantai Imam Husein as dan keluarganya serta menawan para wanita dan anak-anak Ahlul Bait as, Yazid tidak mampu mencapai tujuannya, bahkan sebaliknya kejahatannya terungkap. Setelah kejahatannya terungkap, Yazid berusaha melemparkan kesalahannya kepada Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Kufah, dan berlepas tangan dari dosa-dosanya. Namun Ahlul Bait Rasulullah Saw telah mengungkap semua kebusukan Yazid dan antek-anteknya.

Minggu, 01 Juni 2014 11:33

Imam Musa Kazim, Muara Kebaikan

Para Imam Maksum dan Ahlul Bait Rasulullah Saw merupakan manusia mulia terbaik yang mengajarkan akhlak dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Mereka meletakkan prinsip pendidikan dan pengajaran yang terbaik kepada masyarakat. Seluruh pelajaran yang mereka sampaikan berasal dari satu sumber yaitu Nabi Muhammad Saw yang diutus oleh Allah swt untuk menyempurnakan akhlak manusia.

 

Peran Ahlul Bait dalam membimbing dan memberi petunjuk bagi umat manusia sepanjang sejarah diakui bukan hanya oleh kalangan Syiah, tapi juga Sunni. Berbagai literatur Sunni menunjukkan pengakuan terhadap ketinggian kedudukan Ahlul Bait Rasulullah Saw. Salah satu dari Ahlul Bait itu adalah Imam Musa Kazim. Beliau dilahirkan pada tahun 128 H di desa Abwa, antara Mekah dan Madinah. Di usia 20 tahun, setelah kesyahidan ayahnya, Imam Sadiq as, beliau memimpin umat Islam selama 35 tahun.

 

Komitmen dan kegigihan Imam Musa Kazim dalam menegakkan kebenaran dan melawan kezaliman menyebabkan beliau harus menjalani kehidupan yang sulit di era dinasti Abbasiah. Sejarah mengungkapkan bahwa Imam Musa Kazim mendekam di penjara selama 14 tahun. Penguasa lalim saat itu menghendaki Imam Musa menghentikan perlawanannya atas kezaliman. Bahkan Dinasti Abbasiah menjanjikan akan memberikan harta yang melimpah setiap bulannya kepada Imam Musa. Namun beliau menolak usulan tersebut dengan menyebutkan ayat 33 surat Yusuf, "Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku."

 

Fase kehidupan Imam Kazim di era pemerintahan dinasti Abbasiyah dipenuhi berbagai tekanan dari pemerintah zalim. Akhirnya beliau gugur syahid akibat diracun rezim lalim. Imam Kazim dimakamkan di Kazimain, dekat kota Baghdad Irak, dan kini menjadi salah satu tempat ziarah umat Islam yang termashur di negara ini.

 

Imam Kazim menjadi muara segala kebaikan. Untuk itulah seluruh mazhab Islam bahkan non-muslim sekalipun sangat menghormati dan memuliakannya. Muhyidin Ibnu Arabi, Sufi terkemuka Sunni menjelaskan mengenai keutamaan Imam Kazim. Sufi besar dunia Islam ini menjelaskan implementasi lima ayat pertama Surat At-Thur dalam karakter Imam Kazim. Ibnu Arabi mengibaratkan Imam Musa Kazim seperti Nabi Musa. Tapi bedanya, Nabi Musa memiliki kedudukan Nubuwah sedangkan Imam Musa Kazim tidak. Selain itu, Ibnu Arabi menilai Imam Musa Kazim sebagai pencerah dunia.

 

Ibnu Arab menulis, "Demi Tuhan dan malaikat, penunggu arash-Nya serta seluruh makhluk di bumi dan langit di bukit Thur. Demi  kitab yang diturunkan di bukit Thur. Salam atas rumah yang menjadi tempat ziarah para malaikat. Salam bagi langit yang megah, salam bagi rahasia yang tersembunyi, salam bagi samudera, salam bagi cermin cahaya, dia adalah Musa Kalim di lembah iman Imamah... cahaya yang berkilau, yaitu Abu Ibrahim Musa Bin Jafar yang diberkahi Allah swt."

 

Sejarah mengungkapkan lebih dari 200 perawi hadis dan ulama saat itu yang berguru kepada Imam Musa Kazim. Imam Musa menghidupkan tradisi intelektualitas masyarakat saat itu. Beliau juga menganjurkan masyarakat supaya menimba ilmu dari sumber yang terpercaya dan meningkatkan keilmuan mereka sehingga tidak terjebak dalam kebodohan dan kepicikan.

 

Ibnu Hajar Haitsami, salah satu pemuka Ahlu Sunnah berkata, Musa Kazim pewaris ilmu-ilmu dari ayahnya dan memiliki keutamaan serta kesempurnaan. Beliau mendapat gelar Kazim karena kesabaran beliau menghadapi cacian dan kelapangan beliau memaafkan orang yang bersalah kepadanya. Di zamannya, tidak ada orang yang menandinginya baik dari sisi keilmuan maupun ketakwaan.

 

Imam Kazim dengan berbagai cara menjelaskan kepada umat sistem politik dan sosial ideal berdasarkan ajaran Islam. Di sisi lain, masyarakat pun akhirnya memahami bahwa kinerja pemerintahan Bani Abbasiyah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sementara itu, Harun al-Rashid menempuh berbagai strategi untuk menjauhkan Imam dari umat. Misalnya, dengan berbagai alasan, ia menjebloskan Imam Kazim ke penjara dengan harapan masyarakat terputus komunikasinya dengan beliau.

 

Berkenaan dengan para penguasa zalim Imam Kazim berkata, "Barang siapa yang menghendaki mereka tetap hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan masuk neraka". Dengan demikian, Imam telah menentukan sikap tegas terhadap pemerintahan lalim, mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para pengikutnya untuk bergantung kepada pemerintahannya.

 

Sementara itu, Harun terus berupaya bagaimana caranya membunuh Imam Musa. Suatu hari, dia mengutus Yahya bin Khalik ke penjara. Tugas yang diemban Yahya adalah meminta Imam untuk tidak menentang Khalifah dan menawarkan pengampunan serta pembebasan kepada beliau. Namun, Imam menolak semua tawaran itu.

 

Imam Musa menulis sepucuk surat kepada Harun yang berbunyi, "Setiap hari kulalui dengan kesusahan, sementara kau lalui hari-harimu dengan kesenangan. Lalu, kita akan sama-sama mati. Hingga di suatu hari yang tiada akhirnya, kelak kita diberdirikan di hadapan Mahkamah Ilahi, ketika orang-orang licik hanya akan menjadi pecundang dan terhinakan."

 

Alasan Harun memindahkan Imam Musa as dari satu penjara ke penjara lain tidak ada lain adalah karena permintaannya kepada setiap kepala penjara untuk membunuh Imam, namun mereka tidak bersedia untuk memenuhi permintaan tersebut. Hingga akhirnya Sindi yang berhati keras itu bersedia untuk meracun Imam as. Maka, di dalam penjaralah beliau meninggal akibat racun yang dibubuhkan ke dalam makanannya pada 25 Rajab tahun 183 H.

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran mengatakan, tidak ada jalan keluar bagi krisis Suriah selain solusi politik yang berlandaskan pada kehendak rakyat yang disampaikan melalui kotak-kotak suara.

 

Fars News (1/6) melaporkan, Mohammad Javad Zarif, Menlu Iran dalam konferensi Sahabat Suriah kedua di Tehran, Ahad (1/6) menuturkan, kekuatan-kekuatan asing harus menyingkirkan khayalan-khayalan pribadinya yang ingin mencapai tujuan di Suriah dengan langkah militer. Mereka harus menerima bahwa tidak ada jalan keluar lain bagi krisis Suriah kecuali solusi politik.

 

Menlu Iran menjelaskan, Tehran sejak awal percaya bahwa satu-satunya jalan keluar krisis Suriah adalah solusi politik lewat dialog Suriah-Suriah dan dengan memperhatikan pada kehendak rakyat. Iran mengerahkan seluruh upayanya untuk mencapai tujuan ini.

 

Menurut Zarif, Iran siap bekerjasama dalam upaya jujur untuk menyelesaikan krisis Suriah dan membantu menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada seluruh warga Suriah.

 

Dalam beberapa bulan terakhir, kata Zarif, sejumlah kemajuan penting dicapai di arena internal Suriah dalam rangka penyelesaian politik krisis negara itu. Kesepakatan-kesepakatan rekonsiliasi nasional yang dicapai di banyak wilayah Suriah menunjukkan bahwa peluang penyelesaian krisis internal Suriah tetap terbuka lebar.

Petinggi pemerintah rezim Zionis Israel menentang masuknya tiga Menteri kabinet baru Palestina dari Jalur Gaza ke Tepi Barat.

 

Radio Israel (1/6) melaporkan, Yoav Mordechai, Koordinator urusan militer di Palestina pendudukan kepada petinggi Otorita Ramallah mengatakan, tiga Menteri Palestina dari Gaza dilarang masuk ke Tepi Barat untuk ikut dalam acara pengambilan sumpah jabatan di Kabinet pemerintahan nasional bersatu Palestina.

 

Kabinet pemerintahan nasional bersatu Palestina rencananya akan diumumkan besok, Senin (2/6).

 

Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Ramallah Palestina baru-baru ini mengatakan, begitu pemerintahan baru Palestina terbentuk, Israel akan langsung memboikotnya.